Anda di halaman 1dari 42

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI BALSEM EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG


(Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis)

ABD. MUNIR

(201702001)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Farmasi

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADAH

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

STIKES PELAMONIA

MAKASSAR

2019
RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Abd. Munir


2. TTL : Tala’borong, 03 Oktober 1997
3. Alamat
a. Dusun : Tangkeballa
b. Desa : Tanabangka
c. Kecamatan : Bajeng Barat
d. Kabupaten : Gowa
e. Provinsi : Sulawesi Selatan
4. No. Hp : +62 823 4346 6563
5. Email : abd.munir97@gmail.copm
6. Riwayat Pendidikan
a. SD : SD Inpres Kampung Parang
b. SMP : SMP Negeri 1 Bajeng Barat
c. SMA : SMK Negeri 1 Limbung
7. Orang Tua
a. Nama Ayah : Abbas
b. Alamat : Tangkeballa
c. Pekerjaan : Petani
d. No. Hp :-
e. Nama Ibu : Kasturi
f. Alamat : Tangkeballa
g. Pekerjaan : IRT
h. No. Hp : +62 853 4155 8745

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah

atas nikmat akal dan pikiran yang diberikan serta limpahan ilmu yang tiada

hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

karya tulis ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam juga tak lupa pula

kita panjatkan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad saw,

keluarga, dan para sahabat serta orang-orang yang mengikutinya.

Karya tulis imliah dengan judul “FORMULASI BALSEM EKSTRAK

ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis)” ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya

Farmasi pada program Studi D-III Farmasi Ilmu Kesehatan Pelamonia

Makassar. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir

dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tentunya tak lepas dari

dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Penulis menyadari tentang

banyaknya kendala yang dihadapi dalam penyusunan Karya tulis imliah

ini. Namun berkat doa, motivasi dan kontribusi dari berbagai pihak, maka

kendala tersebut mampu teratasi dan terkendali dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini antara lain, yaitu:

v
1. Orang tua tercinta Ayahanda Abbas dan Ibunda Kasturi yang selalu

memberikan dorongan, kasih sayang, do’a, semangat, serta motivasi

yang tiada henti.

2. Bapak Letkol CKM Zulkifli, SKM., M.Kes, selaku Ketua STIKES

Pelamonia Kesdam VII/Wirabuana yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan di STIKES

Pelamonia Kesdam VII/Wirabuana.

3. Ibu Letkol CKM (K) Apt. Veronica MD., S.Si., M.Kes., selaku Ketua

Program Studi DIII Farmasi yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis menjadi mahasiswa (i) jurusan Farmasi STIKES

Pelamonia Kesdam VII/Wirabuana.

4. Ibu Apt. Jumasni Adnan, S.Farm., M.Farm. selaku pembimbing

pertama yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan

serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis.

5. Bapak Apt. Taufiq Dalming, S.Farm., M.Farm. selaku pembimbing

kedua yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta

meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis. Terima

kasih atas semangat dan motivasi sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu Apt. Santi Sinala, S.Si., M.Si., selaku penguji yang banyak

memberikan arahan dan bimbingan serta masukan pada penyusunan

dan penyelasaian karya tulis ini.

vi
7. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Jurusan Farmasi STIKES

Pelamonia Kesdam VII/Wirabuana yang telah membantu memberikan

ilmu, motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan .

8. Sahabat dan teman angkatan Hesti 03 yang telah banyak membantu

dan memberikan semangat dalam pelaksanaan penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.

Makassar, Juli 2020

Abd. Munir

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................v

DAFTAR ISI...................................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5

A. TANAMAN BINAHONG.....................................................................................5

B. BALSEM..............................................................................................................7

C. EKSTARKSI......................................................................................................11

D. URAIAN BAHAN...............................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................19

A. JENIS PENELITIAN.........................................................................................19

B. WAKTU DAN TEMPAT....................................................................................19

viii
C. ALAT DAN BAHAN...........................................................................................19

D. PROSEDUR KERJA........................................................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBHASAN...........................................................................24

A. HASIL.................................................................................................................24

B. PEMBAHASAN.................................................................................................25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................28

A. KESIMPULAN...................................................................................................28

B. SARAN...............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

LAMPIRAN.....................................................................................................................31

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan

keanekaragaman hayati, termasuk tumbuhan obat yang telah

digunakan sejak dahulu secara turun temurun untuk mencegah,

menyembuhkan serta memelihara kesehatan. sekarang ini

penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan kecenderungan

masyarakat menerapkan gaya hidup backtonature atau kembali

ke alam serta ditunjang oleh efek samping obat tradisional

yang relatif kecil dan harganya dapat dijangkau oleh

masyarakat luas (Astuti, 2011).

WHO (2005) dan Paju dkk. (2013) menegaskan bahwa

tanaman yang berkhasiat dan dimanfaatkan sebagai obat

dikenal dengan nama obat herbal atau herbal medicine, yang

didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan yang berasal dari

tanaman yang memiliki efek terapi atau efek lain yang

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Lebih lanjut dikatakan

bahwa komposisi obat herbal dapat berupa bahan mentah atau

bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari

satu jenis tanaman atau lebih.

1
2

Obat tradisional dapat dikembangkan ketika ditemukan

bahan alami yang berasal dari alam dan terbukti secara

alamiah memberikan manfaat dalam pencegahan atau pengobatan

penyakit. Pada umumnya, obat tradisional tidak menyebabkan

efek samping serius dan aman untuk pemakaian obat manusia.

Penelitian yang dilakukan, terutama dalam bidang farmakologi

dan fitokimia adalah berdasarkan indikasi tumbuhan obat secara

empiris. Hasil penelitian tersebut dalam rangka konfirmasi

khasiat dan kegunaan dari tumbuhan obat (Ines,dkk,2017).

Tanaman binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis)

adalah salah satu tanaman obat yang sering di manfaatkan oleh

masyarakat sebagai obat pegal linu. Menurut Suseno(2013),

tanaman binahong merupakan tanaman obat dari daratan

Tiongkok yang dikenal dengan nama asli dhengsanchi,

sedangkan di dunia internasional binahong dikenal dengan

nama hearthleafmadeiravine, di Indonesia tanaman ini dikenal

sebagai gondola (Bali), kandula (Madura), uci-uci (Jawa) dan

sering digunakan sebagai gapura yang melingkar diatas jalan

taman. Tanaman binahong ini termasuk dalam familybasellaceae

yang merupakan salah satu tanaman obat potensial untuk

dikembangkan.

Besarnya manfaat dari binahong belum diikuti dengan nilai

ekonomisnya. Menurut penelitian yang telah dilakukan (Umar


3

Hafidz,2016) didapatkan kandungan saponin didalam bagian daun,

batang dan umbi tanaman binahong dengan kandungan senyawa

saponin sebesar 1,37 g/mg, 2,36 g/mg, 1,89 g/mg, sedangkan

menurut penelitian yang dilakukan (Irfan Mufti & Nurfina

Aznam,2018) didapatkan kandungan flavanoid didalam bagian

daun binahong yang berfungsi sebagai efek analgetik. Oleh karena

itu perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dalam

pengembangan sediaan tanaman binahong. Salah satu

pengembangan tanaman binahong ialah pengembangan dalam

bentuk sediaan balsem, dimana sediaan ini menjadi salah satu

bentuk alternatif untuk meningkatkan nilai ekonomis bahan alam

yang mudah didapatkan. Bentuk sediaan balsem merupakan

bentuk sediaan sederhana dan telah banyak dikenal di masyarakat.

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk membuat

sediaan balsem ekstrak daun binahong (Anredera Cordifolia (Ten.)

Steenis) karena selain mudah dalam pemanfaatan, pemakaiannya,

serta masyarakat umum yang lebih menyukai/mengenal sediaan

balsem, daun binahong juga bermanfaat dalam mengatasi pegal

linu maupun nyeri.

B. Rumusan Masalah

Apakah konsentrasi ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Ten) Steenis) dapat mempengaruhi mutu fisik sediaan

balsem ?
4

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun binahong dapat

mempengaruhi mutu fisik sediaan balsem.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Mengembangkan pengetahuan tentang formulasi sediaan

balsem ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)

Steenis).

2. Bagi institusi

Menambah informasi dan literatur tentang formulasi pembuatan

sediaan balsem ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia

(Ten) Steenis).

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian formulasi

lain yang sesuai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN BINAHONG

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan untuk

pengobatan. Secara empiris, masyarakat memanfaatkan

tanaman binahong untuk meningkatkan stamina tubuh,

mengobati sakit maag, menyembuhkan memar, reumatik, pegal

linu, menghaluskan kulit, luka setelah operasi dan menyembuhkan

luka luar akibat goresan senjata tajam (Manoi, 2009).

1. KlasifikasiTanaman Binahong

Secara ilmiah, tanaman Binahong atau dengan nama Latin

Anrederacordifolia (Ten.) Steenis diklasifikasikan sebagai berikut:

(Integrated Taxonomic Information System, Desember 2019)

Regnum : Plantae

Subreknum : Viridiplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Superdivision : Embryophyta 

Division : Tracheophyta 

Subdivision : Spermatophytina 

 Class : Magnoliopsida

Superorder : Caryophyllanae 

Order : Caryophyllales

5
6

Family : Basellaceae

Genus : Anredera

Species : Anrederacordifolia (Ten.) Steenis

Seperti herba lainnya, binahong memiliki berbagai sinonim

dan sebutan nama. Berbagai sinonim dari AnrederaCordifolia (ten.)

steenis ini antara lain BoussingaultiaCordifolia (ten.),

BoussingaultiaGracilisMiers, BoussingaultiaBasselloides,

BoussingaultiaPseudobasselloidesHaum (Utami dan Desty. 2013).

2. MorfologiTanaman Binahong

AnrederaCordifolia (ten.) steenis atau biasa di kenal dengan

sebutan binahong merupakan tanaman menjalar yang bersifat

oerennial (berumur lama). Panjang tanaman bisa sampai 5 meter,

batang lunak, bentuk silindris, atau saling membelit, berwarna

merah, dan bagian dalam solit dengan permukaan halus serta

memiliki akar tunggang berdaging lunak dan berwarna cokelat

kotor. Memiliki daun tunggal, tangkai pendek, tersusun berseling,

berwarna hijau, bentuk jantung, panjang daun 5-10 cm, lebar daun

3-7 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, dan

permukaannya licin.

Binahong juga memiliki sebutan nama lain, seperti anredera

del mosquito, lamb’stails, mignonettevine, parrade Madeira

(Spanish), filikafa, gulfmedeiravine, heartleafmadeiravine, Madeira


7

vine (inggris), tapau, ‘ualahupe, teng sanchi, dhengsanchi(China),

binahong, gondola (Indonesia).

3. Kandungan kimiaTanaman Binahong

Binahong atau si daun ini memiliki kandungan senyawa aktif

berupa terpenoid, saponin, fenol, minyak atsiri, dan flavonoid.

4. Manfaat Binahong

Binahong dipercaya memiliki khasiat untuk membantu

pengobatan luka, tipus, maag, radang usus, ambeien,

pembengkakan, pembekuan darah, rematik, luka memar, asam

urat, stroke, dan diabetes melitus(Utami dan Desty. 2013).

Menurut bargumono (2013), menyatakan bahwa Binahong

juga dapat menyembuhkan memar karena terpukul atau jatuh,

rematik, terkena api (panas), pegal linu, menghaluskan kulit, nyeri

utar, sesak nafas, kencing manis, batuk, gatal-gatal, radang ginjal,

darah rendah, patah tulang, penambahan nafsu makan, dan

jerawat.

B. BALSEM

Balsem adalah salah satu dari berbagai zat bergugus aromatik

yang digunakan untuk penyembuhan dan menenangkan yang

diterapkan secara eksternal sebagai obat atau mengurangi iritasi.

Balsem merupakan bahan yang mempunyai banyak fungsi terutama

untuk meredakan rasa nyeri pada otot, meredakan bengkak pada kulit

karena gigitan serangga, meringankan gejala masuk angin,


8

menghangatkan tubuh, dan lain sebagainya. Membuat balsem

sangatlah mudah dengan menggunakan bahan dasar yang bisa

didapatkan di apotik atau toko-toko yang menjual bahan kimia

(Duyrestijn, 2010).

Balsem adalah suatu produk yang mirip dengan salep bentuknya

lembek, mudah dioleskan, dan mengandung bahan aktif digunakan

sebagai obat luar yang berfungsi untuk melindungi dan mengilangkan

rasa sakit atau nyeri.Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-III, salep

adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-IV, salep

adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada

kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon,

dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar

salep yang dapat larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu

dari dasar salep tersebut (Ditjen POM, 1979).

Komponen balsam/salep

Menurut Ansel (1989), pemilihan basis salep yang dipakai dalam

formulasi sediaan salep tergantung faktor-faktor berikut:

1. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari basis salep.

2. Keinginan peningkatan absorbsi obat dari basis salep.

3. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh basis salep.

4. Kekentalan atau viskositas dari basis salep.


9

Harus dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan

juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Pemilihannya

adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum

menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling diharapkan

(Ansel, 1989).

Berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan

sebagai berikut:

a. Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon (dasar salep berlemak) bebas air,

preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam

jumlah sedikit saja, bila lebih minyak sukar bercampur. Kerjanya

sebagai bahan penutup saja. Tidak mengering atau tidak ada

perubahan dengan berjalannya waktu. Dasar salep hidrokarbon

yaituVaselinum, Jelene, minyak tumbuh-tumbuhan.

b. Dasar salep absorpsi

Dasar salep absorpsi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:

1. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari

pembentukan emulsi air dan minyak (misalnya:

PetrolatumHidrofilikdan LanolinAnhidrida).

2. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi),

memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah

larutan berair (misalnya: LanolindanCold Cream).


10

Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak

menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar

salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak, dasar salep

absorpsi tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.

c. Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air

Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan

emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian

dengan air. Atas dasar ini bahantersebut sering dikatakan sebagai

bahan dasar salep “tercuci air”.

d. Dasar salep yang dapat larut dalam air

Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air, yang

mengandung kedua-duanya, komponen yang larut maupun yang

tidak larut dalam air, dasar yang larut dalam air hanya mengandung

komponen yang larut dalam air. Tetapi, seperti dasar salep yang

dapat dibersihkan dengan air basis yang dapat dicuci dengan air.

Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai greaseless

karena tidak mengandung bahan berlemak (Ansel, 1989).

Metode pembuatan salep

Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode

umum, yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Metode

untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat

bahannya.
11

1. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep

dicampur dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

2. Peleburan

Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen

dari salep dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan

didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.

Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan

pada cairan yang sedang mengental setelah didinginkan. Bahan

yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari

campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau

penguapan dari komponen.

C. EKSTARKSI

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang

dapat larut sehinggga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut

dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat

dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan

minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat

(Ditjen POM, 2000).


12

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok.

diluar pengaruh matahari langsung (Ditjen POM, 1979).

Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling

sederhana, menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa

kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen

POM, 2000). Maserasi digunakan untuk nenyari zat aktit yang

mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung stirak,

benzoin dan lain-lain. Maserasi pada umumnya dilakukan

dengan cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dalam 75

bagian cairan penyari (pelarut) (Ditjen POM, 1986).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan

mengalirkan pelarut melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan dan

perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak)

secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks
13

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan pada residu pertama sampai 3-5 kali

sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

4. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus

sehingga teijadi ekstraksi yang berkelanjutan dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan (kamar) yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

40-50°C.

6. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada

temperatur pemanasan air (bejana infus tercelup dalam air

penangas air mendidih), temperatur terukur (96-98°C) selama

waktu tertentu (15-20 menit).

7. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dengan

temperatur titik didih air.


14

8. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial. Senyawa menguap akan

terikut dengan fase uap air dari ketel secara kontinu dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan

menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian

(Ditjen POM, 2000).

D. URAIAN BAHAN

1. Mentol(Rowe, etal, 2009)

Mentol adalah bahan alam yang di peroleh dari minyak atsiri

beberapa spesies Menth, atau yang dibuat secara sistemik berupa

mentol rasemik.

Nama resmi : MENTHOLUM

Sinonim : Mentol

Pemerian : Hablur berbentukjarum atau

perisma, tidak berwarna, bau

tajam seperti minyak permen,

rasa panas, dan aromatik di ikuti

rasa dingin.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat


15

mudah larut dalam etanol, dalam

kloroform P, dan dalam eter P,

mudah larut dalam parafin cair P,

dan dalam minyak atsiri.

Bobot molekul : 156,27

Fungsi dalam formula : Korigen, anti iritan

Konsentrasi : 0.05–10.0%

2. Ceraalba(Rowe, etal, 2009)

Malam putih dibuat dengan memutihkan malam yang

diperoleh dari sarang lebah Apismellifera L atau spesies apis lain.

Nama resmi : CERA ALBA

Sinonim : Ceraalba (malam putih)

Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening,

putih kekuningan, bau khas

lemah.

Kelarutan : Praktis tidak larutdalam air,

agak sukar larut dalam etanol

(95%) P dingin, larut dalam

kloroform P, dalam eter P

hangat, dalam minyak lemak dan

dalam minyak atsiri.

Bobot molekul :-

Fungsi dalam formula : Zat tambahan


16

Konsentrasi : 1–20 %

3. Vaselin album(Rowe, etal, 2009)

Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat

yang telah di putihkan, di peroleh dari minyak mineral.

Nama resmi : VASELINUM ALBUM

Sinonim : Vaselin putih

Pemerian : Massa lunak, lengket, bening,

putih, sifat ini tetap setelah zat

dileburkan dan dibiarkan hingga

dingin tanpa di aduk.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan

dalam etanol (95%) P,larut

dalamkloroform P, dalam eter

P,larutan kadang-kadang

beropalesensi lemah.

Bobot molekul :-

Fungsi dalam formula : Zat tambahan


17

4. Metil paraben(Rowe, etal, 2009)

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Sinonim : Metil paraben

Pemerian : Serbuk hablurhalus putih,

hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak

membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : Larutdalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3,5 bagian, etanol (95%)

P dan dalam 3 bagian aseton

P,mudah larut dalam eter P, dan

dalam larutan

alkalihidroksida,larut dalam 60

bagian gliserol P panas dan 40

bagian minyak lemak nabati

panas, jika didinginkan larutan

tetap jernih.

Bobot molekul : 152,15

Fungsi dalam formula : Zat pengawet

Konsentrasi : 0,05 - 0,25%

5. PropoilParaben

Nama resmi : PROPYLPARABEN


18

sinonim : PropilParaben

Pemerian : Putih, kristal, tidak berbau, dan

hambar bubuk

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air,

mudah larut dalam etanol dan

eter, sukar larut dalam air

mendidih.

Berat molekul : 180,20

Fungsi dalam formula : Pengawet

Konsentrasi : 0,1-0,6%
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian

eksperimental.

B. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian akan dilakukan pada bulan april sampai mei 2020

yang bertempat di laboratorium farmasi stikespelamoniamakassar.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah wadah baslem, sendok

tanduk, timbangan analitik, cawan porselin, gelas ukur, batang

pengaduk, aluminium foil, kertas saring.

Adapun bahan yang digunakan yaitu daun bihahong,

menthol, ceraalba, vaselin album, metil paraben dan profil paraben.

D. PROSEDUR KERJA

1. PENYIAPAN SAMPEL

Daun binahong yang masih berwarna hijau dan segar

diambil kemudian dicuci hingga bersih menggunakan air yang

mengalir, kemudian dilakukan perajangan dan di keringkan.

19
20

2. EKSTRAKSI

Penelitian ini menggunakan daun binahong (Anredera

cordifolia (ten.) steensi) yang dikeringkan dan dibuat serbuk

simplisia. Kemudian serbuk simplisia tersebut diekstraksi dengan

metode maserasi yaitu perendaman serbuk simplisia dengan

pelarut etanol 70% dalam wadah toples kaca untuk menarik atau

melarutkan zat atau kandungan kimia yang terdapat pada serbuk

simplisia daun binahong. Perendaman dilakukan selama 3 hari dan

setiap harinya simplisia di aduk 3 sampai 4 kali selama

peremdaman serbuk simplisia berlangsung. Setelah perendaman

selesai, simplisia tersebut disaring dengan kain putih untuk

memisahkan ambasnya dari ekstrak cair simplisia. Ekstrak cair

tersebut disaring kembali menggunakan kertas saring supaya tidak

ada betul ampas halus yang ada diekstrak cair tersebut. Maserasi

dilakukan dua kali dengan menggunakan ampas simplisia yang

telah dipakai sebelumnya atau yang sering di sebut dengan

remaserasi simplisia. Hal ini bertujuan agar semua zat aktif pada

serbuk benar-benar tertarik atau larut dalam pelarut yang di

gunakan.

.
21

3. RANCANGAN FORMULA

Konsentrasi
NO. Formula Kegunaan
FI F II F III
1. ekstrak
10% 20% 40% Zat aktif
Anrederacordifolia
2. Korigen, anti
Menthol 5% 5% 5%
iritan
3. ceraalba q.s q.s q.s Pengeras
4. vaselin album Ad 20 gr ad 20 gr Ad 20 gr Basis Balsem
5. metil paraben 0.2% 0.2% 0.2% Pengawet
6. Profil paraben 0,3% 0,3% 0,3% Pengawet
Tabel 1.1 : Rangcangan Formula

4. PEMBUATAN BALSEM

Pembuatan balsem di lakukan dengan cara peleburan.

Pertama timbang seluruh bahan sesuai perhitungan yang telah

didapat. Kemudian ceraalba dan vaselin album dilebur dalam

waterbet hingga mencair. Kemudian ditambahkan propil paraben

dan metil paraben diaduk hingga homogen. Setelah homogen,

kemudian ditambahkan eksrak daun binahong dan menthol. Aduk

hingga semua bahan tercampur rata atau homogen.

5. EVALUASI BALSEM

Evaluasi sediaan balsem meliputi uji organoleptik,uji

homogenitas, uji pH, dan uji hedonik.

a. Uji organoleptis
22

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati

sediaan dari bentuk, bau dan warna sediaan. Menurut

Depkes RI, spesifikasi sediaan yang harus dipenuhi

adalah memiliki bentuk sediaan setengah padat, warna

harus sesuai dengan spesifikasi pada saat pembuatan

awal dan baunya tidak tengik.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas sediaan balsem sebanyak 1 g

kemudian dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan

yang homogen. Sediaan yang homogen ditandai

dengan tidak terdapatnya gumpalan pada hasil

pengolesan, struktur yang rata dan memiliki warna

yang seragam dari titik awal pengolesan sampai titik

akhir pengolesan, bagian atas, tengah dan bawah dari

wadah balsem.

c. Uji pH

Uji pH balsem dengan cara pH stik dimasukkan dalam

sediaan, kemudian perubahan warna yang terjadi pada

pH stik menunjukkan nilai pH pada balsem, pH harus

sesuai dengan pH kulit yaitu 4-5, 6-5.

d. Uji Hedonik
23

Uji hedonik dilakukan secara visual pada 15

responden. Peserta yang menjadi responden di pilih secara

acak baik itu laki-laki atau perempuan berbaigai usia.

Setiap peserta di minta untuk mengaplikasi sediaan balsem

daun binahong pada kulit, kemudian peserta mengisi

kuisioner yang telah diberikan.


24

BAB IV

HASIL DAN PEMBHASAN

A. HASIL

Gambar 1.1 : Hasil sediaan balsem

Uji Pengamatan
F1 F2 F3
Organoleptis Bau Aroma Aroma Aroma
binahong ? binahong / binahong /
menthol menthol menthol
Warna Hijau Muda Hijau Tua Hijau Gelap
Bentuk Semi Padat Semi Padat Semi Padat
Homogenitas Tidak Tidak Tidak
homoden homogen homogen
Ph 6 6 6
Tabel 1.2 : Hasil efalusi dan uji sediaan balsem

Tabel 1.3 : Persentase Uji Hedonik

Sampel
Skor penilaian
F1 F2 F3
Sangat suka 20 % 26,7 % 20 %
Suka 46,7 % 53,3 % 40 %
Aroma
Kurang suka 26,7 % 13,3 % 40 %
Tidak Suka 6,6 % 6,6 % 6,6 %
Sangat suka 20 % 20 % 13,3 %
Warna Suka 46,7 % 53,3 % 46,6 %
Kurang suka 20 % 20 % 20 %
Tidak suka 13,3 % 6,6 % 20 %
25

Tidak suka 20 % 20 % 20 %
Suka 40 % 46,7 % 40 %
Tekstur
Kurang suka 26,7 % 26,7 % 33,3 %
Tidak suka 13,3 % 6,6 % 6,6 %

B. PEMBAHASAN

Salah satu sediaan farmasi yang sering di gunakan

masyarakat yaitu sediaan balsem. Balsem merupakan sediaan

semi padat yang biasa di gunakan untuk meredakan nyeri otot dan

pegal-pegal. Sediaan balsem banyak digunakan oleh masyarakat

dikarenakan harganya yang ekonomis dan pemakaian balsem yang

mudah yaitu cukup dioleskan sediaan balsem pada kulit di daerah

nyeri.

Pembuatan balsem dari ekstrak daun binahong ini dibagi

menjadi 3 formula dengan meningkatkan konsentrasi ekstrak daun

binahong pada setiap formula yaitu 10%, 20%, dan 40%.

Selanjutnya ekstrak dicampurkan beberapa bahan lain yaitu vaselin

album, ceraalba, metil paraben, propil paraben dan menthol hingga

menjadi sediaan balsem. Selanjutnya dilakukan uji fisik pada

sediaan balsem seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji

mekanik dan uji hedonik.

Pengamatan organoleptis bertujuan untuk mengamati

secara fisik adanya perubahan warna, aroma, maupun bentuk yang

terjadi selama penyimpanan sediaan. Secara organoleptis pada

seluruh sediaan balsem ekstrak daun binahong pada tahap awal


26

formula I berwarna hijau muda, aroma binahong dan methol serta

bentuk semi padat. Formula II berwarna hijau tua, aroma binahong

dan methol serta bentuk semi padat. formula III berwarna hijau

gelap, aroma binahong dan methol serta bentuk semi padat.

Setelah penyimpanan, di lakukan kembali pengujian dan dari hasil

yang di peroleh dari ketiga formula tersebut tidak terjadi perubahan

warna, aroma, dan bentuk selama penyimpanan. Dari hasil evaluasi

organoleptis sediaan balsem ekstrak daun binahong dapat di

ketahui bahwa sediaan tetap stabil dalam penyimpanan.

Pengamatan homogenitas bertujuan untuk mengamati

secara fisik adanya susunan partikel kasar atau ketidak

homogenitas yang terjadi selama penyimpanan. Secara

homogenitas dari ketiga formulasi baslem ekstrak daun binahong

diketahui bahwa seluruh sediaan tidak homogen. Hal ini di

karenakan adanya endapan pada seluruh sediaan.

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan pada

waktu digunakan. Berdasarkan pengamatan awal pada uji pH,

formula I, II, dan III menunjukkan pH 6. Setelah penyimpanan di

lakukan kembali pengukuran pH pada seluruh sediaan dan hasil

menunjukkan formula I, II, dan III menunjukkan pH 6. Dari evaluasi

uji pH sediaan balsem ekstrak daun binahong diketahui bahwa

sediaan tetap stabil selama penyimpanan dan tetap dalam range


27

pH normal untuk kulit yaitu 5-6. Sehingga sediaan baslem ekstrak

daun binahong relatif aman pada kulit saat di gunakan.

Evaluasi uji mekanik dilakukan dengan menggunakan alat

Centrifuge dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Pada

pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah selama

pendistribusian dapat mempengaruhi sediaan balsem atau tidak.

Setelah pengujian dilakukan maka diketahui bahwa dari ketiga

formula tersebut formula I, II, danIII tidak mengalami perubahan

bentuk, baik homogenitas sediaan maupun terjadi pemisahan

dalam formula sediaan pomade.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil evalusi pada peneliatian ini, dapat di simpulkam

bahwa perbedaan konsentrasi dari ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia (ten.) Steenis) dapat mempengaruhi tekstur

dan warna pada sediaan baslem. Dari hasil uji hedonik dapat di

ketahui bahwa sediaan balsem ekstrak daun binahong dapat di

terima oleh responden dari aspek warna, aroma dan bentuk.

B. SARAN

Saran bagi penelirti selanjutnya agar dapat mengembangkan

penelitian lebih lanjut untuk sediaan farmasi lainnya dengan bahan

aktif daun binahong.

28
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, sri murni. 2011. Skrining fitokimia dan uji aktifitasantibiotika


ekstrak etanol daun, batang, bunga dan umbi tanaman binahong
(anrederacordifolia (ten.) Steeni. Artikel.
Http://artikeledp.files.wordpress.com. Diakses maret 2014.

Bargumono HM. 2013. Tiga puluh tiga (33) tanaman toka (tanaman obat,
kosmetika,aromatika bermanfaat untuk semua umat). Jogja:
Leutikaprio.

Ditjen POM. 1979.FarmakopeIndonesiaEdisi III. Jakarta: Departemen


KesehatanRepublik Indonesia.Halaman.

Ditjen POM. 1995.FarmakopeIndonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM. 1986. Sediaan Gelenik. Jakarta: Departemen


KesehatanRepublik Indonesia.Halaman. 10-11.

Ditjen POM. 2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman. 10-12.

Duyrestijn. 2010. Kimia sederhana. Bandung : bina cipta.

Hafidz. A.H, Umar. 2016. Kandungan Senyawa Saponin pada Daun,


Batang dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis). Universitas PGRI. Semarang: Planta Tropika Journal of
Agro Science Vol 4 No 1

https://itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt#null. Diakses Desember 2019

Ines gusti pebri, Rinidar, Amiruddin. 2017. pengaruh pemberian ekstrak


daun binahong (anredera cordifolia) terhadap proses
penyembuhanlukainsisi (vulnusincisivum).
Irfan Mufti, Ali Yazid, dan Aznam, Nurfina. 2018. Uji Efek Analgetik Infusa
Daun Binahong [Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis] Dengan
Metode Geliat. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains.
Universitas Negeri Yogyakarta
Manoi, f. 2009. Binahong (anredera cordifolia) (ten) steenis) sebagai
obat. Jurnal warta Penelitian dan pengembangan tanaman industri.
Vol 15 no 1:3.
Paju, N., Yamlean, P.V.Y., dan Kojong, n. 2013. Uji efektivitas salep
ekstrak daun binahong (anrederacordifolia (ten.) Steenis) pada
kelinci (oryctolaguscuniculus) yang terinfeksi bakteri
staphylococcusaureus. Jurnal ilmiah farmasi, vol. 2 (1): 51-61.
Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E. 2009.Handbook of
Pharmaceutical Excipients,SixthEdition, Rowe R. C., Sheskey, P.
J., Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and
American PharmacistsAssosiation

Suseno. 2013. Kandungan binahong. Http:www.jurnal.stkipgarut.ac.id.


Diakses tanggal 19 September 2016.

Utami, Prapti dan Desty, ErviraPuspaningtyas. 2013. The Miracle


of Herbs. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Who. 2005. National policy on traditionalmedicineandregulation of herbal
medicines, Report of a who global survey, geneva.
LAMPIRAN : 1

SKEMA KERJA

Ceraalba + vaselin Menthol + metil paraben


album + propilparaben

Dilebur Digerus

Dicairkan Dihomogenkan

Dicampur

Dihomogenkan

Ditambahkan

Ekrak daun binahong

Di homogenkan

Evaluasi

a. Uji organoleptis
Di kemas dalam wadah b. Uji homogenitas
c. Uji pH
d. Uji hedonik
LAMPIRAN : 2

PERHITUNGAN BAHAN

1. Formula I yaitu :

Tiap 30gr mengandung :

10 %
a. Ekstrak daun binahong : x 30 gram = 3 gram
100

5%
b. Mentol : x 30 gram = 1,5 gram
100

0,2 %
c. Metil paraben : x 30 gram = 0,06 gram
100

0,3 %
d. Propilparaben : x 30 gram = 0,09 gram
100

2. Formula II yaitu :

tiap 30 gr mengandung :

20 %
a. Ekstrak daun binahong : x 30 gram = 6 gram
100

5%
b. Mentol : x 30 gram = 1,5 gram
100

0,2 %
c. Metil paraben : x 30 gram = 0,06 gram
100

0,3 %
d. Propilparaben : x 30 gram = 0,09 gram
100

3. Formula III yaitu :

Tiap 30 gr mengandung :

40 %
a. Ekstrak daun binahong : x 30 gram = 12 gram
100

5%
b. Mentol : x 30 gram = 1,5 gram
100
0,2 %
c. Metil paraben : x 30 gram = 0,06 gram
100

0,3 %
d. Propilparaben : x 30 gram = 0,09 gram
100

LAMPIRAN : 3

FORMULIR UJI HEDONIK (UJI KE SUKAAN)

Nama Responden :

Umur :

Petunjuk Penilaian

Dihadapan saudara di sajikan 3 buah sampel balsem, saudara di

minta memberikan penilaian terhadap keharuman aroma, warna dan

tekstur. Kemudian isi tabel di bawah ini:

Sampel
Parameter Skor penilaian
1 2 3
Sangat suka
Suka
Aroma
Kurang suka
Tidak suka
Sangat suka
Suka
Warna
Kurang suka
Tidak suka
Sangat suka
Suka
Tekstur
Kurang suka
Tidak suka

Anda mungkin juga menyukai