Anda di halaman 1dari 17

BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

BAB II
PERLAKUAN PANAS

2.1 Tujuan
1. Menjelas kan tujuan dari proses Heat Treatment (PerlakuanPanas).
2. Menjelaskan jenis-jenis Heat Treatment (PerlakuanPanas).
3. Mengetahui prinsip dan tahapan proses perlakuan panas pada spesimen baja
AISI 1045.
4. Mengetahui pengaruh proses pemanasan terhadap kekerasan material baja AISI
1045.
5. Mengetahui pengaruh media pendingin terhadap nilai kekerasan baja AISI 1045
6. Menentukan nilai kekerasan baja AISI 1045 yang telah dilakukan proses
perlakuan panas.
7. Mengetahui cara dan tahapan proses pengujian kekerasan.

2.2 Teori dasar


Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan sehingga
tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat dilunakan untuk
memudahkan proses pemesinan lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan
dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat diperbesar atau diperkecil. Selain itu
ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras
disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas tepat, komposisi
kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis. Baja perkakas adalah suatu jenis baja paduan
yang mempunyai komposisi dan toleransi yang sangat ketat dimana unsur-unsur
pembentuk kabrida merupakan faktor penting pada sifat mampu keras baja tersebut.
Dalam proses pembuatannya baja perkakas dilebur dalam tungku listrik dengan kontrol
metalurgis yang sangat hati-hati, ini dimaksudkan untuk menghindari cacat pada
material. Selanjutnya baja perkakas diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik
untuk menjamin adanya ketepatan spesifikasinya. Semua ini dilakukan karena dalam

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 6


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

pemakaiannya baja perkakas banyak digunakan sebagai cetakan yang harus mempunyai
ketahanan terhadap pembebanan dan Temperatur tinggi secara berulang-ulang dalam
jangka panjang tanpa mengalami patah dan aus akibat deformasi.
Pemilihan baja perkakas tergantung pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai
dengan penggunaannya. Ditinjau dari kandungan karbonnya, maka pembagian baja
dapat dikelompokan sebagai berikut:
• Baja karbon rendah ( < 0,2 %C )
• Baja karbon medium ( < 0,2-0,5 % C )
• Baja karbon tinggi ( > 0,5 % C )
Perubahan sifat mekanik pada baja dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas
(Heat Treatment), yang merupakan proses pemanasan baja sampai Temperatur
pemanasan tertentu dan ditahan beberapa waktu hingga Temperaturnya merata
kemudian dilakukan pendinginan cepat (Quenching). Proses ini menghasilkan struktur
martensit yang bersifat keras tetapi getas, untuk menurunkan sifat getasnya dapat
dilakukan dengan proses temper.
Diagram Keseimbangan Besi Karbon (Fe-C)
Menurut George Krauss (1995: 1-4), diagram keseimbangan besi karbon dapat
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan perlakuan panas. Penggunaan diagram ini
relatif terbatas karena beberapa metode perlakuan panas digunakan untuk menghasilkan
struktur yang non-equilibrium. Akan tetapi pengetahuan mengenai perubahan fasa pada
kondisi seimbang memberikan ilmu pengetahuan dasar untuk melakukan perlakuan
panas. Bagian diagram Fe-C yang mengandung karbon dibawah 2 % menjadi perhatian
utama untuk perlakuan panas baja.
Metode perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan fasa austenit pada sistem Fe-
C. Transformasi austenit selama perlakuan panas ke fasa lain akan menentukan struktur
mikro dan sifat yang didapatkan pada baja.
Besi merupakan logam allotropik, artinya besi akan berada pada lebih dari bentuk
kristal tergantung dari Temperaturnya. Pada suhu kurang dari 912 0C (1674 0F) berupa
besi alfa (α). Besi gamma (γ) pada suhu antara 912-1394 0C (1674-2541 0F). Besi delta
(δ) berada pada suhu 1394 oC – 1538 oC (2541 oF-1538 oF). Penambahan unsur karbon
ke besi memberikan perubahan yang besar pada fasa-fasa yang ditunjukan oleh diagram

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 7


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

keseimbangan besi karbon. Selain Karbon pada baja terkandung juga unsur-unsur lain
seperti Si, Mn dan unsur pengotor lain seperti P, S dan sebagainya. Unsur-unsur ini
tidak memberikan pengaruh utama kepada diagram fasa sehingga diagram tersebut
dapat digunakan tanpa menghiraukan adanya unsur-unsur tersebut. Proses pemanasan
baja dilakukan diatas Temperatur austenisasi, namun jangan terlalu tinggi karena dapat
mempengaruhi struktur yang terbentuk yang disebabkan oleh pertumbuhan butir dari
fasa austenit. Semakin besar butir yang terbentuk, maka semakin kasar dan kekuatannya
semakin menurun. Temperatur yang digunakan dalam pemanasan baja disebut
Temperatur austenisasi ( Tγ ).

Adapun Temperatur austenisasi pada tiap-tiap baja berdasarkan kandungan


karbonya adalah:
• Baja Hypo eutektoid, Tγ adalah A3 + 50 s/d 100 °C
• Baja Hypereutektoid, Tγ nya adalah: Acm + 50 s/d 100 °C atau A13 +50 s/d 100
°C
Pada proses pendinginan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pendinginan lambat
dan pendinginan cepat. Pendinginan lambat biasanya dilakukan dengan cara didingikan
didalam tungku dan didinginkan melalui udara bebas. Pendinginan cepat dilakukan
dengan cara dicelupkan kedalam media quench berupa brine, air, oli dan air garam.
Pengaruh masing-masing unsur yang biasanya dipadukan dalam baja diuraikan sebagai
berikut:
1. Carbon (C) Unsur ini merupakan paduan utama yang dipakai dalam baja,
pemakaiannya dimaksudkan untuk:
• Membentuk karbida yang bersifat keras
• Memperluas daerah austensit, menambah kekuatan dan ketahanan daerah geser
austensit.
• Mengeraskan baja dengan struktur martensit yang dihasilkannya.
• Makin sedikit kadar karbon akan menggeser hidung kurva diagram TTT kekiri
begitupun sebaliknya.
2. Krom (Cr) Unsur paduan ini dalam baja yang pemakaiannya dimaksudkan
antara lain:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 8


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

• Meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi


• Meningkatkan sifat mampu mesin dan umur panjang.
• Menambah kekuatan pada Temperatur tinggi.
• Pembentuk karbida yang sangat keras sehingga mempunyai ketahanan aus yang
baik
• Penstabil ferit, memperluas daerah ferit dan mempersempit daerah austenit
sehingga baja krom pada Temperatur kamar sama dengan baja feritik.
3. Silikon (Si) Unsur paduan ini dalam baja yang pemakaiannya dimaksudkan
antara lain:
• Memperkuat baja paduan rendah.
• Sebagai penstabil ferrit.
• Meningkatkan ferrit.
• Memperbaiki ketahanan korosi pada Temperatur tinggi.
• Memperbanyak penggrafitan.
• Meningkatkan konduktifitas magnet dan listrik.
4. Mangan (Mn) Unsur mangan pada baja berfungsi antara lain:
• Mangan merupakan unsur yang dapat berfungsi sebagai desulfuran yaitu
pengikat sulfur sehingga memperkecil terbentuknya sulfida besi (FeS) yang dapat
menimbulkan rapuh panas (Hot Shortness), hal ini dapat mencegah terjadinya kegetasan
pada suhu tinggi.

• Memperluas daerah austensit.


• Meningkatkan kemampuan untuk dikeraskan.
• Meningkatkan keuletan dan kekuatan tarik.
• Memperluas daerah perlit.
• Menstabilkan fasa karbida dan sebagai unsur pembentuk karbida.
5. Nikel (Ni) Unsur nikel dalam baja berfungsi antara lain:
• Memperluas daerah austensit.
• Meningkatkan kemampuan untuk dikeraskan.
• Meningkatkan keuletan baja feritik dan baja perlitik pada Temperatur rendah.
6. Wolfram (W) Unsur paduan dalam baja, pemakaiannya dimaksudkan untuk:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 9


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

• Meningkatkan kekerasan dan kekuatan pada Temperatur tinggi.


• Membentuk karbida yang kuat sehingga membentuk partikel yang tahan aus.
7. Vanadium (V) Unsur paduan ini dalam baja, pemakaiannya dimaksudkan antara
lain:
• Memantapkan ferrit.
• Menurunkan kekerasan austenit.
• Sebagai pembentuk karbida yang kuat.
• Mengurangi pengembangan butir pada suhu yang tinggi.
• Membatasi pertumbuhan butir sehingga karbida-karbida tersebar secara halus
dan merata.
8. Molybdenum (Mo) Unsur paduan ini dalam baja, pemakaiannya dimaksudkan
antara lain:
• Meningkatkan ketahanan korosi
• Pembentuk karbida sehingga mempunyai partikel-partikel yang tahan pada
gesekan dan sangat besar pengaruhnya terhadap sifat mampu keras.
• Meningkatkan kekuatan dan kekerasan.
• Meningkatkan mampu bentuk.
• Meningkatkan kekerasan butir pada fasa austenit.
• Memperlambat proses difusi.
• Mencegah pertumbuhan butir pada Temperatur tinggi.

Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu.
Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon, karena itu baja ini
dikelompokan berdasarkan kadar karbonnya. Baja karbon rendah adalah baja dengan
kadar karbon kurang dari 0,30%, baja karbon sedang mengandung 0,30% sampai 0,45%
karbon dan baja karbon tinggi berisi karbon antara 0,45% sampai 1,70%.
Pada perlakuan panas terdapat beberapa proses yang dikenal atau dilakukan pada
pemanasan logam seperti:
• Quenching (pengerasan baja)
Proses Quenching atau pengerasan baja adalah pemanasan di atas Temperatur kritis
(723°C) kemudian Temperatur dipertahankan dalam waktu sampai suhu merata,

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 10


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

selamjutnya dengan cepat baja tersebut didinginkan dalam suatu media pendingin
sehingga diperoleh martensit yang halus

• Annealing
Proses Annealing atau proses pelunakan baja merupakan proses dimana proses
pemanasan samapi di atas suhu Temperatur kristalnya. Selanjutnya dibiarkan sampai
beberapa lama, samapai Temperatur merata, disusul dengan pendinginan secara
perlahan-lahan dalam tungku dan dijaga agar Temperatur bagian dalma tungku dan kira-
kira sama sehingga diperoleh struktur yang diinginkan
• Normalizing
Merupakan proses pemanasan logam sampai mencapai fasa austenik yang kemudian
didinginkan dengan media pendingin udara. Hasil pendinginannya berupa ferit. Namun
lebih halus dibandingkan Annealing.
• Hardening
Merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas Temperatur kritisnya
(723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin yang telah
disiapkan.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 11


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

2.2Tata Cara Praktikum


2.2.1 Skema Proses

Alat dan Bahan


disiapkan

Lakukan Heat
treatment di dalam
tungku

Holding time
dilakukan

Lakukan pendinginan
Annealing,
Normalizing,
queenching air,
quenching oli

Lakukan
pengamplasan

Uji kekerasan

Analisa dan
Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.1 Skema proses perlakuan panas


2.2.2 Penjelasan Skema Proses
 Alat dan bahn disiapkan, untuk proses heat treatment (baja yang digunakan
adalah Baja AISI 1045)
 Spesimen dilakukan pemanasan di dalam tungku muffle hingga temperature
mencapai 870 derajat celcius
 Lakukan holding time selama 15 menit atau 900 detik
 Specimen dikeluarkan dari tungku lalu dilakukan pendinginan (normalizing,
annealing, quenching air dan quenching oli)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 12


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

 Pengamplasan dilakukan
 Pengujian kekarans dilakukan kepada specimen
 Analisa dan pembahasan dibuat
 Kesimpulan dibuat

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Alat
1. Tungku muffle : 1 buah
2. Penjepit spesimen : 1 buah
3. Mesin uji kekerasan Brinell : 1 buah
4. Mesin uji kekerasan Rockwell : 1 buah
5. Body protector : 1 buah
6. Sarung tangan : 1 Pasang
7. Jangka sorong : 1 buah
8. Apron dada : 1 buah
9. Cetakan : 4 buah

2.3.2 Bahan
1. Baja AISI 1045 : 4 buah
2. Media pendingin oli : 1 drum
3. Media pendingin air : 1 drum
4. Kertas amplas 60,800,1000,1200 mesh : Secukupnya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 13


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
1. Jenis tungku : Tungku muffle
2. Metode pengujian kekerasan : Indentasi
3. Jenis mesin : Brinell / Rockwell C
4. Jenis indentor : Bola baja / Kerucut intan
5. Beban minor : Brinell – kg / Rockwell C 10 kg
6. Beban mayor : Brinell – kg / Rockwell C 150 kg
7. Betan total : Brinell – kg / Rockwell C – kg
8. Waktu penekanan : 10 s / 10 s

a. Hasil pengujian kekerasan


Keterangan Kekerasan (BHN)
Spesimen Jenis Temperur Holding HRC
No
uji perlakuan pemanasan time 1 2 3 rata-rata
o
panas ( C) (detik)
Baja AISI 138, 151, 157,
1. Annealing 850 900 149,5
1045 45 65 33
Baja AISI Normalizin 151, 138, 187,
2. 850 900 159,14
1045 g 65 46 31
Baja AISI Quenching 416, 400, 400,
3. 850 900 405,773
1045 oli 931 194 194
Baja AISI Quenching 476, 432, 492,
4. 850 900 477,376
1045 air 142 721 65

Tabel 2.1 Hasil pengujian kekerasan

2.5.2 Pengolahan Data


a. Perhitungan BHN

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 14


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

a.) Normalizing
2. P
 BHN = π . D ¿¿

500
=
15,7(0,21)
= 151,65 BHN

2. P
 BHN = π . D ¿¿

500
=
15,7(0,23)
= 138,46 BHN

2. P
 BHN = π . D ¿¿

500
=
15,7(0,17)
= 157,33 BHN

BHN 1+ BHN 2+ BHN 3


 BHN = 3
151,65+ 138,46+157,33
=
3
= 149,15 BHN

b.) Annealing
2. P
 BHN = π . D ¿¿

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 15


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

500
=
15,7(0,23)
= 138,46 BHN

2. P
 BHN = π . D ¿¿

500
=
15,7(0,21)
= 151,65 BHN

2. P
 BHN = π . D ¿¿

500
=
15,7(0,17)
= 157,33 BHN

BHN 1+ BHN 2+ BHN 3


 BHN = 3
138,46+151,65+157,33
=
3
= 149,15 BHN

c.) Quenching oli

 BHN = (11,1580 x HRC1) - 79,6

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 16


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

= (11,1580 x 44,5) - 79,6


= 496,931 BHN

 BHN =(11,1580 x HRC2) - 79,6


= (11,1580 x 43) - 79,6
= 400,194 BHN

 BHN =(11,1580 x HRC3) - 79,6


= (11,1580 x 43) - 79,6
= 400,194 BHN

BHN 1+ BHN 2+ BHN 3


 BHN = 3
138,46+151,65+157,33
=
3
= 149,15 BHN

d.) Quenching air

 BHN = (11,1580 x HRC1) - 79,6

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 17


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

= (11,1580 x 49) - 79,6


= 467,142 BHN

 BHN = (11,1580 x HRC2) - 79,6


= (11,1580 x 49,3) - 79,6
= 472,721 BHN

 BHN = (11,1580 x HRC3) - 79,6


= (11,1580 x 51) - 79,6
= 492,721 BHN

BHN 1+ BHN 2+ BHN 3


 BHN = 3
467,142+472,721+ 492,721
=
3
= 477,376 BHN

e.) Diagram Batang Nilai Kekerasan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 18


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

Annealing
195
190.19 190.19
190

185
Kekerasan (HB)

180
176.53
175

170

165
Uji 1 Uji 2 Uji 3
Pengujian ke-

Gambar 2.2 Diagram batang hasil pengujian kekerasan Annealing

Normalizing
255
250 248.88

245
Kekerasan (HB)

240
235
230 227.27 227.27
225
220
215
1 2 3
Pengujian ke-

Gambar 2.3 Diagram batang hasil pengujian kekerasan normalizing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 19


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

Quenching oli
575
571
570
565 562
Kekerasan (HB)

560
555 553
550
545
540
1 2 3
Pengujian ke-

Gambar 2.4 Diagram batang hasil pengujian kekerasan quenching oli

Quenching air
716
714
714

712
Kekerasan (HB)

710

708
706 706
706

704

702
1 2 3
Pengujian ke-

Gambar 2.5 Diagram batang hasil pengujian kekerasan quenching air

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 20


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

f.) Diagram Nilai Kekerasan Rata-rata Berbagai Media Pendingin

Kekerasan rata-rata
800
708
700

600 562

500
Kekerasan(BHN)

400

300
234.47
200 184.9

100
1 2 3 4
0
Annealing Normalizing Quenching(oli) Quenching (air
garam)

Jenis perlakuan panas

Gambar 2.6 Diagram nilai kekerasan rata-rata berbagai media pendingin

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum kali ini praktikan bertujuan untuk merubah sifat mekanik pada
logam, dengan menggunakan perlakuan panas. Untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan seperti pengerasan. Praktikan harus melakukan proses demi proses dengan
baik. Dari praktikum ini praktik dapat mendapatkan kekerasan dari material baja AISI
1045 dengan menggunakan cara tersebut yaitu normalizing, Annealing dan quenching.
Untuk quenching praktikan oli dan air sebagai media pendingin, dimana material akan
dipanaskan terlebih dahulu pada 850 derajat celcius dan langsung di celupkan ke masing
– masing media.
Masing – masing specimen mempunyai kekerasan yang berbeda-beda setelah
dilakukan proses pendinginan dimana kekerasan yang paling tinggi adalah pada
quenching air, namun bila specimen makin keras specimen juga akan semakin getas.
Dan kekerasan yang rendah adalah pada proses annealing dan normalizing dimana
material itu semaking lunak.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 21


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 19

Praktikan dapat mengetahui dapat mengetahui kekerasan masing-masing


specimen adalah dengan cara menggunakan mesin brinell dan Rockwell, mesinnya akan
memberi tahu nilai kekerasan dari specimen yang telah dilakukan proses pendinginan.
Setelah dilakukan perhitungan ternyata memang benar bahwa menggunakan proses
quenching dengan menggunakan media air akan menghasilkan sifat yang begitu keras
pada material namun material tersebut akan getas.

2.7 Kesimpulan
1. Pada Praktikum ini praktikan berhasil memahami proses pendinginan dan
pemanasan, yaitu pendinginan menggunakan Normalizing, Annealing serta
quenching
2. Prinsip dasar dari perlakuan panas adalah untuk mengubah sifat fisik, mekanik
dan terkadang sifat kimia dari suatu material
3. Proses Heat treatment dilakukan dengan prosedur yang telah diterapkan
4. Air memilki densitas yang lebih tinggi dibandingkan oli

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T. A. 2017/2018 22

Anda mungkin juga menyukai