Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP PENGELUARAN

PERKAPITA DI MIMIKA TAHUN 2011-2017

DI SUSUN OLEH :
NAMA : SUMARDIONO
NIM :3013011181030042
KELAS : B
MATA KULIAH : STATISTIK II

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JAMBATAN BULAN TIMIKA

TAHUN AKADEMIK

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
ANALISIS PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP PENGELUARAN
PERKAPITA DI MIMIKA TAHUN 2011-2017 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas besar pada Mata Kuliah STATISTIK II. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana pengaruh kemiskinan
terhadap pengeluaran perkapita di mimika periode 2011-2017 bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam


menyelesaikan tugas ini. Khususnya kepada bapak Dosen yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Timika,10 Desember 2020


Sumardiono
(301301191090144)

ii
DAFTAR ISI

Cover..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
3.1 Pengertian Kemiskinan..........................................................................................4
3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan..................................................................5
3.3 Pengertian Pengeluaran Per Kapita.....................................................................6
3.4 Analisis Perhitungan..............................................................................................8
1. Kolerasi Pearson Product Moment.................................................................8
2. Regresi Linear Sederhana...............................................................................9
 Konstanta B........................................................................................................9
 Konstanta A......................................................................................................10
 PERSAMAAN REGRESI LINEAR SEDERHANA............................................10
BAB IV............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
4.2 Saran...............................................................................................................11
Daftar Pustaka...............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya


berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan danmkonsumsi, tetapi
berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak
berdayaannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai masalah
yang berkenaan dengan pembangunan manusia.
Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan
gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Menurut penelitian Rahadian (2010), salah satu
permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah
masalah kemiskinan. Dimensi kemiskinan sangatlah luas dan bisa terjadi dimana
saja. Kemiskinan bisa terjadi pada siapa saja, baik ditingkat usia maupun ditingkat
pendapatannya.
Berdasarkan data Word Bank (2016), Indonesia menempati posisi ke-enam
dengan jumlah orang miskin terbesar di dunia pada tahun 2014. World Bank
(2016), mendefinisikan tingkat kemiskinan nasional sebagai persentase dari
populasi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Kemiskinan
di Indonesia merupakan masalah yang sedang dihadapkan oleh pembangunan
nasional dalam meningkatkan kinerja perekonomian guna tercipta lapangan kerja
dan tertatanya kehidupan dengan tujuan terwujudnya kesejahteraan penduduk
Indonesia. Agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka kemiskinan harus
disembuhkan atau di kurangi. Menurut Suyono (2010), Pengeluaran/Expenditure
merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
suatu periode tertentu. Sedangkan Pengeluaran per kapita merupakan jumlah yang
dikeluarkan secara tunai oleh pemerintah daerah baik secara rutin yang kemudian
dinamakan sebagai belanja rutin maupun belanja modal (Gatot, 2013). Adapun
pengertian pengeluaran atau Expenditure adalah belanja pemerintah daerah
dipengaruhi oleh populasi penduduk disuatu pemerintah daerah. Selain itu, jumlah
penduduk yang tinggi dan menjadi beban yang tinggi bagi pemerintah daerah
dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Halim dan
Damayanti (2008, 5) dalam Suyono (2010) menyatakan bahwa jumlah belanja
modal yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah lebih banyak
melakukan pengeluaran daerah akan dirasakan pada beberapa tahun setelah terjadi
belanja modal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan?
2. Faktor-faktor penyebab apa saja sehingga terjadi kemiskinan?
3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran perkapita ?
4. Bagaimana hubungan kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita di Timika?
5. Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita di Timika?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kemiskinan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja sehingga terjadi kemiskinan.
3. Untuk mengetahui pengertian pengeluaran per kapita.
4. Untuk mengetahui hubungan kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita di
Timika.
5. Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita di
Timika.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini, dilakukan oleh peneliti guna memenuhi tugas Statistik II. Peneliti
mendapat kan data dari Mimikakab.bps.go.id. antara lain data kemiskinan di Timika
dari tahun 2011-2017 dan data pengeluaran perkapita tahun 2011-2017.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Ir. M . Iqbal Hasan, M.M., 2005,”pokok-pokok Materi Statistik 2”, PT. Bumi
Aksara, Jakarta, Edisi kedua.
Dajan, Anto. 1986/1987, “ Pengantar Metode Statistik”, PT. Pustaka , Jakarta.
Suryabrata, Sumadi. 1983. “ Metodelogi Penelitian”. Jakarta : PT. raja Grafindo
Persada.
J . Supranto ,2008. “Statistik Teori dan Aplikasi “. Jakarta : Penerbit Erlangga,
Edisi ketujuh

3
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidak
mampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan
pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk
memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar Kesehatan masyarakat dan standar
pendidikan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan
kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada
prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan
akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan Kesehatan, maupun
pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu
dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki
pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak
memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).
Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan
adalah kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan
negara-negara dunia ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini
tidak hanya sekedar bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas
pada bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati,2004).
Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang
diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang
sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun
kesenjangan pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).
Studi pembangunan saat ini tidak hanya memfokuskan kajiannya pada faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai mengindintifikasikan segala
aspek yang dapat menjadikan miskin.

 Definisi Kemiskinan Secara Umum


Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi dan
pengukuran terhadap sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut
miskin (Nugroho, 1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia
memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin.
Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap
negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial.
Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan
kondisi tertentu, yaitu pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi
rata-rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan. Secara umum, kemiskinan
diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi
kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup
(Suryawati, 2004:122). Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan

4
pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang
menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.
Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan
sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan
pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas
hidup. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah
kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak
terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau
sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa
aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang
Kesejahteraan
Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun
2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada
mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pokok/dasar.
Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas berdasarkan
permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang selanjutnya
menyebabkan menjadi miskin. Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh
Chambers adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap
program pengentasan kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan
dunia ketiga.

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


1. Tingkat Pendidikan yang Masih Rendah
Faktor penyebab kemiskinan yang pertama adalah tingkat pendidikan yang
tergolong masih rendah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan
merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang
tidak memenuhi kebutuhan pokoknya, tersebut tidak dapat dipenuhi oleh orang
tersebut, dapat disimpulkan bahwa itulah penyebab kemiskinan. Dalam konteks
ini penyebab kemiskinan adalah kebutuhan pokok yang merupakan pendidikan.
Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang
memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk
kehidupannya. Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan
adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya. Oleh
karena itulah, terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemiskinan disebabkan
oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.

2. Masih Terbatasnya Lapangan Pekerjaan


Faktor penyebab kemiskinan yang kedua adalah keterbatasan lapangan pekerjaan.
Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, karena dengan bekerjalah seseorang mendapatkan upah yang
nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.

5
Keterbatasan lapangan pekerjaan akan membawa konsekuensi penyebab
kemiskinan pada masyarakat. Bisa saja seseorang menciptakan lapangan kerja
baru, tetapi kemungkinannya akan sangat kecil untuk masyarakat miskin karena
keterbatasan keterampilan maupun modal. Banyaknya pengangguran di suatu
negara bisa juga menjadi patokan kemiskinan di suatu negara. Semakin besar
jumlah pengangguran maka semakin bertambah pula penyebab kemiskinan di
negara tersebut. Hal ini juga bisa disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan
ketidakpastian arah politik dan kebijakan negara tersebut.

3. Malas Bekerja
Faktor penyebab kemiskinan yang berikutnya adalah malas bekerja. Hal ini yang
paling sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa
kemiskinan itu adalah takdir. Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah
dan bersikap acuh tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada
kemiskinan dan membuat kesejahteraannya menghilang.

4. Beban Hidup Keluarga


Faktor penyebab kemiskinan yang berikutnya adalah adanya beban hidup
keluarga. Hal ini juga merupakan hal yang cukup signifikan. Ketika seseorang
memiliki anggota keluarga yang banyak untuk dihidupi, beban hidupnya tentu
saja kan bertambah pula. Dengan begitu seseorang diharuskan untuk
meningkatkan pendapatannya sesuai dengan berapa jumlah anggota yang harus
dihidupinya.

5. Keterbatasan Sumber Daya ( Alam Maupun Modal)


Suatu masyarakat bisanya akan dilanda kemiskinan salah satunya karena
keterbatasan sumber daya alam ataupun sumber modal. Hal ini terjadi karena
alam sekitar yang memang tidak lagi memberikan keuntungan. Ketika sumber
daya alam miskin atau tidak dapat diolah lagi, itulah salah satu penyebab
kemiskinan. Terkadang hal tersebut terjadi memang bukan karena kehendak
masing masing orang Bisa saja hal tersebut terjadi karena bencana alam yang
melanda suatu daerah. Bencana alam akan menyebabkan semua potensi alam,
infrastruktur maupun kondisi psikologis orang orang yang terdampak mengalami
kerusakan. Kadang memang hal tersebut akan dapat diatasi dan kadang bahkan
tidak ada yang bisa berbuat apa apa. Untuk mengatasi kerusakan kerusakan
tersebut biasanya juga dibutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, dari
bencana alam, banyak orang orang yang kehilangan harta bendanya, sehingga
langsung jatuh miskin setelah itu. Selain itu, keterbatasan modal juga
menghambat perkembangan seseorang. Apalagi untuk orang yang memiliki
tingkat pendidikan rendah, tidak hanya modal material, orang tersebut juga akan
memiliki keterbatasan modal keterampilan atau pengetahuan. Hal ini tentunya
menjadi penyebab kemiskinan yang juga cukup serius.

3.3 Pengertian Pengeluaran Per Kapita


Pengertian Pengeluaran per Kapita, menurut Badan Pusat Statistik Indonesia
pengeluaran per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi anggota
rumah tangga pada periode tententu. Sedangkan menurut Muhamad Abdul

6
Halim, mendefinisikan pengeluaran per kapita secara keseluruhan bagi anggota
rumah tangga yang termasuk dalam satu rumah tangga yaitu dengan
memakai pengertian pengeluaran konsumsi rumah tangga. Jadi, Pengeluaran
konsumsi rumah tangga yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga
untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan hidup sehari-hari bagi
anggota rumah tangga dalam suatu periode tertentu. Penghasilan rumah tangga atau
uang masuk itu sebagian besar dibelanjakan lagi, yaitu untuk membeli segala hal
yang diperlukan untuk hidup.
Dalam ilmu ekonomi dikatakan: dibelanjakan untuk konsumsi. Konsumsi tidak
hanya mengenai makanan saja, tetapi mencakup semua pemakaian barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.Jumlah pengeluaran suatu rumah tangga tidak
selalu sama besarnya, karena dari waktu ke waktu akan berkembang.
Besarnya jumlah pengeluaran seluruh anggota keluarga tergantung dari banyak
faktor seperti:
a. Besarnya jumlah penghasilan yang masuk.
b. Besarnya keluarga (jumlah anggota keluarga dan umurnya)
c. Tingkat harga kebutuhan-kebutuhan hidup
d. Taraf pendidikan keluarga dan status sosialnya.
e. Lingkugan sosial ekonomis keluarga itu (misalnya tinggal di desa-di kota
kecil-di kota besar-di Jakarta).
f. Kebijaksanaan (atau ke-tidak-bijaksanaan) dalam mengelola dan mengendalikan
keuangan keluarga.
Bahwa dari semua hal tersebut di atas besar kecilnya penghasilan adalah faktor
yang terpenting. Makin besar penghasilan keluarga, makin besar pula jumlah
pengeluarannya; sebaliknya dari penghasilan yang kecil terpaksa pengeluran juga
akan harus kecil. Pendapatan masyarakat menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pengeluaran per kapita. Hubungan keduanya bersifat positif, yaitu
apabila pendapatan naik maka tingkat pengeluaran untuk konsumsi masyarakat
pun bertambah. Dengan kemajuandalam tingkat penghasilan, pola konsumsi juga
berubah. Hal ini dapat dilihat dengan jelas, apabila pengeluaran-
pengeluaran sejumlah keluarga digolong-golongkan menjadi beberapa kelompok,
kemudian kita perbandingkan pengeluaran keluarga yang berpenghasilan
rendah dengan pengeluaran keluarga yang tergolong cukup kaya. Maka
terlihat bahwa terjadi suatu pergeseran dalam pengeluaran untuk konsumsi.
Dalam keluarga yang miskin, hampir seluruh penghasilan akan habis untuk
kebutuhan primer makanan. Jika tingkat penghasilan suatu keluarga naik maka
jumlah pengeluaran uang untuk kebutuhan primer (khususnya makanan) juga
akan bertambah banyak. Tetapi jika diperhatikan berapa persen dari penghasilan
total yang dikeluarkan untuk berbagai kebutuhan, ternyata bahwa %
penghasilan yang dibelanjakan untuk makanan akan berkurang, dari 80% menjadi
70, 60 atau 50%. Sebaliknya % atau bagian penghasilan yang dibelanjakan
untuk kebutuhan-kebutuhan lain (perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi,
dll.) bertambah besar, dari 20% menjadi 30 sampai 40 atau 50 %. Gejala ini
dalam ilmu ekonomi dikenal dengan nama Hukum Engel.

7
3.4 Analisis Perhitungan
Kemiskinan Pengeluaran per
Tahun
(X) kapita (Rupiah) (Y)
2011 385.267 10772
2012 463.7 10822
2013 510.154 10849
2014 535.342 10873
2015 597.62 10952
2016 634.37 11169
2017 684.282 11591

1. Kolerasi Pearson Product Moment


Kemiskinan Pengeluaran per
Tahun XY X2 Y2
(X) kapita (Rupiah) (Y)
2011 385.267 10772 4150096.124 148430.6613 116035984
2012 463.7 10822 5018161.4 215017.69 117115684
2013 510.154 10849 5534660.746 260257.1037 117700801
2014 535.342 10873 5820773.566 286591.057 118222129
2015 597.62 10952 6545134.24 357149.6644 119946304
2016 634.37 11169 7085278.53 402425.2969 124746561
2017 684.282 11591 7931512.662 468241.8555 134351281
TOTAL 3810.735 77028 42085617.27 2138113.329 848118744

Menghitung nilai r :
Rumus PPM.
r =n .¿ ¿
7 . ( 42085617,27 )−( 3810,735 ) .(77028)
¿
√¿¿¿
294599320,89−293533295,58
¿
√ {14966793,303−14521701,240 } . { 5936831208−5933312784 }
1066025,31
¿
√ { 445092,063 } . { 3518424 }
1066025,31
¿
√1566022596668,712

8
1066025,31
¿ =0,85
1251410

Berdasarkan nilai r hitung (Pearson correlations) : uji kolerasi ini


menunjukan bahwa untuk hubungan kemiskinan (X)
berpengaruh positif signifikan terhadap pengeluaran per kapita (Y),
yaitu sebesar 0,85 > r table 0,75 maka disimpulkan bahwa
hubungan atau korelasi antara variabel (x) dan (y) sangat kuat atau
sempurna. Darihasil uji koefisien korelasi (r) didapat nilai
korelasi antara kemiskinan dan pengeluaran per kapita
besarnya pengaruh sebesar 0,85. Hal ini menunjukan bahwa
terjadi hubungan sangat kuat antara kemiskinan dengan
pengeluaran perkapita. Sedangkan arah hubungan adalah positif
karena nilai r adalah positif, berarti semakin tinggi nilai
presentase kemiskinan maka semakin tinggi nominal pengeluaran
per kapita.

2. Regresi Linear Sederhana

Kemiskinan Pengeluaran per


Tahun XY X2 Y2
(X) kapita (Rupiah) (Y)
2011 385.267 10772 4150096.124 148430.6613 116035984
2012 463.7 10822 5018161.4 215017.69 117115684
2013 510.154 10849 5534660.746 260257.1037 117700801
2014 535.342 10873 5820773.566 286591.057 118222129
2015 597.62 10952 6545134.24 357149.6644 119946304
2016 634.37 11169 7085278.53 402425.2969 124746561
2017 684.282 11591 7931512.662 468241.8555 134351281
TOTAL 3810.735 77028 42085617.27 2138113.329 848118744

 Konstanta B

b=n . ¿ ¿

7. ( 42085617,27 )−( 3810,735 ) .(77028)


¿
7. ( 2138113,329 ) −¿ ¿

294599320,89−293533295,58
¿
14966793,303−14521701,240

1066025,31
¿
445092,063

9
¿ 2,39

 Konstanta A

a=
∑ y−b . ∑ x
n

77028−( 2,39 ) .(3810,735)


¿
7

77028−9107,65
¿
7

67920,35
¿
7

¿ 9702,90

 PERSAMAAN REGRESI LINEAR SEDERHANA


Rumus :
Y = Y =a+bX
Y = 9702,90 + 2,39X

 Konstanta sebesar 9702,90, mengandung arti bahwa jika variabel X


atau kemiskinan konstan maka rata-rata nilai variabel atau
pengeluaran per kapita adalah sebesar 9702,90.
 Koefisien regresi x sebesar 2,39 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% nilai kemiskinan , maka nilai pengeluaran perkapita
bertambah sebesar 2,39. Koefisien regresi tersebut bernilai positif,
sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel x terhadap y
adalah positif.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan pada pengujian
pengaruh kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita, selama jangka waktu
tujuh tahun dari periode 2011 sampai dengan 2017 dan setelah dilakukan
analisis perhitungan dengan cara Kolerasi PPM dan Regresi Linear Sederhana
. Maka di dapat kesimpulan sebagai berikut berikut:
Terdapat pengaruh dan signifikan kemiskinan terhadap pengeluaran
per kapita di Mimika dari tahun 2011-2017. Hal ini di lihat Dari hasil
kolerasi PPM, Berdasarkan nilai r hitung (Pearson correlations) : uji kolerasi
ini menunjukan bahwa untuk hubungan kemiskinan (X) berpengaruh
positif signifikan terhadap pengeluaran per kapita (Y), yaitu sebesar 0,85 > r
table 0,75 maka disimpulkan bahwa hubungan atau korelasi antara variabel
(x) dan (y) sangat kuat atau sempurna. Darihasil uji koefisien korelasi (r)
didapat nilai korelasi antara kemiskinan dan pengeluaran per kapita
besarnya pengaruh sebesar 0,85. Hal ini menunjukan bahwa terjadi
hubungan sangat kuat antara kemiskinan dengan pengeluaran perkapita.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r adalah positif,
berarti semakin tinggi nilai presentase kemiskinan maka semakin tinggi
nominal pengeluaran per kapita.
Dan Y = 9702,90 + 2,39X. Konstanta sebesar 9702,90, mengandung
arti bahwa jika variabel X atau kemiskinan konstan maka rata-rata nilai
variabel atau pengeluaran per kapita adalah sebesar 9702,90. Koefisien
regresi x sebesar 2,39 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai
kemiskinan , maka nilai pengeluaran perkapita bertambah sebesar 2,39.
Koefisien regresi tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
arah pengaruh variabel x terhadap y adalah positif.

4.2 Saran

11
Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan kemiskinan yang ada di Mimika serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Bagi pemerintah daerah KotaMimika , sebagai
acuan dalam pengambilan kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya
mengurangi jumlah kemiskinan yang ada di Kota Mimika dalam upaya
mengurangi jumlah kemiskinan di Kota Mimika, pemerintah hendaknya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi sumber daya
manusia maka akan mengurangi jumlah penduduk miskin dan pemerintah
dapat melakukan upaya seperti peningkatan fasilitas pendidikan dan fasilitas
kesehatan. Selain itu diharapkan pemerintah daerah Kota Mimika dapat
membuka lapangan pekerjaan guna menyerap jumlah tenaga kerja sehingga
masyarakat memperoleh pendapatan dan dapat membantu masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga jumlah pengangguran semakin
berkurang maka semakin rendah pula tingkat kemiskinan di Kota Mimika.

12
Daftar Pustaka
https://mimikakab.bps.go.id/indicator/26/42/1/pengeluaran-per-kapita.html
https://mimikakab.bps.go.id/indicator/26/42/1/pengeluaran-per-kapita.html
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Ir. M . Iqbal Hasan, M.M., 2005,”pokok-pokok Materi Statistik 2”, PT. Bumi
Aksara, Jakarta, Edisi kedua.
Dajan, Anto. 1986/1987, “ Pengantar Metode Statistik”, PT. Pustaka , Jakarta.
Suryabrata, Sumadi. 1983. “ Metodelogi Penelitian”. Jakarta : PT. raja Grafindo
Persada.
J . Supranto ,2008. “Statistik Teori dan Aplikasi “. Jakarta : Penerbit Erlangga,
Edisi ketujuh

13

Anda mungkin juga menyukai