Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

POPULASI

OLEH:

NAMA : MIKIYAL NURIKHSANTI


NIM : E1A018058
KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini di tengah maraknya CoViD-19.
Adapun makalah ini berjudul “Populasi ”.
Penulis sadar makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar
bisa menjadi lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB 1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusa Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2

A. Pengertian populasi ......................................................................................... 2


B. Karakteristik populasi ..................................................................................... 2
C. Perbedaan kelimpahan dan kerapatan populasi ................................................ 6
D. Cara-cara pengukuran populasi ....................................................................... 8
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi populasi..................................................... 10
F. Pola penyebaran populasi ................................................................................ 12
G. Hirarki sosial, daerah teritorial dan interaksi hewan......................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungantimbal
balik antara makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan lingkungan hidupnya
(Riberu, 2002). Hal ini menunjukan pada hakikatnya makhluk hidup di bumi ini tidak
dapat hidup sendiri secara normal, tetapi akan saling berinteraksi dengan berbagai
spesies yang ada. Makhluk hidup tunggal biasa disebut individu, dan populasi
merupakankumpulan individu sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang
sama. Berbagai populasi dari spesies yang berbeda dan hidup bersama disebut
komunitas. Satu kelompok yang memiliki ciri khas tertentu dan terdiri dari beberapa
komunitas yang berbeda dikenal dengan ekosistem (Nurhamiyawan et al., 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu populasi?
2. Bagaimana karakteristik dari populasi?
3. Mengapa kelimpahan dan kerapatan populasi berbeda?
4. Bagaimana cara-cara pengukuran populasi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi populasi?
6. Bagaimana pola penyebaran populasi?
7. Apa itu hirarki sosial, daerah teritorial dan interaksi hewan?
C. Tujuan
1. Memahami arti populasi.
2. Mengetahui karakteristik dari populasi.
3. Membedakan kelimpahan dan kerapatan populasi.
4. Mengetahui cara-cara pengukuran populasi.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi populasi.
6. Memahami pola penyebaran populasi.
7. Mengerti apa itu hirarki sosial, daerah teritorial dan interaksi hewan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies) yang
hidup di tempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di antara sesamanya.
Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika. Ekologi hewan
memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas. Populasi suatu spesies
adalah bagian dari suatu komunitas. Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi.
Ahli-ahli genetika, di sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi
pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-individu anggotanya. Dinamika
frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama dalam kajian genetika
populasi.
B. Karakteristik populasi
Berdasarkan sifatnya yang unik dan berbeda dengan sifat masing-masing individu,
populasi memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Densitas atau kerapatan atau kepadatan
2. Angka kelahiran (natalitas)
3. Angka kematian (mortalitas)
4. Genetik
5. Struktur Umur
6. Potensi biotik
7. Bentuk pertumbuhan
Densitas atau Kerapatan atau Kepadatan
Densitas populasi menunjukan besarnya populasi dalam satuan ruang. Umumnya
dinyatakan sebagai jumlah individu atau biomas persatuan luas atau volume. 100 ekor
ikan Lele Dumbo per meter persegi atau 25 Copepoda per liter air laut dan lain-lain.
Densitas dalam studi atau kajian ekologi memiliki fungsi yang sangat besar, karena
pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya jenis organismenya
saja tetapi juga jumlahnya atau densitasnya. Sebagai contoh misalnya seekor belalang
dalam satu hektar tanaman padi akan memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap hasil
panen, sehingga keberadaannya tidak menjadi perhatian petani pemilik sawah.
Kondisinya akan berbeda jika dalam satu hektar tanaman padi terdapat 10.000 belalang.
Densitas juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan populasi pada suatu saat

2
tertentu (berkurang atau bertambah). Misalnya jumlah burung Kuntul yang melintas di
atas Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta per hari selama bulan Maret 2005.

Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara yaitu:

1. Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal
seluruhnya.
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu
populasi per satuan ruang habitat.

Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita gunakan
untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu
dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent) dan faktor kepadatan
tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap anggauta populasi secara merata. Sebagai
contoh,7 tsunami yang menimpa sebagian Aceh dan Sumatra Utara akan mematikan
semua anggauta populasi tertentu. Secara umum ketersediaan makanan merupakan
density dependen, demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa migrasi. Density
dependen merupakan pendorong terjadinya fluktuasi kepadatan populasi.

Angka Kelahiran (natalitas)

Natalitas adalah kemampuan inheren populasi untuk bertambah. Di alam angka


kelahiran dapat bervariasi sesuai dengan keadaan lingkungan. Angka kelahiran umumnya
dinyatakan dalam bentuk angka atau laju yang dihitung berdasarkan jumlah individu baru
per satuan waktu per satuan populasi.

Keterangan :

N = Seluruh individu dalam populasi atau hanya individu yang bereproduksi

3
Δ N1 = Jumlah individu baru dalam populasi karena kelahiran

Δ t = Satuan waktu

B = Angka kelahiran untuk berbagai kelompok umur yang berbeda

b = Angka kelahiran per satuan poipulasi

Angka Kematian (mortalitas)

Menyatakan jumlah individu-individu dalam populasi yang mati per satuan waktu.
Dalam kondisi yang ideal maka angka kematian berada pada titik minimum. Mortalitas
pasti terjadi pada makhluk hidup meskipun kondisi lingkungan sangat ideal, kematian
terjadi karena umur tua.

Genetik

Sifat-sifat genetik secara langsung berhubungan dengan keberadaan suatu populasi


di dalam lingkungan. Termasuk didalamnya antara lain adalah keserasian reproduksi,
distribusi, adaptasi dan ketahanan hidup. Faktor genetik dalam mempelajari ekologi
memiliki peran penting karena adanya variasi (biodiversitas) genetik akan sangat
menentukan eksistensi suatu populasi dalam lingkungan.

Struktur Umur

Secara ekologis populasi umumnya memiliki tiga bentuk sebaran umur yaitu muda
(prareproduktif), reproduktif dan umur tua (postreproduktif). Lamanya periode umur
ekologis jika dibandingkan dengan panjangnya umur sangat beragam tergantung pada
jenis organisme dan kondisi lingkungan yang melingkupinya. Beberapa jenis tumbuhan
dan hewan memiliki umur prareproduktif yang lebih panjang dan beberapa tidak memiliki
umur postproduktif. Populasi organisme yang sama tetapi hidup dalam kondisi lingkungan
yang berbeda juga dapat memiliki periode umur ekologis yang berbeda. Populasi hewan
liar biasanya memiliki umur reproduktif lebih lama dibandingkan dengan yang dipelihara,
contohnya beberapa jenis burung. Biasanya populasi yang sedang berkembang cepat akan
didominasi oleh individuindividu muda, populasi yang stationer memiliki umur yang lebih

4
merata dan populasi yang menurun akan didominasi oleh sebagian besar individu-individu
yang berumur tua.

Sebaran umur dalam populasi akan sangat mempengaruhi natalitas dan mortalitas
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap densitas populasi. Data struktur umur dari
populasi biasanya disajikan dalam bentuk piramida umur. Secara teoritis ada tiga bentuk
dasar piramida yaitu:

1. Piramida dengan bentuk dasar luas dengan ciri populasi umur muda besar 2
2. Bentuk segitiga sama sisi atau lonceng dengan jumlah kelompok muda seimbang dengan
kelompok tua
3. Bentuk kendi, memiliki jumlah individu muda lebih kecil dari kelompok dewasa

Potensi Biotik

Potensi biotik dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki


organisme untuk tumbuh atau bereproduksi (reproductive potential). Potensi biotic
menggambarkan kemampuan suatu populasi menambah jumlah anggautanya apabila rasio
umur sudah mantap dan lingkungan dalam kondisi optimal. Pada kondisi lingkungan tidak
atau kurang optimum maka tingkat pertumbuhan populasi menurun. Perbedaan antara
potensi biotik dengan kemampuan suatu poipulasi menambah anggautanya dalam keadaan
yang dapat diamati dikenal sebagai daya tahan lingkungan.

Bentuk pertumbuhan Populasi

Pertambahan ukuran populasi memiliki pola tertentu yang dikenal sebagai bentuk
pertumbuhan populasi (population growth form). Secara teoritik pertumbuhan populasi
terjadi secara eksponensial.

5
C. Perbedaan kelimpahan dan kerapatan populasi
1. Kerapatan dan Kelimpahan Populasi
Kerapatan populasi merupakan besarnya populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang. Pada umumnya kerapatan dinyatakan dengan jumlah individu,
biomassa populasi per satuan ruang atau volume, misalnya jumlah individu
cacing per satuan area (m2, Ha, km2, dsb), jumlah individu zooplankton per
satuan volume (cc, liter, air, dsb). Pengaruh populasi terhadap komunitas dan
ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis apa dari organisme yang terlibat
tetapi tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya. Kerapatan
dibedakan menjadi kerapatan kotor (crude density) dan kerapatan ekologi atau
jenis (spesific atau ecological density). Kerapatan kotor adalah jumlah atau
biomassa per satuan seluruh areal, sedangkan kerapatan jenis atau ekologi adalah
jumlah atau biomassa per satuan ruang habitat (ruang atau tempat atau volume
yang tersedia dan benarbenar dapat diduduki oleh populasi). Pengaruh populasi
terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung pada jenis apa dari
organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung pada jumlahnya atau kepadatan
populasinya. Satu ekor burung di dalam 1 hektar kebun jagung tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil akhir kebun tersebut namun
bila terdapat 1000 ekor burung maka akan berdampak pada hasil akhir kebun
tersebut.

2. Batas Kerapatan Populasi


Batas kerapatan populasi ditentukan oleh analisa ekosistem yang mantap, yaitu
ekosistem yang mempunyai homeostatis yang bekerja untuk menjaga organisme
dominan. Diversitas adalah suatu keragaman atau perbedaan diantara anggota
suatu kelompok. Populasi mempunyai keragaman struktur umur, fase
perkembangan atau kompetisi genetik dari individuindividu penyusunnya.
Dalam ekologi umumnya diversitas mengarah diversitas spesies,
pengukurannya melalui jumlah spesies dalam komunitas dan kelimpahan
relatifnya. Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang
lebih besar daripada yang pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada
suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong
bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi
sekaligus meningkatkan kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi

6
organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan
populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung selama lingkungan
mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai titik maksimum
atau melebihi daya dukung lingkungan maka pertumbuhan populasi akan
menurun.

3. Intensitas, prevalensi dan kelangkaan


Kelimpahan populasi suatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda,
yaitu aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas merupakan aspek tinggi
rendahnya populasi dalam area-area yang dihuni oleh spesies, sedangkan
Prevalensi merupakan jumlah dan ukuran areaarea yang ditempati dalam konteks
daerah yang lebih luas (terkait sebaran). Spesies hewan yang memiliki prevalensi
tinggi (prevalen) akan lebih sering dijumpai karena memiliki sebaran yang luas.
Hal sebaliknya berlaku pada sepsies yang memiliki pravalensi rendah, yang
daerah sebarannya terbatas (terlokalisasi/ditempat tertentu saja), maka
kemungkinan untuk menemukan spesies tersebut sangat terbatas karena hanya
terdapat ditempat tertentu saja.
Kelangkaan suatu spesies hewan dapat ditinjau dari aspek intensitas yang
menunjukkan kerapatan dan prevalensi yang menunjukkan jumlah atau ukuran
area-area yang di tempati spesies. Sehubungan dengan hal tersebut maka spesies
digolongkan ke dalam empat kategori yaitu:
1) Prevalensi tinggi (prevalen) namun intensitas tinggi.
2) Prevalensi tinggi (prevalen) namun intensitas rendah.
3) Prevalensi rendah (terlokalisasi) namun intensitas tinggi.
4) Prevalensi rendah (terlokalisasi) namun intensitas rendah
Penentuan kategori status spesies dengan memperhitungkan intensitas dan
prevalensi sebagai dasarnya memiliki arti yang sangat penting terutama
dalam menentukan urutan prioritas konservasi spesies langka yang terancam
punah.

4. Perbedaan Tingkat Kerapatan dan Kelimpahan Populasi


Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah
(cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau

7
persatuan berat medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus
sawah per hektar, 300 individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3
ton udang per hektar luas permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun)
per daun.
Kelimpahan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk kelimpahan
mutlak (absolut) dan kelimpahan nisbi (relatif). Pada penafsiran kelimpahan
mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran
kelimpahan nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan
suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang
berlimpah).

D. Cara-cara pengukuran populasi


1. Kerapatan Mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
a. Pengukuran kelimpahan populasi
1) Pencacahan total (sensus)
Pencacahan total merupakan suatu cara menghitung secara langsung semua individu
di suatu tempat yang dihuni spesies yang diselidiki. Metode ini biasanya digunakan
pada berbagai spesies mamalia berukuran tubuh besar dan mudah tampak dalam
habitatnya, misal gajah di semak belukar. Pencacahan total juga dapat dilakukan
pada berbagai jenis hewan yang berukuran kecil, misal kelelawar dengan mencacah
individu yang keluar masuk dari lubang tempat tinggalnya.
2) Metode Sampling (Pencuplikann)
pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu suatu proporsi kecil dari
populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk membuat taksiran
kerapatan (kelimpahan) populasi.
 Metode pencuplikan kuadrat.
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini
adalah menghitung semua individu dari beberapa kuadratr yang diketahui
ukurannya dan mengekstrapolasikan harga rata-ratanya untuk seluruh area
yang diselidiki.

8
 Metode Menangkap – Menandai – Menangkap Kembali (Capture –
Recapture).
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”,metode ini mengambil
tiga asumsi pokok,yaitu:
a) Individu-individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda ditangkap
secara acak.
b) Individu-individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang sama
seperti yang tidak bertanda.
c) Tanda-tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak
tampak.

 Metode pemindahan (removal)


Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi-
asumsi dasar yang digunakan dalam metode pengambilan adalah sebagai berikut:
a) Populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.
b) Peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda penangkapan
adalah sama.
c) Probabilitas penangkapan individu dari waktu selama periode penangkapan adalah
sama.
 Metode Plot (Berpetak).
Metode plot atau petak juga disebut metode kuadrat merupakan salah satu metode
analisis vegetasi dengan memanfaatkan pengamatan petak contoh dengan luas dalam
satuan kuadrat (Ufiza,2018).
 Metode Transek (Jalur).
Metode transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari /diselidiki.
Metode transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan lingkungan serta
untuk mengetahui hubungan vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat.

3) Probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda


Dalam penggunaan metode removal sampling, hewan tidak dilepaskan kembali
setelah disampling. Contoh metode removal adalah metode Zippin yang dilakukan
dengan cara pertama tidak melepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu tertentu
dilakukan penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga

9
dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal.

4) Penentuan kelimpahan relatif (nisbi)


Karakteristik semua metode pengukuran kerapatan nisbi adalah bahwa semuanya
tergantung pada pengumpulan cuplikan yang mewakili tetapan nisbi yang tidak diketahui
hubungannya dengan besarnya populasi secara keseluruhan. Jadi yang diperoleh hanya
petunjuk kelimpahan yang kurang begitu akurat.
5) Kapasitas makan
Jumlah umpan yang diambil oleh tikus dapat dipergunakan untuk mengukur
sebelum dan sesudah peracunan untuk memperoleh perubahan kerapatan.
Penghitungan di jalanan.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi populasi


Beberapa faktor lingkungan dan biologis memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
populasi bergantung pada kepadatannya (densitas). Jika densitas populasi tinggi, faktor-
faktor tersebut menjadi pembatas untuk keberhasilan populasi. Sebagai contoh, jika
individu terkumpul dalam area yang kecil, penyakit dapat lebih mudah menyebar
daripada populasi yang jarang atau densitasnya rendah. Faktor-faktor yang dipengaruhi
oleh densitas populasi disebut faktor yang bergantung pada densitas (density-dependent
factors). Terdapat beberapa faktor yang tidak bergantung pada densitas (density-
independent factors) antara lain perubahan suhu panas ke dingin saat musim dingin dan
salinitas air. Faktor pembatas populasi lainnya ialah kompetisi intraspesies yang terjadi
pada saat individu-individu di dalam satu populasi berkompetisi untuk mendapatkan
sumber daya yang sama. Kadang-kadang kompetisi intraspesies terjadi secara langsung,
misalnya jika dua individu bertanding atau bersaing untuk mendapatkan makanan yang
sama, atau bisa terjadi secara tidak langsung, misalnya pada saat tindakan satu individu
merubah lingkungan dan kemungkinan membahayakan terhadap lingkungan individu
lainnya.
Populasi hewan berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungannya melalui
berbagai cara. Salah satu interaksi primer pada populasi hewan terjadi pada saat mencari
makan. Hewan yang mengonsumsi tumbuhan sebagai sumber makanannya disebut
herbivora. Terdapat beberapa tipe herbivora. Herbivora yang makan rumput-rumputan
disebut perumput (grazer). Hewan yang mengonsumsi daun-daunan dan bagian tubuh

10
tumbuhan berkayu lainnya disebut perenggut (browser), sedangkan yang memakan buah,
biji, getah, dan polen disebut frugivora.
Populasi hewan yang memangsa hewan lain disebut pemangsa (predator). Populasi
yang dimakan predator disebut mangsa (prey). Seringkali hubungan antara predator dan
mangsa di atas membentuk siklus yang kompleks. Jika jumlah mangsa melimpah, jumlah
predator juga mengalami peningkatan sampai jumlah mangsa berkurang. Sebaliknya
pada saat jumlah mangsa menurun, jumlah predator juga akan menurun. Jika lingkungan
menyediakan sumber daya yang memadai untuk pertumbuhan populasi mangsa, maka
siklus di atas akan berulang kembali.
Perameter -parameter Utama Populasi
1. Natalitas
Natalitas merupakan kemampuan suatu populasi untuk bertambah dan
meningkatkan jumlahnya, melalui produksi individu baru seperti kelahiran atau
ditetaskan dari telur melalui aktifitas perkembangan. Natalitas biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka atau laju yang didapatkan dari jumlah individu baru yang
dihasilkan dibagi dengan waktu atau jumlah, individu baru per satuan waktu.
Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu:
a) Natalitas Maksimum.
Natalitas maksimum disebut juga natalitas mutlak atau natalitas fisiologi merupakan
produksi maksimum individu-individu baru secara teoritis dalam keadaan yang
ideal dimana factor fisiologi ditiadakan.
b) Natalitas Ekologi

Natalitas ekologi adalah kemampuan suatu populasi untuk bertambah besar,


biasanya dinyatakan dengan istilah angka kecepatan natalitas atau angka kecepatan
kelahiran atau birth rate.

Terdapat dua aspek yang berkaitan dengan natalitas yaitu antara lain:

a) Fertilitasi adalah tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam


populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah anak yang dilahirkan
atau jumlah telur yang ditetaskan.
b) Fekunditas adalah tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu
baru. Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu natalitas maksimum dan

11
natalitas ekologi atau yang sesungguhnya.

2. Mortalitas

Mortalitas dapat diartikan sebagai tingkat kematian individu individu dalam populas.
Mortalitas dibedakan menjadi 2 yaitu:

 Mortalitas ekologik, mortalitas yang direalisasikan atau matinya individu di


bawah kondisi lingkungan tertentu.
 Mortalitas minimum, yakni mortalitas dalam kondisi lingkungan yang ideal,
optimum dan mati semata - mata karena usia tua.
3. Imigrasi dan Emigrasi
a) Imigrasi
Adalah fenomena masuknya individu-individu dari area lain kedalam populasi,
sehingga berdampak pada meningkatnya kelimpahan populasi tersebut.
b) Emigrasi
adalah perpindahan individu ke luar dari area populasi yang memberikan dapak
pada penurunan kelimpahan.
4. Migrasi
Migrasi adalah pergerakan organisme musiman terarah yang dilakukan selama
perjalanan bulak-balik diantara area reproduksi (breeding site) dan area masa musim
dingin (wintering site)

F. Pola penyebaran populasi


Pengetahuan mengenai penyebaran sangat penting untuk mengetahui tingkat
pengelompokan dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap populasi
darirata-rata per unit area (Soegianto, 1994) dan menjelaskan faktor-faktor yang
bertanggung jawab (berperan) dalam suatu kasus. Alasan lain untuk mengetahui pola-
pola tersebut ialah dapat membantu dalam mengambil keputusan tentang metode
apayang akan digunakan untuk mengestimasi kepadatan atau kelimpahan suatu populasi
(Krebs, 1989).
Hutchinson (1953) adalah orang ekologis yang pertama kali menaruh perhatianakan
pentingnya pola-pola spasial dalam suatu komunitas dan mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab yang paling berperan pada pola-pola spasial suatu organisme.

12
1. Faktor vektorial yang timbul dari gaya eksternal lingkungan (seperti angin,
pergerakan air dan intensitas cahaya);

2. Faktor reproduksi yang berkaitan dengan modelreproduksi dari suatu organisme


(seperti kloning dan regenerasi dari keturunan);

3. Faktor sosial karena tingkah laku penghuni (seperti tingkah laku teritorial);

4. Faktorkoaktif yang dihasilkan dari interaksi intraspesifik (seperti kompetisi); dan

5. Faktorstokastik yang dihasilkan dari variasi yang acak pada beberapa faktor di atas.

Selanjutnya proses-proses yang memberi kontribusi terhadap pola-pola spasial.


Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam, pada umumnya
memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu (Surasana, 1990) :

1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanyaterjadi


apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi
berada.

2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.


Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antaraindividu-
individu dalam populasi tersebut.

3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat dialam,
terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal di
antaranya:a.Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal. b.Respon
dari organisme terhadap perubahan cuaca musimanc.Sifat-sifat organisme dengan
organ vegetatifnya yng menunjang untukterbentuknya kelompok atau koloni.

G. Hirarki sosial, daerah teritorial dan interaksi hewan


A. Hirarki Sosial

⚫ Hirarki : Urutan tingkatan dari yang paling bawah sampai yang paling atas.

⚫ Sosial : Sekumpulan individu yang saling berinteraksi dan menyadari keberadaannya


dalam suatu kelompok.

13
⚫ Hirarki sosial : Pengolompokkan ataupun urutan tingkatan abstraksi menjadi seperti
satu struktur dalam satu tatanan kelompok.

Urutan Hirarki Sosial dari bawah ke atas, yaitu;

1. Molekul
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom yang saling berikatan dengan
sangat kuat dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil.
2. Sel
Sel adalah satuan (unit) kehidupan terkcil dari makhluk hidup.
3. Jaringan
Jaringan adalah kelompok sel yang sejenis, memiliki bentuk dan fungsi yang sama
dalam tubuh makhluk hidup.
4. Organ dan sistem organ
Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fungsi tertentu
didalam tubuh. Contohnya, jantung, paru-paru, dan sebagainya.
Sistem organ adalah gabungan dari organ-organ tubuh yang menjalankan fungsi
tertentu. Contohnya sistem pencernaan.
5. Individu
Individu atau organism yaitu gabungan dari sistem-sistem organ yang bekerja sama
membentuk kehidupan. Contoh seekor katak, seekor kucing, seekor kelinci, dan lain-
lain.
6. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu.
Contoh; populasi sapi berjumlah 60 ekor, populasi domba berjumlah 100 ekor dan
lain-lain.
7. Komunitas
Komunitas adalah seluruh makhluk hidup yang hidup disuatu daerah tertentu. Contoh,
komunitas hutan terdiri dari monyet, rusa, singa, harimau, dan sebagainya.
8. Ekosistem
Ekosistem adalah sekumpulan makhluk hidup (biotic) dan tak hidup (abiotik) dalam
satu kesatuan tempat hidup yang mempunyai hubungan timbale balik.
9. Bioma

14
Bioma adalah ekosistem besar dengan daerah luas terdiri dari flora dan fauna yang
khas. Bioma merupakan ekosistem-ekosistem terbentuk karena perbedaan letak
geografis dan astronomis.
10. Biosfer
Biosfer adalah bagian luar dar planet bui, mencakup udara, daratan, dan air yang
memungkinkan kehidupan dan proses biotic berlangsung. Da;am pengertian luas
menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh
makhluk hidup dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsure
lisofer (batuan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) bumi.
a. Daerah Teritorial
⚫ Wilayah sosiografis yang dipertahankan oleh hewan dari spesies tertentu terhadap
spesies sejenis (atau hewan dari spesies lain).
⚫ Perilaku teritorial adalah perilaku dimana suatu individu mempertahankan suatu
wilayah tertentu atau teritori.
b. Daerah Jelajah (Home Range)
o Suatu tempat dimana hewan tersebut melewati/berkisar pada tempat tersebut
untuk mencari makan, kawanan, dan lainnya tanpa menguasai wilayah tersebut.
o Daerah jelajah ini tidak hanya dihuni oleh satu spesies saja.
o Tidak terjadi tingkah laku yang agresif.
o Hewan yang dominan dan predominan memiliki porsi area yang sama untuk
saling menghindari kontak antar keduanya.
c. Daerah Kekuasaan
o Teritori adalah suatu tempat dimana hewan-hewan berada dalam daerah jelajah ingin
menguasai tempat dari seluruh atau sebagian daerah jelajah untuk spesiesnya sendiri.
o Umumnya hewan berkumpul pada tempat kekuasaanya, misalnya dalam sarang.
 Cara hewan menandai daerah teritorialnya
Tujuan utama hewan yang menghuni dan mempertahankan suatu wilayah adalah
untuk meningkatkan kebugaran individu yang mengekspresikan perilaku tersebut.
Kebugaran dalam pengertian biologis ini berkaitan dengan kemampuan seekor
hewan untuk bertahan hidup dan membesarkan anak-anaknya atau dengan kata
lain “untuk mempertahankan spesiesnya” .
 3 tahap mempertahankan wilayah
1. Memberi tanda

15
Hewan akan member tanda pada wilayah kekuasaanya dengan cara member
aroma penanda, hal-hal visual atau dengan suara.
2. Agresi teritorial
Adalah tindakan secara fisik atau verbal yang dilakukan secara sengaja untuk
menakuti, menyakiyi atau mengusir hewan lain yang melanggar atau masuk
kedalam daerah kekuasaan hewan tersebut.
3. Pertarungan antar hewan
Hal ini terjadi apabila hewan asing atau penyusup tetap melawan masuk
kedaerah kekuasaan sehingga hewan yang menjadi “tuan rumah” akan
memilih menyerang hingga salah satu dari hewan yang bertarung itu kalah
atau mati.
 3 cara cara mempertahankan wilayah
1. Penciuman atau Aroma penanda
Penandaan aroma, juga dikenal sebagai tanda territorial atau penyemprotan ketika
ini melibatkan buang air kecil, adalah perilaku yang digunakan oleh hewan untuk
mengidentifikasi wilayah mereka. Menyimpan zat berbau kuat yang terkandung
dalam urin feses atau dari kelenjar aroma khusus yang terletak diberbagai area
tubuh. Seringkali aroma tersebut mengadung feromon atau protein pembawa
seperti protein urin utama untuk menstabilkan baud an mempertahankan nya lebih
lama.
2. Penglihatan atau Visual
Hewan lain dapat menggunakan sinyal visual jangka panjang seperti endapan
tinja atau tanda pada tumbuhan atau tanah. Lemur ekor cincin menahan ekornya
yang tinggi diudara selama penandaan aroma wilayah (terkait agresi territorial).
3. Pendengeran atau suara
Menggunakan vokalisasi untuk menandakan wilayah mereka. Ini adalah sinyal
jangka pendek yang ditransmisikan hanya ketika ada hewan lain. Contoh hewan
yang menggunakan sinyal pendengaran termasuk burung yang berkicau atau
serigala yang melolong.
B. Interaksi Populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi interaksi
secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antar
populasi adalah sebagai berikut;

16
1. Alelopati, merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan
zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
2. Kompetisi, merupakan interaksi anarpopulasi, bila antar populasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapat apa yang
diperlukan.
 Bentuk-bentuk interaksi populasi
1. Simbiosis, adalah interaksi yang sangat erat antar individu dan lain jenis.
2. Predasi, interaksi antar individu/populasi yang satu memangsa populasi yang
lain. Pemangsa disebut predator, sedangkan yang dimakan disebut mangsa.
Interaksi predasi antar populasi ini menyebabkan terjadinya fluktuasi populasi
predator dan mangsa. Pada predasi, umumnya satu spesies memakan spesies
lainnya, ada juga beberapa hewan memangsa sesama jenisnya (sifat
kenibalisme).
3. Kompetisi, merupakan persaingan dua organism atau lebih untuk
mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Adapun kebutuhan hidup yang sering
diperebutkan antara lain;
a. Makanan
b. Tempat berlindung
c. Tempat bersarang
d. Sumber air
e. Pasangan untuk kawin

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
hubungantimbal balik antara makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan
lingkungan hidupnya. Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama
(spesies) yang hidup di tempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di
antara sesamanya. Berdasarkan sifatnya yang unik dan berbeda dengan sifat masing-
masing individu, populasi memiliki ciri-ciri antara lain: densitas atau kerapatan atau
kepadatan, angka kelahiran (natalitas), angka kematian (mortalitas), genetik, struktur
umur, potensi biotik, bentuk pertumbuhan. Kerapatan populasi adalah ukuran besar
populasi yang berhubungan dengan satuan ruang (area), Kelimpahan populasi suatu
hewan dapat dinyatakan dalam bentuk kelimpahan mutlak (absolut) dan kelimpahan
nisbi (relatif). Pengetahuan mengenai penyebaran sangat penting untuk mengetahui
tingkat pengelompokan dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap populasi
darirata-rata per unit area dan menjelaskan faktor-faktor yang bertanggung jawab
(berperan) dalam suatu kasus.

B. Sarran
Sebaiknya untuk pembahasan lebih di buat lebih rinci.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arfiati,D. 2015.Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Perairan Umum. Malang: Gunung


Samudera. https:// www.books.google.co.id.pada tanggal 14 Mei 2021, pada pukul 23:18
WITA.

Binary. 2012. Ekologi Hewan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Medan.

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Mada,Y., Wijayanti, P. dan Kharis, M. Analisis Model Predator-Prey Dua Spesies Dengan
Fungsi Respon Holling Tipe III. 2015. Journal of Mathematics. 4 (1). ISSN 2252-6943.

Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


Universitas Indonesia. Jakarta.

Nuraeni,S.2019. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makassar :Fakultas Kehutanan


Universitas Hasanuddin. https:// www.books.google.co.id.pada tanggal 14 Mei 2021, pada
pukul 23:14 WITA.

Odum, H., 1996. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Universitas Gadjah

Stamps, J,A. 1973. Display and Social Organization in Female Anolis aenus. Copeia:
Inggris.

Suin,nurdin Muhammad,1998. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara:Jakarta.

Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. UUM Press : Malang.

Sumarwoto, Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan: Jakarta.

Wilson, Edward O. 2000. Sociobiology; The New Syntesis. Harvard University Press: Inggris.

19

Anda mungkin juga menyukai