Anda di halaman 1dari 15

NAMA : SUMARDIONO

NIMM : 301301181030042
MK : METODE PENELITIAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian Indonesia yang semakin berkembang, memunculkan berbagai peluang


untuk menjalankan bisnis usaha. Banyaknya usaha yang terus bermunculan membuat
persaingan antar pengusaha semakin ketat, yang menuntut setiap pengusaha untuk terus
kreatif dalam membaca peluang agar dapat memaksimalkan keuntungan sesuai tujuan dari
usaha itu sendiri. Selain itu banyaknya usaha baru dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat karena dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Dalam menjalankan usaha atau bisinis, ada terdapat banyak faktor yang harus di
perhatikan oleh pengusaha demi keberhasilan usahanya. Salah satu faktor yang harus di
perhatikan adalah lokasi. “Lokasi perusahaan merupakan kunci bagi efisiensi dan
efektifitas bagi keberlangsungan perusahaan jangka panjang” (Haming, 2011: 237).
Persaingan memaksa para pelaku bisnis untuk mendapatkan konsumen sebanyak
banyaknya. Agar usaha yang dijalankan bisa bersaing secara efektif, maka penentuan
tempat yang strategis akan sangat membantu kelancaran usaha. Karena semakin dekat
jarak dari penjual, maka konsumen akan semakin mudah untuk menjangkau dan makin
jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi
untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.

Menurut Tjiptono (2006: 92) ”Lokasi adalah tempat usaha beroperasi atau tempat
usaha melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi
ekonominya”. Sedangkan menurut Suwarman (2004: 280), ”Lokasi merupakan tempat
usaha yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang konsumen untuk datang dan
berbelanja”.

Pemilihan lokasi suatu usaha akan mempengaruhi risiko dan keuntungan secara keseluruhan,
mengingat lokasi sangat mempengaruhi biaya tetap maupun biaya variabel, baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang perbedaan sukses organisasi-organisasi dan perbedaan
kekuatan atau kelemahan organisasi, sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam situasi persaingan,
faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-faktor kritis yang membuatnya sangat penting,
agar usaha yang dijalankan dapat bersaing secara efektif, lokasi usaha haruslah strategis
dan mudah dijangkau. Memilih lokasi usaha juga berarti meminimalkan faktor-faktor
negatif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pada dasarnya, keputusan lokasi sering
bergantung kepada tipe bisnis. Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang digunakan
biasanya adalah strategi untuk meminimalkan biaya (Heizer & Render 2009: 486). Hal ini
disebabkan perusahaan manufaktur mendapati biaya cenderung sangat berbeda diantara
lokasi-lokasi yang berbeda. Berbeda hal nya untuk bisnis eceran dan jasa profesional,
strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan pendapatan. Walaupun demikian,
“strategi lokasi pemilihan gudang, dapat ditentukan oleh kombinasi antara biaya dan
kecepatan pengiriman” (Heizer & Render, 2009: 486). Secara umum, tujuan strategi lokasi
adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan (Heizer & Render, 2009:
502).

Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, para pelaku ekonomi dapat membuat kesalahan-
kesalahan dalam pemilihan lokasi. Faktor-faktor pemilihan lokasi perlu dipertimbangkan
oleh pemilik usaha dalam menentukan lokasi usahanya, karena lokasi usaha merupakan
salah satu strategi bisnis. Menurut Tjiptono (2006: 92) pemilihan tempat atau lokasi Usaha
memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor: (1) Aksesibilitas, misalnya
lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transfortasi umum, (2) Visibilitas, yaitu
lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang normal, (3) Lalu
lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama: (a) Banyaknya orang yang lalu-
lalang bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying, yaitu keputusan
pembelian yang sering terjadi spontan, tanpa perencanaan, dan atau tanpa melalui usaha-
usaha khusus, (b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi hambatan, (4) Tempat
parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat,
(5) Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan di kemudian
hari, (6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang ditawarkan, (7)
Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi, perlu
dipertimbangkan apakah di jalan/daerah yang sama terdapat banyak penjual yang sejenis,
(8) Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan-ketentuan dalam membangun bisnis usaha
di wilayah tersebut.

Penelitian mengenai pemilihan lokasi lebih sering dilakukan untuk pemilihan lokasi
pabrik, gudang, dan bisnis ritel. Namun pemilihan lokasi usaha tidak hanya dibutuhkan
oleh perusahaan-perusahaan besar. Usaha jasa berskala mikro-kecil pun juga perlu
memilih lokasi usaha yang strategis agar dapat terus berjalan. Ketepatan pemilihan lokasi
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh seorang pengusaha sebelum
membuka usahanya. Hal ini terjadi karena pemilihan lokasi yang tepat seringkali
menentukan kesuksesan suatu usaha. Hal ini juga berlaku untuk usaha jasa karena usaha
jasa diharuskan untuk memelihara hubungan yang dekat dengan pelanggan. Usaha-usaha
yang bergerak dibidang jasa harus lebih mendekatkan diri dengan semua pelanggan
mereka sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang

yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
bagaimana pengaruh variabel kondisi infrastruktur, kesesuaian biaya, lingkungan bisnis
dan jarak tempuh terhadap keputusan pemilihan lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Kabupaten Mimika.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
kondisi infrastruktur, kesesuaian biaya, lingkungan bisnis dan jarak tempuh terhadap
keputusan pemilihan lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kecamatan
Pagaralam Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Manfaat Teoritis :
a. Bagi penulis, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
sesuai topik, bagi para pembaca agar bisah menamba wawasa.
b. Bagi mahasiswa lain, dapat dijadikan proses pembelajaran dan pengkajian untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), agar dapat bermanfaat dan
dijadikan sebagai gambaran dalam pemilihan lokasi usaha yang strategis.
b. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintahan dalam mengambil
kebijakan mengenai masalah yang diteliti.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 DESKRIPSI TEORI

Teori Lokasi berusaha untuk menjelaskan distribusi kegiatan di suatu tempat.


Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi
kegiatan individu, alokasi bagian yang berbeda dari wilayah di antara berbagai jenis
produksi, membagi pasar spasial antara produsen, dan distribusi fungsional kegiatan di
suatu tempat. Berbagai fenomena dianalisis dengan menghapus (fisik) fitur geografis
yang mungkin dapat menjelaskan konsentrasi wilayah kegiatan, sehingga pilihan lokasi
diinterpretasikan dengan mempertimbangkan hanya kekuatan besar ekonomi yang
mendorong proses lokasi: biaya transportasi, yang menyebar kegiatan di suatu tempat
dan pengelompokan ekonomi, yang justru menyebabkan kegiatan untuk berkonsentrasi.
Dengan menyeimbangkan dua kekuatan yang bertentangan, model ini mampu
menjelaskan keberadaan aglomerasi kegiatan ekonomi bahkan pada hipothesis ruang
sempurna yang seragam. Model lokasi Yosi Suryani 155 berbeda sesuai dengan hipotesis
pada struktur spasial demand dan pasokan yang mencerminkan tujuan dari model yang
dijelaskan. Ada model-model yang bertujuan untuk menafsirkan pilihan lokasi
perusahaan, dengan asumsi punctiform final dan baku bahan pasar dengan lokasi lokasi
yang given.
Pilihan lokasi dalam hal ini ditentukan oleh usaha untuk meminimalkan biaya
transportasi antara lokasi alternatif dan di bawah pengaruh aglomerasi ekonomi (teori
lokasi minimum biaya). Beberapa referensi wajib adalah model yang dikembangkan oleh
Alfred Weber dan Melvin Greenhut. Ada kemudian model yang berusaha untuk
mengidentifikasi daerah pasar perusahaan, yaitu pembagian pasar spasial di antara
produsen. Dalam hal ini, model berhipotesis bahwa permintaan terdistribusi di wilayah
yang menentukan pilihan lokasi perusahaan, ini yang diasumsikan menjadi punctiform.
Kesetimbangan lokasional ditentukan oleh logika maksimalisasi keuntungan dimana
setiap produsen menguasai daerah pasar sendiri (teori lokasi yang memaksimalkan laba),
referensi di sini adalah dengan model wilayah pasar yang dikembangkan oleh Losch dan
Hotelling (Ho, 1929; Losch, 1954).

Menurut Capello (2011) dalam Location, Regional Growth and Local Development
Theories, teori lokasi lain yang ada membalikkan teori hipotesis ini pada struktur spasial
permintaan dan penawaran. Tempat produksi mengasumsikan spasial dimension dan
meluas di seluruh wilayah, sementara tempat konsumsi (pasar) adalah punctiform. Ini
kebalikan dari asumsi tentang struktur teritorial produksi dan pasar bukan pelaksanaan
praktek akademis murni. Sebaliknya, terkandung permasalahan bahwa model ini adalah
jalan keluar dari masalah tersebut, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasi
daerah pasar masing-masing produsen dan mengatasi masalah yang belum disebutkan:
bagaimana mendefinisikan 'daerah produksi', yang berarti dalam hal ini adalah ruang
fisik (tanah) yang ditempati untuk beraktivitas. Model pertama ekonomi individu
menganalisis distribusi spasial kegiatan produksi alternatif dikembangkan pada awal
abad kesembilan belas oleh Johann Von Thunen

Pada tahun 1960 dilakukan studi perintis oleh Walter Isard, Martin Beckmann dan
Lowdon Wingo menyiapkan formulasi Alonso dari model historical Von Thünen dan
diterapkan pada konteks perkotaan (Isard, 1956, Beckmann, 1969 dan Win-go, 1961).
Model kota monocentric dengan cepat menjadi sebuah sekolah berdiri bebas berdasarkan
pemikiran dalam teori lokasi, dan kemudian diberi label 'ekonomi perkotaan baru'. Ini
adalah korpus teori yang berusaha untuk mengembangkan model keseimbangan umum
lokasi di mana kepentingan utama adalah tidak ada keputusan lagi pada perusahaan-
perusahaan individu atau rumahtangga. Sebaliknya, bidang utama penyelidikan menjadi
definisi dari ukuran dan kepadatan kota, dan identifikasi pola tertentu biaya tanah
menjadi berbeda dari kota yang menjamin pencapaian keseimbangan lokasi untuk semua
individu dan perusahaan di kota.
Capello (2011) juga menjelaskan bahwa dalam teori ini, pilihan lokasi juga ditentukan
oleh prinsip khusus organisasi spasial kegiatan yaitu: 'aksesibilitas', dan aksesibilitas
khusus untuk pasar atau 'centre'. Untuk perusahaan, aksesibilitas tinggi berarti bahwa
mereka memiliki akses yang mudah ke pasar yang luas dan beragam untuk barang akhir
dan faktor produksi, informasi, dan hub infrastruktur internasional.

Permintaan tinggi untuk akses ke daerah pusat memicu persaingan antara kegiatan
industrialis dan perumahan untuk lokasi yang lebih dekat ke pasar, atau, lebih umum
dekat dengan hipotetis kawasan pusat bisnis (pusat kota). Semua model pilihan lokasi
semacam ini memiliki fitur penting yang sama dalam biaya tanah, atau sewa lahan.
Dengan asumsi adanya pusat bisnis tunggal, karena permintaan yang tinggi untuk lokasi
pusat dengan biaya transportasi minimum mereka, tanah lebih dekat ke pusat biayanya
akan lebih tinggi, sebuah kondisi ditekankan oleh total kekakuan, setidaknya dalam
jangka pendek sampai menengah, dari penawaran lahan perkotaan. Model ini
menyelesaikan kompetisi di antara kegiatan berdasarkan prinsip ekonomi yang ketat:
perusahaan dapat menemukan di daerah yang lebih sentral dan mereka mampu
membayar sewa lebih tinggi untuk daerah tersebut.

Teori-teori lokasi tersebut menganalisis pilihan lokasi perusahaan individual atau


orang. Mereka mengabaikan, adanya kegiatan atau individu lain dan dikotomis alternatif
lokasi: perkotaan atau non-perkotaan yang pusat atau non-pusat, daerah dengan
konsentrasi tinggi atau rendah dari kegiatan. Ketika mereka mempertimbangkan adanya
beberapa kegiatan, mereka mengesampingkan kemungkinan bahwa mungkin
menemukan di pusat-pusat alternatif perkotaan. Dan ketika mereka berurusan dengan
beberapa kota, mereka mencapai kesimpulan paradoks bahwa keberadaan sistem
perkotaan ternyata dalam kesetimbangan mensyaratkan bahwa kota-kota semua harus
dengan ukuran yang sama. Hanya dengan demikian ketidakpedulian terhadap lokasi
alternatif dijamin karena tingkat keuntungan dan utilitas yang sama di semua kota.
2.2 KERANGKA BERFIKIR

Kerangka pikir tersebut menjelaskan, dalam melakukan pemilihan lokasi suatu


perusahaan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan menurut teori dari beberapa
ahli.
Pilihan lokasi dalam hal ini ditentukan oleh usaha untuk meminimalkan biaya
transportasi antara lokasi alternatif dan di bawah pengaruh aglomerasi ekonomi (teori
lokasi minimum biaya). Beberapa referensi wajib adalah model yang dikembangkan oleh
Alfred Weber dan Melvin Greenhut. Ada kemudian model yang berusaha untuk
mengidentifikasi daerah pasar perusahaan, yaitu pembagian pasar spasial di antara
produsen. Dalam hal ini, model berhipotesis bahwa permintaan terdistribusi di wilayah
yang menentukan pilihan lokasi perusahaan, ini yang diasumsikan menjadi punctiform.
Kesetimbangan lokasional ditentukan oleh logika maksimalisasi keuntungan dimana
setiap produsen menguasai daerah pasar sendiri (teori lokasi yang memaksimalkan laba),
referensi di sini adalah dengan model wilayah pasar yang dikembangkan oleh Losch dan
Hotelling (Ho, 1929; Losch, 1954).

Menurut Capello (2011) dalam Location, Regional Growth and Local Development
Theories, teori lokasi lain yang ada membalikkan teori hipotesis ini pada struktur spasial
permintaan dan penawaran. Tempat produksi mengasumsikan spasial dimension dan
meluas di seluruh wilayah, sementara tempat konsumsi (pasar) adalah punctiform. Ini
kebalikan dari asumsi tentang struktur teritorial produksi dan pasar bukan pelaksanaan
praktek akademis murni. Sebaliknya, terkandung permasalahan bahwa model ini adalah
jalan keluar dari masalah tersebut, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasi
daerah pasar masing-masing produsen dan mengatasi masalah yang belum disebutkan:
bagaimana mendefinisikan 'daerah produksi', yang berarti dalam hal ini adalah ruang
fisik (tanah) yang ditempati untuk beraktivitas. Model pertama ekonomi individu
menganalisis distribusi spasial kegiatan produksi alternatif dikembangkan pada awal
abad kesembilan belas oleh Johann Von Thunen

Pada tahun 1960 dilakukan studi perintis oleh Walter Isard, Martin Beckmann dan
Lowdon Wingo menyiapkan formulasi Alonso dari model historical Von Thünen dan
diterapkan pada konteks perkotaan (Isard, 1956, Beckmann, 1969 dan
Win-go, 1961). Model kota monocentric dengan cepat menjadi sebuah
sekolah berdiri bebas berdasarkan pemikiran dalam teori lokasi, dan
kemudian diberi label 'ekonomi perkotaan baru'. Ini adalah korpus teori
yang berusaha untuk mengembangkan model keseimbangan umum lokasi
di mana kepentingan utama adalah tidak ada keputusan lagi pada
perusahaan- perusahaan individu atau rumahtangga. Sebaliknya, bidang
utama penyelidikan menjadi definisi dari ukuran dan kepadatan kota, dan
identifikasi pola tertentu biaya tanah menjadi berbeda dari kota yang
menjamin pencapaian keseimbangan lokasi untuk semua individu dan
perusahaan di kota.

2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
dibahas, yang kebenarannya masih harus diuji. Hipotesis merupakan
rangkuman dari kesimpulankesimpulan teoritis yang diperoleh dari
penelaahan kepustakaan. Dengan mendasarkan pada identifikasi
masalah serta kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1: Kedekatan dengan infrastruktur berpengaruh positif
terhadap Kesuksesan usaha.
2 : Lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap
kesuksesan usaha.
3 : Biaya lokasi berpengaruh positif terhadap Kesuksesan
usaha.
BAB III
RANCANGAN METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian diskriptif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah

yang di selidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam

penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakatdan lainnya berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Penelitian hendak mendiskripsikan

mengenai faktor-faktor teori lokai yang mempengaruhi pendapatan usaha jasa

di sekitar sp 1 .

3.1 Daerah dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kabupaten Mimika dengan studi

kasusnya mengenai faktor-fakto teori lokasi yang mempengaruhi pendapatan

usaha jasa . Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
pendapatan usaha jasas di sp 1 dengan melihat pada faktor-faktor yang

mempengaruhi.
3.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Djarwanto dan subagyo(Cahyo,2010:34) populasi adalah jumlah dari

keseluruhan objek (satuan-satuan atau individu-individu yang karakterristiknya hendak

diduga. Subagio

Populasi pada penelitian ini terdiri atas tiga yait:

(a) Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah usaha jasa di Kabupaten Mimika.

(b) Populasi responden penelitian adalah pemilik usaha jasa

b. Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor teori lokasi yang mempengaruhi

pendapatan suatu usaha kasadi sp 1.

Menurut Djarwanto dan Subagyo (Cahyo, 2010:34) bahwa, sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakterristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (jumlahnya lebih

sedikit dari jumlah dari pada jumlah populasi). Sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah sampel dari populasi responden.

3.3 Data dan Sumber Data

a. Data

data yang digunakan dalam penelitian ini, guna mendukung analisis yang akan

dilakukan adalah

(a) Data Kuantitatif yaitu peneliti dengan memperoleh data yang berbentuk angka

atau data kuantitatif yang di angkakan

(b) Data Kualitatif adalah tangkapan atas perkataan subjek peneliti dalam bahasanya

sendiri. Pengalama orang yang diterangkan secara mendalam, menurut makna

kehidupan, pengalaman, an interaksi sosial dari subjek peneliti sendiri. Dengan

demikian, peneliti dapat memahami masyarakt menurut pengertian mereka sendiri.


b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk membuktikan hipotesa adalah sebagai

berikut:

(a) sumber primer adalah para pelaku usaha jasa yang dijadikan responden dan

sekaligus merupakan subjek penelitian.

(b) sumber sekunder adalah jumlah pelaku usaha jasa yang berwirausaha

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dilakukan melalui teknik

a. Observasi yait teknik yang digunakan untuk melengkapi melengkapi data dengan

melihat dan mencermati secara langsung dilokasi tempat usaha jasa di sp 1.

b. Wawancara yaitu teknik untuk memperoleh informasi melalui wawancara langsung

responden tersebut (pelaku usaha jasa di sp 1).

c. Kuesioner adalah teknik pengumpulang informasi yang memungkinkan analis

mempelajari sikap, keyakinan, perilaku dan karakteris beberapa pelaku usaha jasa

responden yang bersangkutan

d. Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan dokumen-dokumen

dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber

informasi khusus dari karangan/ tulisan, wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya.

3.5 Instrumen Penelitian

a. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar

wawancara, kuesioner atau angket yaitu mendapatkan informasi dengn cara bertanya

langsung kepada responden maupun membagikan kuesioner yang berupa pernyataan

kepada pelaku usaha jasa yang bersangkutan.


b. Instrumen Analisis Data

Instrumen analsisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi teori lokasi terhadap pemdapatan suatu usha jasa di sp dalam

berwirausaha yaitu analisi faktor konfirmatori. Analisi faktor konfirmatori Seseorang

secara apriori berlandaskan landasan teori dan konsep yang dimiliki, maksudnya disini

suda berbentuk beberapa faktor serta variabel-variabel laten apa yang termaksud

kedalam faktor-faktor tersebut.

Dalam penelitian analisis faktor, peneliti akan meneliti asumsi analisis faktor

satu persatu terlebih dahulu sebelum uji analisis faktor dilakukan. Pengujian korelasi

antar variabel independen harus > 0,5 dengan signifikansi < 0,05. Pengujian ini

mengunakan metode KMO ( Kaiser-Meye-Olkin-Meyasure of Samplink Adequacy) and

Bartlett’s Test.

3.6 Prosedur Analisis

3.6.1 Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi Berganda Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi terhadap kesuksesan usaha jasa adalah

menggunakan Analisis Regresi Berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu kesuksesan usaha (Y), bentuk matematisnya

adalah sebagai berikut :

Y = a +b1X1+b2X2+b3X3+e

Dimana :

Y = Kesuksesan usaha

a = Konstanta

b1=koefisien regresi dari variabel

X1, kedekatan dengan infrastruktur

b2 = koefisien regresi dari variabel

X2, lingkungan bisnis

b3 = koefisien regresi dari variabel


X3, biaya lokasi

X1 = Kedekatan dengan infrastruktur

X2 = Lingkungan bisnis

X3 = Biaya lokasi e = variabel penggangu

3.7 Defenisi Operasional

a. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang

nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup

dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi

olehpelaku usaha jasa sis p 1.

b. Berwirausaha adalah kegiatan untuk melakukan suatu usaha berdasarkan ide-ide kreatif

dan inovatif dengan karakteristik kepribadiannya berani menghadapi tantangan, siap

mental, mempunyai kepercayaan diri, berorientasi masa depan serta mempunyai

ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan, yang harus dimiliki oleh masyarakat Kamoro.

c. Minat adalah sikap yang berlangsung terus-menerus yang membelokkan perhatian

seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya, perasaan

yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti

bagi individu dan satu keadaan motivasi atau satu set motivasi menuntun tingkah laku

menuju satu arah (sasaran tertentu) yang dimiliki oleh pelaku usaha jasa di sp 1.

d. Faktor lingkungan berpengaruh terdapat minat berwirausaha. Hal ini biasanya melihat

kepada orang tua, saudara, keluarga yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman-teman

pasangan atau pengusaha sukses yang dikelolah. Faktor berasal dari lingkungan

diantaranya adalah peluang, aktifitas/keadaan, selain itu juga dipengaruhi juga oleh

pesaing, sumberdaya, dan kebijakan pemerintah, pengaruh pendidikan dan lingkungan

itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai