TUGAS K3 METODE PENELITIAN SUMARDIONO-dikonversi
TUGAS K3 METODE PENELITIAN SUMARDIONO-dikonversi
NIMM : 301301181030042
MK : METODE PENELITIAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan usaha atau bisinis, ada terdapat banyak faktor yang harus di
perhatikan oleh pengusaha demi keberhasilan usahanya. Salah satu faktor yang harus di
perhatikan adalah lokasi. “Lokasi perusahaan merupakan kunci bagi efisiensi dan
efektifitas bagi keberlangsungan perusahaan jangka panjang” (Haming, 2011: 237).
Persaingan memaksa para pelaku bisnis untuk mendapatkan konsumen sebanyak
banyaknya. Agar usaha yang dijalankan bisa bersaing secara efektif, maka penentuan
tempat yang strategis akan sangat membantu kelancaran usaha. Karena semakin dekat
jarak dari penjual, maka konsumen akan semakin mudah untuk menjangkau dan makin
jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi
untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.
Menurut Tjiptono (2006: 92) ”Lokasi adalah tempat usaha beroperasi atau tempat
usaha melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi
ekonominya”. Sedangkan menurut Suwarman (2004: 280), ”Lokasi merupakan tempat
usaha yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang konsumen untuk datang dan
berbelanja”.
Pemilihan lokasi suatu usaha akan mempengaruhi risiko dan keuntungan secara keseluruhan,
mengingat lokasi sangat mempengaruhi biaya tetap maupun biaya variabel, baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang perbedaan sukses organisasi-organisasi dan perbedaan
kekuatan atau kelemahan organisasi, sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam situasi persaingan,
faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-faktor kritis yang membuatnya sangat penting,
agar usaha yang dijalankan dapat bersaing secara efektif, lokasi usaha haruslah strategis
dan mudah dijangkau. Memilih lokasi usaha juga berarti meminimalkan faktor-faktor
negatif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pada dasarnya, keputusan lokasi sering
bergantung kepada tipe bisnis. Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang digunakan
biasanya adalah strategi untuk meminimalkan biaya (Heizer & Render 2009: 486). Hal ini
disebabkan perusahaan manufaktur mendapati biaya cenderung sangat berbeda diantara
lokasi-lokasi yang berbeda. Berbeda hal nya untuk bisnis eceran dan jasa profesional,
strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan pendapatan. Walaupun demikian,
“strategi lokasi pemilihan gudang, dapat ditentukan oleh kombinasi antara biaya dan
kecepatan pengiriman” (Heizer & Render, 2009: 486). Secara umum, tujuan strategi lokasi
adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan (Heizer & Render, 2009:
502).
Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, para pelaku ekonomi dapat membuat kesalahan-
kesalahan dalam pemilihan lokasi. Faktor-faktor pemilihan lokasi perlu dipertimbangkan
oleh pemilik usaha dalam menentukan lokasi usahanya, karena lokasi usaha merupakan
salah satu strategi bisnis. Menurut Tjiptono (2006: 92) pemilihan tempat atau lokasi Usaha
memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor: (1) Aksesibilitas, misalnya
lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transfortasi umum, (2) Visibilitas, yaitu
lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang normal, (3) Lalu
lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama: (a) Banyaknya orang yang lalu-
lalang bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying, yaitu keputusan
pembelian yang sering terjadi spontan, tanpa perencanaan, dan atau tanpa melalui usaha-
usaha khusus, (b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi hambatan, (4) Tempat
parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat,
(5) Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan di kemudian
hari, (6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang ditawarkan, (7)
Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi, perlu
dipertimbangkan apakah di jalan/daerah yang sama terdapat banyak penjual yang sejenis,
(8) Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan-ketentuan dalam membangun bisnis usaha
di wilayah tersebut.
Penelitian mengenai pemilihan lokasi lebih sering dilakukan untuk pemilihan lokasi
pabrik, gudang, dan bisnis ritel. Namun pemilihan lokasi usaha tidak hanya dibutuhkan
oleh perusahaan-perusahaan besar. Usaha jasa berskala mikro-kecil pun juga perlu
memilih lokasi usaha yang strategis agar dapat terus berjalan. Ketepatan pemilihan lokasi
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh seorang pengusaha sebelum
membuka usahanya. Hal ini terjadi karena pemilihan lokasi yang tepat seringkali
menentukan kesuksesan suatu usaha. Hal ini juga berlaku untuk usaha jasa karena usaha
jasa diharuskan untuk memelihara hubungan yang dekat dengan pelanggan. Usaha-usaha
yang bergerak dibidang jasa harus lebih mendekatkan diri dengan semua pelanggan
mereka sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
bagaimana pengaruh variabel kondisi infrastruktur, kesesuaian biaya, lingkungan bisnis
dan jarak tempuh terhadap keputusan pemilihan lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Kabupaten Mimika.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
kondisi infrastruktur, kesesuaian biaya, lingkungan bisnis dan jarak tempuh terhadap
keputusan pemilihan lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kecamatan
Pagaralam Selatan.
Menurut Capello (2011) dalam Location, Regional Growth and Local Development
Theories, teori lokasi lain yang ada membalikkan teori hipotesis ini pada struktur spasial
permintaan dan penawaran. Tempat produksi mengasumsikan spasial dimension dan
meluas di seluruh wilayah, sementara tempat konsumsi (pasar) adalah punctiform. Ini
kebalikan dari asumsi tentang struktur teritorial produksi dan pasar bukan pelaksanaan
praktek akademis murni. Sebaliknya, terkandung permasalahan bahwa model ini adalah
jalan keluar dari masalah tersebut, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasi
daerah pasar masing-masing produsen dan mengatasi masalah yang belum disebutkan:
bagaimana mendefinisikan 'daerah produksi', yang berarti dalam hal ini adalah ruang
fisik (tanah) yang ditempati untuk beraktivitas. Model pertama ekonomi individu
menganalisis distribusi spasial kegiatan produksi alternatif dikembangkan pada awal
abad kesembilan belas oleh Johann Von Thunen
Pada tahun 1960 dilakukan studi perintis oleh Walter Isard, Martin Beckmann dan
Lowdon Wingo menyiapkan formulasi Alonso dari model historical Von Thünen dan
diterapkan pada konteks perkotaan (Isard, 1956, Beckmann, 1969 dan Win-go, 1961).
Model kota monocentric dengan cepat menjadi sebuah sekolah berdiri bebas berdasarkan
pemikiran dalam teori lokasi, dan kemudian diberi label 'ekonomi perkotaan baru'. Ini
adalah korpus teori yang berusaha untuk mengembangkan model keseimbangan umum
lokasi di mana kepentingan utama adalah tidak ada keputusan lagi pada perusahaan-
perusahaan individu atau rumahtangga. Sebaliknya, bidang utama penyelidikan menjadi
definisi dari ukuran dan kepadatan kota, dan identifikasi pola tertentu biaya tanah
menjadi berbeda dari kota yang menjamin pencapaian keseimbangan lokasi untuk semua
individu dan perusahaan di kota.
Capello (2011) juga menjelaskan bahwa dalam teori ini, pilihan lokasi juga ditentukan
oleh prinsip khusus organisasi spasial kegiatan yaitu: 'aksesibilitas', dan aksesibilitas
khusus untuk pasar atau 'centre'. Untuk perusahaan, aksesibilitas tinggi berarti bahwa
mereka memiliki akses yang mudah ke pasar yang luas dan beragam untuk barang akhir
dan faktor produksi, informasi, dan hub infrastruktur internasional.
Permintaan tinggi untuk akses ke daerah pusat memicu persaingan antara kegiatan
industrialis dan perumahan untuk lokasi yang lebih dekat ke pasar, atau, lebih umum
dekat dengan hipotetis kawasan pusat bisnis (pusat kota). Semua model pilihan lokasi
semacam ini memiliki fitur penting yang sama dalam biaya tanah, atau sewa lahan.
Dengan asumsi adanya pusat bisnis tunggal, karena permintaan yang tinggi untuk lokasi
pusat dengan biaya transportasi minimum mereka, tanah lebih dekat ke pusat biayanya
akan lebih tinggi, sebuah kondisi ditekankan oleh total kekakuan, setidaknya dalam
jangka pendek sampai menengah, dari penawaran lahan perkotaan. Model ini
menyelesaikan kompetisi di antara kegiatan berdasarkan prinsip ekonomi yang ketat:
perusahaan dapat menemukan di daerah yang lebih sentral dan mereka mampu
membayar sewa lebih tinggi untuk daerah tersebut.
Menurut Capello (2011) dalam Location, Regional Growth and Local Development
Theories, teori lokasi lain yang ada membalikkan teori hipotesis ini pada struktur spasial
permintaan dan penawaran. Tempat produksi mengasumsikan spasial dimension dan
meluas di seluruh wilayah, sementara tempat konsumsi (pasar) adalah punctiform. Ini
kebalikan dari asumsi tentang struktur teritorial produksi dan pasar bukan pelaksanaan
praktek akademis murni. Sebaliknya, terkandung permasalahan bahwa model ini adalah
jalan keluar dari masalah tersebut, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasi
daerah pasar masing-masing produsen dan mengatasi masalah yang belum disebutkan:
bagaimana mendefinisikan 'daerah produksi', yang berarti dalam hal ini adalah ruang
fisik (tanah) yang ditempati untuk beraktivitas. Model pertama ekonomi individu
menganalisis distribusi spasial kegiatan produksi alternatif dikembangkan pada awal
abad kesembilan belas oleh Johann Von Thunen
Pada tahun 1960 dilakukan studi perintis oleh Walter Isard, Martin Beckmann dan
Lowdon Wingo menyiapkan formulasi Alonso dari model historical Von Thünen dan
diterapkan pada konteks perkotaan (Isard, 1956, Beckmann, 1969 dan
Win-go, 1961). Model kota monocentric dengan cepat menjadi sebuah
sekolah berdiri bebas berdasarkan pemikiran dalam teori lokasi, dan
kemudian diberi label 'ekonomi perkotaan baru'. Ini adalah korpus teori
yang berusaha untuk mengembangkan model keseimbangan umum lokasi
di mana kepentingan utama adalah tidak ada keputusan lagi pada
perusahaan- perusahaan individu atau rumahtangga. Sebaliknya, bidang
utama penyelidikan menjadi definisi dari ukuran dan kepadatan kota, dan
identifikasi pola tertentu biaya tanah menjadi berbeda dari kota yang
menjamin pencapaian keseimbangan lokasi untuk semua individu dan
perusahaan di kota.
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
dibahas, yang kebenarannya masih harus diuji. Hipotesis merupakan
rangkuman dari kesimpulankesimpulan teoritis yang diperoleh dari
penelaahan kepustakaan. Dengan mendasarkan pada identifikasi
masalah serta kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1: Kedekatan dengan infrastruktur berpengaruh positif
terhadap Kesuksesan usaha.
2 : Lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap
kesuksesan usaha.
3 : Biaya lokasi berpengaruh positif terhadap Kesuksesan
usaha.
BAB III
RANCANGAN METODE PENELITIAN
di sekitar sp 1 .
usaha jasa . Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
pendapatan usaha jasas di sp 1 dengan melihat pada faktor-faktor yang
mempengaruhi.
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
diduga. Subagio
(a) Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah usaha jasa di Kabupaten Mimika.
b. Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor teori lokasi yang mempengaruhi
Menurut Djarwanto dan Subagyo (Cahyo, 2010:34) bahwa, sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakterristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah dari pada jumlah populasi). Sampel yang diambil dalam penelitian
a. Data
data yang digunakan dalam penelitian ini, guna mendukung analisis yang akan
dilakukan adalah
(a) Data Kuantitatif yaitu peneliti dengan memperoleh data yang berbentuk angka
(b) Data Kualitatif adalah tangkapan atas perkataan subjek peneliti dalam bahasanya
berikut:
(a) sumber primer adalah para pelaku usaha jasa yang dijadikan responden dan
(b) sumber sekunder adalah jumlah pelaku usaha jasa yang berwirausaha
a. Observasi yait teknik yang digunakan untuk melengkapi melengkapi data dengan
mempelajari sikap, keyakinan, perilaku dan karakteris beberapa pelaku usaha jasa
informasi khusus dari karangan/ tulisan, wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya.
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
wawancara, kuesioner atau angket yaitu mendapatkan informasi dengn cara bertanya
secara apriori berlandaskan landasan teori dan konsep yang dimiliki, maksudnya disini
suda berbentuk beberapa faktor serta variabel-variabel laten apa yang termaksud
Dalam penelitian analisis faktor, peneliti akan meneliti asumsi analisis faktor
satu persatu terlebih dahulu sebelum uji analisis faktor dilakukan. Pengujian korelasi
antar variabel independen harus > 0,5 dengan signifikansi < 0,05. Pengujian ini
Bartlett’s Test.
Analisis Regresi Berganda Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi terhadap kesuksesan usaha jasa adalah
menggunakan Analisis Regresi Berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu kesuksesan usaha (Y), bentuk matematisnya
Y = a +b1X1+b2X2+b3X3+e
Dimana :
Y = Kesuksesan usaha
a = Konstanta
X2 = Lingkungan bisnis
nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi
b. Berwirausaha adalah kegiatan untuk melakukan suatu usaha berdasarkan ide-ide kreatif
ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan, yang harus dimiliki oleh masyarakat Kamoro.
seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya, perasaan
yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti
bagi individu dan satu keadaan motivasi atau satu set motivasi menuntun tingkah laku
menuju satu arah (sasaran tertentu) yang dimiliki oleh pelaku usaha jasa di sp 1.
d. Faktor lingkungan berpengaruh terdapat minat berwirausaha. Hal ini biasanya melihat
kepada orang tua, saudara, keluarga yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman-teman
pasangan atau pengusaha sukses yang dikelolah. Faktor berasal dari lingkungan
diantaranya adalah peluang, aktifitas/keadaan, selain itu juga dipengaruhi juga oleh
itu sendiri.