Anda di halaman 1dari 60

BUPATI KABUPATEN CIAMIS

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS
NOMOR….TAHUN ...........

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI


KAWASAN PERKOTAAN CISAGA
TAHUN 2020 - 2040

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan


pembangunan antarsektor, antarwilayah, dan
antarpelaku dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten
Ciamis, diperlukan pengaturan penataan ruang secara
serasi, selaras, seimbang, berdayaguna, berhasilguna,
berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan;
b. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan
pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap
pentingnya penataan ruang, memerlukan
penyelenggaraan penataan ruang yang transparan,
efektif dan partisipatif, agar terwujud ruang yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat
(3) huruf g Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis

-1-
Nomor …. Tahun … tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Ciamis perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Cisaga.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 Tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan

-2-
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor … Tahun
… tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ciamis (Lembaran Daerah Kabupaten Ciamis Tahun
… Nomor …).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS
dan
BUPATI CIAMIS

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TENTANG


RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN
ZONASI KAWASAN PERKOTAAN CISAGA TAHUN 2020 -
2040

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Ciamis.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ciamis.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Ciamis.
4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
5. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
6. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
-3-
8. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disebut RTRW Kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional,
RTRW Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi.
12. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota
yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
13. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
14. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
15. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
16. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
18. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah
bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis
kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun rencana rincinya,
dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam
RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan.
19. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri
atas beberapa blok.
20. Pusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial,
dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah BWP dan/atau
-4-
regional.
21. Subpusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi,
sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub BWP;
22. Pusat lingkungan kecamatan merupakan pusat pelayanan ekonomi,
sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman kecamatan.
23. Pusat lingkungan kelurahan merupakan pusat pelayanan ekonomi,
sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman kelurahan.
24. Pusat lingkungan RW merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi lingkungan permukiman rukun warga.
25. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh
batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan,
saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai,
atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana
jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota,
dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
26. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik spesifik.
27. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
28. Zona Sempadan Pantai (SP) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai
29. Zona Sempadan Sungai (SS) peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya
yang ada pada sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
30. Zona Sekitar Danau atau Waduk (DW) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas
sumber daya yang ada pada danau atau waduk dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuannya.
31. Zona ekosistem mangrove adalah wilayah pesisir laut yang merupakan
habitat alami hutan bakau (mangrove), yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.
32. Zona Hutan Kota (RTH-1) adalah suatu hamparan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang ompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
-5-
33. Zona Taman Kecamatan (RTH-3) adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kecamatan.
34. Zona Taman Kelurahan (RTH-4) adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kelurahan
35. Zona Taman RW (RTH-5) adalah Taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan
olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
lingkungan RW tersebut.
36. Zona Pemakaman (RTH-7) adalah penyediaan ruang terbuka hijau
yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah. Selain itu,
zona perumahan juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air,
tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
37. Zona Rumah Kepadatan Tinggi (R-2) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
38. Zona Rumah Kepadatan Rendah (R-4) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil antara
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
39. Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K-2) adalah peruntuka ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan
untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi
dengan skala pelayanan BWP.
40. Zona Perdagangan dan Jasa Skala Sub-BWP (K-3) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan
perdagangandan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat
hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan sub BWP.
41. Zona Perdagangan dan Jasa Skala Lingkungan (K-4) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya
yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan
perdagangandan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat
hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan lingkungan.
42. Zona Perkantoran (KT) adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan
-6-
fasilitas umum/sosial pendukungnya.
43. Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kecamatan
44. Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan (SPU-3) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kelurahan
45. Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala RW
46. Zona Pertanian (PL-1) adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan
pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu, pemberian
makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan, perikanan
untuk pribadi atau tujuan komersial.
47. Zona Pertahanan dan Keamanan (PL-7) peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budi dayayang dikembangkan
untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan
dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat
latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dan
sebagainya.
48. Zona Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) adalah peruntukan
tanah yang terdiri atas daratan dengan batas batas tertentu yang
berfungsi untuk tempat pembuangan segala macam air buangan
(limbah) yang berasal dari limbah-limbah domestik, industri,
maupun komersial dan lain-lainnya.
49. Zona Pariwisata (PL-17) peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi dayayang dikembangkan untuk mengembangkan
kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya.
50. Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut PZ
kabupaten/kota adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana detail tata ruang (RDTR).
51. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
52. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka
di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
-7-
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
53. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
54. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas
terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau
jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara
massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan
tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya.
55. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
56. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaran penataan
ruang.
57. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
58. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
TKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang di dan mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

Bagian Kedua
Bagian Wilayah Perencanaan

Pasal 2
(1) Lingkup wilayah perencanaan berdasarkan aspek administratif dan
fungsional dengan luas kurang lebih 8.015,01 hektar, beserta ruang
udara di atasnya dan ruang di dalam bumi.
(2) Wilayah perencanaan, terdiri atas:
a. Kawasan Perkotaan Cisaga dengan luas kurang lebih 1.164,16
hektar; dan
b. Kawasan Pedesaan Cisaga dengan luas kurang lebih 6.805,85
hektar.
-8-
(3) Kawasan Perkotaan Cisaga dibagi menjadi 4 (Empat) Sub BWP yang
terdiri atas:
a. Sub BWP 1 dengan luas kurang lebih 313,30 hektar, yang terdiri
atas :
1. Blok 1-A, dengan luas kurang lebih 23,76 hektar;
2. Blok 1-B, dengan luas kurang lebih 16,77 hektar;
3. Blok 1-C, dengan luas kurang lebih 22,89 hektar;
4. Blok 1-D, dengan luas kurang lebih 40,88 hektar;
5. Blok 1-E, dengan luas kurang lebih 14,59 hektar;
6. Blok 1-F, dengan luas kurang lebih 12,09 hektar;
7. Blok 1-G, dengan luas kurang lebih 7,05 hektar;
8. Blok 1-H, dengan luas kurang lebih 36,39 hektar;
9. Blok 1-I, dengan luas kurang lebih 52,33 hektar;
10. Blok 1-J, dengan luas kurang lebih 45,83 hektar; dan
11. Blok 1-K dengan luas kurang lebih 40,72 hektar.
b. Sub BWP 2 dengan luas kurang lebih 411,83 hektar, yang terdiri
atas :
1. Blok 2-A, dengan luas kurang lebih 21,71 hektar;
2. Blok 2-B, dengan luas kurang lebih 24,87 hektar;
3. Blok 2-C, dengan luas kurang lebih 236,32 hektar;
4. Blok 2-D, dengan luas kurang lebih 59,68 hektar; dan
5. Blok 2-E, dengan luas kurang lebih 69,25 hektar.
c. Sub BWP 3 dengan luas kurang lebih 253,44 hektar, yang terdiri
atas :
1. Blok 3-A, dengan luas kurang lebih 62,35 hektar;
2. Blok 3-B, dengan luas kurang lebih 35,80 hektar;
3. Blok 3-C, dengan luas kurang lebih 26,81 hektar;
4. Blok 3-D, dengan luas kurang lebih 23,03 hektar;
5. Blok 3-E, dengan luas kurang lebih 46,44 hektar;
6. Blok 3-F, dengan luas kurang lebih 24,40 hektar; dan
7. Blok 3-G, dengan luas kurang lebih 34,61 hektar.
d. Sub BWP 4 dengan luas kurang lebih 185,59 hektar, yang terdiri
atas :
1. Blok 4-A, dengan luas kurang lebih 24,51 hektar;
2. Blok 4-B, dengan luas kurang lebih 12,43 hektar;
3. Blok 4-C, dengan luas kurang lebih 71,18 hektar; dan
4. Blok 4-D, dengan luas kurang lebih 77,47 hektar.
(4) Kawasan Pedesaan Cisaga dibagi menjadi 9 (Sembilan) Desa yang
terdiri atas:
a. Desa Danasari dengan luas kurang lebih 655,21 hektar;
b. Desa Sidamulya dengan luas kurang lebih 682,07 hektar;
c. Desa Kepel dengan luas kurang lebih 591,16 hektar;
d. Desa Wangunjaya dengan luas kurang lebih 938,97 hektar;
-9-
e. Desa Tanjungjaya dengan luas kurang lebih 571,49 hektar;
f. Desa Sukahurip dengan luas kurang lebih 745,25 hektar;
g. Desa Bangunharja dengan luas kurang lebih 1.132,85 hektar;
h. Desa Girimukti dengan luas kurang lebih 968,96 hektar; dan
i. Desa Karyamulya dengan luas kurang lebih 564,89 hektar;
(5) Pembagian Sub BWP dan blok Perkotaan Cisaga digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian 1 : 5.000, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

BAB II
TUJUAN PENATAAN BWP

Pasal 3
Penataan Kawasan Perkotaan Cisaga bertujuan mewujudkan Perkotaan
Cisaga sebagai Simpul Perbatasan yang mampu mereduksi pergerakan
keluar dan siap menerima limpahan perkembangan wilayah sekitar
berbasis permukiman, agrobisnis, industri, perdagangan dan jasa yang
didukung oleh Infrastruktur Skala Kawasan dan Regional secara terpadu,
tertata dan berwawasan lingkungan.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kawasan Perkotaan Cisaga
meliputi :
a. rencana pengembangan pusat pelayanan;
b. rencana jaringan transportasi; dan
c. rencana jaringan prasarana.
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

- 10 -
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

Pasal 5
(1) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a terdiri atas :
a. pusat pelayanan kawasan perkotaan (PPK);
b. sub pusat pelayanan kawasan perkotaan (SPPK); dan
c. pusat lingkungan (PL).
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu PPK
yang terdapat di Sub BWP 1.
(3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. SPPK 2 yang terdapat di Sub BWP 2, Blok 2-D;
b. SPPK 3 yang terdapat di Sub BWP 3, Bok 3-E; dan
c. SPPK 4 yang terdapat di Sub BWP 4, Blok 4-D.
(4) PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. PL 1A, 1D, 1F, 1G, 1H, 1I, dan 1K yang terdapat di Sub BWP 1;
b. PL 2A, 2D, dan 2E yang terdapat di Sub BWP 2;
c. PL 3A, 3B, 3C, 3D, 3E, 3F dan 3G yang terdapat di Sub BWP 3;
dan
d. PL 4A dan 4C yang terdapat di Sub BWP 4.

Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi

Pasal 6
Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf b, berupa sistem jaringan transportasi darat.

Pasal 7
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
berupa sistem jaringan jalan.

Pasal 8
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, terdiri
atas:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi;
c. jaringan jalan kabupaten;
d. jaringan jalan desa; dan

- 11 -
e. jaringan jalan lainnya.
(2) Jaringan jalan nasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berupa jalan arteri primer yang terdiri atas:
a. ruas jalan Ciamis-Banjar; dan
b. ruas jalan batas Kota Ciamis-batas Kota Banjar.
(3) Jaringan jalan provinsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, berupa usulan perubahan status menjadi jalan kolektor primer
dua (JKP-2) dari jalan kabupaten menjadi jalan provinsi untuk ruas
jalan akses regional, yaitu ruas jalan Cisaga-Cipicung yang
merupakan bagian dari ruas jalan Cisaga-Cipicung, Rancah-
Cipicung, Rancah-Kadupandak; dan
(4) Jaringan jalan kabupaten, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. jalan kolektor primer berupa ruas jalan PKL Cisaga-PKL Kawali
b. jalan lokal primer, yang terdiri atas:
1. ruas jalan Cisaga-Ciparigi yang menghubungkan PKL Cisaga-
PPK Sukadana; dan
2. ruas jalan Cisaga-Karangpaningal yang menghubungkan PKL
Cisaga-PPK Tambaksari.
c. jalan lingkungan primer berupa ruas jalan Poros Timur Barat
Kawasan Perdesaan;
d. jalan strategis kabupaten yang ditetapkan dengan pertimbangan
akses perbatasan ke Kota Banjar, terdiri atas :
1. ruas jalan Bangunharja-Banjar; dan
2. usulan perubahan status jalan menjadi jalan kabupaten yaitu
ruas jalan Mekarmukti-Banjar.
(5) Jaringan jalan desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdiri atas:
a. jalan arteri sekunder;
b. jalan kolektor sekunder;
c. jalan lokal sekunder; dan
d. lingkungan sekunder.
(6) Jaringan jalan lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e, terdiri atas:
a. pengembangan jalur pejalan kaki pada :
1. jalan ateri primer;
2. jalan kolektor primer;
3. jalan lokal primer;
4. jalan arteri sekunder;
5. jalan kolektor sekunder; dan
6. jalan lokal sekunder
b. pengembangan jalur sepeda;
c. pengembangan jalan lainnya/khusus;
- 12 -
d. pengembangan terminal penumpang berupa terminal penumpang
tipe C yang berada di Sub BWP 1, Blok 1-E; dan
e. pengembangan jembatan penghubung.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana

Paragraf 1
Umum

Pasal 9
Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf c, terdiri atas :
a. Sistem jaringan energi/kelistrikan;
b. Sistem jaringan telekomunikasi;
c. Sistem jaringan air minum;
d. Sistem jaringan air limbah;
e. Sistem jaringan drainase;
f. Sistem persampahan; dan
g. Sistem jaringan prasarana lainnya.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

Pasal 10
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
a, meliputi :
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, berupa pengembangan jaringan distribusi
minyak dan gas bumi melalui jalan arteri primer.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, berupa penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya, terdiri atas:
1. jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga
listrik antarsistem, berupa saluran udara tegangan tinggi
(SUTT), meliputi :

- 13 -
a) pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) - 150
KV melalui Desa Danasari, Sidamulya, Tanjungjaya,
Karyamulya, Girimukti, Wangunjaya dan Bangunharja;
b) pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) - 70
KV melalui Desa Sidamulya, Kepel, Blok 4C dan 4D.
2. jaringan distribusi tenaga listrik; dan
3. gardu listrik yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
transmisi tenaga listrik.
(4) Sistem jaringan energi/kelistrikan digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 12
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf b, terdiri atas :
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak.
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi :
a. pengembangan jaringan kabel serat optik;
b. pengembangan jaringan telepon, televisi dan internet kabel; dan
c. pembangunan jaringan telekomunikasi di arahkan mengikuti
jaringan jalan utama dan berhirarki sesuai dengan klasifikasi
jalan.
(3) Jaringan bergerak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas :
a. pengembangan jaringan bergerak terrestrial, seluler dan satelit;
b. pengembangan menara BTS bersama untuk beberapa operator
seluler;
c. penguatan jaringan internet pemerintah; dan
d. pengembangan jaringan internet publik berupa wifi dan hotspot.
(4) Sistem jaringan telekomunikasi digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

- 14 -
Paragraf 4
Sistem Jaringan Air Minum

Pasal 13
(1) Pengembangan Jaringan Air Minum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf c, terdiri atas :
a. pengembangan sistem jaringan air minum perpipaan; dan
b. pengembangan sistem jaringan air minum non perpipaan.
(2) Pengembangan sistem jaringan air minum perpipaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Pengembangan SPAM IKK Kawasan Perkotaan Cisaga,
meliputi :
1. Desa Cisaga;
2. Desa Mekarmukti; dan
3. Desa Kepel.
b. Pengembangan SPAM Pedesaan, meliputi :
1. Desa Danasari;
2. Desa Sidamulya;
3. Desa Wangunjaya;
4. Desa Tanjungjaya;
5. Desa Sukahurip;
6. Desa Bangunharja;
7. Desa Girimukti; dan
8. Desa Karyamulya.
(3) Pengembangan sistem jaringan air minum non perpipaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pemanfaatan air tanah dangkal artesis secara terkendali;
b. pemanfaatan alternatif sumber air baku untuk air bersih
berupa sungai, meliputi :
1. Sungai Cisaga;
2. Sungai Citatah;
3. Sungai Mekarmukti;
4. Sungai Alur;
5. Sungai Cihonje;
6. Sungai Cimuntur;
7. Sungai Cirende;
8. Sungai Cibitung;
9. Sungai Ciliung; dan

- 15 -
10. Sungai Cikali.
c. pemanfaatan alternatif sumber air baku untuk air bersih
berupa situ, meliputi :
1. Situ Golempang di Desa Wangunjaya; dan
2. Situ Girimukti di DesaGirimukti.
d. pemanfaatan alternatif sumber air baku untuk air bersih
berupa mata air, meliputi :
1. Mata Air di Desa Wangunjaya;
2. Mata Air di Desa Bangunharja; dan
3. Mata Air Cibebelik di Desa Bangunharja.
(4) Penerapan teknologi biopori dan sumur resapan dalam rangka
konservasi air tanah;
(5) Pengembangan pipa jaringan transmisi dan unit distribusi yang
selaras dengan fungsi jaringan jalan;
(6) Sistem jaringan air minum digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
V, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

Paragraf 5
Sistem Jaringan Air Limbah

Pasal 14
Pengembangan Jaringan Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf d, terdiri atas :
(1) pengembangan sistem pengeolahan air limbah setempat dengan
menggunakan tangki septik;
(2) pengembangan sistem pengolahan air limbah terpusat/ komunal;
(3) pengembangan sistem pengolahan limbah berbasis komunitas (peran
serta masyarakat) yang tersebar merata di tiap desa;
(4) sosialisasi dan penyediaan sarana pengolah air limbah ramah
lingkungan; dan
(5) penyediaan sarana prasarana pengolahan limbah industri, limbah
medis, limbah berbahaya beracun (B3) secara mandiri pada fasilitas
tertentu maupun secara terpadu.

Paragraf 6
Sistem Jaringan Drainase

- 16 -
Pasal 15
(1) Pengembangan Jaringan Drainase sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf e, terdiri atas :
a. pengembangan jaringan drainase primer berupa sungai;
b. pengembangan jaringan drainase sekunder, tersier dan lokal
mengikuti rencana pengembangan jaringan jalan dan berhirarki
sesuai dengan klasifikasi jalan;
c. pengembangan jaringan drainase tertutup dan terbuka;
d. normalisasi saluran primer;
e. pemeliharaan jaingan drainase yang telah ada melalui perbaikan
saluran yang rusak dan penggalian endapan lumpur/tanah akibat
sedimentasi; dan
f. sosialiasi dan pembangunan sumur resapan, biopori dan kolam
retensi.
(2) Sistem jaringan drainase digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 7
Sistem Persampahan

Pasal 16
Pengembangan Sistem Persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf e, terdiri atas :
(1) pengembangan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS) berupa pengembangan teknologi tinggi untuk pengolahan
sampah di TPPAS Ciminyak;
(2) penyediaan sarana prasarana penampungan sampah yang
ditempatkan pada pusat kegiatan masyarakat, meliputi:
a. pasar;
b. permukiman;
c. perkantoran; dan
d. fasilitas sosial lainnya.
(3) pengelolaan sampah dengan konsep 7R, yaitu Recycle, Reuse.
Reduce, Replace, Replant, Refill dan Repair; dan
(4) pengelolaan sampah berbasis masyarakat, termasuk penerapan
program bank sampah.
(5) Sistem prasarana persampahan, digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VII, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

- 17 -
Paragraf 8
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 17
(1) pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf f, berupa pengembangan prasarana
evakuasi bencana.
(2) pengembangan prasarana evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa prasarana evakuasi bencana gerakan tanah
terdiri atas :
a. penyediaan jalur evakuasi bencana, diarahkan melalui :
1. jalan ateri primer;
2. jalan kolektor primer;
3. jalan lokal primer;
4. jalan arteri sekunder;
5. jalan kolektor sekunder; dan
6. jalan lokal sekunder.
b. penyediaan ruang evakuasi bencana, meliputi :
1. lapangan olahraga dan lapangan terbuka; dan
2. fasilitas umum dan sosial, meliputi :
a) gedung sekolah
b) rumah sakit atau gedung kesehatan lainnya
c) kantor pemerintah
d) terminal

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18
(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana zona lindung dan
zona budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

- 18 -
Bagian Kedua
Zona Lindung

Pasal 19
Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), terdiri
atas:
a. zona perlindungan setempat; dan

b. zona ruang terbuka hijau (RTH).

Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat

Pasal 20
(1) Zona perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a, terdiri berupa zona sempadan sungai (SS).
(2) Sempadan sungai (SS), sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, seluas 3,81 Ha, terdapat di Blok 1-H, 1-K, 2-C, 3-A, 3-G, 4-B, 4-C
dan 4-D.

Paragraf 2
Zona Ruang Terbuka Hijau Kota

Pasal 21
(1) Zona ruang terbuka hijau kota (RTH) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf b, terdiri atas :
a. Zona hutan kota (RTH-1);
b. Zona taman kecamatan (RTH-3);
c. Zona taman kelurahan (RTH-4);
d. Zona taman RW (RTH-5); dan
e. Zona pemakaman (RTH-7).
(2) Zona hutan kota (RTH-1), sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, seluas 108,29 Ha, terdapat di Blok 1-H, 1-J, 1-K, 2-B, 3-A,
3-B, 3-C, 3-D, 3-F, 3-G, 4-A, 4-B, 4-C dan 4-D.
(3) Zona taman kecamatan (RTH-3), sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, seluas 0,54 Ha, terdapat di Blok 1-I dan 3-G.
(4) Zona taman kelurahan (RTH-4), sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, seluas 1,78 Ha, terdapat di Blok 1-A dan 1-B.
- 19 -
(5) Zona taman RW (RTH-5), sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, seluas 10,19 Ha, terdapat di Blok 1-A, 1-B, 1-C, 1-D, 1-E,
1-F, 1-G, 1-H, 1-J, 1-K, 2-A, 2-B, 2-C, 2-D, 2-E, 3-A, 3-B, 3-C, 3-D,
3-E, 3-G, 4-B dan 4-D.
(6) Zona pemakaman (RTH-7), sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g, seluas 1,95 Ha, terdapat di Blok 1-K, 2-A, 2-E dan 4-A.

Bagian Ketiga
Zona Budidaya

Pasal 22
Zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), terdiri
atas:
a. Zona perumahan (R);
b. Zona perdagangan dan jasa (K);
c. Zona perkantoran (KT);
d. Zona sarana pelayanan umum (SPU);
e. Zona peruntukan lainnya (L), yang terdiri atas:
1. Zona pertanian
2. Zona hutan produksi
3. Zona pertahanan dan keamanan
4. Zona wisata

Paragraf 1
Zona Perumahan

Pasal 23
(1) Zona perumahan (R) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
a, terdiri atas:
a. Zona perumahan kepadatan tinggi (R-2);
b. Zona perumahan kepadatan sedang (R-3); dan
c. Zona perumahan kepadatan rendah (R-4)
(2) zona perumahan kepadatan tinggi (R-2), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdapat di Blok 1-A, 1-B, 1-C, 1-D, 1-E, 1-F,
1-G, 1-H, 1-I, 1-J dan 1-K dengan luas 153,49 Ha.
(3) zona perumahan kepadatan sedang (R-3), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdapat di Blok 2-A, 2-B, 2-C, 2-D, 2-E, 3-A,
3-B, 3-C, 3-D, 3-E, 3-F, 3-G, 4-A, 4-B, 4-C dan 4-D dengan luas

- 20 -
328,38 Ha.
(4) Zona perumahan kepadatan rendah (R-4), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, terdapat di Blok 1-C, 1-D, 1-H, 1-I, 1-J, 1-K,
2-A, 2-B, 2-D, 2-E, 3-B, 3-C, 3-D, 3-F dan 3-G dengan luas 51,41
Ha.

Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa

Pasal 24
(1) Zona perdagangan dan jasa (K) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf b, terdiri atas:
a. zona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan
b. zona perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3).
(2) zona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, seluas 30,15 Ha, terdapat di Blok 1-B, 1-D, 1-
E, 1-F, 1-G, 1-H, 1-I, 1-J, 2-D, 2-E, 3-E, 3-F, 3-G, 4-A, 4-B, 4-C dan
4-D.
(3) zona perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3), sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas 11,89 Ha, terdapat di Blok
1-A, 1-E, 1-F, 1-G, 2-D, 3-C, 3-D, 3-E dan 3-F.

Paragraf 3
Zona Perkantoran

Pasal 25
Zona perkantoran (KT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c,
seluas 0,19 Ha yang terdapat di Blok 1-B, 1-D, 1-F dan 1-G.

Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum

Pasal 26

(1) Zona sarana pelayanan umum (SPU) sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 22 huruf d, terdiri atas:
- 21 -
a. zona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2);
b. zona sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3); dan
b. zona sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4).
(2) zona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2),
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas 0,51 Ha,
terdiri atas :
a. zona sarana pelayanan umum pendidikan skala kecamatan
(SPU-2.1) seluas 0,02 Ha, terdapat di Blok 1-H;
b. zona sarana pelayanan umum transportasi skala kecamatan
(SPU-2.2) seluas 0,21 Ha, terdapat di Blok 1-E;
c. zona sarana pelayanan umum kesehatan skala kecamatan (SPU-
2.3) seluas 0,02 Ha, terdapat di Blok 1-I;
d. zona sarana pelayanan umum peribadatan skala kecamatan
(SPU-2.5) seluas 0,02 Ha, terdapat di Blok 1-H; dan
e. zona sarana pelayanan umum sosial budaya skala kecamatan
(SPU-2.6) seluas 0,02 Ha, terdapat di Blok 4-C.
(3) zona sarana pelayanan umum skala desa/kelurahan (SPU-3),
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas 4,84 Ha,
terdiri atas :
a. zona sarana pelayanan umum pendidikan skala kelurahan
(SPU-3.1) seluas 4,55 Ha, terdapat di Blok 1-A, 1-C, 1-E, 1-F, 1-
I, 1-J, 1-K, 2-D, 2-E, 3-D, 3-F, 4-A dan 4-D;
b. zona sarana pelayanan umum kesehatan skala kelurahan (SPU-
3.3) seluas 0,01 Ha, terdapat di Blok 1-D; dan
c. zona sarana pelayanan umum sosial skala kelurahan (SPU-3.6)
seluas 0,28 Ha, terdapat di Blok 1-B, 1-I dan 2-B.
(4) zona sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4), sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, seluas 0,67 Ha, terdiri atas :
a. zona sarana pelayanan umum pendidikan skala RW (SPU-4.1)
seluas 0,2 Ha, terdapat di Blok 1-E dan 1-I;
b. zona sarana pelayanan umum kesehatan skala RW (SPU-4.3)
seluas 0,28 Ha, terdapat di Blok 1-A, 1-E, 1-F, 1-I dan 3-F;
c. zona sarana pelayanan umum olah raga skala RW (SPU-4.4)
seluas 0,1 Ha, terdapat di Blok 1-H dan 1-J;
d. zona sarana pelayanan umum peribadatan skala RW (SPU-4.5)
seluas 0,02 Ha, terdapat di Blok 1-D, 1-E, 1-F, 1-G, 1-I, 1-J, 2-
A, 2-B, 2-C, 2-D, 2-E, 3-E, 4-C dan 4-D; dan
e. zona sarana pelayanan umum sosial skala RW (SPU-4.6) seluas
0,07 Ha, terdapat di Blok 1-I, 2-B dan 2-D.

Paragraf 5
Zona Peruntukan Lainnya
- 22 -
Pasal 27
(1) Zona peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
huruf e, terdiri atas:
a. Zona Pertanian;
b. Zona Hutan Produksi;
c. Zona Pertahanan dan Keamanan; dan
d. Zona Wisata.
(2) Zona Pertanian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. zona pertanian lahan basah (P-1) seluas 158,95 Ha, terdapat di
Blok 1-A, 1-B, 1-C, 1-D, 1-E, 1-F, 1-G, 1-H, 1-I, 1-K, 2-C, 2-D, 2-
E, 3-A, 3-B, 3-C, 3-D, 3-E, 3-G, 4-A, 4-B dan 4-C; dan
b. zona perkebunan (P-2) seluas 61,99 Ha, terdapat di Blok 1-B, 1-
C, 1-J, 1-K, 2-A, 2-B, 2-C, 2-E, 3-A, 3-B, 3-F, 3-G, 4-A, 4-C dan
4-D; dan
c. zona perikanan (IK-2) seluas 17,74 Ha, terdapat di Blok 1-A, 1-B,
1-C, 1-I, 1-J, 1-K, 2-B, 2-C, 2-D, 3-A, 3-B, 3-D, 3-E, 3-G dan 4-C;
(3) zona hutan produksi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
berupa zona hutan produksi tetap (HP) seluas 170,09 Ha, terdapat
di Blok 2-B, 2-C, 2D dan 2-E;
(4) zona pertahanan dan keamanan (HK), sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, seluas 0,03 Ha, terdapat di Blok 1-G; dan
(5) zona wisata, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, seluas
0,02 Ha, terdapat di Blok 1-E dan 4D.

BAB V
PENETAPAN SUB BWP PRIORITAS

Pasal 28
(1) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan dasar
penyusunan RTBL yang akan ditetapkan dengan Peraturan
Bupati/Walikota.
(2) Rencana Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1 : 5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

- 23 -
Pasal 29
(1) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 28 adalah Sub BWP 1.
(2) Tema penanganan Sub BWP yang diprioritaskan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. penyusunan RTBL Kawasan Pusat Kota dan Koridor Jalan
Nasional;
b. penataan koridor perdagangan dan jasa;
c. penataan Taman Kecamatan;
d. relokasi puskesmas Cisaga dan peningkatan menjadi puskesmas
rawat inap;
e. relokasi SDN 1 Mekarmukti;
f. penataan trotoar/jalur pejalan kaki beserta jalur hijau dan
penerangannya;
g. revitalisasi jaringan drainase; dan
h. pembangunan gapura/ gerbang perbatasan Ciamis – Banjar.

BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 30
(1) Ketentuan Pemanfaatan ruang RDTR Kawasan Perkotaan Cisaga
berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan
pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan
yang ditetapkan dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
- 24 -
BAB VII
PERATUAN ZONASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 32
(1) Peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di
bawah tanah;
c. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan
dan penetapan lokasi investasi.
(2) Peraturan zonasi terdiri atas:
a. Materi wajib; dan
b. Materi pilihan.
(3) Materi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. Ketentuan tambahan;
f. Ketentuan khusus;
g. Standar teknis; dan
h. Ketentuan pelaksanaan.

Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Pasal 33
(1) Ketentuan tentang kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf a merupakan ketentuan
untuk menyatakan layak/tidaknya suatu kegiatan tertentu untuk
dilakukan pada suatu jenis zona tertentu sehingga diizinkan;
(2) Ketentuan layak/tidaknya kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) terdiri atas 4 kategori, yaitu:

- 25 -
a. diperbolehkan/diizinkan (kode I), artinya: kegiatan tertentu
diizinkan untuk berlokasi pada zona tertentu karena dan selama
karakternya sesuai dengan peruntukan lahan yang
ditempatinya.
b. diperbolehkan/diizinkan secara terbatas (kode T), artinya
Kegiatan tertentu diizinkan berlokasi di zona tertentu namun
ada persyaratan pembatasan.
c. diperbolehkan/diizinkan secara bersayarat (kode B), artinya
Kegiatan tertentu diizinkan untuk berlokasi di suatu zona
tertentu, namun harus dilengkapi dengan izin-izin/persyaratan
berdasarkan peraturan yang berlaku, karena kegiatan tersebut
umumnya menimbulkan sejumlah gangguan/ dampak
lingkungan bagi zona yang ditempatinya.
d. dilarang (kode X), artinya Kegiatan tertentu tidak diizinkan
untuk berlokasi di suatu zona tertentu karena memiliki
karakteristik yang tidak sesuai dengan zona (peruntukan lahan)
yang direncanakan dan dapat menurunkan norma zona yang
bersangkutan akibat adanya dampak yang cukup besar yang
ditimbulkannya atau karena tidak menguntungkan bagi
kegiatan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan X sebagaimana dimaksud pada huruf d tidak berlaku
untuk kegiatan yang sudah ada dan berizin
(4) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan zona lindung, terdiri atas:
a. zona sempadan sungai (SS);
b. zona sempadan rawa (DW);
c. zona hutan kota (RTH-1);
d. zona taman kecamatan (RTH-3);
e. zona taman kelurahan (RTH-4);
f. zona taman RW (RTH-5);
g. zona pemakaman (RTH-7); dan
h. zona ekosistem karst (EK).
(5) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan zona budidaya, terdiri
atas:
a. zona perumahan kepadatan tinggi (R-2);
b. zona perumahan kepadatan sedang (R-3);
c. zona perumahan kepadatan rendah (R-4);
d. zona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2);
e. zona perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3);
f. zona perkantoran (KT);
g. zona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2);
h. zona sarana pelayanan umum skala desa/ kelurahan (SPU-3);
i. zona sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4);
j. zona pertanian lahan basah (P-1);
- 26 -
k. zona perkebunan (P-3);
l. zona perikanan budidaya (IK-2);
m. zona pertahanan dan keamanan (HK); dan
n. zona wisata (W).
(6) Ketentuan Kegiatan dan Peruntukan Lahan (zona) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran XI
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 34
Ketentuan kegiatan penggunaan lahan terdiri atas :
(1) Zona Sempadan Sungai (SS) berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Pertambangan dengan batasan berupa:
a) Jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi; dan
b) Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.
2. TPS dengan batasan berupa:
a) Disediakan hanya untuk memenuhi kebutuhan prasarana
dasar kegiatan yang diizinkan.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Konstruksi bangunan tidak berdinding;
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(2) Zona Sempadan Rawa (DW) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. TPS dengan batasan berupa:
a) Disediakan hanya untuk memenuhi kebutuhan prasarana
dasar kegiatan yang diizinkan.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Konstruksi bangunan tidak berdinding;
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(3) Zona Hutan Kota (RTH-1) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan

- 27 -
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, Kolam Pemancingan, Hiburan Keluarga,
Sarana Ibadah, RTNH, Wisata, TPS dengan batasan:
a) Proporsi ruang sesuai ketentuan berlaku untuk
mendukung RTH yang memiliki fungsi sosial atau tempat
berinteraksinya masyarakat
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(4) Zona Taman Kecamatan (RTH-3) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, Kolam Pemancingan, Sarana Ibadah,
Lapangan Olah Raga RTNH, TPS dengan batasan:
a) Proporsi ruang sesuai ketentuan berlaku untuk
mendukung RTH yang memiliki fungsi sosial atau tempat
berinteraksinya masyarakat
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
2. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(5) Zona Taman Desa/Kelurahan (RTH-4) berlaku ketentuan sebagai


berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, Kolam Pemancingan, Sarana Ibadah,
Lapangan Olah Raga RTNH, TPS dengan batasan:
a) Proporsi ruang sesuai ketentuan berlaku untuk
mendukung RTH yang memiliki fungsi sosial atau tempat
berinteraksinya masyarakat
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
- 28 -
1. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(6) Zona Taman RW (RTH-5) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, Kolam Pemancingan, Sarana Ibadah,
Lapangan Olah Raga RTNH, TPS dengan batasan:
a) Proporsi ruang sesuai ketentuan berlaku untuk
mendukung RTH yang memiliki fungsi sosial atau tempat
berinteraksinya masyarakat
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima dengan syarat:
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(7) Zona RTH Pemakaman (RTH-7) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Kantor Pengelola, Sarana Ibadah, RTNH, TPS dengan batasan:
a) Proporsi ruang sesuai ketentuan berlaku untuk
mendukung RTH.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B): -
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(8) Zona Ekosistem Karst (EK) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Tempat bermain, rekreasi, wisata alam dengan batasan:
a) Proporsi ruang maksimum 10 %.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Tempat bermain, rekreasi, wisata alam dengan syarat:
- 29 -
a) Diatur secara tertata;
b) Menggunakan konstruksi terapung; dan
c) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(9) Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2) berlaku ketentuan sebagai


berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Warung dengan batasan:
a) Jenis dagangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
penduduk perumahan sehari- hari;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
2. Sarana Ibadah dengan batasan:
a) Terbatas sesuai kebutuhan penduduk setempat.
3. TK/ Sederajat, SD/ Sederajat dengan batasan:
a) Bukan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
4. Toko, PKL/ Sektor Informal, Rumah makan, Jasa Lainnya,
Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancingan, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Ruko, Rukan dengan
batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan; dan
b) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
- 30 -
5. Toko modern dengan batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan;
b) Jarak minimum antar toko modern 2.500 meter; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pertahanan Keamanan, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi,
Stadion/ Gelanggang Olah Raga, Superblok, Terminal,
Musium, diijinkan dengan syarat:
a) Mampu menyediakan infrastruktur memadai dan
terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan; atau
b) Mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat;
atau
c) Infrastruktur strategis yang dibutuhkan banyak orang.
2. Industri kecil menengah, Lapangan Penggembalaan, Kandang
Hewan diijinkan dengan syarat:
a) Mampu mengelola dampak berat bagi masyarakat
setempat, lingkungan alami; dan
b) Mendapat izin dari warga setempat.
3. Toko, Toko Modern, PKL/ Sektor Informal, Rumah Makan,
Jasa, Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancianga, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Pertambangan, Ruko,
Rukan diijinkan dengan syarat:
a) Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT,
Ketua RW setempat, tetangga sekitar;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat
menimbulkan dampak besar bagi warga setempat; dan
c) Menyediakan tempat parkir kendaraan.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

- 31 -
(10) Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3) berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Warung dengan batasan:
a) Jenis dagangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
penduduk perumahan sehari- hari;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
2. Sarana Ibadah dengan batasan:
a) Terbatas sesuai kebutuhan penduduk setempat.
3. TK/ Sederajat, SD/ Sederajat dengan batasan:
a) Bukan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
4. Toko, PKL/ Sektor Informal, Rumah makan, Jasa Lainnya,
Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancingan, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Ruko, Rukan dengan
batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan; dan
b) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
5. Toko modern dengan batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan;
b) Jarak minimum antar toko modern 2.500 meter; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
- 32 -
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pertahanan Keamanan, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi,
Stadion/ Gelanggang Olah Raga, Superblok, Terminal,
Musium, diijinkan dengan syarat:
a) Mampu menyediakan infrastruktur memadai dan
terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan; atau
b) Mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat;
atau
c) Infrastruktur strategis yang dibutuhkan banyak orang.
2. Industri kecil menengah, Lapangan Penggembalaan, Kandang
Hewan diijinkan dengan syarat:
a) Mampu mengelola dampak berat bagi masyarakat
setempat, lingkungan alami; dan
b) Mendapat izin dari warga setempat.
3. Toko, Toko Modern, PKL/ Sektor Informal, Rumah Makan,
Jasa, Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancianga, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Pertambangan, Ruko,
Rukan diijinkan dengan syarat:
a) Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT,
Ketua RW setempat, tetangga sekitar;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat
menimbulkan dampak besar bagi warga setempat; dan
c) Menyediakan tempat parkir kendaraan.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(11) Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R-4) berlaku ketentuan sebagai


berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Warung dengan batasan:
a) Jenis dagangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
penduduk perumahan sehari- hari;
- 33 -
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
2. Sarana Ibadah dengan batasan:
a) Terbatas sesuai kebutuhan penduduk setempat.
3. TK/ Sederajat, SD/ Sederajat dengan batasan:
a) Bukan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
4. Toko, PKL/ Sektor Informal, Rumah makan, Jasa Lainnya,
Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancingan, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Ruko, Rukan dengan
batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan; dan
b) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
5. Toko modern dengan batasan:
a) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan;
b) Jarak minimum antar toko modern 2.500 meter; dan
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pertahanan Keamanan, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi,
Stadion/ Gelanggang Olah Raga, Superblok, Terminal,
Musium, diijinkan dengan syarat:
a) Mampu menyediakan infrastruktur memadai dan
terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan; atau

- 34 -
b) Mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat;
atau
c) Infrastruktur strategis yang dibutuhkan banyak orang.
2. Industri kecil menengah, Lapangan Penggembalaan, Kandang
Hewan diijinkan dengan syarat:
a) Mampu mengelola dampak berat bagi masyarakat
setempat, lingkungan alami; dan
b) Mendapat izin dari warga setempat.
3. Toko, Toko Modern, PKL/ Sektor Informal, Rumah Makan,
Jasa, Kantor Swasta, Showroom, Gudang, Pool Bus, Bumi
Perkemahan, Kolam Pemancianga, Teater, Tempat Pelelangan
Ikan, Rumah Potong Hewan, Wisata, Kantor Pemerintah
Tingkat Kabupaten atau lebih tinggi, Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan atau lebih rendah, Kantor Pos, SMP/
Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat,
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik,
Laboratorium Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba
Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, Pertambangan, Ruko,
Rukan diijinkan dengan syarat:
a) Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT,
Ketua RW setempat, tetangga sekitar;
b) Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat
menimbulkan dampak besar bagi warga setempat; dan
c) Menyediakan tempat parkir kendaraan.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(12) Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP/ Kecamatan (K-2) berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan dengan batasan:
a) Dibangun secara individual
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

- 35 -
(13) Zona Perdagangan dan Jasa Skala Sub BWP (K-3) berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan dengan batasan:
a) Dibangun secara individual
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
2. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(14) Zona Perkantoran (KT) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan, Warung, Toko, Pedagang Kaki Lima, Rumah
Makan, Jasa, Sarana Ibadah, Gedung Olah Raga, Gedung
Serba Guna/ Balai Pertemuan/ Pameran, RTNH dengan
batasan:
a) Jenis yang bersifat mendukung atau memiliki keterkaitan
dengan kegiatan perkantoran pemerintah.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(15) Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2) berlaku


ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan, Warung, Toko, Pedagang Kaki Lima, Rumah
Makan, Jasa dengan batasan:
a) Jenis yang bersifat mendukung atau memiliki keterkaitan
dengan kegiatan sarana pelayanan umum.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
- 36 -
1. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(16) Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Desa/Kelurahan (SPU-3)


berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan, Warung, Toko, Pedagang Kaki Lima, Rumah
Makan, Jasa dengan batasan:
a) Jenis yang bersifat mendukung atau memiliki keterkaitan
dengan kegiatan perkantoran pemerintah.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(17) Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4) berlaku ketentuan


sebagai berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan, Warung, Toko, Pedagang Kaki Lima, Rumah
Makan, Jasa dengan batasan:
a) Jenis yang bersifat mendukung atau memiliki keterkaitan
dengan kegiatan perkantoran pemerintah.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Pedagang Kaki Lima, dengan syarat
a) Diatur secara tertata; dan
b) Tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
setempat.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(18) Zona Pertanian Lahan Basah (P-1) berlaku ketentuan sebagai


berikut:
- 37 -
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Wisata dengan batasan:
a) Terbatas memiliki keterkaitan dengan kegiatan pertanian
sawah.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B), terdiri atas:
1. Wisata, dengan syarat:
a) Diatur secara tertata;
b) Menggunakan konstruksi terapung untuk meminimalisir
konversi lahan pertanian sawah.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(19) Zona Pertanian Perkebunan (P-3) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan dengan batasan:
a) Terbatas perumahan bagi penduduk yang bermata
pencaharian sebagai petani
b) Terbatas perumahan kavling besar
2. Warung, rumah makan, jasa lainnya, gudang, industri kecil
dan menengah, TK, SD, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter,
Bidan, Rumah Bersalin, Apotik, Sarana Ibadah, Gedung
Serba Guna dengan batasan:
a) Terbatas memiliki keterkaitan dengan kegiatan pertanian;
b) Terbatas mendukung kegiatan perumahan yang ada
dalam zona.
3. Pertambangan diijinkan secara terbatas dengan batasan:
a) Terbatas jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat;
b) Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum
setingkat lokal sekunder yang menerus sampai jalan
utama perkotaan;
c) Terbatas waktu operasi sesuai kesepakatan warga
setempat.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B): -
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(20) Zona Perikanan Budidaya (IK-2) berlaku ketentuan sebagai berikut:


- 38 -
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Perumahan dengan batasan:
a) Terbatas perumahan bagi penduduk yang bermata
pencaharian sebagai petani
b) Terbatas perumahan kavling besar
2. Warung, rumah makan, jasa lainnya, gudang, industri kecil
dan menengah, TK, SD, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter,
Bidan, Rumah Bersalin, Apotik, Sarana Ibadah, Gedung
Serba Guna dengan batasan:
a) Terbatas memiliki keterkaitan dengan kegiatan pertanian;
b) Terbatas mendukung kegiatan perumahan yang ada
dalam zona.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B: -
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(21) Zona pertahanan dan keamanan (HK) berlaku ketentuan sebagai


berikut:
a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Rumah Tunggal, Rumah Kopel, Rumah Deret, Warung,
Gudang, Sarana Ibadah, Gedung Serba Guna/ Balai
Pertemuan, dengan batasan:
a) Terbatas pendukung zona.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B: -
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

(22) Zona wisata (W) berlaku ketentuan sebagai berikut:


a. Kegiatan diizinkan (I) mengacu pada tabel ketentuan kegiatan
dan pengunaan lahan.
b. Kegiatan bersyarat secara terbatas (T), terdiri atas:
1. Rumah sewa, rumah usaha, warung, toko, toko modern,
pasar tradisional, pasar modern, PKL/ sektor informal,
restoran, rumah makan, showroom, jasa lainnya, kantor
swasta/ pengelola, pool bus, gudang, sarana ibadah, gedung
serba guna/ balai pertemuan/ pameran, terminal, gedung
parkir, tempat pelelangan ikan dengan batasan:
a) Terbatas pendukung zona.
c. Kegiatan bersyarat tertentu (B): -
- 39 -
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (X) mengacu pada tabel
ketentuan kegiatan dan pengunaan lahan.

Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Pasal 35
(1) Ketentuan tentang intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf b merupakan besaran
pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona;
(2) Ketentuan tentang intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan parameter Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimum, jumlah
lantai maksium, dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
(3) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), yaitu:
a. Zona sempadan sungai berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2.
b. Zona sempadan rawa berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar
20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai maksimum
sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2.
c. Zona RTH hutan kota berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2.
d. Zona RTH taman berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar
20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai maksimum
sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2
e. Zona RTH pemakaman berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2.
f. Zona Ekosistem Karst berlaku ketentuan jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai.
g. Zona rumah kepadatan tinggi berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 60%, KDH minimum sebesar 28 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 3 lantai, KLB maksimum sebesar 1,8.
h. Zona rumah kepadatan sedang berlaku ketentuan KDB
maksimum sebesar 60%, KDH minimum sebesar 28 %, jumlah
lantai maksimum sebesar 3 lantai, KLB maksimum sebesar 1,8.
i. Zona rumah kepadatan rendah berlaku ketentuan KDB
maksimum sebesar 60%, KDH minimum sebesar 28 %, jumlah
lantai maksimum sebesar 3 lantai, KLB maksimum sebesar 1,8
- 40 -
j. Kegiatan perumahan vertikal berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 60%, KDH minimum sebesar 52 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 5 lantai, KLB maksimum sebesar 3,0.
k. Zona perdagangan dan jasa skala BWP berlaku ketentuan KDB
maksimum sebesar 60%, KDH minimum sebesar 52 %, jumlah
lantai maksimum sebesar 8 lantai, KLB maksimum sebesar 4,8.
l. Zona perdagangan dan jasa skala Sub BWP berlaku ketentuan
KDB maksimum sebesar 60%, KDH minimum sebesar 52 %,
jumlah lantai maksimum sebesar 8 lantai, KLB maksimum
sebesar 4,8.
m. Zona perkantoran berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar
50%, KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai maksimum
sebesar 8 lantai, KLB maksimum sebesar 4,0.
n. Zona SPU Lapangan Olah Raga berlaku ketentuan KDB
maksimum sebesar 20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah
lantai maksimum sebesar 5 lantai, KLB maksimum sebesar 4,0.
o. Zona SPU lainnya berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar
20%, KDH minimum sebesar 76%, jumlah lantai maksimum
sebesar 8 lantai, KLB maksimum sebesar 4,0.
p. Zona perkebunan berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar
40%, KDH minimum sebesar 52 %, jumlah lantai maksimum
sebesar 2 lantai, KLB maksimum sebesar 0,8.
q. Zona perikanan budidaya berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 60%, KDH minimum sebesar 28 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 3 lantai, KLB maksimum sebesar 1,8.
r. Zona pertahanan keamanan berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 50%, KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai
maksimum sebesar 5 lantai, KLB maksimum sebesar 2,5.
s. Zona wisata berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 60%,
KDH minimum sebesar 28 %, jumlah lantai maksimum sebesar 5
lantai, KLB maksimum sebesar 3,0.
t. Kegiatan RTH berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 20%,
KDH minimum sebesar 76%.
u. Kegiatan RTNH berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 80%,
KDH minimum sebesar 4%, jumlah lantai maksimum sebesar 1
lantai, KLB maksimum sebesar 0,8.
(4) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf j untuk kegiatan rumah vertikal berlaku untuk
semua kegiatan rumah vertikal di semua zona perumahan.
(5) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) untuk kegiatan RTH dan RNTH berlaku untuk semua
kegiatan RTH dan RTNH di semua zona.

- 41 -
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan

Pasal 36
(1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (3) huruf c meliputi:
a. Garis sempadan bangunan;
b. Jarak bebas antar bangunan; dan
c. Orientasi bangunan.
(2) Ketentuan Garis Sempadan Bangunan minimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu:
a. Alternatif ketentuan berdasarkan lebar ruang milik jalan (rumija),
yaitu:
1. Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8 m, GSB minimum = ½
rumija
2. Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½ rumija +
1
b. Alternatif ketentuan berdasarkan fungsi jaringan jalan, yaitu:
1. Jalan Arteri Primer 15 meter dari tepi jalan;
2. Jalan Kolektor Primer 10 meter dari tepi jalan;
3. Jalan Lokal Primer 7 meter dari tepi jalan;
4. Jalan Lingkungan Primer 5 meter dari tepi jalan;
5. Jalan Arteri Sekunder 15 meter dari tepi jalan;
6. Jalan Kolektor Sekunder 5 meter dari tepi jalan; dan
7. Jalan Lokal Sekunder 3 meter dari tepi jalan.
(3) Ketentuan jarak bebas antar bangunan minimum sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf b, yaitu :
a. Untuk bangunan tunggal atau kopel jarak bebas samping
minimum 1 (satu) meter dari batas kavling
b. Untuk semua bangunan jarak bebas belakang antar bangunan
minimum 1 (satu) meter.
(4) Ketentuan Orientasi Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf c, yaitu:
a. Bangunan di sepanjang bantaran sungai, mempunyai arah
orientasi muka bangunan ke arah sungai dimana orientasinya
tidak langsung ke sungai tetapi orientasi ini sebelumnya di
rencanakan jalur jalan maupun jalur hijau di sisi sungai atau
pantai sebagai pemanfaatan ruang sempadan sungai.
b. Bangunan sudut pertemuan antara sungai dan jalan mempunyai
dua (2) arah orientasi, yaitu ke arah jalan dan sungai.

- 42 -
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Pasal 37
(1) Ketentuan tentang prasarana minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf d merupakan prasarana minimum
yang harus disediakan oleh setiap persil yang menempati suatu jenis
zona tertentu untuk membentuk prasarana dasar zona;
(2) Ketentuan tentang prasarana minimum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) terdiri atas:
a. jalur pejalan kaki;
b. ruang terbuka hijau;
c. ruang terbuka non hijau;
d. sarana prasarana;
e. penyediaan tempat pemakaman umum;
f. parkir;
g. pengendali banjir;
h. bongkar muat barang; dan
i. jaringan jalan; dan
(2) Ketentuan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. Wajib menyediakan ruang pejalan kaki pada jalan utama
kawasan dan jalan utama perkotaan (khususnya bagi kawasan
baru);
b. Ukuran dan bentuk trotoar harus dapat digunakan
menggakomodir pengguna kursi roda/ orang cacat; dan
c. Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku
jalan, fasilitas penyeberangan dan jalur hijau.
(3) Ketentuan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, meliputi:
a. Setiap pembangunan kawasan terbangun wajib menyediakan
RTH minimal sebesar 20% (dua puluh persen) dari luas lahan
yang dimohon;
b. Setiap 100 m² Kavling, diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi
dan rindang;
c. Pada peruntukan perdagangan dan jasa, 1 pohon tinggi dan
rindang sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b boleh ditanam
dalam pot;
d. Pada peruntukan perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, pertahanan dan keamanan, dan zona wisata,
pembangunan kawasan wajib menyediakan RTH jalan pada jalan
utama; dan

- 43 -
e. Pada peruntukan perdagangan dan jasa, bangunan wajib
menerapkan konsep "green roof".
(4) Ketentuan ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Lapangan olahraga yang diperkeras, antara lain berupa lapangan
basket, lapangan voli, lapangan tenis dikembangkan sesuai
standar pelayanan umum;
b. Lapangan parkir umum antara lain berupa taman parkir di
kawasan wisata, lapangan parkir di perkantoran, lapangan
olahraga dan perdagangan dan jasa yang dikembangkan secara
menyatu dengan RTH;
c. Tempat bermain dan rekreasi antara lain berupa taman, lapangan
olahraga, rekreasi buatan dikembangkan secara menyatu dengan
RTH;
d. RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) koridor antara lain berupa
jalan dan trotoar dikembangkan sesuai jaringan pergerakan; dan
e. RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) pembatas antara lain berupa
jalan inspeksi sepanjang jaringan irigasi dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan jaringan.
(3) Ketentuan sarana prasarana sebaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, meliputi:
a. Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis
sampahnya (organik dan non organik) dan meupayakan mampu
menyediakan TPS-3R;
b. Setiap bangunan harus menggunakan pengolahan air limbah
yang ramah lingkungan. Pengembangan perumahan komunal
menyediakan sarana prasarana 40 % (termasuk RTH dan
pemakaman) atau lahan yang dapat dibangun untuk hunian
maksimal 60%;
c. Pengembangan perumahan komunal menyediakan fasilitas
lingkungan untuk setiap blok yang memiliki 250 rumah, yaitu
miinimum berupa Lapangan Olah Raga terbuka untuk pelayanan
setingkat RW, Fasilitas kesehatan berupa Pos Yandu dan Balai
Pengobatan, Fasilitas pendidikan berupa TK.
d. Setiap bangunan harus menggunakan pengolahan air limbah
rumah tangga yang ramah lingkungan. Bak septik berjarak
sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
e. Ketersediaan air baku menjadi salah satu syarat untuk
pengembangan zona/ kegiatan baru.
(4) Ketentuan penyediaan tempat pemakaman umum` sebaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e, meliputi:
a. Pembangunan rumah komunal harus menyediakan lahan Tempat
Pemakaman Umum sebesar 2% (dua persen) dari luas lahan
- 44 -
sesuai rencana perumahan horizontal dan vertikal pada rencana
tapak yang disetujui;
b. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara dan mekanisme
penyediaan TPU diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(5) Ketentuan penyediaan tempat parkir sebaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf f, meliputi:
a. Pembangunan kawasan secara komunal dan bangunan baru
wajib melaksanakan sistem parkir off steet atau menyediakan
kantung parkir bersama, kecuali rumah tinggal deret dan kopel;
b. Pada peruntukan tanah ruang terbuka tidak diwajibkan
menyediakan parkir kecuali pada penggunaan rekreasi dan
tempat pemakaman;
c. Penyediaan parkir tidak boleh mengurangi daerah-daerah
penghijauan, dan harus memperhatikan kelancaran sirkulasi
keluar masuk kendaraan dan pejalan kaki, keamanan,
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan;
d. Kegiatan non perumahan (bangunan baru) pada jalan utama
perumahan dan jalan utama kota wajib menyediakan ruang
parkir privat; dan
e. Penentuan parkir di dalam daerah milik jalan (on-street)
ditentukan dengan keputusan Bupati.
(6) Ketentuan pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf g, meliputi:
a. Pembangunan kawasan/ zona wajib melaksanakan zero run off;
b. Setiap bangunan diharuskan dilengkapi dengan sumur resapan
dan biopori, kecuali daerah tertentu, yaitu daerah yang muka air
tanah tinggi (diukur sekurang-kurangnya 3 m dari permukaan
tanah). Untuk daerah yang tinggi muka air tanahnya kurang dari
3 m atau permeabilitas tanahnya kurang dari 2 cm/jam, atau
persyaratan jaraknya tidak memenuhi syarat, maka air hujan
langsung dialirkan ke sistem penampungan air hujan terpusat
seperti tandon air, dsb, melalui sistem drainase lingkungan/kota;
c. Pengembangan kegiatan dalam skala besar wajib menyediakan
kolam retensi untuk menampung run off;
d. Saluran drainase tertutup hanya dikembangkan di kavling-
kavling yang berada di zona-zona dimana banyak terdapat pejalan
kaki. Tujuan penggunaan sistem drainase saluran tertutup
adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan terperosoknya
pengguna jalan khususnya pejalan kaki ke saluran drainase.
Untuk mempermudah pemeliharaan, beton penutup (slab) dibuat
movable (mudah diangkat), dan di beberapa bagian dibangun bak
kontrol; dan

- 45 -
e. Saluran drainase terbuka dikembangkan di kavling-kavling di
daerah-daerah dengan aliran air permukaan cukup tinggi.
(7) Ketentuan bongkar muat barang sebaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf h, yaitu tidak diperkenankan melakukan bongkar muat barang
di Rumija/ diwajibkan menyediakan ruang bongkar muat yang
memadai.
(8) Ketentuan jaringan jalan sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i,
meliputi:
a. Lebar Badan Jalan lingkungan perumahan minimum 6,0 meter;
b. Lebar Badan Jalan Lingkungan utama perumahan minimum 6,5
meter;
c. Pada jalan yang dilalui kendaraaan besar menyediakan area
putaran untuk kendaraan besar;
d. Pada jalan utama perkotaan diupayakan menyediakan jalur
lambat sebelum masuk ke dalam kavling; dan
e. Pada jalan utama perkotaan diupayakan menyediakan area
untuk pemberhentian sementara angkutan umum (teluk jalan/
busbay).

Bagian Keenam
Ketentuan Tambahan

Pasal 38
(1) Ketentuan tambahan sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (3)
huruf e adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu
zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan.
(2) Zona dikenakan aturan tambahan, yaitu:
a. Zona Sempadan Sungai;
b. Zona Sempadan Rawa;
c. Zona RTH;
d. Zona Ekosistem Karst;
e. Zona Pertanian Lahan Basah;
f. Zona Perkebunan; dan
g. Zona Perikanan Budidaya.
(3) Ketentuan tambahan zona sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan
kawasan;
b. pelarangan membuang limbah secara langsung;
c. lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan
bagi perluasan kawasan lindung; dan

- 46 -
d. semua kegiatan yang dibolehkan (I), Terbatas (T), Bersyarat (B)
berlaku ketentuan menerapkan konsep Green Building dan
bangunan penunjang rekreasi tidak diperkenankan dilengkapi
dinding.
(4) Ketentuan tambahan zona sempadan rawa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan
kawasan;
b. pelarangan membuang limbah secara langsung;
c. lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan
bagi perluasan kawasan lindung; dan
d. semua kegiatan yang dibolehkan (I), Terbatas (T), Bersyarat (B)
berlaku ketentuan menerapkan konsep Green Building dan
bangunan penunjang rekreasi tidak diperkenankan dilengkapi
dinding.
(5) Ketentuan tambahan zona RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi:
a. diperbolehkan pendirian bangunan yang menunjang kegiatan
rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
b. tidak diperbolehkan pembangunan reklame dan sejenisnya di
RTH.
(6) Ketentuan tambahan zona ekosistem karst sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d yaitu diperbolehkan kegiatan pendukung
rekreasi, tempat bermain dan wisata alam;
(7) Ketentuan tambahan zona pertanian lahan basah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e berupa diperbolehkan kegiatan
pendukung yang diijinkan;
(8) Ketentuan tambahan zona perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f berupa diperbolehkan kegiatan pendukung yang
diijinkan;
(9) Ketentuan tambahan zona perikanan budidaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g, meliputi:
a. diperbolehkan kegiatan pendukung yang diijinkan; dan
b. diperbolehkan dialihfungsikan untuk kegiatan lain sesuai zona/
sub zona yang ada di sekitarnya, termasuk ketentuan zona/ sub
zonanya.

Bagian Ketujuh
Ketentuan Khsusus

- 47 -
Pasal 39
(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (3)
huruf f, meliputi :
a. ketentuan pembangunan dan penggunaan BTS.
b. ketentuan kegiatan non hunian pada zona perumahan.
(2) Ketentuan pembangunan dan penggunaan BTS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf 1, meliputi :
a. Menara telekomunikasi dibangun berdasarkan kebutuhan
telekomunikasi masyarakat kota;
b. Kebijakan pembangunan dan penggunaan menara bersama
telekomunikasi didasarkan pada efisiensi ruang dan estetika
ruang;
c. Pembangunan menara wajib memiliki ijin mendirikan bangunan
dari Bupati;
d. Penyedia menara yang bukan penyelenggara telekomunikasi,
pengelola menara atau penyedia jasa kontruksi untuk
membangun menara merupakan perusahaan nasional;
e. Penyedia menara wajib memberikan kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi kepada penyelenggara telekomunikasi untuk
menggunakan menara secara bersama-sama sesuai kemampuan
teknis Menara;
f. Penyedia menara yang nantinya menjadi pengelola menara
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pemeriksaan
berkala secara rutin dalam suatu periode tertentu;
g. Pembangunan menara hendaknya sesuai SNI dan standar baku
tertentu untuk menjamin keselamatan bangunan dan lingkungan
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan
kekuatan dan kestabilan konstruksi menara;
h. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
bersama ini dilaksanakan oleh masing-masing instansi teknis,
khususnya dilakukan oleh instansi yang berwenang terkait
perijinan bangunan;
i. Radius jangkauan penerimaan frekuensi BTS didasarkan paada
ketinggian BTS;
j. Ketentuan lebih lanjut tentang pendirian BTS diatur lebih lanjut
oleh Peraturan Daerah.
(3) Ketentuan kegiatan non hunian pada zona perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
k. kegiatan Toserba di batasi jarak dengan kegiatan sejenis dan
dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya 2.500 meter (dua
ribu lima ratus meter); dan
l. kegiatan Non Hunian pada zona perumahan harus mendapatkan
persetujuan dari warga setempat, RT dan RW.
- 48 -
Bagian Kedelapan
Standar Teknis

Pasal 40
(1) Standar teknis pemanfaatan ruang, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (3) huruf g, meliputi:
a. Standar kebutuhan utilitas, terdiri atas:
1. Air bersih
2. Persampahan
3. Air limbah
4. Drainase
5. Listrik
6. Telpon
7. Gas masak
8. TV kabel
b. Standar sarana pendukung, terdiri atas:
1. Fasilitas Peribadatan
2. Fasilitas Pendidikan
3. Fasilitas Perdagangan
4. Fasilitas Sosial
5. Fasilitas Olahraga
6. Fasilitas Keamanan
7. RTH
8. SPBU
9. SPBE
c. Standar prasarana pendukung, terdiri atas:
1. Jaringan jalan
2. Terminal angkutan umum
3. Parkir
4. Pedestrian
5. Jalur sepeda
6. Halte
7. TPS
d. Standar prasarana lain (media luar ruang) yang sesuai dengan
desain estetika lingkungan yang diinginkan.

Bagian Kesembilan
Ketentuan Pelaksanaan

Paragraf 1
- 49 -
Umum

Pasal 41
(1) Ketentuan tentang pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3) huruf h merupakan ketentuan mengenai pelaksanaan
aturan zonasi pada pemanfaatan ruang;
(2) Ketentuan tentang pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) terdiri atas:
A. KETENTUAN VARIANSI PEMANFAATAN RUANG;
B. KETETUAN PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG;
C. KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
D. PENGGUNAAN LAHAN YANG TIDAK SESUAI

Paragraf 2
Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang

Pasal 42
(1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
pasal 41 ayat (2) huruf a, terdiri atas:
a. minor variance dan non conforming dimension,
b. interim development; dan
c. interim/temporary use.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang dalam bentuk minor variance
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah izin untuk
bebas dari aturan standar sebagai upaya untuk menghilangkan
kesulitan yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas, bentuk
persil);
(3) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang dalam bentuk non
conforming dimension sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
adalah kelonggaran atau pengurangan ukuran dari yang ditetapkan
dalam peraturan atau standar.
(4) Ketentuan interim development sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah izin pembangunan yang diberikan untuk
melaksanakan pembangunan antara sebagai bagian/tahapan dari
pembangunan secara keseluruhan.
(5) Ketentuan Interim/temporary use sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c adalah izin penggunaan lahan sementara yang diberikan
- 50 -
untuk jangka waktu tertentu sebelum pemanfaatan ruang final
direalisasikan.

Paragraf 3
Ketentuan Perubahan Pemanfaatan Ruang

Pasal 43
(1) Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada pasal 41 ayat (2) huruf b adalah pemanfaatan ruang yang
berbeda dari pemanfaatan ruang dan peraturannya yang ditetapkan
dalam peraturan zonasi dan peta zonasi.
(2) Perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk mengakomodasi fleksibilitas pemanfaatan ruang
sehingga membuka peluang yang lebih besar bagi pihak swasta
dalam berpartisipasi dalam pembangunan, secara seimbang dengan
tetap berorientasi pada usaha melindungi kelestarian lingkungan,
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang bisa terjadi di zona
lindung maupun zona budidaya. Ketentuan perubahan pemanfaatan
ruang di zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. Izin Perubahan Pemanfaatan Ruang Bersyarat, yaitu Izin ini
adalah izin perubahan pemanfaatan ruang yang disertai dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku
kegiatan.
b. Izin Perubahan Pemanfaatan Ruang Tanpa Syarat, yaitu izin
perubahan pemanfaatan ruang yang tidak disertai dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku
kegiatan. Jangka waktu izin perubahan pemanfaatan ruang bisa
bersifat sementara ataupun bersifat tetap.
c. Izin Perubahan Sementara, yaitu dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan kota sepanjang merupakan
perubahan kecil dan sesuai dengan matriks perubahan
pemanfaatan ruang. Perubahan ini dilakukan dengan jangka
waktu maksimal 5 tahun.
d. Izin Perubahan Tetap, yaitu dilakukan dengan ketetapan bupati
dan melalui prosedur peninjauan rencana tata ruang kota
sesuai dengan mandat yang diberikan dalam peraturan daerah
tentang RDTR dan peraturan zonasi.

Paragraf 4
- 51 -
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 44
(1) Ketentuan tentang Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2) huruf c adalah aturan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam melestarikan pembangunan atau juga merupakan
upaya atau bentuk keringanan/ imbalan terhadap pengguna
pembangunan apabila mereka berupaya untuk melestarikan
pembangunan. Sedangkan aturan Disinsentif adalah aturan sebagai
upaya untuk mencegah, membatasi dan mengurangi terjadinya
perubahan atas pembangunan yang telah direncanakan.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum
peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu
dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
(4) Bentuk aturan insentif, yaitu :
a. Penggantian nilai lahan yang memadai
b. Kemudahan izin
c. Penghargaan
d. Keringanan pajak
e. Kompensasi
f. Bantuan Pengelolaan
g. Subsidi prasarana
h. Bonus/insentif
i. Pengalihan Hak Membangun
(5) Bentuk aturan disinsentif, yaitu :
a. Perpanjang prosedur
b. Pengetatan / penambahan persyaratan
c. Retribusi tinggi
d. Denda
e. Pembatasan prasarana
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan insentif dan disisentif
diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 5
Penggunaan Lahan Yang Tidak Sesuai

Pasal 45
Ketentuan tentang Penggunaan Lahan yang Tidak Sesuai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d, yaitu:
- 52 -
a. Pembangunan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun
sudah memiliki izin, akan dibatasi pengembangan perluasannya.
b. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai dan tidak memiliki izin
yang sah harus segera disesuaikan setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini.

Bagian Kesepuluh
Ketentuan Perizinan

Pasal 46
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan
rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kawasan
Perkotaan Cisaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2),
terdiri atas:
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan
d. Izin mendirikan bangunan;
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a–d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kesebelas
Ketentuan Sanksi

Pasal 48
(1) Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf d merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam
pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan
ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap:
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
- 53 -
ruang dan pola ruang;
b. Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang
wilayah Kabupaten;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata
ruang wilayah Kabupaten;
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui
prosedur yang tidak benar.

Pasal 49
Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2)
huruf b ditetapkan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.

Pasal 50
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang
yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
KELEMBAGAAN

Pasal 51
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar
- 54 -
wilayah, dibentuk Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 52
Dalam kegiatan mewujudkan penataan ruang wilayah, masyarakat
berhak:
a. Mengetahui rencana tata ruang;
b. Menikmati penambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat berwenang; dan
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 53
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
- 55 -
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 54
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilaksanakan dengan
mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan
aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat
secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan
faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi,
dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 55
Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara
lain melalui:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 56
Bentuk peran masyarakat pada tahap penyusunan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. Melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

- 56 -
Pasal 57
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 huruf b dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal
dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi
dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 58
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf c dapat berupa:
a. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi;
c. Pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam
hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
e. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.

Pasal 59
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan
secara langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
- 57 -
Pasal 60
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah
membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Pasal 61
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 62
(1) Jangka waktu Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan
Ruang adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial
wilayah yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peraturan Daerah tentang Instrumen Lengkap Pengendalian
Pemanfaatan Ruang tahun 2020-2040 dilengkapi dengan Rencana
dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri yang
membidangi Kehutanan pada bagian BWP yang kawasan hutannya
belum disepakati pada saat Perda ini ditetapkan, rencana dan
album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan
dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan
Menteri yang membidangi Kehutanan.

B A B XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 63
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
- 58 -
a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;
c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
d. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketetentuan Peraturan
Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.

B A B XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 64
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Ciamis,

Ditetapkan di Ciamis
Pada Tanggal...........20.....

BUPATI CIAMIS,

- 59 -
ttd

HERDIAT SURYANA

Diundangkan di Ciamis
pada tanggal.............................20......

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN CIAMIS,

ttd

ASEP SUDARMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN…….............TAHUN....................


NOMOR

- 60 -

Anda mungkin juga menyukai