Anda di halaman 1dari 6

ْ‫ُض لِل‬ْ ‫ض َّل لَ هُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللا فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬

ِ ‫ َونَعُوْ ُذ باهلل ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيِّئَا‬،ُ‫إِ َّن ْال َح ْم َد هلل نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
ُُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ له‬،ُ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إله إال هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫فَاَل هَا ِد‬.

َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُ َّن إِالَّ َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَاأَيُّها َ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللا َح‬

‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِيرًا َونِ َسآ ًء َواتَّقُوا هللاَ الَّ ِذي تَ َسآ َءلُونَ بِ ِه‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب‬ ٍ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّم ْن نَ ْف‬
َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬
َ ْ
‫َواألرْ َحا َم ِإ َّن هللا َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬

ِ ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمن يُ ِط ِع هللاَ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬. ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ الً َس ِديدًا‬
‫َظي ًما‬

،ٌ‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َع ة‬،‫ي ُم َح َّم ٍد صلى هللا عليه و سلم َو َش َّر اأْل ُ ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‬ ِ ‫ث ِكتَابُ هللا َو َخ ْي َر ْالهَ ْد‬
ُ ‫ي هَ ْد‬ ِ ‫ق ْال َح ِد ْي‬
َ ‫ فَإ ِ َّن أَصْ َد‬:ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،‫صل َعلَى ُم َحم ٍد‬
‫صحْ بِ ِه َو َسل ْم‬ َ ‫ اللهم‬.‫ار‬ َ ‫ َو ُك َّل‬،ٌ‫ضاَل لَة‬
ِ َّ‫ضاَل لَ ٍة فِي الن‬ َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di hari yang mulia ini, marilah kita
selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu
yang bersumber dari Alquran dan sunah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan dengan
amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan Nabi-Nya karena mengharap
rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan
meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan Nabi-Nya karena takut terhadap azab dan siksa
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Thalq bin Habib rahimahullah seorang tabi’in, suatu ketika pernah menuturkan sebagaimana
dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Fatawanya,

َ ‫ تَخَ افَ َع َذ‬، ‫صيَةَ هللا َعلَى نُوْ ٍر ِمنَ هللا‬


‫اب هللا‬ َ ‫ تَرْ جُو َرحْ َمة َهللا َوأَ ْن تَ ْت ُر‬، ‫ أَ ْن تَ ْع َم َل بِطَا َع ِة هللا َعلَى نُوْ ٍر ِمنَ هللا‬:‫اَلتَّ ْق َوى‬.
ِ ‫ك َم ْع‬

“Takwa adalah kamu mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah, kamu
mengharapkan rahmat Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya
dari Allah, serta kamu takut azab Allah.”

Demikianlah seharusnya yang selalu ada dan tumbuh dalam benak dan hati setiap Muslim,
sehingga akan membawa dampak dan bekas yang baik, melahirkan pribadi-pribadi yang
istiqamah dan iltizam (konsisten) terhadap agamanya sehingga pada akhirnya akan membentuk
keluarga dan komunitas masyarakat yang senantiasa berjalan di atas manhaj dan jalan yang lurus.
Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia
serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat di akhirat kelak
sebagaimana yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala serta selamat dari azab-Nya pada
hari kiamat kelak adalah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya sehingga selalu
condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai
satu-satunya dzat yang selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan
kehendak-Nya, dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu condong kepada hawa
nafsunya dan tipu daya setan laknatullah alaihi. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan
dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya akan melihat hati-
hati kita dan amal perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak
kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak,
maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyaratkan oleh
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,
1/20.

ُ‫ أَالَ َو ِه َي ْالقَ ْلب‬،ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّه‬


ْ ‫ َوإِ َذا فَ َسد‬،ُ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه‬ َ ‫ َوإِ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً ِإ َذا‬،َ‫أَال‬.
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia
adalah hati.” (HR. al-Bukhari).

Karena itulah ma’asyiral Muslimin, hati mempunyai peranan yang sangat fital dalam diri
seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang
dapat menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang

muslim.

Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan manusia, khususnya
kaum muslimin di mana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan
menyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka
memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan
materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri,
memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia, namun
pada saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian batin
yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka; baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Marilah kita renungkan sebuah ayat sebagai bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana
Firman-Nya :

‫َو َك ْم أَ ْهلَ ْكنَا قَ ْبلَهُم ِّمن قَرْ ٍن هُ ْم أَحْ َسنُ أَثَاثًا َو ِر ْءيًا‬

“Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih
bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata.” (Maryam: 74).

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫ض فَ َم آأَ ْغنَى َع ْنهُم‬ِ ْ‫ض فَيَنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ِه ْم َكانُوا أَ ْكثَ َر ِم ْنهُ ْم َوأَ َش َّد قُ َّوةً َو َءاثَ ارًا فِي ْاألَر‬
ِ ْ‫أَفَلَ ْم يَ ِسيرُوا فِي ْاألَر‬
‫ َّما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬.

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Orang-orang sebelum mereka itu
lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang
mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.” (Al-Mu`min: 82).

Dua ayat di atas, cukuplah memberikan penjelasan dan informasi kepada kita bahwa segala
sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat
menyelamatkan mereka. Na’udzubillahi min dzalik.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati merupakan dasar dan pondasi
keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

َ‫ت ِهللا لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُون‬ ِ ‫يَابَنِى َءا َد َم قَ ْد أَن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُ َو‬
َ ِ‫اري َسوْ َءاتِ ُك ْم َو ِري ًشا َولِبَاسُ التَّ ْق َوى َذل‬
َ ِ‫ك خَ ْي ٌر َذل‬
ِ ‫ك ِم ْن َءايَا‬

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’raf:
26).

Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia,
sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitab suci-Nya untuk memperbaiki hati,
dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindahnya.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬


ِ ‫يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجآ َء ْت ُكم َّموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَآ ٌء لِّ َما فِي الصُّ د‬

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (Yunus: 57).

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوإِن َك انُوا ِمن قَ ْب ُل‬
َ ‫ث فِي ِه ْم َرسُوالً ِّم ْن أَنفُ ِس ِه ْم يَ ْتلُوا َعلَ ْي ِه ْم َءايَاتِ ِه َويُ َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
َ ‫لَقَ ْد َم َّن ِهللا َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ إِ ْذ بَ َع‬
‫ضالَ ٍل ُّمبِي ٍن‬
َ ‫لفِي‬َّ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran: 164).

Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara
yang telah ditempuh oleh beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian seseorang akan
memahami bahwa hatinya merupakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala, yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal nama-nama-Nya dan
sifat-sifat-Nya, serta dapat menghayati ayat-ayat syar’iyah Allah, dengannya seseorang dapat
merenungkan ayat-ayat kauniyah-Nya serta dengannya seseorang dapat menempuh perjalanan
menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
perjalanan hati dan bukan perjalanan jasad.

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, “Hati yang
sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia
dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat
yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki
tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah.
Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur, serta surga di Hari Kiamat.
Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang
bertentangan dengan tauhid, dari bid’ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang
menghambat urusannya, dari ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlash.” (al-Jawab al-Kafi,
1:176).

Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, “Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal
jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala benar, lagi
sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati.” (Mahajjah fi
Sair ad-Daljah, hal. 52).

Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufuran, hidayah atau kesesatan,
keberuntungan atau kenistaan tergantung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba.

Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ َ ‫ َوأَ َشا َر بِأ‬،‫; ِك ْن يَ ْنظُ ُر إِلَى قُلُوْ بِ ُك ْم‬1648#&‫ص َو ِر ُك ْم َول‬


َ ‫صابِ ِع ِه إِلَى‬
‫ص ْد ِر ِه‬ ُ ‫إِ َّن هللا الَ يَ ْنظُ ُر إِلَى أَجْ َسا ِد ُك ْم َوالَ إِلَى‬.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan
tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.”
(HR. Muslim, no. 2564).

Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa siapa saja yang dipaksa untuk menyatakan
“kekufuran”, maka ia tidak berdosa selagi hatinya masih tetap teguh beriman kepada Islam dan
tetap dalam kondisi tenang beriman, sebagaimana FirmanNya :

ٌ‫َض بٌ ِّمنَ ِهللا َولَهُ ْم َع َذاب‬ َ ‫ص ْدرًا فَ َعلَ ْي ِه ْم غ‬ َ ‫ط َمئِ ٌّن بِاْ ِإلي َما ِن َولَ ِكن َّمن َش َر َح بِ ْال ُك ْف ِر‬ ْ ‫َمن َكفَ َر بلله ِمن بَ ْع ِد إِي َمانِ ِه إِالَّ َم ْن أُ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
َ‫ َذلِكَ بِأَنَّهُ ْم ا ْست ََحبُّوا ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َعلَى ْاألَ ِخ َر ِة َوأَ َّن هللا َ الَيَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْال َكافِ ِرين‬. ‫َع ِظي ُُم‬

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (maka dia mendapat kemurkaan
Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia
tidak ber-dosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka
kemurkaan Allah menimpanya dan dia mendapat azab yang besar. Yang demikian itu
disebabkan karena mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah
tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (An-Nahl: 106-107).

Ayat ini diturunkan, sebagaimana pendapat mayoritas ahli tafsir adalah berkenaan dengan
kejadian yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah ia masuk Islam, ia mendapat siksaan dari
orang-orang kafir Quraisy di Makkah sehingga ia mau mengucapkan kalimat kekufuran kepada
Allah dan cacian kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Di lain kesempatan
peristiwa tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah sambil menangis.

‫ إِ ْن عَا ُدوْ ا فَ ُع ْد‬:‫ال‬ ِ ‫ًّا بِاإْل ِ ْي َم‬²‫ط َمئًِن‬


َ َ‫ ق‬.‫ان‬ ْ ‫ ُم‬:‫ َك ْيفَ ت َِج ُد قَ ْلبَكَ ؟ قَا َل‬:‫قَا َل‬.

“… maka Nabi bersabda, ‘Bagaimana kondisi hatimu?’ Ia menjawab, ‘Aku masih tenang dalam
beriman.’ Maka Nabi bersabda (untuk menggembirakannya dan memberinya kemudahan),
‘Kalau mereka kembali menyiksa, maka silahkan lakukan lagi’.” (HR. al-Hakim, 2:357).

Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana
yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Anas bin Malik,

ُ‫اَل يَ ْستَقِ ْي ُم إِ ْي َمانُ َع ْب ٍد َحتَّى يَ ْستَقِ ْي َم قَ ْلبُه‬.

“Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus.” (HR. Ahmad, no. 13079).

Ma’asyiral muslimin sidang Jumat rahimakumullah

Demikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang di hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam diucapkan dengan ungkapan,

ِ ْ‫ب ْالقُلُو‬
‫ب‬ َ ِّ‫ َو ُمقَل‬، ‫اَل‬.

“Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati.”


Dan di antara doa beliau adalah,

َ ِ‫ِّت قَ ْلبِ ْي َعلَى ِد ْين‬


‫ك‬ ِ ْ‫ب ْالقُلُو‬
ْ ‫ ثَب‬،‫ب‬ َ ِّ‫يَا ُمقَل‬.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.”

Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu
atau bahkan lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
rahmatNya, dan dari ketaatan-Nya. Dan sejauh-jauh hati dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
hati yang kasar, di mana peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak dapat
menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikannya berilmu, sehingga seseorang yang
memiliki hati yang demikian di dalam dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa-
apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang
lembut, yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu wa
Ta’ala, serta selalu mendekatkan diri kepada-Nya, mengharapkan rahmatNya dan menjaga
ketaatan-Nya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan.

Maka dari itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggarisbawahi bahwa keselamatan di Hari
Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ٍ ‫يَوْ َم الَيَنفَ ُع َما ٌل َوالَبَنُونَ إِالَّ َم ْن أَتَى ِهللا بِقَ ْل‬


‫ب َسلِيم‬

“Di hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara` : 88 – 89).

Dengan demikian, marilah kita bersungguh-sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa
mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya, karena ia satu-satunya anggota tubuh kita
yang paling besar bahayanya, paling mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan
memperbaikinya. Wallahul musta’an.

ُ‫ص َمة‬ ْ َ‫ اللهم أ‬.‫ار ًك ا طَيِّبً ا‬


ْ ‫ص لِحْ لَنَ ا ِد ْينَنَ ا الَّ ِذيْ هُ َو ِع‬ َ َ‫ اللهم ارْ ُز ْقهُ ْم ِر ْزقًا ُمب‬،‫ك ْال ُم ْستَقِ ْي َم‬ َ َ‫ص َراط‬ ِ ‫اللهم أَصْ لِحْ َشأْنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْه ِد ِه ْم‬
َ‫أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَا الَّتِ ْي فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا َوأصْ لِحْ لَنَا آ ِخ َرتَنَا الَّتِ ْي فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا َواجْ َع ِل ال َحيَاةَ ِزيَ ا َدةً لَنَ ا فِي ُك لِّ َخ ْي ٍر َواجْ َع ِل ال َم وْ ت‬
ْ ْ َ
ٍّ‫را َحةً لَنَا ِم ْن ُكلِّ َشر‬.
َ

‫ أَقُ وْ ُل قَ وْ لِ ْي‬.‫ فَإ ِ َّن ذلك َمنَاطُ َس َعا َدتِ ُك ْم أَوْ َشقَائِ ُك ْم‬، َ‫ب الَّتِ ْي تَحْ يَى بِهَا ْالقُلُوْ بُ قَب َْل أَ ْن تَ ْق ُس َو َوتَ ُموْ ت‬ِ ‫ َو ُخ ُذوْ ا بِاأْل َ ْسبَا‬، ‫فَاتَّقُوا هللا ِعبَا َد ِهللا‬
‫َّح ْي ُم‬ ُ ْ
ِ ‫ب فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ إِنَّهُ ه َُو ال َغفوْ ُر الر‬ ْ َ
ٍ ‫هذا َوأ ْستَ ْغفِ ُر ِهللا لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َج ِمي ِْع ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن‬.

Anda mungkin juga menyukai