Anda di halaman 1dari 33

BAB II

DASAR SISTEM PENGAPIAN DAN PERAWATAN BERKALA SISTEM


PENGAPIAN

A. DEFINSI SYSTEM PENGAPIAN


Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada
saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder.
Seperti yang kita ketahui bahwa system pengapian konvensional menggunakan
gerakan mekanik kontak platina untuk menghubung dan memutus arus primer, maka
kontak platina mudah sekali aus dan memerlukan penyetelan/perbaikan dan
penggantian setiap periode tertentu. Hal ini merupakan kelemahan mencolok dari
sistem pengapian konvensional.

Gambar 2.1 sistem pengapian


Dalam perkembangannya, ditemukan sistem pengapian elektronik sebagai
penyempurna sistem pengapian. Salah satu sistem pengapian elektronik yang populer
adalah sistem pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI
merupakan system pengapian elektronik yang bekerja dengan memanfaatkan
pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor. Proses pengisian
dan pengosongan muatan kapasitor dioperasikan oleh saklar elektronik seperti halnya
kontak platina (pada sistem pengapiankonvensional(Pratama.2013)
B. BAGIAN-BAGIAN SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian merupakan salah satu sistem pendukung mesin untuk dapat
menyelesaikan proses pembakaran. Sistem pengapian terdiri dari beberapa komponen
untuk menghasilkan percikan bunga api pada busi didalam ruang bakar pada saat
yang tepat. Sistem pengapian juga disebut sistem penyalaan atau sistem pembakaran.
Komponen-komponen system -engapian adalah sebagai berikut:
1. Battery/Accu

Gambar 2.2 bettery/accu


Battery disini sebagai sumber arus DC pada sepeda motor. Battery merupakan
sumber arus pada sistem pengapian, yaitu digunakan pada sistem pengapian platina
battery dan sistem pengapian CDI DC. Sekarang sistem pengapian platina sudah tidak
digunakan lagi, sekarang sebagian besar motor sudah menggunakan sistem pengapian
menggunakan CDI.
2. Alternator / Sepul

 
Gambar 2.3 altenator/sepul
Alternator terdiri magnet yang berfungsi sebagai rotor (bagian yang berputar),
dan kumparan/spull yang berfungsi sebagai stator (bagian yang diam/statis).
Alternator adalah sebagai sumber arus AC pada sepeda motor. Alternator merupakan
sumber arus pada sistem pengapian, yaitu digunakan pada sistem pengapian platina
magnet dan sistem pengapian CDI AC. Didalam alternator terdapat beberapa jenis
spull yang fungsinya berbeda-beda dan setiap motor jenis spullnya tidak semua sama.
Jenis-jenis spull sepeda motor:
a. Spull pengapian, yaitu berfungsi sebagai sumber arus sistem pengapian.
b. Spull pengisian dan spull penerangan, yaitu berfungsi sebagai sumber arus
sistem pengisian dan sistem penerangan / sistem beban AC.
c. Spull pulser/fixed pulser, yaitu berfungsi sebagai sumber arus untuk
mengatur/menepatkan waktu pengapian pada sistem pengapian CDI.
3. CDI (Capacitor Discharge Ignition)

Gambar 2.4 CDI (capasitor discharge ignition)


CDI ini berfuungsi untuk menyakurkan tegangan ke koil melalui prinsip di
dalamnya terdapat kapasitor yan berduna untuk menyerap dan menyimpan arus listrik
serta melepaskannya dengan spontan.
4. COIL

Gambar 2.5 koil


Coil berfungsi untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi. Jadi aliran listrik
dari CDI akan diperbesar oleh coil yang kemudian dari coil akan diteruskan ke busi.
5. Busi

Gambar 2.6 busi


Busi (spark plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi mmenjadi
loncatan bunga ap melalui elektrodanya. Loncatan bunga apai terjadi disebabkan
adanya perbedaan tegangan diantara keduanya. Karena busi bekerja dalam ruang
bakar yang mengalami tekanan tinggi, perubahan temperature secraa drastic dari
sangat panas ke dingin secara berulang-ulang, serta harus tahan getaran yang keras
maka busi dibuat dari bahan-bahan yang tahan terhadap hal-hal tersebut.
(Daryanto.2017.85)
Jenis busi pada umumnya diklasifikasikan menurut keadaan panas dan
temperature di dalam ruang bakar. Secra umum, pembagian jenis busi adalah sebagai
berikut:
a. Busi dingin (cold type spark plug)
b. Busi panas (hot type sprak plug) kutup elektroda busi (10.000 volt)

Gambar 2.7 bagian-bagian busi


Busi dingin adalah busi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap dan
melepas/membuang dengan cepat sekali. Busi dingin biasanya digunakan pada mesin
yang temperature kerja dalam ruang bakarnya tinggi. Busi panas adalh busi dengan
kemampuan menyerap dan melepas panas yang lambat, jenis ini digunakan untuk
mesin yang temperature kerja dalam ruang bakarnya rendah. Diantara kedua jenis
busi tersebut terapat jenis busi lagi, yaitu busi sedang (medium type spark plug).
(Daryanto.2017.86)
6. Kunci Kontak

Gambar 2.8 kunci kontak


Kunci kontak berfungsi untuk mengatur sistem pengapian, yaitu untuk
mematikan atau menghidupkan sistem pengapian(Anonim.2015)
7. Rectifier (Kiprok)
Alternator merupakan salah satu komponen pengisian yang berfungsi
menghasilkan energi listrik.Listrik yang dihasilkan alternator akan berbentuk arus
AC (Alternating Current) atau bolak-balik dan kemudian akan dirubah menjadi
arus DC (Direct Current) atau arus searah yang kemudian arus listrik ini digunakan
untuk menyuplai kebutuhan listrik dikendaraan dan untuk melakukan pengisian
pada baterai. Untuk mengubah arus listrik dari arus AC ke DC maka pada
alternator dilengkapi dengan komponen rectifier.
Rectifier atau juga disebut dengan dioda penyearah pada alternator
berfungsi untuk menyearahkan arus yang dihasilkan dari stator coil alternator dari
arus AC (nolak-balik) menjadi arus DC (searah). Selain itu rectifier juga berfungsi
untuk mencegah arus balik dari baterai menuju ke alternator.

Gambar 2.9 rectifier


C. MACAM-MACAM SISTEM PENGAPIAN CARA KERJA DAN
RANGKAIANNYA
Sistem kelistrikan kendaraan menggunakan baterai dengan daya 12 volt.
Tegangan sebesar ini dipastikan tidak akan mengeluarkan pantikan pada celah
sebesar 0,8 mm. Untuk itu ada rangkaian peningkatan tegangan listrik agar listrik
mampu keluar dari elektroda busi dalam wujud percikan api. Rangkaian ini, disebut
rangkaian sistem pengapian. Terhitung ada sekitar 4 tipe pengapian pada kendaraan,
antara lain ;

1. Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional merupakan rangkaian pengapian dengan


kinerjanya secara mekanis. Mengapa disebut secara mekanis ? karena dalam hal
melakukan pengubahan tegangan dilakukan secara mekanis dengan memutuskan arus
primer coil menggunakan kontak pont. Kontak point ini disebut juga sebagai platina
karena ujung point ini berbahan platina. Platina, secara normal akan terhubung
dengan massa, tapi apabila kaki platina terkena cam maka kontak akan terputus.
Terputusnya kontak platina ini digunakan untuk meningkatkan tegangan primer
dengan cara induksi elektromagnet.

Selain itu, untuk membagi busi mana yang hidup juga digunakan sistem
mekanis dengan menggunakan bantuan rotor dan distributor. Komponen distributor
ini terhubung dengan crankshaft sehingga saat rotor distributor berputar maka
tegangan hasil induksi akan didistribusikan ke semua busi sesuai fairing order.
Meski memakai sistem mekanis, tipe pengapian konvensional menjadi dasar
terciptanya sistem pengapian modern. Saat ini, sudah sangat jarang kita temui mobil-
mobil dengan sistem ini karena dari segi efisiensi listrik kalah dengan pengapian
modern.
Gambar 2.10 sistem pengapian konvensional

2. Sistem Pengapian Elektronik (Transistor)

Sistem pengapian transistor menjadi skema pengapian dengan komponen


elektronika, namun masih tetap ada beberapa komponen mekanis. Sistem pengapian
transistor adalah rangkaian kelistrikan yanh menggunakan transistor sebagai pemutus
arus primer. Secara prinsip, sistem ini sama seperti sistem konvensional hanya saja
ada output kumparan primer coil akan dihubungkan dengan sebuah transistor selaku
saklar elektronik. Sementara untuk membagi tegangan, komponen distributor tetap
disediakan. Ada dua macam pengapian transistor yakni:

a. Tipe semi-transistor, masih menggunakan kontak point yang dijadikan


pemutus arus basis pada kaki transistor.
b. Tipe fully-transistor, tipe full transistor menggunakan signal generator
yang menggantikan kontak point. Penggunaan signal generator ini
tidak menimbulkan gesekan karena bekerja secara magnetic.
Selengkapnya simak cara kerja pengapian elektronik.
Gambar 2.11 sistem pengapian transistor

3. Sistem Pengapian Elektronik (CDI)

Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada
saat yang tepat untuk membakar membakar campuran bahan bakar dan udara di
dalam silinder. Seperti yang kita ketahui bahwa sistem pengapian konvensional
menggunakan gerakan mekanik kontak platina untuk menghubung dan memutus arus
primer, maka kontak platina mudah sekali aus dan memerlukan penyetelan/perbaikan
dan penggantian setiap periode tertentu. Hal ini merupakan kelemahan mencolok dari
sistem pengapian konvensional.

Dalam perkembangannya, ditemukan sistem pengapian elektronik sebagai


penyempurna sistem pengapian. Salah satu sistem pengapian elektronik yang populer
adalah sistem pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI
merupakan sistem pengapian elektronik yang bekerja dengan memanfaatkan
pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor. Proses pengisian
dan pengosongan muatan kapasitor dioperasikan oleh saklar elektronik seperti halnya
kontak platina (pada sistem pengapian konvensional).

Sebagai pengganti kontak platina pada sistem pengapian elektronik digunakan


SCR/Silicon Controlled Rectifier (yang disebut Thyristor switch). SCR bekerja
berdasarkan sinyal sinyal listrik, sehingga pada sistem pengapian elektronik
didapatkan beberapa keuntungan yaitu:

Keuntungan mekanik:

a. Tidak terdapat gerakan mekanik/gesekan antar komponen pada SCR,


sehingga tidak terjadi keausan komponen. Keuntungan Mekanik
b. Tidak memerlukan perawatan/penyetelan dalam jangka waktu yang
pendek seperti pada sistem pengapian konvensional.
c. Kerja sistem pengapian elektronik stabil (karena tidak ada keausan
komponen) sehingga bahan bakar relatif ekonomis karena pembakaran
lebih sempurna.
d. Tidak sensitif terhadap air karena komponen sistem pengapian dapat
dikemas kedap air.

Keuntungan elektrik:

a. Tegangan pengapian cukup besar dan konstan, sehingga pembakaran


lebih sempurna dan kendaraan mudah dihidupkan
b. Busi menjadi lebih awet karena pembakaran lebih sempurna

Adapun kekurangan sistem pengapian elektronik adalah:

a. Apabila terjadi kerusakan terhadap salah satu komponen di dalam unit


CDI, berakibat seluruh rangkaian CDI tidak dapat bekerja dan harus
diganti satu unit
b. Biaya/harga penggantian unit CDI relatif lebih mahal.

Sistem Pengapian Elektronik (CDI) dibagi 2:


a. Sistem Pengapian Magnet Elektronik (AC-CDI)

Sumber tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan


merupakan arus bolak-balik (AC)

b. Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC-CDI)

Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay oleh sistem
pengisian), sehingga arus yang digunakan merupakan arus searah (DC).

D. CARA KERJA SYSTEM PENGAPIAN.


1. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI AC

Gambar 2.12 sistem pengapian CDI AC


Pada saat mesin hidup maka rotor magnet (flywheel pada sepeda motor)
juga akan ikut berputar, sehingga akan timbul arus listrik pada kumparan spul yang
terletak di dalam rotor magnet. Tegangan yang dihasilkan oleh alternator (spul
magnet) ini sekitar 100 sampai 400 volt, arus ini akan di salurkan langsung ke unit
CDI AC. Di dalam unit CDI AC arus ini akan diubah menjadi arus arus searah oleh
diode yang ada di dalam unit CDI AC yang kemudian arus ini akan disimpan
sementara oleh capasitor yang letaknya juga berada di dalam unit CDI.Capasitor
ini tidak akan melepaskan arus di dalamnya sebelum SCR (Silicon Controlled
Rectifier) aktif. Untuk mengaktifkan SCR maka terminal gate pada SCR harus
mendapatkan sinyal tegangan positif terlebih dahulu sebagai pemicu (trigger).
Signal yang digunakan sebagai pemicu (trigger) didapatkan dari signal pick up
coil. Pick up coil akan memberikan signal tegangan ketika tonjolan pada rotor
magnet melewati pick up coil. Ketika terminal gate mendapatkan tegangan positif
dari tegangan pick coil maka terminal anoda dan katoda pada SCR akan terhubung.
Ketika terminal anoda dan katoda terhubung maka capasitor akan melepaskan arus
(discharge) dengan cepat ke kumparan primer koil pengapian sehingga terjadi
induksi pada kumparan primer koil.

Gambar 2.13 induksi pada kumparan primer


Akibat induksi pada kumaparan primer maka akan menimbulkan induksi
juga pada kumparan sekunder dengan tegangan sekitar 15 kilo volt sampai 20 kilo
volt. Tegangan tinggi pada kumparan sekunder tersebut selanjutnya digunakan
untuk memercikkan bunga api pada busi untuk memulai pembakaran campuran
bahan bakar dan udara.(Juan.2017)
Gambar 2.14 induksi pada kumparan sekunder

2. Cara Kerja Pengapian CDI - DC

Gambar 2.15 craa kerja system pengapian CDI DC


Saat Kunci Kontak OFF. Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian
sistem pengapian terputus, tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat
dihidupkan. Saat Kunci Kontak ON. Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan
((+) baterai) dengan rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai
dapat disalurkan ke unit CDI (DC - DC Conventer). Ketika rotor alternator (magnet)
berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil,
lilitan pick up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk
mengaktifkan Switch Transistor (Tr) pada DC - DC Conventer. Kumparan primer dan
sekunder (Kump.) pada DC - DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan
tegangan sumber ⇒ disearahkan lagi oleh dioda (D) ⇒ mengisi kapasitor (C)
sehingga muatan kapasitor penuh. Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut
belum mampu membuka gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR
belum bekerja.

Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang
dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu membuka gerbang SCR
sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki Anoda (A)
⇒ Katoda (K).Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan
muatannya) dengan cepat ⇒ melalui kumparan primer koil pengapian ⇒ massa koil
pengapian.
Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar
200 – 300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi
tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk
diubah menjadi pijaran api listrik.(Trinoval.2019)

E. PERAWATAN BERKALA SISITEM PENGAPIAN SEPEDA MOTOR


1. Pemeriksaan dan Penggantian Busi

Keselamatan kerja:

a. Pergunakan sarung tangan pada saat melepas busi kondisi panas


Langkah kerja:

a. Lepaskan stecker busi. Jangan ditarik pada kabelnya !


b. Hubungan inti arang kabel mudah terlepas dari stecker, kalau kabel ditarik.

Gambar 2.16 cara melepas kabel busi yang benar (kanan)

c. Bersihkan sekeliling dengan udara tekan atau kuas, untuk mencegah kotoran
masuk ke dalam silinder sewaktu busi dilepas

Gambar 2.17 membersihkan busi

d. Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi yang tepat. Perhatikan bahwa
kunci yang kurang tepat bisa mengakibatkan isolator busi pecah.
Gambar 2.18 isolator busi pecah (tanda panah)

e. Periksa kondisi ulir dari lubang busi. Ulir lubang busi yang rusak seperti pada
gambar harus diperbaiki. Lihat petunjuk.

Gambar 2.19 kondisi ulir rusak (tanda panah)

f. Periksa muka busi ! ( bila perlu pakai kaca pembesar ). Keadaan muka busi
dapat menunjukkan kondisi motor
g. Bandingkan busi yang diperiksa dengan gambar-gambar dan keterangan-
keterangan berikut
Gambar 2.20 kaca pembesar

2. Permukaan Busi
a. Muka busi biasa: isolator berwarna kuning sampai coklat muda, puncak
isolator bersih. Permukaan isolator kotor berwarna coklat muda sampai abu-
abu. Hal ini berarti kondisi dan penyetelan motor baik.

Gambar 2.21 busi normal

b. Elektroda-elektroda terbakar: pada permukaan isolator menempel partikel-


partikel yang mengkilat, isolator berwarna putih dan kuning itu berarti busi
menjadi terlalu panas karena :
1) Campuran bahan bakar terlalu kurus
2) Kualitas bensin terlalu rendah
3) Saat pengapian terlalu awal
4) Jenis busi terlalu panas

ambar 2.22 elektroda terbakar

c. Isolator dan elektroda - elektroda berjelaga karena:


1) Campuran bahan bakar terlalu kaya
2) Jenis busi terlalu dingin

Gambar 2.23 isolator dan elektroda-elektroda berjelaga (menimbulkan sulang asap berwarna hitam)

d. isolator dan elektroda sangat kotor serta berwarna coklat. Kotoran ini berasal
dari oli motor yang masuk keruang bakar karena :
1) Sil pengantar katup aus
2) Cincin torak aus
Gambar 2.24 isolator dan elektroda sangat kotor

e. Isolator busi pecah

1) Busi seperti ini harus diganti, karena bunga


api bisa meloncat melalui isolator yang
pecah.

Gambar 2.25 isolator busi pecah


f. Isolator busi berwarna kuning
Isolator dan elektroda berwarna kuning atau coklat tua. Penyebab bensin
dengan kandungan timah hitam tinggi. Gantilah busi dengan yang baru
perhatikan spesifikasi pada buku manual/katalog busi

Gambar 2.26 isolator warna kuning


3. Pemasangan Busi
a. Ukurlah celah elektroda dengan batang pengukur atau fuller. Jika celah
tidak sesuai spesifikasi, stel dengan membengkokkan pada electrode masa

Gambar 2.27 mengukur celah busi

b. Pasang busi pada motor. Mulai menyekrupkan dengan tangan kemudian


keraskan dengan kunci momen. Jangan terlalu keras!

Momen pengerasan
Kepala silinder
aluminimum :
15 – 20 Nm
Kepala silinder
besi tuang :
20 – 25 Nm

Gambar 2.28 pengerasan yang salah


c. Pasang kabel-kabel busi dan hidupkan motor sebagai control

Petunjuk
a. Sebelum kondisi / penyetelan motor dapat dianalisa dengan melihat muka
busi, motor harus dijalankan » ½ jam.
b. Busi biasa harus diganti setiap » 20’ 000 km. Bila busi perlu diganti, pilihlah
busi baru yang sesuai dengan buku manual / katalog busi. Busi yang salah
dapat mengakibatkan kerusakan motor yang serius !

Gambar 2.29 piston rusak/cacat


c. Lubang didalam torak disebabkan oleh knocking / detonasi. Hal itu dapat
terjadi kalau menggunakan busi yang terlalu panas. Perhatikan bahwa nilai
panas busi sesuai dengan katalog busi / buku manual !

4. Panjang Busi Terdapat 3 Macam

Gambar 2.30 macam macam panjang ulir busi


a. Panjang ulir yang cocok harus sama dengan panjang lubang busi !
COCOK TERLALU PENDEK TERLALU PANJANG

Gambar 2.31 panjang ulir yang cocok (kanan)

setelah busi disekrupkan tanpa tenaga sampai mulai menjadi keras, Selanjutnya kita
mengeraskan dengan kunci momen.

5. Celah Elektroda

Celah elektroda biasanya 0,7–0,8 mm (lihat bukumanual/katalog busi)

a. Celah elektroda terlalu besar akibatnya :


1) Kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api lebih tinggi. Jika sistem
pengapi an tidak dapat memenuhi kebutuhan terse but, motor mulai
tersendat-sendat pada beban penuh
2) Isolator-isolator bagian tegangan tinggi cepat rusak karena dibebani
tegangan pengapian yang luar biasa tingginya

Gambar 2.32 celah terlalu besar


b. Celah elektroda terlalu kecil akibatnya :
1) Bunga api lemah
2) Elektroda cepat kotor, khusus pada motor 2 tak

Gambar 2.33 celah terlalu kecil

6. Perbaikan Ulir Pada Lubang Busi

Gambar 2.34 ulir rusak/cacat

Bila terdapat kerusakan ulir pada lubang busi, perbaiki dengan tap lubang busi
yang sesuai. Lihat gambar dibawah ! Sebelum lubang busi ditap baru, berilah vet
pada tap agar beram-beram tidak banyak jatuh kedalam silinder. Untuk
membersihkan sisa-sisa beram yang jatuh kedalam silinder kita menstarter motor
sebelum busi dipasang, akibat putaran motor, beram-beram akan terlempar keluar.

Gambar 2.35 tap lubang bus

7. Pemeriksaan & Penggantian Kontak Pemutus (Platina)


Keselamatan kerja:
a. Posisikan kunci kontak “Off” pada saat pemeriksaan dan penggantian
kontak pemutus

Langkah kerja:

Periksa keausan kontak. Gunakan obeng untuk membuka kontak.

a. Kondisi baik
b. Terbakar, perlu diganti
Gambar 2.36 kontak pemutus

a. Lepas kabel kontak pemutus


b. Lepas sekrup – sekrupnya dan keluarkan kontak pemutus
c. Bersihkan plat dudukan kontak pemutus dan kam governor dengan lap

Gambar 2.37 cara membersihkan plat dudukan kontak pemutus

d. Kontak pemutus yang masih dapat digunakan harus diratakan, kalau akan
distel dengan fuller. Bila kontak tidak rata, penyetelan dengan fuller akan
menghasilkan celah yang terlalu besar. Lihat gambar berikut!
Gambar 2.38 dudukan kontak pemutus tidak rata
e. Kontrol Dudukan Kontak Lepas Pada Kontak Tetap. Lihat gambar berikut :

BAIK

MIRING

MIRING

TERGESER

Gambar 2.39 macam macam dudukan kontak pemutus

f. Kedudukan kontak yang salah seperti gambar b, c, d, dapat dibetulkan dengan


membengkokan kontak tetap. Gunakan alat bengkok khusus atau tang
g. Periksa kekuatan pegas kontak pemutus dengan tangan jika pegas lemah atau
berkarat, kontak pemutus harus diganti.
h. Sebelum pemasangan, bersihkan permukaan kontak yang baru dengan kertas
yang bersih.

Gambar 2.40 cara membersihkan kontak pemutus

i. Sebelum memasang kontak pemutus, beri vet pada tumit ebonit, tetapi jangan
terlalu banyak. Pakai vet khusus jika tidak ada, pakai vet bantalan roda.

Gambar 2.41 pemberian vet pada tumit ebonite (tanda panah)

j. Jika tidak ada vet pada tumit ebonit, bagian tersebut. Cepat aus, maka celah
kontak menjadi lebih kecil, yang akhirnya mempengaruhi besar sudut dwell
dan saat pengapian
8. Penyetelan Celah Kontak Pemutus Dengan Fuller

Langkah kerja:
a. Putar motor dengan tangan sampai kontak pemutus terbuka penuh
b. Pilih fuller yang sesuai dengan besar celah kontak (lihat buku manual/data)
c. Periksa celah kontak dengan fuller yang bersih. Jika celah tidak baik, stel
seperti berikut : Kendorkan sedikit sekrup-sekrup pada kontak tetap. Stel
besar celah dengan menggerakkan kontak tetap. Penyetelan dilakukan dengan
obeng pada takik penyetel.
d. Perhatikan pada waktu pemeriksaan celah. Jika fuller tidak dimasukkan lurus,
penyetelan akan salah.

BAIK

SALAH, FULLER
TERPUNTIR

SALAH, FULLER
BENGKOK

Gambar 2.42 pemeriksaan celah dengan fuller


e. Kalau penyetelan sudah cepat, keraskan sekrup-sekrup pada kontak tetap
f. Putar mesin satu putaran, periksa sekali lagi besarnya celah kontak.

Petujuk:

a. Kontak lama dapat diratakan dengan kikir kontak atau kertas gosok, dan
selanjutnya dibersihkan dengan kertas yang bersih. Tetapi, kalau ketidak
rataan kontak besar, sebaiknya kontak pemutus diganti baru.
b. Jika kontak pemutus dalaam waktu singkat aus, kondensator pengapianharus
dikontrol.
c. Penyetelan baru kontak pemutus mengakibatkan perubahan saat pengapian.
Pekerjaan berikutnya adalah penyetelan saat pengapian.
d. Jangan mengganti sekrup pengikat kontak pemutus dengan sekrup yang lebih
panjang !
9. Penyetelan Kontak Pemutus dengan Dwell Tester

Langkah kerja:

a. Periksa celah kontak secara visual. Jika celah kontak lebih besar atau lebih
kecil, stel menurut metode yang sudah dijelaskan pada penyetelan dengan
fuller.
b. Pasang pengetes dwel

Setelan jumlah silinder

Merah + baterai Hitam massa

Ke minus koil
Gambar 2.43 dwell tester

Catatan:

a. Sesuaikan pemasangan kabel pengetes Dwell dengan Merk/Type yang


digunakan.
b. Bila dipakai pada motor 1 silinder, bila selector diposisikan pada angka 4,
maka hasil sudut dwell yang sebenarnya adalah hasil pembacaan x 4, misal:
hasil pembacaan menunjukkan angka, 54° maka sudut dwell yang sebenarnya
adalah 54° x 4= 216° pk.
c. Start motor dan periksa sudut dwel. Jika salah, stel celah kontak sampai
mendapatkan hasil yang baik dan keraskan sekrup-sekrup pada kontak tetap.

Catatan: Hubungkan kabel sekunder koil ke massa, untuk menghindarkan


kerusakan koil.
d. Pasang kembali, kontrol sudut dwel sekali lagi selama motor (putaranidle)

Perhatikan:

a. Jangan menstarter mesin terlalu lama ! Starter menjadi sangat panas, dan
baterai akhirnya kosong.
b. Jangan lupa mematikan kunci kontak ( OFF ). Pada saat motor mati biasanya
kontak pemutus tertutup. Jika kunci kontak pada posisi “ ON “, maka arus
listrik selalu mengalir melalui koil. Akibatnya koil menjadi sangat panas, koil
akan rusak dan kemungkinan koil bisa meledak.

Gambar 2.44 posisi kunci kontak” OFF”

10. Penyetelan Saat Pengapian


a. Penyetelan saat pengapian dengan lampu control
Prinsip penyetelan, perhatikan gambar-gambar dibawah ini :
1) Kunci kontak “ ON “ dan kontak pemutus terbuka, lampu menyala
(arus primer mengalir melalui lampu kontrol ke massa).
Gambar 2.45 lampu control menyala

2) Kontak pemutus tertutup, lampu mati (arus primer mengalir melalui


kontak pemutus ke massa).

Gambar 2.46 lampu control mati

Saat pengapian = saat kontak pemutus mulai membuka = saat lampu control mulai
menyala

Langkah kerja:

1) Pasang lampu kontrol seperti terlihat pada gambar dibawah. Satu sambungan
disambungkan ke koil ( - ) atau ke kontak pemutus dan sambungan yang lain
dihubungkan ke massa.
Gambar 2.47 pemasangan lampu kontrol yang benar
2) Putar motor sesuai dengan arahnya pada saat kunci kontak “on“. Kalua sudah
dekat dengan tanda pengapian (yang terletak pada roda gaya), putar pelan dan
lihat lampu. Saat pengapian ialah tepat pada saat lampu menyala. Pada waktu
itu, hentikan dan lihat saat pengapian pada tanda. Jika saat pengapian salah,
stel celah kontak pemutus.

11. Penyetelan Saat Pengapian Tanpa Alat Khusus

Langkah kerja:

a. Putar kunci kontak pada posisi “ ON “


b. Putar mesin dengan tangan sesuai dengan arahnya. Kalau sudah dekat
pada tanda pengapian pada roda gaya, putar mesin pelan dan lihat ke
kontak pemutus. Saat pengapian adalah saat kontak mulai membuka. Pada
saat itu terjadi bunga api kecil diantara kontak. Penyetelan saat pengapian
tepat apabila tanda pengapian tepat pada roda gaya dan bersamaan dengan
itu, pada kontak pemutus terjadi bunga api.

Lengan kontak pemutus


Gambar 2.48 saat kontak pemutus mulai terbuka (ada letikan bunga api)

Anda mungkin juga menyukai