Anda di halaman 1dari 3

Jelaskan bagaimana sosialisasi politik dan pembentukan budaya politik dilakukan

pada masyarakat dengan teknologi digital saat ini!

Sistem komunikasi Pemerintah, belum mempunyai strategi sistem komunikasi untuk


memberdayakan masyarakat. Seharusnya ada sistem komunikasi nasional,. Dalam analisis
mengenai media komunikasi dalam dunia politik dalam era teknologi digital. Penting bagi
para partai dan actor politik untuk turut berpartisipasi aktif dalam komunikasi politik pada era
teknologi digital dengan menggunakan media sosial yang ada. Media sosial akan
menggambarkan sebagai sarana ideal dan informasi untuk mengetahui tentang kebijakan dan
posisi politik. selain itu untuk membangun dukungan dari komunitas kepada politisi.
Beberapa penelitian menunjukan politisi diseluruh dunia telah mengadopsi media sosial
menjadi media untuk menjalin hubungan atau relasi dengan konsituen, berbicara maupun
berdialog dengan masyarakat dan membentuk diskusi politik.

Sebelum menggunakan media sosial para politisi sudah pasti kenal dengan internet
untuk berkampanye. Internet bisa menjadi cara yang pontensial dalam mendobrak politik
demokrasi massa yang menyuarakan suaranya dengan seluruh power yang dimilikinya dan
akan dimanfaatkan oleh para penguasa untuk kepentingan golongannya. Internet atau media
sosial diharapkan dapat menjadi media bagi kelancaran dan mengalirnya informasi dua arah
yang interaktif antara pemerintah dan masyarakat. Variabel yang dibutuhkan adalah
kandungan pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak masyarakat harus sesuai dengan
target yang ingin dicapai. Variabel yang lain adalah sisi komunikatif atau terwujudnya
komunikasi dua arah dengan audience sebagai calon pemilih.

Selain penggunaan bahasa yang sesuai dengan lingkungan, gambar yang berbau
motivasi serta unik sebaiknya diikut sertakan dalam pesan. Lewat tampilan pesan yang
sedang trend dieranya, maka sebuah pesan akan cepat tersampaikan kebenak masyarakat.
Dari sisi komunikatif juga perlu dijangka terkadang hal yang disampaikan hanya terbentuk
komunikasi satu arah tanpa memerdulikan masukan ataupun kritik dari masyarakat sebagai si
penerimaa pesan. Hal dapat dilihat dari banyaknya status beberapa tokoh politik yang lebih
mengutamakan tulisan terkait dirinya, dan juga terlihat jarang menulis status balasan mention
untuk audience maupun followers yang sudah bertanya atau memberi masukan.

Komunikasi yang baik dalam media sosial memang seharusnya terbentuk dua arah.
Namun yang terkadang menjadi kendala adalah bentuk balasan yang harus diberikan untuk
kritikan yang diajukan oleh audience. Sehingga terkesan menghiraukan masukan dan kritikan
yang diajukan oleh audience. Jika penyampaian komunikasi dua arah menggunakan bahasa
pesan juga tetap diperhatikan bahasa dan rangkaian kata yang digunakan. Karena lewat pesan
tersebut akan menggambarkan karakter sang tokoh yang dibicarakan.

Pengaruh media sosial terhadap komunikasi politik penting bagi institusi politik untuk
berpartisipasi aktif dalam komunikasi politik yang berbasiskan media sosial. Karena media
sosial sebagai sarana ideal dan basis informasi untuk mengetahui opini publik tentang
kebijakan dan posisi politik Media social di Indonesia diharapkan juga dapat mendidik
masyarakat agar lebih memahami ilmu politik praktis dan perkembangan situasi politik
nasional yang sebenarnya, dan harus mampu menampilkan pemberitaan secara adil (fairness)
dan faktual (factual/accurate) walaupun menganut azas kebebasan. Oleh karena itu
pemerintah diharapkan dapat me-manage seluruh media sosial sebagai alat untuk
pembangunan politik, sesuai dengan harapan seluruh masyarakat.

Jelaskan kondisi ekonomi Indonesia saat ini di periode ke dua pemerintahan 


Presiden Joko Widodo! Kaitkan jawaban anda dengan kebijakan politik yang
dikeluarkan oleh pemerintah!

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei Indo Barometer melakukan sigi


terhadap tingkat kepuasan masyarakat selama 100 hari kinerja
pemerintahan Presiden Jokowi - Ma’ruf Amin.

Hasilnya antara lain permasalahan paling penting di Indonesia adalah


perekonomian rakyat (32,1 persen), lapangan pekerjaan (15,8 persen),
harga bahan pokok (11,3 persen), korupsi, kolusi, dan nepotisme (7,8
persen), dan banjir (6,4 persen).
Perekonomian Indonesia di lima tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo jauh
dari janji yang diiming-imingkan pada masa kampanye Pilpres 2014. Alih-alih mencapai
pertumbuhan 7 persen, ekonomi Indonesia justru mentok di kisaran 5 persen. Tahun lalu, di
akhir periode pertama pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru
mengalami perlambatan dan hanya bertumbuh sebesar 5,02 persen. Di samping meleset
dari target APBN 2019, yang dipatok sebesar 5,2 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tahun lalu juga merupakan yang terburuk dalam kurun empat tahun terakhir. Meski
demikian, Jokowi menyebut bahwa capaian itu cukup memuaskan dan patut disyukuri. Ia
mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sulit terelakkan di tengah
gejolak perekonomian global yang meliputi perang dagang hingga konflik geopolitik.

"Yang lain-lain [pertumbuhan ekonominya] bukan turun, anjlok. Kita ini, kalau enggak kita
syukuri, artinya kufur nikmat. Pertahankan pada posisi yang seperti ini saja sulit sekali," ujar
dia, di Istana Kepresidenan, Rabu (5/2/2020). Apa pasal yang menyebabkan ekonomi
Indonesia melambat di tahun ini? Padahal momentum untuk menggenjot perekonomian
berkali-kali muncul, mulai dari pemilihan presiden (Pilpres) hingga pilkada serentak. Jika
menilik data BPS, hampir seluruh indikator perekonomian Indonesia di tahun lalu memang
mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga, yang jadi motor utama penggerak
perekonomian, cuma bisa tumbuh 5,04 persen pada tahun lalu atau lebih rendah
dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar 5,05 persen. Sektor manufaktur, yang jadi
penyumbang terbesar dalam struktur PDB Indonesia juga cuma tumbuh sebesar 3,8 persen
year on year melanjutkan perlambatan yang telah terjadi dalam dua tahun terakhir.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikator investasi hanya mampu
tumbuh 4,45 persen—anjlok jika dibandingkan tahun 2108 yang mampu tumbuh 6,67
persen. Melesetnya pertumbuhan ekonomi dari target 5,2 persen juga disebabkan oleh
penurunan ekspor dan impor yang cukup dalam. Ekspor dan impor terkontraksi masing-
masing sebesar 0,39 persen dan 8,05 persen. Lupakan Pertumbuhan 7% Tentu tak ada
yang salah jika Jokowi menggunakan klausul "kufur nikmat" untuk merespons kritik atas
pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Namun, mengutip pendapat ekonom Faisal Basri,
"jangan sampai kelemahan kita sendiri dikesampingkan. Ibarat pepatah: gajah di pelupuk
mata tak tampak, semut di seberang samudera tampak." Faktor eksternal yang turut
memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik tak bisa terus menerus dijadikan
kambing hitam dan perbaikan internal harus segera dilakukan pemerintah untuk mengerem
perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Konsumsi rumah tangga, yang jadi tulang punggung penggerak perekonomian masih
membutuhkan dukungan kebijakan baik melalui pemberian insentif pemerintah maupun
kebijakan moneter BI. Di samping itu, pemerintah harus lebih kencang mendorong kinerja
manufaktur Indonesia yang terus-menerus mengalami kemunduran. IHS Markit mencatat,
Indeks Manufaktur Indonesia di bulan Januari 2020 berada di level 49,3 atau kembali turun
dari posisi bulan Desember 2019 yang berada di angka 49,5. Jika pemerintah gagal
mengangkat daya saing manufaktur, maka Indonesia akan sulit mengejar persaingan
dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, hingga Thailand dan tekanan
eksternal terhadap Indonesia akan berdampak makin buruk bagi perekonomian domestik.
Apalagi, pertumbuhan perekonomian global berpotensi kian melambat akibat wabah Corona
yang melanda Cina. Beberapa Bank Global seperti Foldman Sachs telah memangkas
prediksi pertumbuhan ekonomi Cina dari 5,9 persen menjadi 5,5 persen untuk tahun ini.
Dampak perekonomian Cina yang tumbuh melambat lantaran aktivitas produksi negara
tersebut terganggu wabah virus Corona akan segera menjalar ke pertumbuhan
perekonomian Indonesia, baik secara langsung maupun tak langsung. Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sendiri bahkan menyebut wabah Corona bisa
menggerus perekonomian Indonesia sebesar 0,1-0,29 persen.

Baca selengkapnya di artikel "Nasib Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi: Gagal Meroket,
Mentok di 5%", https://tirto.id/exhx

Anda mungkin juga menyukai