Anda di halaman 1dari 7

TEST 1

Nama : Lita Oktavia Sundari Ritonga


Kelas : MB6A
NIM : 1805171033

1. Perbandingan Neraca Pembayaran Indonesia dengan Negara Amerika Serikat tahun 2019
 Neraca Pembayaran Indonesia
Bank Indonesia baru saja merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV
2019 yang tercatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS, membaik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami defisit sebesar 46 juta dolar AS. Surplus NPI ini disebutkan BI
menopang ketahanan eksternal Indonesia.
“Surplus NPI tersebut terutama ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang
meningkat serta defisit transaksi berjalan yang tetap terkendali,” demikian rilis Departemen
Komunikasi BI, Senin (10/2).
BI menambahkan, dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember
2019 mencapai 129,2 miliar dolar AS, meningkat dari 124,3 miliar dolar AS pada akhir
September 2019.
 Neraca Pembayaran Amerika Serikat
Nilai ekspor yang meningkat dibarengi dengan penurunan impor sehingga defisit neraca
pembayaran Amerika Serikat (AS) turun 2,17% menjadi US$ 73,66 miliar dibandingkan bulan
sebelumnya, demikian pula neraca pembayaran yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
menyusut 2,74% menjadi US$ 53,99 miliar dibandingkan Juni 2019. Namun, secara akumulasi
defisit neraca pembayaran barang AS periode Jan-Jul 2019 justru meningkat 2,49% menjadi US$
513,74 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tarif impor yang dilancarkan Presiden
Donald Trump terhadap produk-produk Indonesia belum mampu menekan defisit secara
perdagangan negara tersebut.
Seperti diketahui AS selalu defisit dalam perdagangan dengan mitra dagangnya tersebut.
Perusahaan-perusahaan AS mengimpor lebih banyak barang dibandingkan mengekspor, tren
yang didorong oleh kondisi perekonomian yang tengah menguat. Defisit perdagangan antara
Amerika Serikat dan Indonesia berkurang 1,9 miliar dollar AS menjadi 28,3 miliar dollar AS,
seiring dengan nilai impor yang juga terus berkurang.

Analisis posisi Indonesia dari segala aspek dalam neraca


 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2019 menunjukkan ketahanan
eksternal ekonomi Indonesia tetap terjaga, di tengah kondisi global yang kurang
kondusif dan perilaku musiman domestik. 
Neraca Pembayaran Indonesia triwulan II 2019 tetap baik ditopang surplus neraca transaksi
modal dan finansial yang berlanjut sejalan persepsi positif investor terhadap prospek
perekonomian Indonesia. Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari 7,0
miliar dolar AS (2,6% dari PDB) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,4 miliar dolar AS
(3,0% dari PDB), dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga
utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga
komoditas yang turun. Dengan perkembangan tersebut, meskipun pada triwulan II 2019
mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS, NPI sampai dengan semester I 2019 tetap mencatat
surplus sebesar 0,4 miliar dolar AS. Perkembangan ini ditopang surplus neraca transaksi
modal dan finansial yang tinggi, serta defisit neraca transaksi berjalan yang terkendali dalam
batas aman yaitu 2,8% dari PDB. Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2019 tercatat
sebesar 123,8 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
internasional sebesar 3 bulan impor. Surplus transaksi modal dan finansial (TMF) pada
triwulan II 2019 tetap besar, di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia yang masih
tinggi, serta pola musiman pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo. Surplus
neraca TMF pada triwulan II 2019 tercatat 7,1 miliar dolar AS ditopang aliran masuk
investasi langsung dan investasi portofolio. Aliran masuk investasi langsung tercatat 7,0
miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan level pada triwulan sebelumnya sebesar 6,1
miliar dolar AS. Investasi portofolio tercatat juga masih tinggi yakni 4,5 miliar dolar AS.
Sementara itu, investasi lainnya mencatat defisit dipengaruhi faktor musiman meningkatnya
pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang jatuh tempo. Dengan
perkembangan tersebut, surplus TMF sampai dengan semester I 2019 tercatat 17,0 miliar
dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada semester I tahun sebelumnya
sebesar 5,3 miliar dolar AS. Defisit neraca transaksi berjalan (TB) pada triwulan II 2019
melebar dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar
negeri, serta perekonomian global yang kurang menguntungkan. Pada triwulan II 2019,
defisit neraca pendapatan primer membesar didorong faktor musiman peningkatan kebutuhan
repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri. Selain itu, kinerja ekspor
nonmigas juga menurun sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga
komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor nonmigas tercatat 37,2 miliar dolar AS,
turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 38,2 miliar dolar AS.
Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi 3,2 miliar dolar AS dari 2,2 miliar
dolar AS pada triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan
peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idulfitri dan libur sekolah.
Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor
eksternal. Prospek NPI tersebut didukung defisit TB 2019 yang diprakirakan lebih rendah
dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5%-3,0% PDB. Prospek aliran masuk modal asing
juga tetap besar didorong persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang
tetap terjaga. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah
dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong
peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).
 Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia mengindikasikan perlambatan
kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2019. Hal ini
tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2019 yang tumbuh
0,20% (qtq), melambat dibandingkan 0,49% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Melambatnya
kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah. Ke depan, kenaikan harga
rumah diperkirakan meningkat pada triwulan III 2019 sebesar 0,76% (qtq). Volume
penjualan properti residensial pada triwulan II 2019 tercatat mengalami kontraksi
pertumbuhan -15,90% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya sebesar 23,77% (qtq). Penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh
penurunan penjualan pada rumah tipe kecil dan rumah tipe menengah. Menurut responden,
beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan adalah melemahnya daya beli, suku
bunga KPR yang cukup tinggi, dan tingginya harga rumah. Hasil survei menunjukkan bahwa
pembiayaan pembangunan properti residensial oleh pengembang terutama bersumber dari
non perbankan, tercermin pada pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dana internal
pengembang yang mencapai 60,57%. Sementara di sisi konsumen, pembelian properti
residensial sebagian besar masih menggunakan fasilitas KPR sebagai sumber pembiayaan
utama.
 “Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2019 meningkat yang
mencerminkan optimisme terhadap prospek perekonomian domestic,” lanjut Onny
Widjanarko, Direktur Eksekutif BI kembali.
Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2019 tercatat sebesar USD12,4
miliar, lebih tinggi dari surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD7,4 miliar. Besarnya
surplus tersebut terutama didorong oleh tingginya arus masuk investasi portofolio yang
bersumber dari penerbitan obligasi global baik pemerintah maupun korporasi.
 Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV 2019 tetap terkendali, sehingga turut
menopang ketahanan sektor eksternal Indonesia. Defisit neraca transaksi berjalan pada
triwulan IV 2019 tercatat sebesar 8,1 miliar dolar AS (2,84% dari PDB), ditopang oleh
surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat.
Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas terutama dipengaruhi oleh penurunan
impor nonmigas di tengah kinerja ekspor nonmigas yang belum kuat. Di sisi lain, defisit
neraca perdagangan migas meningkat sejalan dengan naiknya impor minyak untuk
memenuhi tingginya permintaan di akhir tahun.
Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2019 menunjukkan ketahanan sektor eksternal
yang tetap kuat. NPI tahun 2019 mencatat surplus 4,7 miliar dolar AS, membaik dari tahun
sebelumnya yang mengalami defisit sebesar 7,1 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut
didorong oleh defisit neraca transaksi berjalan yang membaik serta surplus transaksi modal
dan finansial yang meningkat signifikan.
 Defisit neraca transaksi berjalan pada 2019 tercatat sebesar 30,4 miliar dolar AS atau 2,72%
dari PDB, membaik dibandingkan dengan defisit pada tahun sebelumnya sebesar 2,94% dari
PDB. Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh neraca perdagangan barang yang
mencatat surplus, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami defisit.
Neraca perdagangan barang yang mencatat surplus dipengaruhi oleh surplus neraca
perdagangan nonmigas yang meningkat serta defisit neraca perdagangan migas yang
menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya impor minyak sejalan dengan kebijakan
pengendalian impor seperti program B20.
Prospek aliran masuk modal asing diperkirakan juga tetap besar didorong persepsi positif
investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga. Bank Indonesia akan terus
memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,
serta senantiasa memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna
meningkatkan ketahanan sektor eksternal, termasuk mendorong peningkatan Penanaman
Modal Asing (PMA).

2. Penyebab utamanya adalah karena suatu negara berusaha memiliki dan menguasai
kemampuan teknologi yang canggih dan kultur wirausaha yang kondusif, kreatif, cepat, dan
kondisi bisnis yang baik. Kemudian, dalam pengembangan pengetahuan ekonomi suatu
negara membuka diri menjadi masyarakat cosmopolitan, menarik bagi pakar global, dan
dapat dihubungkan dengan pengetahuan global lainnya. Proses manufaktur tetap menjadi
komponen yang integral dalam perekonomian suatu negara, dengan kemampuannya
melakukan seluruh rantai nilai manufaktur, dari riset dan pengembangan (R&D) dan desain,
sampai pemasaran dan penjualan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan antar negara sehingga setiap negara saling
memperkuat perdagangannya beserta dengan contohnya
1.  Perbedaan Sumber Daya Alam
Faktor pendorong adanya perdagangan adalah letak geografis setiap negara berbeda-beda, inilah
yang mempengaruhi kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) sebuah negara serta membuat negara
dan lainnya akan berbeda. Padahal SDA merupakan sumber utama sebuah negara, maka setiap
negara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Contoh perdagangan international, Indonesia memiliki hasil bumi berlimpah seperti kopi, dan
hasil bumi lainnya. Berbeda dengan Australia yang terkenal dengan penghasil hewan ternak
seperti sapi. Hal tersebut menjadi alasan perdagangan internasional antara Indonesia yang
membutuhkan daging dan Australia membutuhkan hasil bumi.
2. Keinginan untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
Faktor yang kedua adalah keinginan untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan
pendapatan negara. Faktor ini sangat berpengaruh pada perdagangan internasional. Dengan
adanya perdagangan internasional ini, sebuah negara akan terus bertambah pendapatannya dan
semakin kayalah negara tersebut jika dilakukan secara berkala.
Contohnya, setiap transaksi ekspor-impor, negara akan menerima pendapatannya berupa pajak
barang. Selain itu, negara juga bisa ekspor barang hasil dari perusahaan BUMN. Hal tersebutlah
yang menjadi faktor pendorong perdagangan Internasional terjadi.
3. Perluasan Target Pasar
Bagi sebagian produsen sulit untuk berkembang karena takut kelebihan jumlah produksi apabila
melakukan produksi dalam sekala besar. Sementara sebagian produsen lainnya, justru sengaja
melakukan produksi secara besar-besaran agar barang menumpuk.
Contohnya, Negara Indonesia memproduksi timah dan memasarkannya ke beberapa negara.
Namun karena pemerintah takut terjadinya kelebihan jumlah produksi, maka pihak pemerintah
Indonesia melakukan kerja sama hubungan antar negara lewat perdagangan international
tersebut. Hal tersebut yang menjadi faktor pendorong perdagangan Internasional.
4. Kondisi Iklim Berbeda-beda
Iklim akan mempengaruhi kekayaan SDA sebuah negara, perbedaan ini membuat sebuah negara
tidak bisa memproduksi semua kebutuhan mereka sendiri yang mengharuskan untuk
mempersiapkan laporan perubahan modal. Oleh sebab itu, import barang merupakan solusi cepat
dalam menyelesaikan masalah keterbatasan kebutuhan.
Contoh perdagangan international dengan kondisi iklim adalah Indonesia sebagai produsen
tempe terbesar di dunia, sebab mayoritas masyarakatnya suka mengkonsumsi tempe. Sayangnya
Indonesia mempunyai kualitas kedelai yang kurang baik dikarenakan iklim yang tidak cocok
untuk kedelai. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas tempe Indonesia,
mereka harus mengimpor kedelai dari negara dengan kualitas kacang kedelai yang terbaik
tentunya.
5. Meningkatkan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
Ketika persaingan kualitas dipasar bersaing, maka SDM (Sumber Daya Manusia) juga harus ikut
ditingkatkan agar dapat bersaing untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing sehingga tidak
kalah dari berbagai kompetitornya. Hal tersebut mendorong terjadinya perbedaan PO dan PR.
Jadi upaya untuk meningkat kualitas SDM untuk menjadi lebih baik juga menjadi sebuah faktor
pendorong dalam perdagangan internasional, sehingga penduduk lokal bisa berkompetisi dengan
layak. Contohnya, Indonesia melakukan pengiriman para cendikiawan dan mahasiswanya ke
beberapa negara untuk meningkatkan knowledge dan kualitas SDM-nya.
6. Transportasi Antar Negara
Dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih dapat membuat alat
transportasi yang mampu mencakup semua negara. Dengan adanya transportsi antar negara dapat
mempermudahkan suatu negara melakukan kegiatan perdagangan internasional.
Contohnya pada transportasi darat (kereta api, trucking,dll), udara (pesawat terbang), dan laut
(kapal), dengan jangka waktu ekspor dan impor barang yang relatif lebih cepat. Dapat dikatakan
dengan berbagai jenis transportasi tersebut merupakan faktor pertukaran informasi dan teknologi
serta sebagai faktor pendorong perdagangan intenasional yang sangat penting.
7. Meningkatkan Kualitas Produk Lokal
Sebuah langkah yang sangat baik untuk meningkatkan produk lokal adalah dengan cara
membentuk persaingan pasar, mempersiapkan pengusaha UKM domestic untuk go-ekspor dan
selalu membiasakan diri dalam bersaing secara internasional.
Selain itu, dengan masuknya produk luar ke dalam negeri akan memberi persaingan juga bagi
para pengusaha dalam meningkatkan produk. Hal inilah sebagai pendorong perdagangan
internasional bagi sebuah negara. Para pelaku UKM hanya cukup menghitung HPP dari produk
yang ditawarkan.
8. Rasa Saling Membutuhkan
Pada dasarnya sifat manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu dengan
lainnya. Hal ini juga sama antara negara satu dengan negara lainnya dalam meningkatkan
kualitas masyarakat, produk atau jasa dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal lainnya
adalah adanya rasa saling membutuhkan, contohnya negara Turki meminta Indonesia menyuplai
kopi untuk kebutuhan coffee shop yang ada di Turki, sebaliknya juga Indonesia membutuhkan
supplai anggur terbaik di Turki untuk kebutuhan konsumsi buah-buahan domestik, sehingga
diperlukan kesadaran saling membutuhkan disini. Jika sudah ada kesadaran saling membutuhkan
antara satu sama lainnya, maka tidak ada kesulitan yang bisa lebih mudah teratasi. Maka dari itu,
dengan rasa yang saling membutuhkan itu yang akan menjadi faktor dalam perdagangan global
yang penting.
9. Hubungan Diplomatik Negara
Faktor lain yang mendorong perdagangan internasional adalah hubungan diplomatik negara.
Hubungan diplomatik adalah hubungan resmi yang dibangun antar negara dalam menjalin
persahabatan. Dengan demikian, jika tidak adanya hubungan diplomatic antar negara yang baik
maka tidak adanya pun perdagangan internasional. Dan faktor diplomatic negara ini yang
terpenting dan harus dinomor satukan. Jika kondisi kedua negara sedang tidak baik, maka tentu
akan berimbas dengan kegiatan perdagangan dan hubungan kerjasama antar negara tersebut.
Contohnya adalah melalui perdagangan internasional ini dapat meningkatkan diplomasi antara
negara Indonesia dengan negara lain yang terjadi perdagangan tersebut.
10. Era Globalisasi atau Pasar Global
Masuk dalam era globalisasi atau pasar global membuat negara tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidup sendiri, sebab setiap produsen bisa dengan bebas mengeluarkan atau memasukkan barang
ke negara. Kondisi pasar global memaksa setiap negara harus ikut serta didalamnya, sebab setiap
negara pasti membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Atas pemenuhan
kebutuhannya tersebut membuat beberapa tahapan siklus akuntansi menjadi terlaksana. Itulah
yang menjadi faktor pendorong perdagangan Internasional.

Anda mungkin juga menyukai