Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel
(2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana
satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam
air.
II.1.2 Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin,
gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan
warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut
besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no.
000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang
tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang
ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna
macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul
gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak,
5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah.
Sebagai plasticizerdigunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua
tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau
granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam
kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul,
salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah
terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan
tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling
baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul
cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul
cangkang lunak.
II.1.3 Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul
yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam
badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan
pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-
puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan
yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang
tidak bergerak/ tetap.
3. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4. Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian
alat yang bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka,
mengisi sampai menutup kapsul.
II.1.4 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil
(5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk
hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat
diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran Asetosal (gr) Natrium bikarbonat (gr) NBB (gr)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0.6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12

II.1.5 Cara penyimpanan kapsul


Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan
tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau
bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang
lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk
mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan
dalam lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air
akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan
mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia
edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan
di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu
sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu
kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul
sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering
(silika gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
II.1.6 Keuntungan dan kerugian kapsul
II.1.6.1 Keuntungan kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga
obat cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
II.1.6.2 Kerugian kapsul
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
II.1.7 Evaluasi
Menurut Fatmawaty (2012) evaluasi kapsul sebagai berikut :
1. Keseragaman bobot kapsul
Timbang 20 kapsul dan timbang lagi kapsul satu per satu.
Keluarkan semua isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.
Hitung bagian isi kapsul terhadapa bobot rata-rata tiap kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-rata
tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A dan
untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Bobot rat-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul


2.
dalam (%)
A B
120 mg atau lebih ± 10 % ± 20 %

Lebih dari 120 mg ± 7.5 % ± 10 %

Uji variasi berat


Uji variasi berat yang ditentukan oleh USP XX merupakan uji yang
berurutan, timbang 20 kapsul dan ditentukan berat rata-ratanya.
Persyartan uji dipenuhi jika tidak satu pun dari berat masing-masing
kapsul yang kurang dari 90% atau lebih dari 110% dari berat rata-rata.
Jika ke-20 kapsul tidak memenuhi kriteria tersebut, berat netto
masingmasing ditentukan, diambil rata-ratanya dan perbedaan ditentukan
antara masing-masing isi netto dengan rat-rata. Persyaratan dipenuhi jika:
a. Tidak lebih dari dua perbedaan yang lebih dari 10% terhadap
ratarata.
b. Tidak satupun yang mempunyai perbedaan lebih besar dari 25%.
Jika lebih dari 2 tetapi kurang dari 6 berat yang ditentukan
dengan uji tersebut lebih dari 10% tetapi kurang dari 25% . Isi netto
ditentukan untuk 40 kapsul tambahan, dan rata-rata diambil dari 60
kapsul. Terhitung ada 60 penyimpangan dari berat rata-rata yang baru.
Persyaratan dipenuhi jika:
a. Perbedaan tidak melebihi 10 % dari rata-rata dalam lebih 6 dari 60
kapsul.
b. Tidak ada perbedaan yang lebih dari 25%. 2.3.
3. Uji keseragaman isi
Uji keseragaman isi dilakukan dengan menimbang 30 kapsul, 10
diantaranya diperiksa dengan prosedur khusus. Persyaratan dipenuhi
jika 9 dari 10 kapsul mempunyai kisaran potensi spesifik dari 85
sampai 115 %, dan yang kesepuluh tidak diluar 75 sampai 125 %. Jika
lebih dari 1 tetapi kurang dari 3, dari 10 kapsul yang pertama berada
diluar batas 85 sampai 115 %, Ke-20 sisa diperiksa. Persyaratan
dipenuhi jika ke-30 kapsul berada dalam kisaran spesifik 75 sampai
125 % dan tidak kurang dari dari 27 dari 30 kapsul berada dalam
kisaran 85 sampai 115%.
4. Uji disolusi untuk kapsul.
Uji disolusi dilakukan untuk kapsul menggunakan alat uji disolusi,
900 mL dari 5 N HCl digunakan sebagai medium. Media disolusi
dihangatkan sampai 36.5o-37.5o. untuk uji disolusi kapsul,
menggunakan disolusi tipe keranjang. Alat segera dioperasikan pada
kecepatan 50 rpm selama dua jam. Setelah dua jam, 25 ml spesimen
ditarik dari daerah pertengahan antara permukaan dari medium
disolusi dan atas pisau berputar atau keranjang. Untuk masing-masing
kapsul diuji, jumlah bahan aktif yang terlarut dihitung sebagai
persentase yang terlarutkan dalam dua jam.
II.1.8 Nomor Registrasi dan Nomor Batch
1. Cara Penomoran Nomor Registrasi
Pengertian No. Registrasi (Permenkes RI No.
920/MENKES/PER/X/1995, Tentang Pendaftaran Obat Jadi Impor)
1  2  3  4  5  6  7  8  9  1o  11  12  13  14  15
Keterangan :
b) Kotak no 1 membedakan nama obat jadi
D : Nama Dagang
G : Nama Generik
c) Kotak No 2 menggolongkan golongan obat
N : Golongan obat narkotik
P : Golongan obat Psikotropika
T : Golongan obat Bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
K : Golongan obat keras
d) Kotak nomor 3 membedakan jenis produksi
I : Obat jadi Impor
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
X : Obat jadi untuk keperluan khusus
e) Kotak nomor 4 dan 5 membedakan priode pendaftaran obat jadi
72 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada priode 1972-
1974, dan seterusnya.
f) Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.
g) Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang
disetujui untuk masing-masing pabrik.
h) Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam
sediaan yang ada yaitu :
12 : Tablet isap
37 : Sirup
24 : bedak/talk
62 : Inhalasi
33 : Suspensi
30 : Salep
29 : krim
10 : Tablet
01 : Kapsul
46 : Collyria
36 : Drops
i) Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui
j) Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap
nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi.
“1” : Menunjukkan kemasan yang pertama
“2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” : Menunjukkan beda kemasan.
2. Cara Penomoran Nomor Bets
Produksi Ruahan
Digit 1 : Untuk produk (tahun)
1990 = 0
1991 = 1
Digit 2 & 3 : Kode produk dari produk ruahan
01 : Kloramfenikol salep mata
02 : Sulfacetamid salep mata
Digit 4,5 & 6 : Urutan produk
001, 002, ….. 999 dan kembali ke 001
misalnya 302025
Produk jadi
2-6 digit pada produk ruahan ditabah di depan
Digit 1 : Untuk tahun pengemasan
1990 = A
1991 = B
Contoh : D 02302025

II.2 Informasi Bahan Aktif


II.2.1 Uraian Farmakologi
Nama : Lansoprazole
Kelas Farmakologi : BCS II
Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum
Mekanisme Kerja : Menghambat asam lambung dengan cara
menghambat sistem enzim adenosine
trifosfat hidrogen. Kalium (pompa proton)
dari sel parietal lambung (Basic
Pharmacologi & drug, 31)
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap
lansoprazole (Martindle, 1739)
Efek Samping : Ursikaria, mual dan muntah, konstipasi,
kembung, nyeri otot dan nyeri sendi,
pandangan kabur, edema perifer,
perubahan hematologi, gangguan fungsi
hati, depresi, mulut kering (Basic
Pharmacologi & drug, 31)
Toksisitas : Tidak dilaporkan adanyak efek toksik
(Rps, 1226)
Dosis dan Pemberian : Pada esophagus dan ulkus 30 mg, 1 jam
sebelum makan pagi selama 4-8 minggu,
pada ulkus duodenum selama 2-4 minggu
(Fater, 522)
Interaksi Obat : Tidak terdapat interaksi dengan obat lain
(Rps, 1226)
Farmakokinetik : Penghambat pompa proton sebaiknya
diberi dalam sediaan salut enteric untuk
mencegah degradasi zat aktif tersebut
dalam suasana asam. Sediaan ini tidak
mengalami aktivitas dilambung sehingga
biovaibilitasnya lebih baik (Fater, 522)
II.2.2 Uraian sifat Fisika-kimia bahan aktif (Rps, 1226)
Nama Resmi : LANZOPRAZOLE
Nama Lain : Lansoprazole
RM/BM : C16H24S2N2O2S / 369,36
Rumus struktur :

Pemerian : Kristal putih sampai putih kekuningan,


tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, sukar larut
dalam etil asetat, asetonitrit atau
metilklorida dan praktis tidak larut dalam
eter, tidak larut dalam air dan heksan
pKa dan pH larutan : 6,2
Titik Lebur : 207oC
Stabilitas : Stabil dalam air, dapat di sterilkan dengan
autoklaf
ph : 5-7
Inkompabilitas : Penderita hipersensitif terhadap
lansoprazole
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tertutup
rapat
II.3 Informasi Bahan Tambahan
II.3.1 Uraian sifat fisika kimia bahan tambahan
1. Magnesium stearat (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : MAGNESII STEARAS
Nama lain : Magnesium stearate
RM/BM : C36H70MgO4/591.34
Rumus struktur :
Kelas fungsional : Lubrikan
Konsentrasi : 0,25% - 5%
Pemerian : Serbuk hablur; putih; licin dan mudah
melekat Pada kulit; bau lemah khas
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
(95%) p dan dalam eter p
pKa dan Ph larutan : 16,5
Titik lebur : 117-150oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Talk (FI Edisi III, 1979 ; Rowe 2009)
Nama resmi : TALCUM
Nama lain : Talk
RM/BM : H2O10.Mg3S4/379.8657
Rumus struktur :

Kelas fungsional : Glidant


Konsentrasi : 1% - 10%
Pemerian : Serbuk hablur,sangat halus licin, mudah
melekat Pada kulit, bebas dari butiran;
warna putih atau Putih kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut
pKa dan Ph larutan : 7-10
Titik lebur : 202-206oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Amylum maydis (FI Edisi IV, 1979 ;FI Edisi V, 2014)
Nama resmi : AMILUM MAYDIS
Nama lain : Amilum maydis, Maize Starch
RM/BM : C6H10O5/300-600
Kelas fungsional : Penghancur
Konsentrasi : 10%
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam Etanol.
pKa dan Ph larutan : 5,5-7,5
Titik lebur : 117-150oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat
sejuk dan Kering
4. Aerosil (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : COLLOIDAL SILICON DIOXIDE
Nama lain : Aerosil
Rumus struktur :

Kelas fungsional : Adsorben


Konsentrasi : 0,5% - 2,0%
RM/BM : SiO/60,08
Pemerian : Sebuka amorf; ringan, meruah, putih
kebiru-biruan; tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, pelarut
organik dan asam, kecuali asam
hidrofluorat; larut dalam larutan panas
alkali hidroksida.
pKa dan Ph larutan : 3,5 - 4,0
Titik lebur : 1500oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5. Potasium sorbat (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : POTASSIUM SORBATE
Nama lain : Kalium sorbet
RM/BM : C6H7O2K/150,22
Rumus struktur :

Kelas fungsional : Pengawet


Konsentrasi : 0,1% - 0,2%
Pemerian : berbentuk kristal putih atau berbentuk
tepung, Berbau khas.
Kelarutan : kelarutan dalam 20oC kecuali dinyatakan
lain Larut 1 dalam 1000 aseton. Praktis
tidak larut Dalam benzen, sangat mudah
larut dalam Kloroform dan minyak jagung.
Larut dalam 1 Bagian etanol, sangat
mudah larut dalam eter.
pKa dan Ph larutan : 6
Titik lebur : 270oC
Penyimpanan : Bahan curah harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, pada suhu tidak melebihi 408 oC.
6. HPMC (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA
Nama lain : hydroxypropyl methylcellulose, HPMC
RM/BM : C56H10O30/10.000 – 1.500.000
Rumus struktur :

Kelas fungsional : penyalut


Konsentrasi : 2 - 5%
Pemerian : Putih, putih kekuningan, putih keabuan,
bubuk Keabuan, bubuk atau granul,
higroskopik, Setelah pengeringan.
Kelarutan : larut dalam air dingin, membentuk koloid
kental Larutan, praktis tidak larut dalam air
panas, Kloroform etanol dan eter.
pKa dan Ph larutan : 5,0-8,0
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempst sejuk
dan kering
7. PVP (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : POVIDONUM
Nama lain : Polivinilpirolidon, Povidon
RM/BM : C6H3O2K/150,22
Rumus struktur :

Kelas fungsional : Pengawet


Konsentrasi : 0,1% - 0,2%
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan ;
berbau lemah atau tidak berbau,
higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam asam, kloroform, etanol
(95%), Keton, methanol, dan air, tidak
larut dalam eter, Hidrokarbon dan minyak
mineral.
pKa dan Ph larutan : 3,0 – 7,0
Titik lebur : 150oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempst sejuk
dan kering
8. Aquadest (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur :
Konsentrasi : 0,1% - 0,2%
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak Mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
9. Avicel 103 (FI Edisi III, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : MYCROCRYSTALINE CELULOSE
Nama lain : Avicel 103
RM/BM : C6H10O5/3600
Rumus struktur :

Kelas fungsional : Pengisi


Konsentrasi : 20% - 50%
Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori;
berwarna putih; tidak berbau; dan tidak
berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larutan asam
dan Sebagian besar pelarut organik
pKa dan Ph larutan : 3,0 – 7,0
Titik lebur : 150 oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Anda mungkin juga menyukai