Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal dirongga pleura yang
diakibatkan oleh transudesi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasari-nya. Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan paru dengan efusi
pleura dan bersedia mengikuti penelitian secara tertulis (Informed Consent).
Analisis cairan pleura dan serum dilakukan di laboratorium 24 jam RS
Persahabatan meliputi pemeriksaan makro skopis (warn cairan pleura), kimia
klinik (protein, glukosa dan LDH), mikroskopis (jumlah sel dan hitung jenis sel)
dan serum (protein dan LDH). (Khairani & Partakusuma 2012)

Prosedur pemeriksaan laboratorium menggunakan alat Hitachi 911 dan kamar


hitung Fuchs Rosenthal. Pasien akan diamati sampai diagnosis penyebab efusi
pleura ditegakkan atau sampai 1 bulan setelah tindakan punksi pleura. Eksudat
adalah bila efusi pleura disebabkan oleh penyakit lokal di rongga toraks
sedangkan transudat bila efusi pleura disebab-kan oleh penyakit sistemik.
Pengambilan data pasien dilakukan melalui rekam medik rawat jalan dan rawat
inap. (Khairani & Partakusuma 2012)

Data WHO hasil prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus
per 100.00 penduduk di Negara industry dengan penyebarannya tergantung
etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di Amerika
Serikat di temukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan penyebab tersering
gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit keganasan, dan emboli
paru (Rubis, 2013). Prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya (Depkes RI, 2006).
Peran perawat dan tim medis diperlukan terutama dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut seperti pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai
dengan kematian. Peran perawat secara promotifemisalnya memberikan
penjelesan dan informasi penyakit Effusi pleura, preventifnya mengurangi
merokok dan minum-minuman beralkohol, kuratife misalnya dilakukan
pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD bila diperlukan,
rehabilitatife misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi klien ke rumah
sakit atau tenaga kesehatan (Khairani & Partakusuma 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan klien efusi pleura dengan ketidakefektifan pola
pernafasan di ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan klien efusi pleura dengan
ketidakefektifan pola nafas di ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara ?

2. Tujuan Khusus
1) Mampu mengkaji pasien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS Universitas
Sumatera Utara
2) Mampu menentukan diagnose keperawatan pada klien efusi pleura di
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
3) Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
5) Mampu melakukan evaluasi pada klien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS
Universitas Sumatera Utara
6) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di
ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Efusi Pleura

2.1.1 Pengertian Efusi pleura


Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya
yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses
absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya
pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura
tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan
pleura harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu
menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi
cairan pleura saja tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang
signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat normal pembentukan
cairan pleura sangat lambat (Lee YCG, 2013).

Effusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di


rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya. vena viseral dan parietal, serta saluran getah bening. Jika
terjadi penimbunan cairan dalam rongga pleura maka keadaan ini disebut
sebagai effusi pleural. Seperti halnya pada pneumotoraks, timbunan cairan
pada rongga pleural juga akan menyebabkan desakkan (penekanan) pada
paru-paru. Pada kasus yang lebih berat akan menyebabkan atelectasis,
penekanan pada pembuluh vena besar, dan menurunnya aliran pembuluh
darah balik jantung. Effusi pleural dapat mengakibatkan gangguan paru
trestriktif (Arif Muttaqin, 2008).
2.1.2 Etiologi Efusi pleura
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural

Penyebab effusi pleura:


1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.
Contoh : Echo virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,
hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus,
fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran
limfe yang menuju pleura.
4. Fungi Sangat jarang terjadi
Biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus,
Histoplasma.
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk
dalam bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus
diafragma terus ke rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba
menimbulkan peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut,
pancreatitis kronis, abses ginjaL,
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),
sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal,
hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk),
uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi
pleura (Saferi Andra, 2013) .

2.1.3 Anatomi Fisiologi

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura yang


membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum.
Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian : 1. Pleura
Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada permukaan
pulmo. 2. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan
dinding thoraks. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus
pulmonis sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung).Di antara kedua
lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
(Wijaya & Putri, 2013).
2.1.4 Gambaran Klinis

Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura tergantung
pada penyakit dasarnya :

1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)10.Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom
meig)

2.1.5 Klasifikasi

Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Effusi pleura transudate


Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor
sistematik yang mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti
(gagal jantung kongesif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan
dialysis peritoneum)
2. Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang
rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat.
Kriteria effusi pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5b.
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase
c. (LDH) lebih dari 0,6c.LDH cairan pleura dua pertiga atas batas
normal LDH serum.

Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit


metastasis (mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak,
infark paru, keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.1.6 Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan
pleura viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase
yang baik. Jika fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang
berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran
pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat
cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru
yang menimbulkan peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan penggantian jaringan baru
yangterserangdenganjaringanfibrosis.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Foto Rontgen
Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai
jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya
abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan effusi pleura tersebut.
Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini
masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya
effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak, akan terlihat
akumulasi cairan yang menyebabkan hematoraks tampak lebih tinggi,
kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang
menjadi tumpul.

Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 ml cairan yang


terkumpul cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukan torakosintesis. Namun oada effusi
leculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai.Pada posisi supine,
effusi pleura yang sedang hingga masif dapat memperlihatkan suatu
peningkatan densitas yang homogeny yang menyebar pada bagian
bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi hemidiafragma,
diposisik kubah diafragma pada daerah lateral.Tomografi computer
(CT-scan) dengan toraks harus dilakukan pada effusi pleura yang tidak
terdiagnosa jika memang sebelumnya belum pernah
dilakukansebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara
foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi effusi pleura dalam
jumlah yanag lebih kecil yakni 5ml. jika pada foto lateral dekubitus
ditemukan ketebalan effusi 1 cm maka jumlah.
2. Blood Gas Analysis(BGA)
Blood Gas Analysis(BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk
penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mngevaluasi
pertukaran Oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan status asam-basa
dalam darah arteri.

Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan
BE (base excesses/kelebihan basa).

3. Pemeriksaan Cairan Pleura


Analisis Cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat
memudahkan untuk mendiagnosa penyebab dari effusi tersebut.Prosedur
torakosintesis sederhana dapat dilakukan secara bedsidesehingga
memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil, dilihat secara
makroskopik maupun mikroskopik, serta dianalisa.Indikasi tindakan
torakosintesis diagnostic adalah pada kasus baru effusi pleura atau jika
etiologinya tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup
banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10 mm pada
pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral decubitus.

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Wijaya &Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal
jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dyspnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan
prossssssstein dan elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.J DENGAN MASALAH SISTEM


RESPIRASI : EFUSI PLEURA

3.1 KASUS
Tn. J yang berumur 48 tahun datang ke RS USU dengan keluhan nafas sesak,
sakit di dada terutama dada sebelah kiri serta batuk dahak sejak 2 bulan yang lalu
namun setelah 2 minggu terakhir sebelum masuk ke rumah sakit gejala yang
dirasakan semakin parah. Pasien sehari-harinya sering bekerja dan membakar sampah
tanpa menggunakan masker. Pasien pernah menjalani operasi abses paru kurang lebih
6 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa dirinya kurang nafsu makan dan
mengalami penurunan berat bedan 3 kg dalam waktu 2 minggu. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang mengalami penyakit atau tanda gejala yang sama seperti yang
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik


TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/m
HR : 120 x/m
T : 36 °C
Hasil pemeriksaan AGDA di dapatkan
PaO2 : 45 mmHg,
PaCO2 : 52 mmHg.
Saturasi O2 : 96 %.
HCO3- : 28 mEq/L.
pH :7
3.2 PENGKAJIAN
3.2.1 ANAMNESA
a. Identitas
Nama Klien : Tn. J
Umur Klien : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pancur batu, kab. Deli Serdang
Agama : Islam
Diagnosa Medik : Efusi Pleura
Tanggal Masuk RS : 26 April 2020
No.RM : 130056
Tgl Pengkajian : 27 April 2020

b. Penanggung jawab
Nama : Ny.A
Hub dengan pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pancur batu, kab. Deli Serdang

c. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak napas dan nyeri dada


d. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Provokatif / Paliatif
a. Apa penyebab keluhan ?
Sesak nafas dan nyeri dada dirasakan pada saat pasien sedang
beraktivitas
2. Quality/Quantity
a. Bagaimana rasa sesak dan nyeri yang Anda rasakan?
Seperti ditusuk-tusuk
b. Sejauh mana nyeri dirasakan?
Disekitar dada terutama dada bagian kiri

3. Region
Dimana lokasi nyerinya?
• Di dada

4. Severity
Seberapa parah nyerinya dari rentang 1-10?
• Skala 6

kemudian dilanjutkan ekspresi klien dengan pain rating scale 6 ( hurts even more)

Timing
Kapan nyeri itu timbul?
• Pada saat sesak
Berapa lama sesaknya ?
• Sesaknya sekitar 15 menit setelah mencoba mengatur posisi sedemikian rupa
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu kandung pasien juga menderita sesak napas
Genogram keluarga:
Ayah Ibu

Keterangan :

Laki-laki tanpa Efusi pleura

Perempuan tanpa Efusi pleura

Laki-laki penderita Efusi pleura

Perempuan penderita Efusi pleura

P
Pasien penderita Efusi pleura
f. Psikologi
Tn.J merasa gelisah karena mendengar informasi tentang penyakitnya
yang mengalami kelebihan cairan pada rongga pleura sebelah kiri
g. Sosial
Tn.J tidak merasa malu dengan penyakitnya.
h. Spiritual
Tn.J beragama islam, pasien tetap melakukan ibadah sebisanya

3.2.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Subjektif
a. Sesak Nafas
b. Nyeri dada
c. Kurang nafsu makan

Inspeksi :
a. Mukosa bibir terlihat kering
b. Klien menahan nyeri
c. Klien tampak gelisah
d. BB turun
e. Dada asimetris (lebih besar dada sebelah kiri)

Palpasi:
a. Vokal fremitus kanan sama dengan yang kiri
b. Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi:
a. Suara nafas vesikuler
b. Ronchi (-)
c. Wheezing (-) dibasal paru
d. Murmur (-)
e. Gallop (-)

Perkusi:
a. Sonor pada seluruh lapangan paru
b. Batas paru – lambung : sela iga VIII garis axillaris anterior kiri
c. Batas paru – hepar : sela iga VI midklavikularis kanan
d. Peranjakan paru : 1 intercostal space
e. Batas atas jantung : sela iga III garis parasternal kiri
f. Batas kiri jantung : sela iga V garis midklavikular kiri
g. Batas kanan jantung : sela iga IV medial garis parasternal kanan

2. Data Objektif
TTV
TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/m
HR : 120 x/m
T : 36 °C
Kesadaran composmentis
BB turun
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan AGDA (laboratorium)
PaO2 : 45 mmHg,
PaCO2 : 52 mmHg.
Saturasi O2 : 96 %.
HCO3- : 28 mEq/L.
pH :7

2. Pemeriksaan foto toraks


a. Cor : CTR <50%
b. Aorta : tidak ada elongasi
c. Pulmo : corakan bronkovaskuler normal.
d. Tidak tampak infiltrat di kedua paru
e. Sinus, diafragma dan tulang – tulang intak
f. Kesan : jantung dan pulmo dalam batas normal
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai