Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KHASIAT TANAMAN OBAT KELUARGA

Mata Kuliah : Keperawatan Islami

DISUSUN OLEH

TAUFIK SATRIO FANCA ARTAMANHU

200101057P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIAH PRINGSEWU

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena diberi kekayaan alam berupa aneka jenis
tumbuhan serta warisan dari nenek moyang berupa kemampuan untuk meramunya
menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan. Dengan demikian, penduduk
Indonesia, baik yang dipedesaan maupun diperkotaan, dapat memperoleh bahan obat
yang murah dan mudah diperoleh.

Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu telah menekuni pengobatan dengan
memanfaatkan aneka tanaman yang terdapat di alam. Warisan yang berharga ini
secara turun temurun diajarkan oleh generasi yang terdahulu ke generasi selanjutnya.
Di daerah pedesaan, tradisi ini sebagian besar masih dipertahankan. Namun,
masyarakat perkotaan umumnya sudah melupakannya. Selain jenis tanaman tersebut
tidak banyak ditanam di perkotaan, umumnya masyarakat kota lebih memilih cara
praktis, yaitu pergi ke dokter jika sakit.

Kecendrungan untuk meninggalkan pengetahuan mengenai tanaman obat tampaknya


memang berlangsung terus. Padahal, Toga amatlah penting bagi keluarga. Selain
dimanfaatkan untuk obat, tanaman obat tersebut dapat ditata dengan baik sebagai
penghias pekarangan. Dengan demikian, pekarangan rumah menjadi tampak asri dan
penghuninya dapat memperoleh obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga
kesehatan.

1. 2 Tujuan Penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan sumber
bagi pihak yang berkompeten terhadap masalah yang dibahas.
C. Ruang Lingkup

Dalam kajian ini penulis hanya membatasi pada masalah petunjuk pemakaian dan
pengolahan tanaman obat serta jenis-jenis tanaman obat dan khasiatnya.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Petunjuk Pemakaian dan Pengolahan

2.1.1 Bahan Tanaman

Pemilihan simplisia bahan baku obat herbal sebaiknya memperhatikan aroma, rasa,
kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan baku obat
herbal tidak hanya pada jenis tanaman, tetapi juga bagian tanaman yang digunakan.
Hal ini disebabkan setiap bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang berbeda.

Bagian tanaman yang biasanya digunakan sebagai obat, diantaranya akar (akar
ginseng dan akar pasak bumi), rimpang (kunyit, jahe, kencur, dan lengkuas), batang
(brotowali), daun (daun dewa, katuk, dan sirih), bunga (melati), buah (belimbing
wuluh dan jeruk nipis), dan kulit buah (mahkota dewa). Namun ada pula pemanfaatan
obat dari seluruh bagian tanaman (meniran dan pegagan).

Bahan tanaman yang hendak digunakan untuk pengobatan sebaiknya dalam keadaan
segar. Untuk menjaga kesegaran bahan dengan cara menyimpannya di tempat yang
bersih dan jauh dari panas atau sinar matahari langsung. Akan lebih baik jika bahan
disiapkan atau dipetik pada hari itu juga sehingga tidak perlu disimpan. Jika telah
terpilih, bahan bahan yang berkualitas baik tersebut dicuci terlebih dahulu dengan air
hingga bersih.

Ada kalanya tanaman obat dibuat dari bahan kering. Misalnya rimpang (temu lawak
dan kunyit) yang disajikan dalam bentuk potongan tipis yang dikeringkan. Jika harus
menggunakan yang kering keadaan bahan harus dalam kondisi baik. Bahan yang
terkena kotoran, lembab, berjamur, dimakan serangga, atau tergeletak di tempat yang
kotor sebaiknyatidak dipakai.

2.1.2 Peralatan yang Digunakan

Tidak dapat dipungkiri bahwa kelemahan utama pada pengobatan tradisional ialah
kurangnya perhatian pada peralatan yang digunakan. Hal ini tidak boleh dianggap
sepele. Alat yang digunakan dapat menularkan penyakit, membawa kotoran lain, atau
bahkan menghilangkan khasiat obat jika tidak bersih atau alatnya salah.

Sendok, gelas, panci perebusan, atau peralatan yang dipakai sebaiknya dibersihkan
terlebih dahulu. Jika perlu, alat tersebut direbus atau direndam dalam air panas.
Setelah digunakan, alat harus dibersihkan lagi. Jangan beranggapan alat tidak perlu
dibersihkan benar karena hendak dipakai lagi untuk membuat obat yang sama.
Memang alat akan terkena kotoran lagi, tetapi kotoran lama yang tertimbun justru
dapat mendatangkan masalah baru. Misalnya, menimbulkan residu pada alat atau
mendatangkan kuman penyakit.

Saringan atau perasan harus dibersihkan dengan benar, sebaiknya direbus dengan air
mendidih. Jika menggunakan saringan dari kain, gunakan kain bersih, tidak perlu
kain baru, yang penting tidak habis digunakan untuk keperluan lain. Seandainya kain
digunakan untuk keperluan lain maka kain perasan harus dibersihkan dengan baik
sebelum dan sesudah pemakaian.

Panci perebusan hendaknya terbuat dari bahan tanah, keramik kaca, atau stainless
steel. Sedapat mungkin jangan merebus bahan dengan panci dari alumunium, besi
atau kuningan. Peralatan dari timah hitam atau timbal juga dilarang keras
dipergunakan untuk membuat ramuan. Tujuannya untuk menghindari timbulnya
endapan pembentukan zat racun, konsentrasi larutan obat menurun, atau efek
samping karena reaksi bahan kimia panci dengan zat yang dikeluarkan tanaman.
Selain kebersihan alat, pelaku yang meracik obat sebaiknya juga menjaga kebersihan
tangan dan ruangan.

2.1.3. Pengolahan Ramuan

Beberapa cara mengolah tanaman obat, diantaranya memipis, merebus, dan menyduh.

a. Memipis

Biasanya bahan yang digunakan berupa bagian tanaman atau tanaman yang masih
segar seperti daun, biji, bunga, dan rimpang. Bahan tersebut dihaluskan dengan
ditambahkan sedikit air. Bahan yang sudah halus diperas hingga ¼ cangkir. Jika
kurang dari ¼ cangkir, air matang ditambahkan pada ampas, lalu diperas lagi.

b. Merebus

Tanaman obat direbus agar zat-zat yang berkhasiat di dalam tanaman larut ke dalam
larutan air. Api yang digunakan untuk merebus sebaiknya yang volumenya mudah
diatur. Pada awal perebusan digunakan api besar hingga mendidih. Jika telah
mendidih, bahan di dalam air dibiarkan selama 5 menit. Selanjutnya, api kompor
dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap sampai air rebusan tersisa sesuai
kebutuhan. Bahan yang berukuran besar dipotong terlebih dahulu.

Air yang digunakan dalam perebusan adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, dan bening. Air yang kekuningan, berbau, dan mengandung kotoran
sebaiknya tidak digunakan.

c. Menyeduh

Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan yang masih segar atau bahan yang
sudah dikeringkan. Sebelum diramu, bahan-bahan dipotong kecil-kecil setela hsiap,
bahan diseduh dengan air panas. Setelah didiamkan selama 5 menit, bahan hasil
seduhan disaring.

2.2 Aneka Jenis Tanaman Obat dan Khasiatnya

2.2.1 Belimbing Wuluh

a. Nama

Nama Ilmiah : Averrhoa bilimbi L,

Nama Daerah : Limeng (Aceh), selemeng (Gayo), asom belimbing balimbingan


(Batak), malimbi (Nias), blimbing wuluh (Jawa), bhalimbing bulu (Madura),
blingbing buloh (Bali) Calene (Bugis); dan malibi (Halmahera).

Nama asing : Bilimbi atau cucumber tree (Inggris) dan kamias (Filipina)

b. Ciri Fisik

Tanaman belimbing wuluh merupakan pohon kecil. Tingginya mencapai 10 m.


Batang tanaman tidak begitu besar dengan permukaan yang kasar, dan berbenjol-
benjol. Daun majemuknya berbentuk menyirip dan berjumlah ganjil yang terdiri dari
21-45 pasang anak daun. Bunganya berukuran kecil-kecil, berbentuk bintang,
bergerombol, dan berwarna merah keunguan. Buah belimbing merupakan buah buni.
Bentuk buahnya bulat lonjong persegi, berair banyak, dan rasanya sangat asam. Di
dalam buah terdapat banyak biji. Saat masih muda buah berwarna hijau tua. Setelah
tua, warna buah menjadi kekuningan. Buah tumbuh bergerombol, bergantung pada
batang atau pangkal cabang yang besar.

c. Tempat Tumbuh
Tanaman yang berasal dari Amerika ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
hingga 500 m dari permukaan laut (dpl). Daerah yang banyak terkena matahari
langsung, tetapi cukup lembab merupakan tempat tumbuh yang disukainya.

d. Perbanyakan

Tanaman belimbing wuluh dapat diperbanyak dengan menyemai bijinya. Selain itu,
teknik penyetekan dapat pula dilakukan meskipun agar sulit.

e. Kandungan zat kimia

Tanaman belimbing wuluh mengandung saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat,


sulfur, asam format, dan peroksida.

f. Khasiat untuk pengobatan

Penggunaan belimbing wuluh untuk pengobatan, diantaranya sebagai berikut :

a. Gusi berdarah

Mengonsumsi buah belimbing wuluh baik segar maupun manisannya secara rutin
setiap hari.

b. Jerawat

Siapkan 3 buah belimbing wuluh segar. Cuci hingga bersih. Selanjutnya, buah diparut
dan diberi sedikit garam. Tempelkan ramuan ini pada kulit yang berjerawat. Lakukan
pengobatan sebanyak 2 kali sehari.

2.2.2 Brotowali

1. Nama

Nama Ilmiah : Tinospora crispa L. Miers


Nama Daerah : Antawali (Sunda), brotowali (Jawa), kayu ular (Makasar), dan
patarwali, akar sertin, atau panamar gantung (Kalimantan Tengah).

Nama asing : shen jin teng (Cina)

2. Ciri Fisik

Brotowali merupakan tanaman perdu pemanjat. Tingginya mencapai 2,5 m. Batang


tanaman ini berduri semu yang lunak serupa bintil-bintil. Daun tunggalnya
bertangkai, berbentuk mirip jantung atau agak membulat, dan berujung lancip.

3. Tempat Tumbuh

Tanaman diduga berasal dari Asia Tenggara ini dapat ditemui tumbuh liar di hutan
atau ladang. Namun, karena khasiatnya, penduduk Indonesia banyak yang
menanamnya dipekarangan.

4. Perbanyakan

Perbanyakan dengan setek batang. Batang yang dipilih sudah agak tua. Selanjutnya,
batang ditanam di tempat khusus terlebih dahulu agar membentuk akar sebelum
ditanam di lahan.

5. Kandungan Zat Kimia

Tanaman brotowali mengandung alkoloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid,


pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin. Sementara itu, kandungan zat kimia batang,
diantaranya zat pahit (pikroretin), berberin, tinokrisposid, saponin, kolumbin,
palmatin, kaemferol, dan pati. Akarnya mengandung kolumbin.

2.2.3 Cabe Jawa

1. Nama

Nama Ilmiah : Piper retrofractum Vahl.


Nama Daerah : Lada panjang atau cabe panjang (Sumatera), cabe jamu, cabean,
cabe areuy, atau cabe sula (Jawa), serta cabi jamo, cabo onggu, cabi solah (Madura)

Nama asing : Bi ba (Cina)

2. Ciri Fisik

Merupakan perdu memanjat serta agak mirip lada atau sirih.

3. Tempat Tumbuh

Cabe jawa merupakan tanaman yang merambat pada tembok, pagar, pohon lain, atau
rambatan yang dibuat khusus.

4. Perbanyakan

Perbanyakan tanaman cabe jawa dapat dilakukan dengan pernanaman setek batang
yang sudah cukup tua atau biji.

5. Khasiat untuk pengobatan

a. Obat kuat atau membersihkan rahim sehabis melahirkan.

b. Batuk, pencernaan terganggu, bronkitis, ayan, demam

c. Liver yang menderita urus-urus.

d. Sakit gigi.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecendrungan untuk meninggalkan pengetahuan mengenai tanaman obat tampaknya


memang berlangsung terus. Padahal, Toga amatlah penting bagi keluarga. Selain
dimanfaatkan untuk obat, tanaman obat tersebut dapat ditata dengan baik sebagai
penghias pekarangan. Dengan demikian, pekarangan rumah menjadi tampak asri dan
penghuninya dapat memperoleh obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga
kesehatan.

3.2 Saran

Karena penelitian tentang tanaman obat semakin marak dan banyak bermunculan
tanaman obat yang populer, maka karya tulis ini perlu diperbaiki. Penulis berharap
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara luas, terutama yang
ingin memanfaatkan pekarangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Afriastini, JJ. 1988. Bertanam Kencur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anonim. 1994. Bumbu pun Ternyata Berguna dan Berkhasiat untuk Kesehatan.
Media Indonesia, hal XV 23 Juni 1994.

Anonim. 1993. Pentingnya Pelestarian Tanaman Temu-temuan. Sinar Tani, hal. V


22 Mei 1993.

Anda mungkin juga menyukai