Anda di halaman 1dari 14

Assalaamualaikum Wr Wb

‫إِ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا‬
ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬ ِ ‫َو َسيّئَا‬
 ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬

ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
‫ان إِلَى‬ َ ‫اَللهُ ّم‬
‫يَ ْو ِم ال ّديْن‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن إِالّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ّ ‫يَاأَيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح‬
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah Al-Mukaramah menuju


Madinah Al-Munawarah dimaknai beragam oleh umatnya, khususnya umat
muslim Indonesia. Tapi paling sering diperlihatkan dan menjadi rujukan publik
adalah hijrah sebagaimana yang dilakukan oleh para artis tanah air akhir-akhir ini.
Berhenti dan keluar dari hingar-bingar dunia hiburan dan memilih hidup
sederhana dengan balutan nilai-nilai agama. Tidak sampai di situ, hampir semua
panutan publik yang melakukan hijrah ini juga merubah gaya dan penampilanya.
Paling melekat adalah memakai baju koko dan memanjangkan jenggot oleh artis
laki-laki. Sedang mengenakan gamis besar, hijab besar, dan sebagian bercadar
dilakukan artis perempuan. Tidak salah memang, namun jika merujuk pada
peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw, hijrah bukanlah sekedar itu.

M Quraish Shihab penulis Tafsir Al-Misbah menyatakan, bahwa hijrah


merupakan perbaikan diri dari yang buruk ke yang baik disertai niat yang
sungguh-sungguh yang merupakan proses yang terus-menerus hingga nafas kita
berhenti, karena tiada manusia yang akan berada pada satu titik kehidupan dan
menyatakan bahwa hidupnya telah cukup sempurna tanpa lagi perlu memperbaiki
diri. Ia juga memaknai hijrah sebagai upaya untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik di segala bidang. Baik kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Karenanya penting untuk membaca kembali peristiwa Hijrah Nabi dengan detail
dan menyeluruh. Di mana dengan hijrahnya tersebut, salah satunya Nabi
Muhammad saw justru bisa melahirkan Piagam Madinah. Yaitu sebuah undang-
undang dari hasil kesepakatan bersama yang menjadi payung bagi seluruh umat
baik muslim maupun non muslim. Tidak sekedar payung yang menjadi tempat
berteduh semua golongan, tapi juga menjadi prasasti optimisme, di mana seluruh
masyakat saat itu justru menjadi bersemangat untuk mewujudkan kehidupan ke
depan yang lebih baik. Bisa dikatakan, melalui Piagam Madinah Nabi sebenarnya
meletakkan karakter optimisme agar umatnya selalu memiliki semangat juang
yang tinggi dalam berdakwah dan menebarkan kebaikan.

Dalam Al-Qur’an, Allah SwT menekankan kepada hambanya untuk memiliki jiwa
optimis. Di antaranya :

 ٤ ‫ك ِم َن ٱأۡل ُولَ ٰى‬


َ َّ‫ر ل‬ٞ ‫َولَأۡل ٓ ِخ َرةُ َخ ۡي‬
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (QS Ad-Dhuha ayat 4)

َ ‫وا ٱهَّلل ۚ َ إِ َّن ٱهَّلل‬ ٞ ‫وا ٱهَّلل َ َو ۡلتَنظُ ۡر نَ ۡف‬


ْ ُ‫س َّما قَ َّد َم ۡت لِ َغ ٖ ۖد َوٱتَّق‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
١٨ ‫ون‬ َ ُ‫َخبِي ۢ ُر بِ َما تَ ۡع َمل‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr ayat 18)

Sayangnya, tidak sedikit yang menafsirkan ‘hari kemudian’ (QS Ad-Dhuha ayat
4) dan ‘hari esok’ (QS Al-Hasyr ayat 18) di atas sebagai hari akhir atau kehidupan
selanjutnya manusia setelah alam dunia ini. Karenanya kemudian tidak sedikit
pula yang berpendapat bahwa dunia memang tempatnya orang kafir, makanya
wajar sekarang orang kafir yang merajai dunia yang fana ini. Dan sebaliknya
sangat percaya bahwa orang muslim memang menjadi sengsara di dunia tapi akan
menang di akhirat kelak. Jika demikian memang diyakini benar, tapi kenapa Allah
SwT memerintahkan:

‫ك ِم َن ٱل ُّد ۡنيَ ۖا َوأَ ۡح ِسن َك َمٓا‬


َ َ‫صيب‬ ِ َ‫نس ن‬ َ َ‫ك ٱهَّلل ُ ٱل َّدا َر ٱأۡل ٓ ِخ َر ۖةَ َواَل ت‬
َ ‫َو ۡٱبتَ ِغ فِي َمٓا َءاتَ ٰى‬
٧٧ ‫ين‬ َ ‫ض إِ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡف ِس ِد‬ ‫أۡل‬ ۡ
ِ ۖ ‫ك َواَل تَ ۡب ِغ ٱلفَ َسا َد فِي ٱ َ ۡر‬ َ ۖ ‫أَ ۡح َس َن ٱهَّلل ُ إِلَ ۡي‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qashas ayat 77)

Tidak salah menafsirkan ‘hari kemudian’ dan ‘hari esok’ sebagaimana di atas.
Tapi jangan itu dijadikan sebagai ‘alasan’ bahwa umat Islam layak kalah di
kehidupan dunia ini. Pendapat yang demikian dirasa kurang tepat karena justru
menimbulkan pesimisme, sehingga umat menatap kehidupan dunia dengan sudut
yang negatif bukan positif. Bukankah Nabi dengan hijrahnya menyematkan jiwa
optimis, hingga beliau kemudian diangkat sebagai kepala negara, yang semua
‫?‪kaum berharap kepemimpinanya membawa kepada kehidupan yang lebih baik‬‬
‫‪Itu artinya Nabi ingin umatnya menjadi penentu peradaban dunia. Itulah‬‬
‫‪kemenangan yang sesungguhnya yang hanya bisa dicapai dengan mengedepankan‬‬
‫‪jiwa yang optimis.‬‬

‫‪Bukankah dalam setiap doa selalu terselip kalimat:‬‬

‫َربَّنَٓا َءاتِنَا فِي ٱل ُّد ۡنيَا َح َسنَ ٗة َوفِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة َح َسنَ ٗة َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب ٱلنَّ ِ‬
‫ار ‪٢٠١‬‬
‫‪“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan‬‬
‫‪peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 201). Hanya orang-‬‬
‫‪orang yang optimis yang mampu meraih kebaikan dunia-akhirat.‬‬

‫ك هللاُ لِ ْي َو لَ ُك ْم فِ ْي ْالقُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم ‪َ  ‬و نَفَ َعنِ ْي َو إِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن اآليَا ِ‬
‫ت‬ ‫با َ َر َ‬
‫َو ال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َو تَقَب ََّل هللاُ ِمنّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ان إِاَّل َعلَى الظَّالِ ِمي َْن‪,‬‬ ‫ال َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن َو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّقِي ِْن َو اَل ُع ْد َو َ‬
‫يك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد َّ‬
‫أن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬ ‫أن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر َ‬ ‫أَ ْشهَ ُد ْ‬
‫از ْال ُمتَّقُ ْو َن‪,‬‬ ‫ص ْينِ ْي َو إِيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَ َ‬‫َو َرس ُْولُه‪ .‬فَيَا أَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن أُ ْو ِ‬
‫‪.‬و اَل تَ ُم ْوتُ َّن إِاَّل َو أَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫َ‬
‫ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو‬ ‫ين َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم َ‬‫ين َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ َ‬
‫ات بَ ْينِنَا َوأَلِّ ْ‬
‫ف‬ ‫ت‪ .‬اللّهُ َّم أَصْ لِحْ َذ َ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َد ْع َوا ِ‬ ‫اأْل َ ْم َوا ِ‬
‫ت إِنَّ َ‬
‫ك‬ ‫الح ْك َمةَ َوأَ ْو ِز ْعنَا أَ ْن نَ ْش ُك َر نِ ْع َمتَ َ‬
‫ان َو ِ‬ ‫بَي َْن قُلُ ْوبِنَا َواجْ َعلْ فِ ْي قُلُ ْوبِنَا اإْل ِ ْي َم َ‬
‫ت َعلَ ْينَا‬ ‫‪.‬الَتِي أَ ْن َع ْم َ‬
‫ات بَ ْينِنَا ‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُسب َُل ال َّساَل ِم ‪َ ،‬ونَجِّ نَا ِم َن‬ ‫ف بَي َْن قُلُ ْوبِنَا ‪َ ،‬وأَصْ لِحْ َذ َ‬ ‫اللَّهُ َّم أَلِّ ْ‬
‫ار ْك لَنَا‬‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن ‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫ش َما َ‬ ‫اح َ‬ ‫ت إِلَى النُّ ْو ِر ‪َ ،‬و َجنِّ ْبنَا الفَ َو ِ‬ ‫الظُلُ َما ِ‬
‫ك‬‫اجنَا ‪َ ،‬و ُذرِّ يَّاتِنَا ‪َ ،‬وتُبْ َعلَ ْينَا إِنَّ َ‬‫ارنَا‪َ ²،‬وقُلُ ْوبِنَا ‪َ ،‬وأَ ْز َو ِ‬ ‫في أَ ْس َما ِعنَا ‪َ ،‬وأَب َ‬
‫ْص ِ‬ ‫ْ‬
‫ك ‪ُ ،‬م ْثنِي َْن بِهَا ‪ ،‬قَابِلِ ْيهَا ‪،‬‬‫ت التَّ َّوابُ ال َّر ِح ْي ُم ‪َ ،‬واجْ َع ْلنَا َشا ِك ِري َْن لِنِ ْع َمتِ َ‬ ‫أَ ْن َ‬
‫َوأَتَ َّمهَا َعلَ ْينَا‬
‫ك َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِحي َْن َوا ْغفِرْ لَنَا‬ ‫اص ِري َْن َوا ْفتَحْ لَنَا فَاِنَّ َ‬‫ك َخ ْي ُر النَّ ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ نَا فَاِنَّ َ‬
‫َّاح ِمي َْن َوارْ ُز ْقنَا فَاِنَّ َ‬
‫ك َخ ْي ُر‬ ‫ك َخ ْي ُر الر ِ‬ ‫ك َخ ْي ُر ْال َغافِ ِري َْن َوارْ َح ْمنَا فَاِنَّ َ‬ ‫فَاِنَّ َ‬
‫َّازقِي َْن َوا ْه ِدنَا َونَجِّ نَا ِم َن ْالقَ ْو ِم الظَّالِ ِمي َْن َو ْال َكافِ ِري َْن‬
‫‪.‬الر ِ‬
‫‪,‬وقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫ار َ‬ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‪َ ,‬و َ‬
‫الح ْم ُد هللِ َربِّ‬ ‫ار‪َ .‬و َ‬ ‫اب النَّ ِ‬
‫‪,‬وقِنَا َع َذ َ‬ ‫ار َ‬‫النَّ ِ‬
‫ال َعالَ ِمي َْن‬
Assalaamu’alaikum Wr Wb 

‫إِ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا‬
‫ي لَهُ أَ ْشهَ ُد‬ َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬ ِ ‫َو َسيّئَا‬
‫أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬

ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
 ‫ان إِلَى‬ َ ‫اَللهُ ّم‬
‫يَ ْو ِم ال ّديْن‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن إِالّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ّ ‫يَاأَيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح‬
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!

Sungguh besar nikmat dan karunia yang Allah Swt. berikan kepada kita sebagai
makhluq-Nya. Pantang bagi kita untuk tidak mensyukurinya. Maka marilah kita
senantiasa menanamkan rasa syukur ke dalam sanubari. Semoga kita termasuk
orang-orang yang pandai bersyukur sehingga Allah Swt. terus menambah nikmat-
Nya. Dan semoga kita terhindar dari sifat kufur nikmat sehingga Allah Swt.
menimpakan azab-Nya yang pedih. Na’udzubillah.

Shalawat beriring salam puji-pujian marilah selalu kita haturkan kepada


Nabiyullah Muhammad Saw. Sungguh beruntung orang-orang yang termasuk
golongan umat beliau. Salah satunya ialah orang-orang yang senantiasa
mengirimkan shalawat kepadanya sekaligus menjadikan beliau sebagai tauladan
utama dalam hidup. Semoga kita dapat meneladani sifat-sifat mulia beliau.
Aamiin.

Jamaah Jum’at rakhimakumullah!

Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan.


Sebagaimana yang telah ditegaskan-Nya dalam Surat At-Tiin:

 ٤ ‫لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا ٱإۡل ِ ن ٰ َس َن فِ ٓي أَ ۡح َس ِن تَ ۡق ِو ٖيم‬


“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk.” (Q.S
At-Tiin: 4)

Jika dibandingkan dengan makhluq lain, secara lahiriyah manusia memang


nampak sempurna penciptaannya. Namun bila tolok ukur yang digunakan adalah
lahiriyah belaka, maka kita dapat menjumpai bahwa tidak semua manusia
diciptakan sempurna oleh Allah Swt. Kita mengenal istilah difabilitas atau
kemampuan berbeda yang dimiliki oleh saudara-saudara di sekitar kita. Seperti
tuna wicara, tuna rungu, tuna netra, atau perbedaan fisik yang lain. Secara fisik,
mereka memang tidak sempurna. Akan tetapi sungguh ketidaksempurnaan itu
tidak lantas menjauhkan mereka dari kesempatan untuk menjadi manusia sebaik-
baiknya.

Sungguh, kesempurnaan itu terletak di hati dan akal kita dalam melihat,
mendengar dan memahami ayat-ayat Allah Swt baik yang tertulis dalam al-Qur’an
(qauliyah) maupun yang tersaji di sekitar kita (kauniyah). Dalam al-Qur’an, Allah
Swt. dengan terang menegaskan bahwa kesempurnaan lahir bukanlah menjadi
standar sempurnanya manusia. Melainkan sempurnanya hati, mata, dan telinga
untuk menangkap kebesaran Allah Swt.

ۡ‫ُون بِهَا َولَهُم‬ َ ‫وب اَّل يَ ۡفقَه‬ ٞ ُ‫نس لَهُمۡ قُل‬


ِ ۖ ِ ‫يرا ِّم َن ۡٱل ِجنِّ َوٱإۡل‬ٗ ِ‫َولَقَ ۡد َذ َر ۡأنَا لِ َجهَنَّ َم َكث‬
ٓ
َ ِ‫ُون بِهَ ۚٓا أُ ْو ٰلَئ‬
ۡ‫ك َكٱأۡل َ ۡن ٰ َع ِم بَ ۡل هُم‬ َ ‫ان اَّل يَ ۡس َمع‬ٞ ‫ُون بِهَا َولَهُمۡ َءا َذ‬ َ ‫صر‬ ِ ‫ُن اَّل ٓي ُۡب‬ٞ ‫أَ ۡعي‬
١٧٩ ‫ون‬ َ ُ‫ك هُ ُم ۡٱل ٰ َغفِل‬َ ِ‫ض ۚلُّ أُ ْو ٰلَئ‬
َ َ‫أ‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.”(Q.S Al-A’raf: 179)

Jamaah Jum’at rakhimakumullah!

Terdapat kisah luar biasa yang dapat kita ambil pelajaran. Suatu hari Rasulullah
kedatangan seorang tamu yang mempunyai kekurangan dalam penglihatan atau
jamak kita sebut tuna netra. Rasulullah menyambut tamu tersebut dengan wajah
yang musam sebab pada waktu yang bersamaan Rasulullah sedang bercakap
dengan pembesar-pembesar Quraisy. Maka Allah Swt seketika menegur
Rasulullah yang dapat kita lihat dalam Surah ‘Abasa ayat 1-4.

ُ‫ك لَ َعلَّهۥُ يَ َّز َّك ٰى أَ ْو يَ َّذ َّك ُر فَتَنفَ َعه‬


َ ‫س َوتَ َولَّ ٰى أَن َجا َءهُ ٱأْل َ ْع َم ٰى َو َما يُ ْد ِري‬ َ َ‫َعب‬
‫ٱل ِّذ ْك َر ٰى‬
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang
buta padanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari
dosa? Atau dia ingin mendapatkan pelajaran lalu kemudian pelajaran itu
bermanfaat baginya?”

Sahabat Rasulullah itu bernama Abdullah bin Umi Maktum yang kelak menjadi
Muadzin kebanggaan Rasulullah di samping Bilal bin Rabah. Kisah di atas
sangatlah menarik untuk kita serap nilai dan pelajarannya. Betapapun seseorang
yang kekurangan fisik, harus tetap kita hargai sebagaimana manusia pada
umumnya. Bahkan dalam ekspresi wajah sekalipun meskipun saudara kita tidak
dapat melihat wajah bahagia kita ketika menyambutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa betapapun mereka, mereka tetap manusia sebagaimana umumnya dan
tiadalah berbeda dengan kita di hadapan Allah Swt. Terlebih, betapapun
kekurangan mereka, mereka tetaplah saudara kita yang wajib kita sayangi dan
cintai sebagaimana saudara kita yang lain.

Jamaah Jum’at rakhimakumullah!

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa yang dapat membedakan manusia satu
dengan manusia lain hanyalah iman dan taqwanya kepada Allah Swt.

‫…إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم‬


“Sungguh yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa
kepada Allah” (Q.S Al-Hujurat: 13)

Dalam kasus di atas, kita juga disuguhkan kisah yang mecerminkan betapa
mulianya sikap Rasulullah terhadap saudaranya yang memiliki kekurangan
meskipun bukanlah seorang Muslim. Beliau mempunyai kebiasaan menyuapi
seorang miskin buta Yahudi. Di hadapan beliau, orang tersebut bercerita bahwa di
wilayahnya terdapat seorang bernama Muhammad dan mencegah siapapun untuk
mendekatinya. Namun Rasulullah tidak bergeming. Sampailah Rasulullah wafat
dan ketika menyadari bahwa orang yang setia memberinya makan adalah
Muhammad, si fakir tadi kemudian bersyahadat. Subhanallah.

Jamaah Jum’at rakhimakumullah!

Kita perlu mencermati realitas di sekitar. Bahwa saudara-saudara difabel masih


cukup sulit mendapatkan akses kehidupan yang layak. Minimnya akses tersebut
terkadang menghambat mereka untuk mendapatkan haknya. Kita patut bersyukur,
banyak lembaga-lembaga pendidikan di berbagai tingkat telah menyediakan
sarana bagi mereka untuk memperoleh pendidikan. Namun dalam wilayah yang
lain, sarana-sarana bagi mereka kurang mendapat perhatian.

Sebutlah di tempat ibadah. Jarang kita jumpai masjid-masjid yang memberikan


fasilitas yang memadai bagi saudara-saudara difabel untuk dapat beribadah
dengan nyaman. Hal ini semoga dapat menjadi perhatian dan menumbuhkan
kesadaran. Terutama bagi saudara yang diberi amanah untuk membuat kebijakan,
buatlah kebijakan yang dapat memperbaiki keterbatasan sarana bagi saudara-
saudara difabel agar mereka dapat merasakan kehidupan yang semestinya tanpa
merasakan kesulitan. Semoga Allah Swt membalas kebaikan saudara dengan
berlipat-lipat.
‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا ِ‬
‫ت‬ ‫ار َ‬
‫بَ َ‬
‫‪. ‬وال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪ .‬أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫َ‬
‫‪Khutbah kedua‬‬

‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر ْه َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬
‫ي لَهُ‪َ .‬أَ ْشهَ ُد‬‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫ت أَ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬ ‫َس ْيئَا ِ‬
‫صلَّى‬‫ْك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َ‬‫أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري َ‬
‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬أَ َّما بَ ْع ُد؛‬
‫!‪Jamaah Jum’at rakhimakumullah‬‬

‫‪Marilah kita berdoa kepada Allah Swt agar kita dapat istiqamah melakukan‬‬
‫‪kebaikan terutama sekali kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan.‬‬
‫‪Sebagai kesimpulan khutbah ini, marilah kita tanam di dalam hati bahwa sebaik-‬‬
‫‪baik dan se-sempurnanya lahiriyah manusia, hanyalah keimanannya kepada Allah‬‬
‫‪Swt dan kebermanfaatannya kepada manusia dan makhluq lain yang dapat‬‬
‫‪menentukan kemuliannya di hadapan Allah Swt.‬‬

‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه‬‫صلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا أَيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا َ‬ ‫إِ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ْت َعلَى‬ ‫صلَّي َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اَللَّهُ َّم َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫آل إِب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪  .‬اَللَّهُ َّم‬ ‫آل إِب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬‫ت َعلَى إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬
‫ت‪َ .‬ربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا‬ ‫ت‪ْ ،‬األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاألَ ْم َوا ِ‬ ‫ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ان َوالَ تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِّلَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا‬ ‫َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذي َْن َسبَقُ ْونَا بِاْ ِإل ْي َم ِ‬
‫ت َخ ْي ُر‬ ‫ق َواَ ْن َ‬ ‫َّح ْي ٌم‪ .‬اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ بَ ْينَنَا َوبَي َْن قَ ْو ِمنَّا بِ ْال َح ِّ‬
‫فر ِ‬ ‫ك َر ُء ْو ٌ‬ ‫َربَّنَا إِنَّ َ‬
‫ك ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا طَيِّبًا َو َع َمالً ُمتَقَبَّالً‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا‬ ‫ْالفَاتِ ِحي َْن‪ .‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا‬ ‫ار‪َ .‬و َ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬
‫ان إِلَى يِ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬ ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
Assalaamu’alaikum Wr Wb

َ‫ش َه ُد أَنْ ال‬ ْ َ‫سنُ َع َمال َوه َُو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َغفُو ُر أ‬ َ ‫ق ا ْل َم ْوتَ َوا ْل َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَ ْح‬ َ َ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َخل‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوأ‬ َ َ‫إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
َ‫اي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَازَ ا ْل ُمتَّقُ ْون‬ َ َّ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬ ِ ‫ أُ ْو‬.‫سا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬ َ ‫ص ْحبِ ِه َو َمنْ تَبِ َع ُه ْم بِإِ ْح‬ َ ‫آلِ ِه َو‬
ُ َ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ ُ
َ‫س َما ق َّد َمتْ لِغ ٍد َواتَّقوا َ إِنَّ َ خبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملون‬ َ َ ٌ ‫ َ َولتَنظ ْر نف‬N‫يَا أَيُّ َها ال ِذينَ آ َمنوا اتَّقوا‬
ْ َ ُ ْ ْ ‫هَّللا‬ ُ ُ َّ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.  Mengawali khutbah ini saya serukan


untuk selalu bersyukur kepada Allah swt. atas semua limpahamn nikmat-Nya
kepada kita. Selanjutnya saya mengajak kepada diri  pribadi saya dan juga para
jamaah sekalian untuk berupaya secara terus menerus memperbarui dan
meningkatkan kuantitas maupun kualitas amal ibadah, keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah swt. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada
Rasulillah Muhammad saw.

Jamaa’ah jumat yang berbahagia. Allah swt. berfirman di dalam QS: al-A’raf (6)
56,

َ‫ إِ َّن َرحْ َمةَ هَّللا ِ قَ ِريبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِين‬²‫الحهَا َوا ْدعُوهُ َخوْ فًا َوطَ َم ًعا‬ ِ ْ‫َوال تُ ْف ِسدُوا فِي األر‬
ِ ْ‫ض بَ ْع َد إِص‬
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ayat di atas secara jelas mengingatkan kita semua agar tidak melakukan hal-hal
yang dapat menyebabkan rusaknya bumi ini.  Kerusakan di bumi dapat kita bagi
menjaid dua macam, yaitu rusak lingkungan alamnya.  Rusaknya lingkungan alam
terjadi karena ulah manusia sendiri.  Alam pegunungan yang rimbun dengan
pepohonan dan sejuk kemudian ditebang dan digunduli karena keserakahan
manusia.  Akibatnya, pegunungan menjadi gersang, panas dan bahkan
menyebabkan erosi, banjir atau longsor.  Sungai yang airnya jernih dibuangi
sampah sehingga menjadi kotor dan mencemari air tanah serta sumur sehingga
terjai kesulitan air bersih.

Jadi jama’ah shalat jumat yang di rahmati Allah, sesungguhnya rusaknya alam
semesta ini bukan semata-mata karena kehendak Allah swt. tanpa sebab.  Akan
tetapi, manusia mempunyai andil yang cukup besar. Coba simak QS: ar-Ruum
(30): 41

َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Untuk itu, marilah kita berusaha mengendalikan diri kita dari sikap kerserakahan
dan sikap ketidakpedulian terhadap lingkungan yang menyebabkan rusaknya
lingkungan alam.  Mari kita rawat lingkungan alam di sekitat kita yang tentu
hasilnya pun akan bermanfaat bagi kehidupan kita semua.

Jama’ah shalat jumat rahimatullah, selain kerusakan lingkungan alam, kerusakan


yang tidak kalah berbahayannya adalah kerusakan lingkungan sosial, kerusakan
komumitas sosial akibat dari prilaku sosial anggota masyarakat yang menyimpan.
Jika kita perhatikan, betapa di era modern saat ini prilaku sosial anggota
masyarakat yang menyimpang begitu akutnya.  Gaya hidup pergaulan bebas
sudah menjadi trend masyarakat sekarang.  Banyak anggota masyarakat yang
hidup tanpa mau diatur oleh norma-norma sosial dan juga agama.  Mereka
kepinginnya hidup semaunya sendiri.  Betapa free sex, narkoba, LGBT meraja
lela dalam kehidupan masyarakat sekarang.  Akibatnya, pola hidup masyarakat
menjadi amburadul, tatanan menjadi rusak.  Jika sudah demikian, maka
ketenteraman hidup masyarakat menjadi tergagnggu.

Jama’ah shalat jumat yang berbahagia, jika kita perahatikan kisah diutusnya para
rasul Allah dahulu, semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Luth, nabi Syu’aib, nabi
Shaleh, nabi Musa dan lain-lain adalah untuk memperbaiki kerusakan masyarakat
karena perilakunya yang sudah menyimpang.  Setelah kepada meraka diutus para
rasul Allah untuk memberi peringatan, tapi tidak juga dihiraukan, maka Allah swt.
pun menghukum dan menghancurkan mereka.

Jama’ah shalat jumat yang dirahmati Allah swt. agar kemurkaan Allah tidak
diturunkan kepada masyarakat kita dan karena rasul sudah tidak diutus lagi oleh
Allah, maka tugas kita lah sebagai orang yang beriman untuk mengajak segenap
anggota masyarakat agar menjalankan pola hidup yang baik, pola hidup yang
sesuai dengan aturan-aturan Allah swt. dan diperkuat aqidah ketauhidannya.
Minimal harus diawali dari diri kita, keluarga kita dan kerabat kita. Semoga Allah
swt. selalu memberi kekuatan dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin ya
rabbal ‘alaamiin.

‫ أَقُوْ ُل‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬


ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا‬،‫بَا َركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬
‫ي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم‬²ْ ِ‫قَوْ ل‬. 

Khutbah Kedua

‫اآلخ َر ِة َوه َُو ْال َح ِكي ُم ْال َخبِي ُر‬


ِ ‫ض َولَهُ ْال َح ْم ُد فِي‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي األر‬ َ ‫ْال َح ْم َد هَّلِل ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
‫سلِّ ْم‬َ ‫ص ِّل َو‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
ْ َ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
َ َ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ْ َ‫َوأ‬
‫ هللاَ َوا ْعلَ ُم ْوا أَنَّ هللاَ َم َع‬N‫سلِ ِميْنَ اِتَّقُوا‬
ْ ‫اش َر ا ْل ُم‬
ِ ‫ َم َع‬.‫سنَتِ ِه‬ َ ‫َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬
ُ ‫ص ْحبِ ِه َو َمنْ تَبِ َعهُ فِ ْي‬
َ‫ا ْل ُمتَّقِيْن‬.
Di khutbah yang kedua ini kembali saya mengajak hadirin jama’ah jum’at yang
dirahmati Allah swt. marilah kita bangun sikap kepedulian terhadap lingkungan,
baik lingkungan alam maupun sosial. Jangan sampai lingkungan di sekitar kita
hidup menjadi rusak yang tentu akibatnya akan mengenai kita, meskipun secara
pribadi kita menjadi seorang yang ahli ibadah. Apalah artinya menjadi seorang
ahli ibadah jika lingkungan sekitar nya rusak porak poranda dan tidak baik.
Semoga Allah swt. selalu memberi kekuatan dan petunjuk-Nya kepada kita
semua. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

Selanjutnya, marilah mari kita berdoa kepada Allah swt.

. ‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
َ‫ إِنَّك‬،‫ار ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم‬ َ َ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ ِ َ‫ َوب‬.‫َم ِج ْي ٌد‬
َ‫ َربَّنَا ا ْغفِرْ لنَا‬.‫ت‬ َ ْ ْ
ِ ‫ األحْ يَا ِء ِمنهُ ْم َواأل ْم َوا‬،‫ت‬ َ ْ ْ ْ ْ َّ َ
ِ ‫ اللهُ َّم اغفِرْ لِل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬ .‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
.‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ َّ ُ َّ ِّ ً ّ ُ ُ
ٌ ْ‫ان َوالَ تَجْ َعلْ فِ ْي قلوْ بِنَا ِغال لل ِذ ْينَ َءا َمنوْ ا َربَّنَا إِنكَ َرءُو‬ ِ ‫َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا بِاْ ِإل ْي َم‬
‫ طَيِّبًا‬²‫ك ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا‬ َ ُ‫ اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل‬. َ‫ق َواَ ْنتَ خَ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْين‬ ِّ ‫ بِ ْال َح‬²‫اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ قَوْ ِمنَّا‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى‬ َ ‫ َو‬.‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬َ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬ ِ ‫ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬.ً‫َو َع َمالً ُمتَقَبَّال‬
‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يِوْ ِم ال ِّدي ِْن‬ َ ‫نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬.
Assalaamu’alaikum Wr Wb

‫سلَّ َم َو َعلَى‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سالَ ُم َعلَى َر‬
َ ‫س ْو ِل هللاِ ُم َح َّم ٍد‬ َّ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْنَ َوال‬
َّ ‫صالَةُ َوال‬
َ‫ص َحابِ ِه أَ ْج َم ِعيْن‬
ْ َ‫آلِ ِه َوأ‬

َ ‫ اَللَّهُ َّم‬.ُ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬
‫صلِّ َعلَى‬ َ ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫ي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد‬ ِ ‫ أُ ْو‬.‫ان إِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِيَّا‬ َ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬
ٍ ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
َ‫فَازَ ا ْل ُمتَّقُ ْون‬
Jamaah yang berbahagia

Memulai khutbah ini, saya serukan kepada diri pribadi dan jamaah semua untuk
senantiasa miningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Bertambahnya iman dan
taqwa kepada-Nya tentu semakin berpengaruh terhadap kualitas ibadah kita dan
kualitas amaliyah kita. Amin ya rabb al-‘alamin. Tak lupa shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad, sebagai panutan yang senantiasa kita teladani.

Jamaah yang berbahagia

Dalam QS Al-Qashas ayat 77 Allah berfirman

َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬
‫ك ۖ َواَل‬ َ َ‫َصيب‬
ِ ‫سن‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
ْ ْ ‫هَّللا‬
َ‫ض ۖ إِ َّن َ اَل يُ ِحبُّ ال ُمف ِس ِدين‬ ِ ْ‫تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي ا ر‬
َ ‫أْل‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Secara tegas pada ayat di atas Allah menyeru kepada hamba-Nya untuk berperilaku
seimbang. Baik antara (untuk kepentingan) dunia dan akhirat, diri sendiri dan orang lain,
dan antara kepentingan jasmani dan rohani. Sebab jika tidak demikian, bisa jadi apa
yang dikerjakan justru memicu terjadinya kerusakan dan merusak keharmonisan
(keseimbangan), diri pribadi,  lingkungan, alam, dan tatanan masyarakat.

Jamaah yang berbahagia

Kesadaran untuk menuntut ilmu, mendalami agama, dan bekerja mencari nafkah,
sepertinya sudah mendarahdaging pada pribadi kebanyakan orang. Entah karena
tuntutat hidup atau kebutuhan yang harus dipenuhi, hal itu menghiasi segala bentuk
aktivitas manusia. Akibatnya, karena kesibukan itu, dan menganggap hal itu lebih
penting sehingga dengan sekuat tenaga orang mengejarnya, dan pada akhirnya manusia
lupa untuk berperilaku seimbang sebagaimana firman Allah di atas. Setidaknya
berperilaku seimbang untuk dirinya sendiri.

Salah satu yang makin ditinggalkan oleh kebanyakan orang adalah olahraga. Aktifits
jasmani untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh tersebut mulai diabaikan
kebanyakan orang. Berbagai alasan pun keluar guna dijadikan penyebab tidak
sanggupnya seseorang melakukan olahraga. Baik itu disebabkan oleh ketidakminatan
terhadap aktivitas olahraga atau karena kesibukan lain hingga tidak memiliki waktu
untuk itu. Padahal semua telah menyadari bahwa olahraga itu penting karena manfaat
yang besar yang ada di dalamnya.

Bukankah Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada mukmin yang lemah. Dan
pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap perkara-perkara
yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah
engkau bersikap lemah.” (HR. Muslim).

Jamaah yang berbahagia

Kuat yang dimaksud adalah kuat secara mental dan fisik. Tapi bagaimana mungkin kita
akan kuat secara fisik jika kita tidak pernah berolahraga? Bukankah kita percaya bahwa
Allah SWT lebih mencintai seorang mukmin yang kuat? Namun bagaimana mungkin kita
dicintai Allah jika kita secara fisik lemah?

Hadis ini makin membenarkan Islam sebagai agama yang sempurna. Salah satunya Islam
begitu perhatian terhadap kegiatan olahraga. Tapi sayangnya kesempurnaan Islam
belum dijalankan penuh oleh umatnya. Lihat saja apa yang terjadi hari ini akibat dari
melupakan olahraga, seseorang lebih mudah terkena penyakit. Paling sering kita jumpai
adalah penyandang diabetes (kelebihan gula) dan hipertensi (tingginya kadar kolesterol).
Selain faktor makanan yang dikonsumsi, dua penyakit ini juga disebabkan karena
kuranganya aktivitas olahraga seseorang.

Jamaah yang berbahagia

Olahraga tidak identik dengan sesuatu yang berat dan mahal. Jalan kaki atau laripun,
sebagaimana Rasulullah SAW mengajak istrinya Aisyah balapan lari, adalah olahraga
termurah dan mudah. Perkara berat dan mahal akan terkikis dengan sendirinya
manakala seseorang telah menyadari dan menyanggupi bahwa olahraga juga bagian dari
kebutuhan yang harus dipenuhi.

Setelah olahraga sudah menjadi bagian dari diri kita, selanjutnya adalah mengajarkan
putera-puteri kita untuk menyukai dan dekat dengan olahraga. Sebagaimana perkataan
Umar bin Khattab RA

َ ‫الر َمايَةَ َو ُر ُك ْو َب‬


‫الخ ْي ِل‬ ِّ ‫احةَ َو‬ ِّ ‫َعلِّ ُم ْوا أَ ْبنَائَ ُكم ال‬
َ َ ‫سب‬
‫”‪“Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menunggang kuda.‬‬

‫‪Dalam An-Nisa ayat 9 Allah juga telah mengingkatkan‬‬

‫ش الَّ ِذينَ لَ ْو ت ََر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّةً ِ‬


‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ‬ ‫َو ْليَ ْخ َ‬

‫َو ْليَقُولُوا قَ ْواًل َ‬


‫س ِديدًا‬
‫‪“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan‬‬
‫‪anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap‬‬
‫‪(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan‬‬
‫‪mengucapkan perkataan yang benar”.‬‬

‫‪Sekali lagi, mewariskan anak-anak dalam keadaan lemah berari meninggalkan keturunan‬‬
‫‪yang tidak kuat, baik secara fisik, akal, maupaun rohani. Mengajak anak untuk sadar‬‬
‫‪berolahraga adalah bentuk upaya untuk melahirkan generasi kuat, generasi sportif,‬‬
‫‪generasi juara.‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪ .‬أَقُوْ ُل‬


‫بَا َركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا ِ‬
‫‪.‬قَوْ لِ ْ‪²‬ي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم‬

‫‪Khutbah kedua‬‬

‫ش َه ُد أَنْ الَ‬ ‫ق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْ‪²‬م أَيُّ ُك ْم أَحْ َسنُ َع َمال َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر‪َ  ‬وأَ ْ‬
‫ْال َح ْم َد هَّلِل ِ الَّ ِذي َخلَ َ‬
‫سلِّ ْم َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه‬ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫س ْولُهُ‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِّل َو َ‬ ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوأَ ْ‬
‫إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫سلِ ِميْنَ اِتَّقُوا هللاَ َوا ْعلَ ُم ْوا أَنَّ هللاَ َم َع ا ْل ُمتَّقِيْنَ‬ ‫اش َر ا ْل ُم ْ‬
‫سنَتِ ِه‪َ .‬م َع ِ‬ ‫ص ْحبِ ِه َو َمنْ تَبِ َعهُ فِ ْي ُ‬ ‫‪.‬و َ‬ ‫َ‬
‫‪Di khutbah yang kedua ini saya mengajak diri pribadi dan segenap jamaah untuk‬‬
‫‪berperilaku seimbang. Yaitu melalui kegiatan olahraga sebagai penyeimbang aktivitas.‬‬
‫‪Dan akhirnya, mari berolahraga dan jangan lupakan olahraga. Sebab olah raga dapat‬‬
‫‪mendekatkan diri pada lahirnya tubuh yang sehat dan kuat, sehingga makin dicintai‬‬
‫‪Allah SWT.‬‬

‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا‪ ²‬تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اَللَّهُ َّم‬ ‫صلُّوْ نَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا أَيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا َ‬ ‫إِ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫آل إِب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪.‬‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫َ‬
‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد‬‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ه‬ ‫ا‬
‫َ ِ َ ِ َ َ َ‬ ‫ر‬ ‫ْ‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫تَ‬ ‫ْ‬
‫ك‬ ‫ر‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬‫َ‬ ‫د‬
‫ِ ُ َ َّ ٍ َ َ َ‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َوبَ ِ َ ُ َ َّ ٍ َ َ‬
‫و‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ْ‬
‫ك‬
‫‪²‬‬ ‫ار‬
‫ت‪َ .‬ربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا‬ ‫ت‪ْ ،‬األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاألَ ْم َوا ِ‬ ‫َم ِج ْي ٌد‪  .‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫َّح ْي ٌم‪ .‬اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ‬ ‫فر ِ‬ ‫ً‬
‫الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا بِاْ ِإل ْي َما ِن َوالَ تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُوْ بِنَا ِغالّ لِّلَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا َربَّنَا إِنَّكَ َرءُوْ ٌ‬
‫ق َواَ ْنتَ َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُكَ ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا‪ ²‬طَيِّبًا َو َع َمالً‬ ‫بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ قَوْ ِمنَّا بِ ْال َح ِّ‬
‫صلَّى‪ ²‬هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا‬ ‫ار‪َ .‬و َ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ُمتَقَبَّالً‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬
‫ان إِلَى يِوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬

Anda mungkin juga menyukai