Anda di halaman 1dari 6

Nama: Ribka Kristiani br Padang

NIM: 043342413

Mata Kuliah: Ilmu Politik (ISIP4212)

Jenis Tugas: Reviu Jurnal

Petunjuk pengerjaan Tugas 2:

1. Baca 3 jurnal yang telah diupload  pada sesi 4 tentang Budaya Politik, yaitu:


o MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA POLITIK DALAM
BERDEMOKRASI, oleh Khoirul Saleh dan Achmat Munif
o MEMBANGUN GERAKAN BUDAYA POLITIK DALAM SISTEM POLITIK
INDONESIA, oleh Aos Kuswandi
o DEMOKRASI DAN BUDAYA POLITIK INDONESIA, oleh Adi Suryadi Culla

2. Lakukan reviu terhadap 3 artikel tersebut.

3. Tulis ulasan (argumentasi) Anda terhadap artikel-artikel tersebut.

4. Aspek yang harus diulas dalam melakukan reviu artikel adalah sbb:

o Apa latar belakang penulisan artikel


o Tujuan penulisan artikel?
o Spesifikasi yang di bahas?

 Teori
 Konsep
 Penelitian sebelumnya
o Kelebihan dan kekurangan dari bahasan artikel tersebut?
o Kesimpulan (hasil dan saran)

5. Untuk melengkapi bahasan. Anda dapat melakukan penelusuran sumber


referensi online yang telah tersedia di Perpustakaan digital UT e-Resources. Baca Panduan
Penggunaan E-Journal untuk akses database Proquest, pencarian Wiley, EBSCO
Database, Pencarian Gale EJournal.

Review Jurnal

Latar belakang
Pada artikel yang ditulis Achmad Munif yang berjudul MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA
POLITIK DALAM BERDEMOKRASI adalah merespons tuntutan perubahan, kemungkinan
munculnya dua sikap yang secara diametral bertentangan, yaitu "mendukung " (positif) dan
kemungkinan pula "menentang " (negatif), sulit dielakkan. Sebagai sebuah proses perubahan
dalam menciptakan kehidupan politik yang demokratis, realisasi demokratisasi juga dihadapkan
pada kedua kutub yang bertentangan itu, yaitu budaya politik masyarakat yang mendukung
(positif) dan yang menghambat (negatif) proses demokratisasi.
Budaya politik yang matang termanifestasi melalui orientasi, pandangan, dan sikap individu
terhadap sistem politiknya. Budaya politik yang demokratis akan mendukung terciptanya sistem
politik yang demokratis. Budaya politik demokratis adalah suatu kumpulan sistem keyakinan,
sikap, norma, persepsi dan sejenisnya yang menopang terwujudnya partisipasi (Almond dan
Verba). Budaya politik yang demokratis merupakan budaya politik yang partisipatif, yang
diistilahkan oleh Almond dan Verba sebagai civic culture. Karena itu, hubungan antara budaya
politik dan demokrasi (demokratisasi) dalam konteks civic culture tidak dapat dipisahkan.
Dalam konteks Indonesia, kiranya jelas bahwa yang dihadapi tidak hanya kemajemukan etnikdan
daerah, tetapi pada saat yang bersamaan adalah "sub-budaya etnik dan daerah " yang majemuk
pula. Keanekaragaman tersebut akan membawa pengaruh terhadap budaya politik bangsa. Dalam
interaksi di antara sub-sub budaya politik, kemungkinan terjadinya jarak tidakhanya antarbudaya
politik daerah dan etnik, tetapi juga antarbudaya politik tingkat nasional dan daerah.
Pada artikel yang ditulis Aos Kuswandi yang berjudul MEMBANGUN GERAKAN BUDAYA
POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA, kejadian pergantian kepemimpinan
nasional di Indonesia merupakan amanah dari rakyat melalui mekanisme pemilihan umum sesuai
dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, dan jurdil, serta adanya persaingan yang sehat antar
pasangan calon presiden dan wakil presiden. Meski sejarah bangsa Indonesia mencatat bahwa
pegantian Presiden RI Pertama dari Ir. Soekarno hingga presiden yang ketujuh, yaitu Jokowi,
selalu terdapat kejadian tidak tepat dan hal ini akan menjadi cermin bagi rakyat Indonesia
bagaimana membangun karakter budaya politik.

Pada artikel yang ditulis oleh Adi Suryadi Culla yang berjudul DEMOKRASI DAN BUDAYA
POLITIK INDONESIA, Indonesia adalah sebauh wilayah dengan karateristik budaya
masyarakatnya yang unik dan kompleks. Dilihat dari segi asal-usulnya, masyarakat Indonesia
merupakan produk sejarah dari pencampuran berbagai macam ras, yang membangun kehidupan
bersama dan bersebaran, dari banyak pulau/kepulauan, dengan identitas religus yang dipengaruhi
oleh terutama empat corak agama besar (Hindu, Budha, Islam, dan Kristen), dan terdiri dari
ratusan jumlah etnik dengan bahasa yang berlainan, dan sebagainya.
Tetapi, pertanyaan: apakah benar dalam budaya politk lokal di Indonesia tidak terdapat nilai-nilai
demokratis? Pertanyaan ini membuat kita perlu membuat pendifinisian atau konseptualisasi
mengenai apa sesungguhnya yang kita maksudkan jika berbicara tentang demokrasi.

Tujuan penulisan artikel:


Pada artikel yang ditulis Achmad Munif yang berjudul MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA
POLITIK DALAM BERDEMOKRASI, artikel tersebut bertujuan untuk menjelaskan konsep
budaya politik, untuk memahami tentang budaya politik, terlebih dahulu harus dipahami tentang
pengertian budaya dan politik. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhayah, bentuk
jamak dari budhi yang artinya akal, Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan akal atau budi.Kebudayaan adalah segala yang dihasilkan oleh manusia berdasarkan
kemampuan akalnya. Ciri-ciri umum dari kebudayaan adalah dipelajari, diwariskan, dan
diteruskan, hidup dalam masyarakat, dikembangkan dan berubah, serta terintegrasi.
Pada artikel yang ditulis Aos Kuswandi yang berjudul MEMBANGUN GERAKAN BUDAYA
POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA, Artikel ini membahas tentang membangun
budaya politik Indonesia. Fenomena yang terjadi mengindikasikan bahwa budaya politik
Indonesia belum memiliki identitas yang jelas dan ajeg. Budaya politik masyarakat idealnya
mampu berkontribusi melalui tindakan-tindakan konstruktif dalam sistem politik. Untuk itu perlu
upaya konstruktif, fokus dan terprogram dalam pembangunan budaya politik Indonesia yang
dilakukan melalui program pendidikan formal maupun non formal. Membangun keteladanan
merupakan wujud dari gerakan budaya politik Indonesia. Upaya membangun gerakan budaya
politik Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah, partai politik dan masyarakat yang
dilakukan secara konstruktif.

Pada artikel yang ditulis oleh Adi Suryadi Culla yang berjudul DEMOKRASI DAN BUDAYA
POLITIK INDONESIA, bertujuan untuk memahami Kriteria Demokrasi.
Banyak sekali pengertian tentang demokrasi yang telah dirumuskan oleh para ilmuwan dan
teoritis. Dari sejumlah pengertian tersebut, meskipun terdapat perbedaan nuansa konseptual,
terutama jika dilihat dari identifikasi kriteria normatif yang dirumuskan oleh masingmasing
teoritis, pada dasarnya terdapat persamaan-persamaan penting yang menunjukkan universalitas
konsep demokrasi berdasarkan krteria-kriteria yang menjadi cerminan perwujudan konsep
tersebut

Spesifikasi yang di bahas:


Pada artikel yang ditulis Achmad Munif yang berjudul MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA
POLITIK DALAM BERDEMOKRASI, terori dan konsep yang digunakan adalah Tentang
klasifikasi budaya politik: Parokial, Subjek/ Kaula, dan Partisipan.
Negara Indonesia yang menganut demokrasi Pancasila, fungsi kontrol atau pengawasan terhadap
kinerja pemerintah oleh rakyat melalui lembaga legislatif yang mempunyai kewajiban untuk
menjamin terlaksananya perlindungan dan jaminan hak asasi manusia. Sistem politik yang
diharapkan merupakan penjabaran dari nilai-nilai luhur Pancasila secara keseluruhan dalam
praktik ketatanegaraan, mulai dari penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatannya dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Untuk itu, masyarakat hendaknya memberikan respons positif terhadap perkembangan-
perkembangan budaya politik di Indonesia melalui cara-cara sebagai berikut.
a. Mengerti dan mampu malaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
b. Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pemilu.
c. Melaksanakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan berbagai masalah.
d. Menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
f. Menjunjung tinggi hukum yang berlaku.
g. Mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila kepada generasi penerus bangsa.

Pada artikel yang ditulis Aos Kuswandi yang berjudul MEMBANGUN GERAKAN BUDAYA
POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA, Konsep budaya politik yang didefinisikan
oleh Almond dan Verba di atas sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara
terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di
dalam sistem itu, dapat mengandung pemahaman yang luas. Pengertian budaya politik ini
membawa pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu
orientasi sistem dan orientasi individu. Sebagai sebuah sistem, organisasi politik hendaknya
memiliki orientasi yang hendak mengupayakan kesejahteraan warga negara.

Pada artikel yang ditulis oleh Adi Suryadi Culla yang berjudul DEMOKRASI DAN BUDAYA
POLITIK INDONESIA, Kedua sistem politik (Demokrasi Libera dan Demokrasi Termpinpin)
yang pernah dilalui dalam sejarah bangsa Indonesia tersebut, oleh banyak penilian, dibedakan
secara krusial sebagai periode demokrasi dan otoritarisme. Dalam konteks budaya politik, di satu
pihak periode Demokrasi Parlementer yang disokong oleh Bung Hatta tersebut oleh Soekarno
dipandang sebagai cerminan praktik demokrsi berdasarkan budaya Barat, sementara di sisi lain
praktik Demokrasi Terpimpin yang oleh Seokarno diklaim sesuai dengan asli Indonesia dikritik
tajam oleh Bung Hatta merupakan cerminan budaya feodal dan otoriter atau anti-demokrasi.

Kesimpulan:
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat.
Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat
dengan para elitenya. Perlu dibangun karakter budaya politik, sehingga kegiatan “politik”
bukanlah panggung bermain bagi para elite-penguasa, tetapi sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan dasar warga negara dalam menciptakan kemaslahatan bersama (publik good).
Budaya politik di Indonesia menunjukkan adanya pergeseran dari nilai-nilai luhur untuk
mencapai kesejahteraan rakyat menjadi tiang penyangga politik dari kelompok tertentu. Politik
yang sebenarnya bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat tersebut telah berubah menjadi alat
untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya dan sarana penguasa untuk melanggengkan
kekuasaannya. Fenomena budaya politik Indonesia masih cenderung feodal dan masih bersifat
patron-client. Hal ini 50 governance, Vol. 1, No. 1, November 2010 mengindikasikan tidak ada
kesesuaian antara cita-cita yang diharapkan dengan realitas yang terjadi dalam budaya politik
Indonesia.
Terjadinya perubahan sistem politik tersebut pada dasarnya merupakn respons pemerintah pasca
Orde Baru (pemerintah era Reformasi) terhadap tuntutan dan asipirasi demokrasi. Kita ketahui
bahwa gejolak masyarakat yang terutama dipicu oleh gerakan kaum terdidik (khususnya
mahasiswa) sebagai lapisan kelas menengah (middle class), telah menimbulkan dampak
perubahan siginifikan terhadap format sistem format politik.

Anda mungkin juga menyukai