Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Dermatitis Kontak Akibat Kerja 2.1.1 Definisi
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Dermatitis Kontak Akibat Kerja 2.1.1 Definisi
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Dermatitis Kontak Akibat Kerja 2.1.1 Definisi
TINJAUAN PUSTAKA
kulit yang bervariasi dari segi keparahannya, bersifat non-infectious, dan tidak
dapat menular dari satu orang ke orang lain. Menurut Sjamsoe (2005), dermatitis
merupakan peradangan pada kulit yang bersifat akut, subakut, ataupun kronis dan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya konstitusi, iritan, alergen, panas,
stress, infeksi, dll, sedangkan dermatitis kontak merupakan kelainan kulit yang
bersifat polimorfi yang diakibatkan oleh kontak kulit dengan bahan eksogen.
Menurut Michael (2005), dermatitis kontak adalah suatu respon inflamasi kulit
terhadap antigen atau iritan yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan merupakan
kelainan kulit yang paling banyak diderita pekerja, sedangkan dermatitis kontak
akibat kerja (DKAK) merupakan penyakit kulit dimana paparan di tempat kerja
2.1.2 Epidemiologi
merupakan penyakit yang paling sering dilaporkan dengan angka kejadian 5-9
kasus per 10.000 karyawan kerja full-time setiap tahunnya (Belsito, 2005).
6
7
Gambar 2.1
Dermatitis kontak akibat kerja di Britania Raya periode 1996-2014
Sumber: (Darnton, 2014)
yang berkaitan dengan pekerjaan. Pada tahun 2005 hasil survey menunjukkan
penyakit kulit akibat kerja dengan insiden 4,4 kasus per 10.000 pekerja full time.
diperkirakan dermatitis kontak berkisar antara 79-95% dari seluruh kasus penyakit
kulit akibat kerja. Menurut Susanti, di Indonesia, data di RSUPN Dr. Cipto
adalah 50 kasus per tahun atau 11,9% dari seluruh kejadian dermatitis kontak.
Data dari Balai Hiperkes Depnaker RI juga menunjukkan angka kejadian DKAK
yang tinggi yaitu sekitar 80% dari total penyakit kulit akibat kerja (Susanti, 2010).
8
Ada 2 tipe dermatitis disebabkan oleh zat yang kontak dengan kulit,
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA).
non-spesifik di kulit. Paparan sebelumnya tidak diperlukan dan efek yang terjadi
dalam hitungan menit atau jam. Kulit kering cenderung reaktif terhadap
kontaktan. Kulit tebal kurang reaktif dibandingkan kulit tipis. Paparan berulang
dalam jangka waktu tertentu dapat menyebakan efek pengerasan dan membuat
kulit lebih resisten terhadap paparan zat yang diberikan (James, 2011).
Menurut Palomo dkk. (2011), DKA adalah reaksi imunologi tipe lambat (tipe IV)
terhadap respon kontak dengan alergen pada individu yang telah tersensitisasi.
Dermatitis kontak alergi terjadi sebagai hasil dari proses fisikokimia dan proses
imun (Martins dan Reis, 2011). Tipe ini dilaporkan frekuensinya lebih jarang
cenderung lebih sedikit dibandingkan DKI karena hanya mengenai orang yang
kulitnya ipersensitif. Dermatitis kontak alergi lebih sering diakibatkan bukan oleh
Tabel 2.1
Perbedaan dermatitis kontak alergi dan iritan
yang dapat menyebabkan kerusakan sel bila dioleskan pada kulit. Bahan
kimia, dan bahan biologis (Harahap 2000). Penyebab yang mungkin dari
tumbuhan dan hewan, fiberglass (PHSA, 2012). Bahan iritan yang kuat
(Gawkrodger, 2002).
agen perusak pada sel epidermis dan dermis. Permukaan kulit berubah
yang lebih lemah seperti detergen atau larutan yang memerlukan aplikasi
Dermatitis kontak alergi dapat disebabkan oleh logam, zat aditif, karet,
dengan berat molekul rendah dan merupakan alergen yang disebut hapten.
Reaksi imunologi tipe IV terjadi melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan
fase elisitasi. Individu yang dapat mengalami DKA hanya yang telah
a. Fase sensitisasi
efektor CD4 dan CD8, supresor, dan sel memori yang dibawa ke aliran
darah dan menuju kulit. Proses ini memerlukan waktu sekitar 10-15
hari dan jarang menimbulkan lesi kulit yang terlihat (Sasseville, 2008).
b. Fase elisitasi
Gambar 2.2
Patofisiologi dermatitis kontak alergi
Sumber: (Martins dan Reis, 2011)
pada pasien usia >40 tahun (Caroe dkk., 2013). Pada orang tua terjadi
2. Ras
Orang berkulit hitam kurang rentan pada sensitisasi oleh alergen yang
3. Genetika
(Afifah, 2008).
4. Riwayat atopi
5. Lokasi kulit
membuat kulit wajah, leher, skrotum, dan dorsal tangan lebih rentan
14
2011)
1. Karakteristik paparan
sebelumnya. Ketika satu atau lebih iritan digunakan bersamaan atau secara
dermatitis kontak.
2. Bahan kimia
15
Hal yang harus dinilai dari bahan kimia yang terlibat dalam proses kerja
3. Faktor lingkungan
4. Faktor mekanis
kerja seperti tekanan, friksi, dan abrasi yang menyebabkan kulit menjadi
terkikis dan bahan iritan semakin mudah untuk masuk dan mengiritasi
kulit.
5. Masa kerja
Masa kerja berkaitan dengan lama kontak dan frekuensi kontak dengan
bahan kimia. Semakin sering pekerja mengalami kontak maka risiko dan
2012)
2002).
Gambar 2.3
Petunjuk distribusi pada dermatitis kontak
Sumber: (Gawkrodger, 2002)
Lesi akut dimulai sebagai eritematosa pruritik dan edema, plak mirip
urtikaria yang dengan cepat diikuti munculnya vesikel dan kadang-kadang juga
bula. Eritema dan edema masih terdapat pada fase subakut, namun vesikulasi
menjadi samar-samar dan digantikan oleh erosi, krusta, dan deskuamasi. Dalam
kondisi lama, kasus kronis, kulit menjadi kering dan terlihat kasar, fisura, keabu-
abuan, dan menebal dengan peningkatan garis kulit, proses ini disebut likenifikasi
(Sasseville, 2008).
(logam kuat). Terdapat 10 tipe klinis DKI yang telah digambarkan, antara
lain reaksi iritasi, DKI akut, iritasi akut tertunda, DKI kronik kumulatif,
17
Gejala klinis DKA terdiri dari 2 fase yaitu akut dan kronis (Sularsito dan
a. Fase akut: timbulnya bercak eritema dengan batas jelas, diikuti edema,
papulovesikel, vesikel, dan bula. Jika vesikel atau bula pecah akan
menimbulkan krusta.
Tabel 2.2
Perbedaan gambaran klinis dermatitis kontak alergi dan iritan
Tangan merupakan lokasi yang paling sering mengalami dermatitis kontak karena
tangan merupakan bagian yang paling dominan kontak dengan zat-zat terutama
Gambar 2.4
Dermatitis kontak pada telapak tangan
Sumber: (Hannam dan Nixon, 2013)
2.1.7 Diagnosis
kerja dan menentukan apakah dermatitis tersebut iritan atau alergi, dokter
dermatitis diperparah oleh paparan di tempat kerja (Fonacier dkk. 2015). Mathia
yang benar dari dermatitis kontak akibat kerja. Jika 4 kriteria ini terpenuhi, klinisi
2008).
Tabel 2.3
Kriteria Mathia untuk dermatitis kontak akibat kerja
19
No Kriteria dermatitis
1 Gambaran klinis konsisten dengan kontak dermatitis
2 Paparan di tempat kerja terhadap iritan atau allergen potensial yang
berhubungan dengan kulit
3 Distribusi anatomis konsisten dengan paparan pada kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan
4 Hubungan sementara antara paparan dan onset konsisten dengan
dermatitis kontak
5 Paparan yang bukan dari pekerjaan di eklusi sebagai penyebab
6 Menghilangkan paparan memicu perbaikan dari dermatitis
7 Uji tempel atau provokasi melibatkan paparan di tempat kerja spesifik
Sumber: (Sasseville, 2008)
1. Riwayat
mulai dari onset dermatitis, lokasi awal, dan evolusi berikutnya. Klinisi
Pasien juga harus menyertakan Material Safety Data sheets (MSDs) dari
2. Pemeriksaan fisik
kira-kira 48 jam (selama uji ini pasien tidak boleh basah). Biasanya lebih
dari 80 tes akan di aplikasikan. Iritan kulit yang diketahui sebaiknya tidak
dilakukan tes karena akan dapat menimbulkan reaksi seperti terbakar dan
negatif atau lemah (+) dengan gejala nonvesikular, eritema, dan papul,
kuat (++) dengan gejala edematous atau vesicular, dan ekstrim (+++)
dengan gambaran terdapat bula dan ulserasi (Hannam dan Nixon, 2013).
disebabkan oleh pekerjaan, dan kedua identifikasi agen etiologis yang mendasari
Diagnosis banding dermatitis kontak antara lain (Hannam dan Nixon, 2013):
21
1. Urtikaria kontak
pada orang dengan riwayat psoriasis, eksim atau dermatitis kontak dapat
tinea pedis)
cutanea tarda.
adalah daftar pengukuran control untuk pencegahan penyakit kulit akibat kerja
(PHSA, 2012):
kesehatan.
22
Pada pengrajin patung, daerah yang paling sering kontak dengan zat
kimia adalah tangan. Sarung tangan merupakan salah satu jenis proteksi yang
kerap digunakan. Sangat penting untuk melepas sarung tangan secara regular
dermatitis kontak (Bourke et al., 2008). Pekerja dengan risiko dermatitis kontak
juga harus diberikan edukasi yang tepat terkait dermatitis. Prinsip higienitas
tangan, dan penggunaan krim (emollients) sebelum dan sesudah bekerja (Adisesh,
2011).
kerajinan khas daerah Ubud, Bali. Patung yang dihasilkan mulai dari yang
berukuran kecil hingga besar dan biasanya menunjukkan bentuk yang menyerupai
mitos dewa-dewi. Industri ini bergerak mulai dari tingkat rumah tangga hingga
pabrik produksi yang besar. Kebanyakan pekerjanya adalah ibu-ibu rumah tangga
mancanegara, nilai jual karya seni ini juga terbilang sangat tinggi. Maka dari itu
minat masyarakat untuk bekerja di bidang ini juga cukup banyak. Proses
pengerasan kulit sering terjadi pada tangan, terdapat pula kalositis pada jari dan
23
Tabel 2.4
Menurut Adams, zat kimia yang dapat menyebab dermatitis kontak pada
aqueus, phenol formaldehyde resin 10% petrolatum yang mungkin terdapat pada
perekat dan lem, toxicodendron, frullania, dan turpentine 10% olive oil (Adams,
1995).
Mas antara lain pembuatan sketsa, proses pemahatan, pengalusan dengan amplas,
penyemiran atau pengecatan, dan penyikatan dengan sikat kering. Pada proses
pemahatan, pengrajin mengalami kontak dengan bahan berupa serbuk kayu dan
logam dimana serbuk kayu bersifat sebagai iritan dan logam bersifat alergen. Pada
sehingga berisiko menimbulkan trauma pada kulit, penebalan, dan kulit kering
serta mengelupas.
24
kontak dengan larutan pewarna, wax, pernis polyurethane, dan pewarna kayu
yang pada umumnya mengandung mineral seperti turpentine yang bersifat toksik
ketika kontak dengan kulit. Proses ini menjadi ancaman kesehatan dan keamanan
yang luas akibat volume dari bahan kimia yang terlibat. Bahaya kimia juga dapat
(2013), bahaya kimia dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, ingesti, dan kontak
dengan kulit.