Anda di halaman 1dari 14

Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native

Lucy Pujasari Supratman


Universitas Telkom
Jalan Telekomunikasi Nomor 1, Bandung, Jawa Barat 40257
Email: doktorlucysupratman@gmail.com

Abstract: Digital native spends 79% of its time accessing the internet everyday. This study aims to map the
social media usage among digital native. This research has been going on for six months using qualitative
methods and an explanatory case study. The informant who are involved are 225 informants. The results
of this study are divided into three domains, namely the reason, the goal, and the self evaluation of
using social media. All three domains are integrated comprehensively by the digital native in processing
information content, interpreting, and self evaluating as the smart social media users.

Keywords: digital native, domain, generation, social media

Abstrak: Digital native menghabiskan 79% waktunya untuk mengakses internet setiap hari.
Penelitian ini bertujuan memetakan penggunaan media sosial di kalangan digital native. Penelitian
yang berlangsung enam bulan ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus
eksplanatori. Informan yang terlibat sebanyak 225 informan. Hasil penelitian ini terbagi ke dalam
tiga domain, yaitu alasan penggunaan media sosial, tujuan menggunakan media sosial dalam
keseharian, dan evaluasi diri penggunaan media sosial. Ketiga domain tersebut terintegrasikan
secara komprehensif oleh digital native dalam mengolah konten informasi, menginterpretasi, dan
mengevaluasi diri sebagai pengguna media sosial yang cerdas.

Kata kunci: domain, generasi, masyarakat digital, media sosial

Masyarakat informasi menemukan There are number of labels to describe the


young people currently studying at school,
kemudahan berlimpah sejak memasuki college and university. They include the
era internet. Masyarakat pun semakin digital natives, the net generation, the google
generation or the millenials. (Gibbons, 2007)
mudah terhubung untuk saling berinteraksi.
Mereka berkomunikasi, berperilaku, Sementara itu, Helsper & Enyon (2009,
bekerja, dan berpikir sebagai masyarakat h. 1) mengatakan bahwa digital native adalah
digital (digital native). Di dunia maya, generasi muda yang lahir saat internet telah
semua tugas dapat dilakukan secara menjadi bagian hidup mereka. Kehidupan
praktis dan seketika. Penggunaan internet mereka telah dikelilingi oleh internet sejak
oleh masyarakat informasi telah melalui masih dalam kandungan hingga awal kelahiran
transformasi paradigma bagi digital native mereka. Kemudian, tampilan foto bayi yang
untuk melakukan segala aktivitas mereka baru lahir tersebut sudah menjadi penduduk
tanpa batas ruang dan waktu. Digital native dunia maya. Foto bayi tersebut mulai tersebar
pun memiliki banyak label. di media sosial, seperti Facebook, Whatsapp

47
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

group, Line, atau Instagram. Keikutsertaan Peringkat ke-5 diduduki Jepang. Kaum
mereka dinisbatkan di dunia maya sebagai muda Jepang menggunakan telepon mereka
digital native. secara ekstensif untuk mendengarkan musik,
Generasi ini pun beranjak besar mengobrol daring, menjelajah situs internet,
dan memasuki masa balita. Mereka dan membaca buku (Onishi, 2008). Menurut
mahir menggunakan gawai smartphone Onishi (2008), novel yang dirancang untuk
untuk bermain game online, menonton telepon genggang atau sering disebut Wattpad
Youtube, dan melakukan selfie. Seiring sedang laku keras. Di antara sepuluh novel
perkembangan usia mereka, kemampuan terlaris, lima novel sudah tersedia dalam
mereka menggunakan smartphone semakin format telepon genggam. Hal yang paling
meningkat di masa kanak-kanak dan menarik untuk disikapi adalah penggunaan
remaja. Data terbaru dari Google consumer internet secara global telah membentuk budaya
behaviour yang dituliskan Kemp (2018, komunikasi baru di kalangan masyarakat.
h. 1) menyatakan bahwa Indonesia yang Budaya membaca dan menulis sudah
total populasinya 265,4 juta memiliki bertransformasi menjadi komunikasi digital
50% pengguna internet. Setengah jumlah seperti kondisi Jepang tersebut. McLuhan
pengguna internet tersebut adalah para (1990) mengungkapkan bahwa transformasi
digital native. perubahan budaya ini terjadi melalui proses
Indonesia menempati posisi keenam digitally (perubahan media menjadi digital),
pengguna internet terbanyak di dunia. interactivity (perubahan media digital yang
Hidayat (2014) menjelaskan bahwa dapat memberi respons interaktif pada sesama
angka tersebut mendudukkan Indonesia pengguna), dan dispersal (proses distribusi
di peringkat ke-6 terbesar di antara sekitar produksi dan pesan dalam media digital untuk
3,6 miliar jumlah pengakses internet dunia. melibatkan keaktifan individu.

Gambar 1 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2018 (Januari)


Sumber: Kemp (2018, h. 1)

48
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

Gambar 2 Indonesia Peringkat ke-6 Pengguna Media Sosial di Dunia


Sumber: Hidayat (2014)

Hasil survei We Are Social yang menghasilkan sekitar 81.1 juta anak atau
dilakukan di Singapura pada 2017 27% jumlah penduduk. Kelompok ini juga
(Triastuti, Prabowo, & Nurul, 2017, h. 18) disebut generasi milenial atau generasi
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia Y. Keempat, generasi Z yang (Januari
yang menggunakan media sosial mencapai 1998-sekarang). Generasi milenial dan
106 juta dari total populasi 262 juta. generasi Z masuk dalam kaum digital
Aktivitas tertinggi pengguna media sosial di native yang menghabiskan hampir seluruh
Indonesia dilakukan oleh para digital native waktunya untuk berinteraksi melalui media
dengan persentase 62% menggunakan sosial.
smartphone, 16% menggunakan computer,
Data pada gambar 3 menguatkan
dan 6% menggunakan tab.
pernyataan mengenai digital native tentang
Tapscott (2009, h. 11-16) menguraikan frekuensi penggunaan internet dalam
tentang generasi internet di Amerika yang keseharian mereka.
terbagi ke dalam empat kelompok generasi.
Setiap hari, digital native meng­
Pertama, generasi baby boom (Januari
habiskan 79% waktunya untuk mengakses
1946-Desember 1964) yang berlangsung
internet. Data tersebut sebenarnya telah
selama 19 tahun dan menghasilkan 77,2
menjadi pemandangan umum di sekeliling
juta anak atau 23% jumlah penduduk.
masyarakat kita saat menyaksikan aktivitas
Kedua, generasi X (Januari 1965-Desember
1976) yang berlangsung selama 12 tahun digital native yang senang berlama-lama
dan menghasilkan 44,9 juta anak atau menggunakan media sosial.
One cannot talk about technology
15% jumlah penduduk. Kelompok ini
communication without mentioning social
juga disebut baby bust. Ketiga, generasi media. Social media is an internet service
which enables people to interact freely, share
internet (Januari 1977-Desember 1997)
and discuss information about their lives”.
yang berlangsung selama 21 tahun dan (Amofah-Serwaa & Dadzie, 2015, h. 49)

49
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

Gambar 3 Frekeensi Penggunaan Internet per Hari


Sumber: Kemp (2018, h. 1)

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan remaja akhir (perkiraan usia remaja
untuk memetakan penggunaan media antara 19-20 tahun) dan telah mulai dapat
sosial yang semakin bervariasi di kalangan menentukan keputusannya dengan penuh
digital native. Urgensi dari penelitian tanggung jawab.
ini adalah penguraian berbagai kegiatan Peneliti menggunakan purposive
yang dilakukan oleh digital native dalam sampling untuk memfilter informan yang
penggunaan media sosial di keseharian
diobservasi. Kriteria informan dalam
mereka. Penelaahan pada pemilihan
penelitian adalah remaja yang memiliki
media sosial, pengunaan media sosial, dan
akun media sosial aktif lebih dari enam,
pengelolaan media sosial menjadi fokus
aktif menggunakan media sosial untuk
utama untuk mengeksplorasi pola interaksi
beragam kebutuhan, dan informan yang
pada penggunaan media sosial remaja.
hobi menghabiskan sebagian waktunya
METODE untuk berselancar di media sosial.

Penelitian yang berlangsung selama Sejumlah 225 informan yang sesuai


enam bulan ini menggunakan metode dengan kriteria sampling terjaring setelah
kualitatif dan pendekatan studi kasus kuesioner terbuka dibagikan kepada
eksplanatori. Jumlah informan yang terlibat 280 remaja. Pengolahan data dilakukan
adalah 225 remaja. Data diambil dari dengan melakukan observasi, Focus Group
seluruh mahasiswa semester satu program Discussion (FGD), dan studi dokumentasi.
studi (prodi) Ilmu Komunikasi, Universitas Indikator yang digunakan dalam topik
Telkom. Pertimbangan pemilihan FGD adalah akses media (access), analisis
mahasiswa semester satu tersebut adalah penggunaan media (analyze), dan evaluasi
tingkat usia mereka yang sudah memasuki pengunaan media (evaluation).

50
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

HASIL Livingstone (2004, h. 3-5) yang menyatakan


Sejumlah 225 informan yang terpilih bahwa literasi media memuat domain media
diikutsertakan dalam sesi diskusi. Kelompok access, media analyze, dan media evaluate.
dikusi tersebut terbagi dalam sembilan Tabel 1 menunjukkan kategorisasi
kelompok yang berisi 25 orang setiap pernyataan para informan yang peneliti
kelompoknya. Setiap kelompok diminta peroleh melalui observasi dan FGD.
mengutarakan alasan penggunaan media Pernyataan-pernyataan dari sembilan
sosial yang dipilih, tujuan penggunaan media kelompok tersebut telah peneliti reduksi
sosial untuk menfaat diri sendiri, dan analisis dalam 3 domain, yaitu domain alasan
dampak baik dan buruk penggunaan media penggunaan media sosial, domain tujuan
sosial yang diambil dari pengalaman mereka. penggunaan media sosial, dan domain
Ketiga kategori ini sesuai dengan konsep analisis dampak media sosial.
Tabel 1 Domain Alasan Penggunaan Media Sosial (Media Access)

Media Sosial Alasan Penggunaan Logo Media Sosial


Instagram Instagram menyediakan posting edit foto snapgram (caption, filter, efek unik,
dan stiker lucu), instastories, video pendek, bumerang, superzoom, rewind,
handsfree dan slow motion, berita mutakhir, link informasi gosip dari akun,
meme, video tutorial, dan klip karaoke yang membuat digital native dapat
berlama-lama menikmati fitur fasilitas yang disediakan oleh Instagram.

Line Line merupakan pilihan utama digital native untuk melakukan video call,
berbagi stiker dan emoji, mengobrol di grup, multichat, dan mencari informasi
di Linenews.

Youtube Youtube adalah media audio visual pilihan digital native untuk menonton film,
acara TV yang terlewat, video, dan vlog.

WhatsApp Whatsapp dipilih digital native sebagai media sosial yang paling mudah
digunakan karena dapat langsung terhubung hanya dengan mengunakan
nomor telepon di aplikasi Whatsapp.

Facebook Facebook bagi digital native berfungsi sebagai media penunjukan identitas
diri melalui pembaruan status kalimat dan status background di newsfeed.

Snapchat Snapchat digunakan digital native untuk membagikan suatu momen berharga
secara langsung (on the spot).

Twitter Twitter menjadi rujukan berita dan informasi yang menjadi trending topic bagi
digital native.

Ask.fm Ask.fm adalah aplikasi untuk saling bertanya (question and answer) dengan
anggota ask.fm yang tergabung di dalamnya.

Sumber: Data primer

51
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

Gambar 4 merupakan penjabaran Digital native benar-benar menggunakan


dari kategorisasi para informan dalam media sosial untuk beragam tujuan dalam
menggunakan media sosial. Berdasarkan keseharian mereka. Penggunaan tersebut
observasi, digital native menggunakan dimulai dari kebutuhan sandang, pangan, dan
media sosial untuk mendapatkan informasi, papan yang dibantu oleh kemudahan fasilitas
berkomunikasi secara virtual, mengeksplorasi media sosial. Digital native dapat dengan
hobi, memperoleh hiburan, menunjang tugas mudah mendapatkan informasi seputar
perkuliahan, melakukan pembelanjaan daring, makanan, lokasi untuk bersantai, mencari
serta pengadopsian gaya busana dan gaya teman lama, atau memperoleh pengetahuan
hidup. Hal yang menarik dalam penggunaan tentang suatu berita melalui banyak aplikasi
media sosial ini adalah para informan dapat yang disediakan di fitur internet. Tak sulit
menggunakan media sosial ini dalam satu bagi digital native untuk mendapatkan segala
waktu. Ketika sekelompok mahasiswa informasi karena kemudahan akses internet
(informan) sedang mengerjakan tugas kuliah yang telah masuk di segala sendi kehidupan.
di depan layar laptop, di saat itu pula mereka Bahkan untuk melakukan pembelajaan
sekaligus membuka situs Facebook untuk kebutuhan tersier, seperti sepatu, baju, dan
mengobrol (chatting), mendengarkan musik make-up, mereka tinggal membeli melalui
di Youtube, dan berdiskusi di grup Whatsapp. sistem pembelanjaan daring.
Beberapa informan lain melakukan video call Beragam promosi dan transportasi
melalui Skype sambil memilih-milih barang daring bekerja sama dengan media sosial
untuk dipesan daring melalui Instagram. untuk membidik pasar digital native. Begitu

Gambar 4 Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native


Sumber: Data Primer

52
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

juga tentang eksplorasi hobi digital native dari buku-buku teks (printed). Mereka
yang menjamur dalam bentuk virtual group. mengatakan bahwa sumber Youtube
Selain itu, media sosial juga menawarkan kadang ada yang berasal dari sumber video
hiburan instan yang melibatkan massa yang sama, sehingga terkesan plagiasi,
(netizen). Salah satu aplikasi hiburan yang meskipun ada juga video Youtube resmi
digunakan digital native adalah Sing! yang berasal dari perguruan tinggi bonafide
karaoke by Smule. Digital native dapat yang memiliki program video e-learning
membagikan video karaoke ke dalam konten dan tentunya telah teruji keabsahan konten
media sosial Instagram atau Facebook dan tutornya.
mereka. Selain hiburan yang didapat dari
PEMBAHASAN
penggunaan media sosial ini, infiltrasi
terhadap adopsi budaya asing menjadi kiblat Jumlah pengguna dan kegunaan media
gaya hidup digital native. baru mengalami peningkatan. Hampir
Beberapa informan dalam penelitian seluruh kegiatan dapat terselesaikan
ini mengutarakan kekaguman mereka pada melalui berbagai macam akses internet
Hallyu. Kegemaran terhadap budaya pop yang mudah didapat, seperti e-commerce,
Korea tersebut berimplikasi pada kecintaan transportasi daring, e-toll, e-learning,
mereka mengikuti akun Twitter artis-artis dan beragam sumbangsih perkembangan
Korea. Komunikasi di antara fandom kecanggihan internet yang dipergunakan
Indonesia (pecinta budaya Korea) di dalam keseharian manusia. Fasilitas
Twitter nampak lewat cuitan atau komentar internet yang mudah didapat menjadikan
yang dilayangkan fandom Indonesia pada seluruh masyarakat dari beragam usia dan
artis-artis korea. Digital native Indonesia profesi menggunakannya. Seluruh orang
juga tak malu menggunakan foto profil dapat mengakses segala macam konten
ala Korea dan menggunakan inisial nama yang ditawarkan oleh berbagai situs dan
campuran Korea di akun Twitter mereka. media sosial.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Generasi yang dibesarkan saat budaya
kebutuhan pendidikan menjadi sebuah internet telah lahir disebut dengan digital
keniscayaan virtual yang realitasnya harus native atau generasi milenial. Ibrahim
mereka kuasai. Digital native senang (2011) mengatakan bahwa generasi ini
mengeksplorasi ilmu melalui Youtube dan dipandang sebagai generasi masa depan
beberapa blog ilmiah untuk memahami yang diasuh dalam lingkungan budaya baru
suatu ilmu atau keterampilan. Sayangnya, media digital yang interaktif, berwatak
pondasi dasar dari keilmuan tersebut hanya menyendiri (desosialisasi), berkomunikasi
berada pada tataran praktis dan tidak secara personal, dan melek komputer.
merasuk hingga ke akar ilmu tersebut. Paparan Supratman dan Wahyudin (2017,
Informasi yang ditawarkan di dunia maya h. 51) mengenai digital native berikut
berbeda dibanding informasi yang berasal menunjukkan hal serupa.

53
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

Generation Z, Millennial Generation and itu, aksesibilitas kepemilikan media sosial


Generation X are referred to be the most
familiar generation with the gadgets. But yang mereka gunakan tidak hanya pada
the most internet familiar among those satu akun media sosial saja, melainkan
generations are Generations Z and Millennial
Generation. They have been using the internet
pada lebih dari satu media sosial. Media
access on their mobile phone as part of their sosial yang aktif digunakan para informan
lives. It will be very common things to find
Generation Z and Millennial Generation look
sehari-hari dapat dilihat dalam gambar 5.
busy interacting on their mobile phone. Selain fasilitas akses media sosial, tiap
akun memiliki ketentuan yang berbeda-
Domain Media Access
beda. Media sosial Instagram, Line,
Digital native di Indonesia menempati Whatsapp, Facebook, Snapchat, dan Twitter
jumlah populasi terbesar saat ini. Mereka memperbolehkan pengguna membagikan
merupakan generasi yang lahir dan tumbuh konten foto, video, dan statusnya agar
di era digital. Tingkat pengetahuan para dapat diakses secara global maupun privat.
remaja generasi Z dan generasi milenial Media sosial Youtube memperbolehkan
sudah memadai untuk mengoperasikan penggunanya untuk membagikan video
media sosial. Mereka bukan hanya sebagai dengan syarat tidak boleh mengandung
pengguna media sosial saja, melainkan unsur suku, agama, ras, kekerasan, dan
juga pembuat konten media yang dijadikan pornografi. Sedangkan Ask.fm membagi
sebagai bentuk pesan interaksi di dunia penggunanya menjadi dua jenis, yaitu
maya. Generasi digital native memahami pengguna yang telah terdaftar menjadi
bahwa media sosial bersifat konvergen user Ask.fm dan pengguna yang tidak
yang mampu menghubungkan satu terdaftar. Namun, jika pengguna yang tidak
platform media ke media lain. Oleh karena terdaftar tersebut menggunakan fasilitas

Gambar 5 Penggunaan Akses Layanan Media Sosial oleh Digital Native


Sumber: Data Primer

54
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

wahana tanya jawab di media sosial Ask. handsfree, dan slow motion. Digital native
fm, maka penggunaan perangkat dan lokasi juga senang membaca berita mutakhir
IP Address pengguna tersebut tersimpan di tentang pendidikan, sosial, politik, dan
akun tersebut secara otomatis. gosip lewat link yang diberikan oleh akun-
Para informan memahami seluruh cara akun Instagram yang mereka ikuti (follow).
mengakses dan ketentuan yang berlaku pada Mereka juga senang menikmati meme lucu,
tiap media sosial, terutama saat informan video tutorial, dan klip karaoke. Mereka
mengakses poin-poin data yang diminta oleh juga senang menikmati fitur Instagram
media sosial ketika akan mendaftarkan diri sambil saling mengirim dan membalas
(sign up). Namun, terdapat poin-poin privasi pesan antarsesama pengguna Instagram
yang tidak diberikan secara vulgar pada akun lainnya melalui Direct Message (DM).
media sosial untuk alasan keamanan, seperti Media sosial terpopuler kedua
seperti data email, alamat, nomor telepon, ditempati oleh Line. Line merupakan
dan lokasi. Beberapa informan memberikan media sosial yang biasa digunakan oleh
(share) lokasi timpat tinggal, tetapi hanya digital native untuk chatting dengan penuh
sebatas pada lokasi provinsi dan kota ekspresi simbol (emoticon). Line juga
domisili saja. Para informan menilai bahwa menjadi pilihan utama digital native untuk
penggunaan akses media sosial dibuat sangat melakukan panggilan gratis dan video call
bebas. Mereka dapat mengeksplorasi identitas gratis, serta berbagi gambar stiker bergerak
diri atau mengelaborasi segala hal tanpa dan emoji lucu. Mereka menggunakan
terbatasi ruang dan waktu. media sosial Line Messanger karena
Domain Media Analyze memudahkan mereka terhubung dengan
Para informan menggunakan delapan teman-teman seusia mereka melalui fitur
akun media sosial secara aktif. Media sosial grup dan multichat. Selain itu, aplikasi Line
tersebut, yaitu Instagram, Line, Youtube, dapat digunakan melihat berita di Linenews
Whatsapp, Facebook, Snapchat, Twitter, dan melihat diskon harga di official account.
dan Ask.fm. Instagram adalah salah satu Media sosial selanjutnya adalah Youtube
media sosial paling popular yang digunakan yang digunakan untuk mendengarkan lagu
digital native. Media sosial ini seakan sambil mengerjakan tugas kuliah. Mereka
telah mengambil sebagian kehidupan juga menonton film, trailer, dan mencari
digital native sepanjang hari. Kelebihan informasi tentang program siaran televisi
fitur Instagram memang membuat digital yang tidak sempat mereka tonton. Youtube
native betah berlama-lama menikmati adalah media sosial pilihan mereka untuk
fasilitas yang diberikan media sosial ini. mengetahui suatu berita yang sedang
Instagram menyediakan fitur posting menjadi berita hangat. Mereka menggunakan
edit foto snapgram (caption, filter, efek Youtube untuk membagikan video mereka
unik, dan stiker lucu), instastories, video sendiri karena dapat memuat durasi waktu
pendek, bumerang, superzoom, rewind, yang panjang. Selain itu, mereka sering

55
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

menilai dan mengomentari video Youtube tweet karena jumlah karakternya terbatas
yang mereka sukai atau tidak sukai. (140-280 karakter). Kebanyakan dari mereka
Media sosial selanjutnya adalah adalah pembaca aktif yang membaca “kicauan-
Whatsapp yang dipilih digital native karena kicauan” yang sedang menjadi trending topic,
tidak memiliki banyak desain dan lebih melakukan retweet informasi penting tersebut
fungsional. Menurut mereka, Whatsapp pada teman-teman mereka, melakukan DM
memiliki kualitas yang lebih baik untuk terkait tweet tertentu dan membaca thread
berbagi foto atau video dan lebih mudah (kolom cerita di Twitter). Sedangkan Ask.
melakukan chatting karena dapat menyimpan fm adalah aplikasi yang digunakan untuk
nomor telepon. Mereka menggunakan menanyakan suatu pertanyaan pada pengguna
Whatsapp untuk berhubungan dengan Ask.fm lain tentang segala hal yang digital
orang tua dan teman dekat. Digital native native ingin tanyakan. Pengguna Ask.fm dapat
mengatakan bahwa Whatsapp membantu bertanya tanpa diketahui identitasnya dengan
mereka menghemat biaya berkomunikasi fitur anonim.
jarak jauh, terutama bagi mahasiswa perantau Pola pikir digital native berbeda bila
dan orang tua mereka untuk menanyakan dibandingkan dengan generasi baby boomer.
kabar tanpa harus khawatir pulsa tersedot. Transformasi cara berpikir yang multitasking
Facebook adalah media sosial yang membuat mereka dapat menyelesaikan
paling lama digunakan oleh digital native. beberapa tugas dengan lebih cepat. Penggunaan
Laman Facebook dapat meringkas kegiatan media sosial tidak lagi difokuskan pada satu
keseharian mereka dan hampir seluruh media sosial saja, namun pada beberapa media
informan menampilkan foto “alay” dan status- sosial sekaligus. Kolaborasi dari berbagai
status personal. Mereka saling mengomentari tujuan tersebut membiasakan hidup mereka
foto, video, dan status di laman wall serta memiliki akses tak terbatas pada penggunaan
newsfeed. Mereka juga tergabung dalam grup internet dalam gawai mereka. Digital native
komunitas hobi di Facebook. Sedangkan memiliki ketergantungan sangat tinggi pada
Snapchat adalah aplikasi yang digunakan fasilitas yang diberikan media sosial, sehingga
digital native untuk berbagi video, foto, dan hal tersebut menjadikan mereka wifi hunter
fitur cerita dengan sesama pengguna yang (pemburu koneksi jaringan wifi).
akan hilang setelah 24 jam. Digital native Tapscott (2009) menuliskan norma-
senang membagikan momen-momen makan norma Generasi Internet sebagai berikut,
bersama teman-teman di restoran, menonton pertama mereka menginginkan kebebasan
film di bioskop, jalan-jalan, serta menghadiri dalam segala hal yang mereka perbuat,
acara musik dan band kampus pada teman seperti kebebasan memilih dan kebebasan
Snapchatter lainnya. berekspresi. Kedua, mereka senang
Sementara itu, Twitter digunakan digital membuat sesuatu sesuai selera (kutomisasi
native untuk membaca tweet tentang informasi dan personalisasi). Ketiga, mereka mencari
yang menjadi tren. Mereka jarang membuat integrasi korporasi dan keterbukaan

56
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

sewaktu mereka memutuskan sesuatu yang menjadi digital. Tujuan penggunaan digital
akan mereka beli atau tempat mereka akan yang telah peneliti kategorikan menjadi
bekerja. Keempat, generasi internet ingin tujuh tema adalah kegiatan digital native
hiburan dan permainan tetap ada dalam menjalani keseharian. Penggabungan ketujuh
pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan tematisasi tersebut menjadi ajang unjuk gigi
sosial mereka. Kelima, mereka generasi digital native untuk menunjukkan identitas
yang mengandalkan kolaborasi dan relasi. mereka agar diakui komunitasnya. Pengakuan
Keenam, generasi internet membutuhkan tentang ‘diri’ tersebut diatur sedemikian rupa
kecepatan. Ketujuh, mereka para inovator. lewat unggahan foto, diri, video, status,
Kebutuhan hidup digital native sudah like, komentar, dan pengikut. Segala arus
terintegrasi sepenuhnya dengan internet. informasi, kebutuhan, dan kebebasan dalam
Mereka menjadi bagian lingkungan digital internet memberikan koneksi tanpa batas bagi
yang akrab dengan internet sejak kecil, pemenuhan kebutuhan pengakuan diri digital
sehingga kebutuhan primer, sekunder, dan native.
tertier terasa dapat terpenuhi seluruhnya Domain Media Evaluate
melalui genggaman sebuah gawai. Pengalaman-pengalaman yang langsung
Digital native represent the first generation to dialami para informan memberikan suatu
grow up with this technology. Digital activity
is like a mother tounge for them. They are gambaran tentang pengevaluasian nilai diri
generation of technological acceleration of sebagai pengguna media sosial. Berkaca
the internet and its networks. (Cornu, 2011,
h. 2) pada pengalaman-pengalaman tersebut,
digital native ternyata memiliki nilai filosofis
Kemampuan andal mereka meng­ tersendiri pada penggunaan media sosial yang
operasikan internet melalui smartphone sudah cerdas. Observasi peneliti tentang pengalaman
tidak perlu dipertanyakan lagi karena mereka terbaik dan pengalaman buruk yang dipandang
terlahir dalam lingkungan serba digital yang dari sisi domain evaluasi pengguna media
membuat perspektif berfikir mereka juga sosial dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Observasi FGD (Domain Evaluasi)

Pengalaman Terbaik Pengalaman Terburuk


Tergabung dalam komunitas global Akun yang tiba-tiba diretas oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab
Menambah pengetahuan kognitif Mengalami sakit leher dan iritasi mata karena terlalu lama
menghabiskan waktu menggunakan internet (kira-kira
8-10 jam dalam satu hari penggunaan gawai)
Merasa menjadi selebgram dalam gaya busana setelah Tersinggung karena merasa diacuhkan saat sedang
mendapatkan banyak like dan follower berkomunikasi tatap muka dengan teman mereka yang
lebih memilih memusatkan perhatiannya di media sosial
Dijadikan sebagai simbol gatekeeper dalam informasi terkini Mendapatkan penghakiman serta penilaian yang muncul
bila dapat membagikan berita terhangat di grup media sosial dari komentar/status
Memudahkan komunikasi jarak jauh bagi mahasiswa Penipuan pembelian barang palsu lewat transaksi daring
perantau dan orangtuanya untuk menanyakan kabar tanpa
banyak menyedot pulsa

57
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

Pengalaman Terbaik Pengalaman Terburuk


Menjadi ajang ekspresi bakat menyanyi dengan bergabung Pemicu kecemburuan pada pertemanan yang
dalam aplikasi Smule Sing untuk berkaraoke bersama mengakibatkan meregangnya hubungan personal karena
teman atau hanya bernyayi solo faktor kesalahpahaman
Mencoba peruntungan usaha menjual kaos, baju, home Banyaknya konsumi berita hoax, video hoax, dan gambar
made food, dan makanan ringan yang dibagikan di grup- hoax yang bertebaran di dunia maya
grup atau jaringan pribadi media sosial

Sumber: Data primer

Pengalaman terbaik digital native atas pengalaman positif penggunaan media


dalam penggunaan media sosial yaitu sosial. Mereka merasa menjadi trendsetter
membentuk jati diri yang berani memiliki karena dijadikan simbol gatekeeper dalam
prinsip hidup di kancah global. Digital informasi terkini bila dapat membagikan
native memilki banyak perluasan teman- berita terhangat di grup media sosial.
teman dari luar negeri yang tergabung Digital native tidak hanya memiliki
dalam komunitas dunia untuk memperluas pengalaman baik dalam penggunaan media
jaringan pertemanan dan melancarkan sosial, namun mereka juga mendapatkan
kemampuan berbahasa Inggris. Pergaulan pengalaman buruk yang pernah merugikan
di dunia internet yang tidak mengenal diri mereka. Pengalaman tersebut yaitu
ruang, batas, dan waktu membantu mereka akun media sosial yang diretas oleh hacker,
mencari akses jaringan pertemanan, sakit leher, dan iritasi mata karena terlalu
referensi, informasi, dan pergaulan dunia lama menghabiskan waktu bersosialisasi
untuk mendukung terwujudnya impian di media sosial, merasa tersinggung karena
mereka. Hampir seluruh digital native diacuhkan saat sedang berkomunikasi
dalam penelitian ini kurang menyukai tatap muka dengan teman mereka yang
impian pekerjaan dengan kepemimpinan lebih memilih memusatkan perhatiannya
konvensional dan kerja di belakang meja. di grup chat, mendapatkan penghakiman
Mereka senang diberikan kebebasan (perundungan siber), penilaian yang muncul
berinovasi, berinisiatif, dan menjelajahi dari komentar/status, penipuan pembelian
tantangan pekerjaan. Oleh karena itu, barang palsu lewat transaksi daring,
pergaulan positif untuk meluaskan jejaring memicu kecemburuan pada pasangan yang
bisnis daring menjadi pengalaman berharga. mengakibatkan meregangnya hubungan
Mereka juga menyatakan dengan personal karena faktor kesalahpahaman,
terbuka tentang kemudahan mendapatkan serta terpengaruh konsumi berita hoax, video
sumber referensi jurnal open access hoax, dan gambar hoax yang bertebaran di
dan e-book untuk menyelesaikan tugas grup media sosial.
kuliah. Beberapa informan pun senang Digital native tetap dapat melakukan
membagikan hasil presentasi tugas kuliah refleksi diri pada pentingnya memperhatikan
melalui Youtube. Identitas mereka sebagai sebuah privasi setelah mendapatkan
remaja mandiri menjadi lebih terbentuk pengalaman-pengalaman buruk dalam

58
Lucy Pujasari Supratman. Penggunaan Media Sosial...

penggunaan media sosial. Mereka tidak Domain evaluation pada diri digital native
lagi bersikap asosial saat berkomunikasi nihil tercapai bila tidak ada integrasi
tatap muka dan lebih bersikap humanis yang komprehensif antara domain
dalam berinteraksi mengingat pengalaman media access dan media analyze sebagai
buruk yang telah mereka alami di dunia generasi muda milenial. Jika keseluruhan
maya. Mereka mengkhawatirkan bahwa domain terpenuhi, maka digital native
imbas konflik komunikasi yang terjadi dapat menjadi masyarakat digital yang
di dunia nyata akan membawa pengaruh cerdas mengelola konten informasi yang
pada citra mereka di dunia maya. Pada diproduksi di media sosial. Jiwa mereka
akhirnya, pengalaman baik dan buruk juga akan matang bermetamorfosa menjadi
digital native dalam menggunakan media generasi independen yang dapat mengelola,
sosial dapat meningkatkan kesadaran menginterpretasi, dan mengevaluasi media
tentang kemandirian, harga diri, dan sosial dengan kritis.
kreativitas. Digital native dapat dengan
DAFTAR RUJUKAN
sendirinya mempelajari evaluasi dari
refleksi pengalaman buruk tersebut tanpa Amofah-Serwaa, N., & Dadzie, P. S. (2015).
Social media use and its implication on child
harus digurui.
behaviour: A study of a basic school in Ghana.
SIMPULAN International Journal of Social Media and
Interactive Learning Environments, 3(1), 49-
Hasil evaluasi tersebut adalah proses 62.

sosial digital native untuk dapat beradaptasi Cornu, B. (2011). Digital natives: How do they
menjadi warga net yang bertanggung jawab. learn? How to teach them? Moscow, Russian
Federation: UNESCO Institute for Information
Implikasi evaluasi digital native diperlukan
Technologies in Education.
kemampuan memahami substansi informasi
Gibbons, S. (2007). Redefining the roles of
yang diperoleh melalui pengalaman- information professionals in higher education
pengalaman nyata yang dialami, baik itu to engage the net generation. Paper Presented
pengalaman terbaik dan terburuk. Cermin at EDUCAUSE, Australasia. <http://www.
dari evalusi pengalaman-pengalaman yang caudit.edu.au/educauseaustralasia07/authors_
papers/Gibbons2.pdf retrieved on 16-10-
dialami mereka mengubah kemampuan
2014>
digital native untuk cerdas mengambil
Helsper, E., & Enyon, R. (2009). Digital
refleksi dari pengalaman tersebut secara natives: Where is the evidence? British
mendalam. Mereka dapat menerjemahkan Educational Research Journal, 1-18.
setiap pengalaman terburuk dalam meng­ <http://eprints.lse.ac.uk/27739/1/Digital_
gunakan media sosial secara proporsional. natives_%28LSERO%29.pdf>
Hidayat, W. (2014). Pengguna internet Indonesia
Inti dari domain evaluation adalah
nomor enam dunia. <https://kominfo.go.id/
berkembangnya nalar kritis yang berasal
content/detail/4286/pengguna-internet-
dari pengalaman-pengalaman digital indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_
native menjadi pengguna media sosial. media>

59
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 15, NOMOR 1, Juni 2018: 47-60

Ibrahim, I. S. (2011). Kritik budaya komunikasi. <https://www.nytimes.com/2008/01/20/


Yogyakarta, Indonesia: Jalasutra. world/asia/20japan.html>
Kemp, S. (2018). Digital in 2018: World’s internet Supratman, L. P., & Wahyudin, A. (2017). Digital
users pass the 4 billion mark. <https:// media literacy to higher students in indonesia.
wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital- International Journal of English Literature
report-2018> and Social Sciences, 2(5), 51-58.
Livingstone, S. (2004). Media literacy and Tapscott, D. (2009). Grown up digital: How the
the challenge of new information and net generation is changing your world. New
communication technologies. Communication York, US: McGraw-Hill.
Review, 1(7), 3-14.
Triastuti, E., Prabowo, D. A. I., & Nurul, A. (2017).
McLuhan, M. (1990). Understanding media: The Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial
extention of man. London, UK: Routledge. Bagi Anak dan Remaja. Jakarta, Indonesia:
Onishi, N. (2008, 20 Januari). Thumbs race as Japans Pusat Kajian Komunikasi FISIP Universitas
best sellers go cellular. The New York Times. Indonesia.

60

Anda mungkin juga menyukai