Anda di halaman 1dari 8

Resume

Tafsir Tematik Psikologi QS. Al-Baqarah ayat 45-46

Nama : Dea Nofia S.

NIM : 201141065

Kelas : Psikologi Islam – 2B

Matkul : Tafsir Tematik Psikologi

Tafsir QS. Surat Al-Baqarah : 45

َ‫ َواِنَّهَا لَ َكبِ ۡي َرةٌ اِاَّل َعلَى ۡال ٰخ ِش ِع ۡي ۙن‬Aؕ‌ ‫است َِع ۡينُ ۡوا بِالص َّۡب ِر َوالص َّٰلو ِة‬
ۡ ‫َو‬

Artinya : Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (QS. Al-Baqarah:45)

Ayat 45 ini menjelaskan tentang firman Allah SWT yang menyuruh para hamba-
Nya untuk meraih kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat dengan cara menjadikan
kesabaran dan shalat sebagai penolongnya.

Menurut mujahid, yang dimaksud dengan kesabaran adalah syiryam atau puasa. Al-
Qurtubi dan ulama lainnya mengatakan, bulan Ramadhan disebut sebagai bulan
kesabaran. Dari Umar bin Al Khattab ia berkata, “sabar itu ada 2, yang pertama sabar
ketika mendapat musibah adalah baik dan yang lebih baik lagi adalah bersabar dalam
menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah SWT.

Ibnu Mubarak meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, Kesabaran itu adalah pengaduan
hamba kepada Allah SWT atas apa yang menimpanya dan mengharap keridhoan disisi-
Nya serta menghendaki pahalanya. Seperti contoh, terkadang seseorang merasa cemas
tetapi ia tetap tegar, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, Rasulullah


SAW jika ditimpa suatu masalah maka segera mengerjakan shalat (HR. Abu Daud).
Mengenai firman-Nya, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah SWT dengan shalat dan
sabar”, Sunaid meriwayatkan dari Hajjaj dari Ibnu Juraij ia mengatakan, bahwa sabar dan
shalat merupakan penolong untuk mendapatkan rahmat Allah SWT.

Khusyu itu tidak lebih dari apa yang ada dalam hati. Ali bin Abi Thalib berkata,
khusyu itu ada didalam hati dan hendaknya engkau melembutkan kedua telapak tanganmu
kepada seorang muslim serta janganlah engkau berpaling dalam shalatmu. Pengertian dari
hal ini akan dipaparkan secara lebih baik dalam firman Allah Ta’ala QS. Al-Mu’minun :
1-2

A‫ َن‬A‫ و‬Aُ‫ ن‬A‫ ِم‬A‫ؤ‬Aْ A‫ ُم‬A‫ ْل‬A‫ ا‬A‫ح‬Aَ Aَ‫ ل‬A‫ ْف‬Aَ‫ أ‬A‫ ْد‬Aَ‫ق‬
Artinya : “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman”

A‫ َن‬A‫ و‬A‫ ُع‬A‫ ِش‬A‫ ا‬A‫خ‬Aَ A‫ ْم‬A‫ ِه‬Aِ‫ اَل ت‬A‫ص‬


َ A‫ ي‬Aِ‫ ف‬A‫ ْم‬Aُ‫ ه‬A‫ن‬Aَ A‫ ي‬A‫َّ ِذ‬A‫ل‬A‫ا‬
Artinya : “(yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya,

Jika demikian, maka barangsiapa yang menampakkan kekhusyuannya dari apa yang
ada dalam hatinya, sesungguhnya ia sedang menampakkan kemunafikan diatas
kemunafikan.

Al-Qurtubi berkata, “ini adalah kekhusyuan yang terpuji sebab, jika perasaan telah
bersemayam di dalam hati maka hal ini akan menimbulkan kekhusyuannya yang nyata,
sehingga tidak mungkin dapat ditepis oleh pemiliknya. Oleh karena itu engkau akan
melihatnya menundukkan kepala, santun, dan rendah diri.”

Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 46:

A‫ َن‬A‫ و‬A‫ ُع‬A‫ ِج‬A‫ ا‬A‫ر‬Aَ A‫ ِه‬A‫ ْي‬Aَ‫ ل‬Aِ‫ إ‬A‫ ْم‬Aُ‫َّه‬A‫ ن‬Aَ‫ أ‬A‫ َو‬A‫ ْم‬A‫ ِه‬Aِّ‫ ب‬A‫ َر‬A‫ و‬Aُ‫ اَل ق‬A‫ ُم‬A‫ ْم‬Aُ‫َّه‬A‫ ن‬Aَ‫ أ‬A‫ن‬Aَ A‫ و‬A‫ ُّن‬Aُ‫ ظ‬Aَ‫ ي‬A‫ن‬Aَ A‫ ي‬A‫َّ ِذ‬A‫ل‬A‫ا‬
Artinya : “(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 46).

Ayat 46 ini menjelaskan tentang menambah khusyu. Hendaklah kita ingat sampai
menjadi keyakinan bahwasanya kita ini datang kedunia atas kehendak Tuhan dan akan
kembali ke akhirat dan akan bertemu dengan Tuhan. Dihadapan Tuhan, akan kita
pertanggung jawabkan semua amal dan usaha kita didunia. Maka dari sekarang, hedaklah
kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dan sampailah Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa jika kamu berdiri shalat
hendaklah sebelum kamu bertakbir kamu ingat seakan akan itulah shalatmu yang terakhir.
Ini akan menjadikan kita lebih khusyu dalam menghadap ke Tuhan.

Ayat ini menyempurnakan penjelasan ayat sebelumnya, maksudnya sesungguhnya


shalat itu benar-benar berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu, yaitu orang-orang
yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya. Yakni mereka mengetahui bahwa
dirinya akan dikumpulkan kepadanya pada hari kiamat dan ditampilkan, dan dikembalikan
kepadanya.

Adapun firman Allah mereka yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka.
Menurut Ibnu Jarir dan Mujahid bahwa setiap zham/”dugaan” di dalam Al-Qur’an berarti
yakin. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa zham itu berarti mengetahui. Namun menurut
1 pendapat, lafadz adzan yang terdapat dalam ayat ini bisa dipahami sesuai maknanya dan
dalam firman Allah ini tersembunyi lafadz bizunubihim dengan membawa dosa-dosa
mereka. Dengan demikian, mereka seolah-olah menduga dapat bertemu Allah dengan
membawa dosa-dosa mereka. Demikianlah itu yang dikemukakan oleh Al-Mahdawi dan
Al-Mawardi.

Berdasarkan tafsir dari QS. Al-Baqarah ayat 45-46 dapat ditarik beberapa hal dari
ilmu tersebut kedalam ilmu psikologi, yakni:

1. Menolong
Sebagaimana pada ayat tersebut terdapat kata “wasta’inu”. Wasta’inu sendiri
berasal dari kata “ista’ana” yang artinya menolong. Dalam KBBI, menolong adalah
membantu untuk meringankan beban (penderitaan, kesukaran dan sebagainya). Menurut
Wrightsman & Deaux (1981), perilaku menolong atau helping behavior adalah setiap
tindakan yang lebih memberikan keuntungan bagi orang lain, daripada diri sendiri. Dan
inti dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan menolong adalah segala
tindakan yang lebih menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain yang
membutuhkan daripada terhadap diri sendiri bahkan kadang menimbulkan resiko
terhadap si penolong. Sehingga dalam hal tolong menolong kita harus peka disaat
lingkungan kita ada yang membutuhkan kita, kita harus tolong menolong. Karena
memang sudah seharusnya, kita sesama manusia sebagai makhluk sosial harus saling
tolong menolong.

2. Emosi
Emosi diartikan sebagai impuls yang muncul akibat dari suatu rangsangan dari
dalam maupun dari luar. Emosi berarti isi hati yang dituangkan dalam expresi fisik dan
emosi sendiri merupakan suatu konsep yang luas dan tidak dapat dispesifikasikan.
Emosi juga merupakan suatu reaksi. Bisa positif maupun negatif, sebagai dampak dari
rangsangan dari dalam diri, maupun dari luar. Jika kita tidak peka dengan orang-orang
tersebut bisa saja orang-orang tersebut marah, bisa saja sedih, karena kita yang kurang
peka untuk menolong mereka saat mereka membutuhkan kita.
3. Kecewa
Kekecewaan merupakan reaksi atas ketidaksesuaian antara harapan, keinginan
dengan kenyataan. Rasa kecewa itu disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari hal-hal
yang kelihatannya sangat biasa menjadi besar dan akhirnya menyiksa perasaan. Faktor
penyebab utama timbulnya kekecewaan ialah karena target yang kita tentukan
terhadap suatu atau seseorang tidak terpenuhi sehingga kita sering kali menyalahkan,
menghakimi, ataupun melampiaskannya kepada orang lain. Contohnya, terkadang dari
sebagian orang ada saja yang mudah mempercayai orang dan saat kita mempercayai
orang tersebut dengan mudah ternyata dia membuat dirimu kecewa. Tetapi rasa
kecewa yang berlarut-larut akan mempengaruhi negatif terhadap jiwa dan pikiran kita,
jadi rasa kecewa itu tidak baik. Kita akan melampiaskan kekecewaan itu kepada
orang-orang yang berada disekitar kita, keluarga sendiri, dll. Dan rasa kecewa itu
berbahaya. Rasa ini akan melahirkan rasa dendam dan rasa benci kepada mereka yang
telah menciptakan rasa kecewa terhadap kita.
a. Dendam
Jika kita mengalami kekecewaan yang berlebihan tidak dipungkiri dalam benak kita
ingin membalas orang yang sudah membuat kita kecewa dan jika dibiarkan, ini
akan menjadi bahaya. Contohnya, pembunuhan yang terjadi dikarenakan dendam.
b. Gangguan jiwa
Selain dendam, penyakit gangguan jiwa juga dikarenakan rasa kecewa yang
berlebihan. Ketika seseorang terus memikirkan masalah itu sepanjang waktu dan
memendamnya sampai ke batin, waktu demi waktu mungkin orang tersebut akan
mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan, bukan hanya dikarenakan rasa
kecewa saja. Banyak faktor lain yang menyebabkan sakit jiwa, antara lain paparan
virus, minuman keras, obat-obatan dan bawaan dalam kandungan. Pada beberapa
kasus, ketidakseimbangan hormon dapat berpengaruh pada kesehatan mental,
mengalami kejadian traumatis, seperti pernah mengalami pemerkosaan atau
menjadi korban bencana alam, menggunakan obat terlarang, menjalani kehidupan
penuh tekanan seperti kesulitan keuangan, perceraian, atau kesedihan akibat
adanya anggota keluarga yang meninggal.
c. Malas
Ketika masalah datang dan kita kecewa, sering sekali kita malas berbuat apa-apa.
Dan mood menurun drastis apalagi ketika kita yang berlebihan, untuk makan saja
tidak seleradan akhirnya bakal timbul penyakit lain.

Dan dalam masalah tersebut, solusi secara psikologi islam terdapat pada QS. Al-
Baqarah ayat 45 adalah jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

1. Sabar
Sabar menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan sabar ialah menahan diri
terhadap perbuatan-perbuatan maksiat. Karena itu dalam ayat ini dibarengi dengan
menaikkan amal-amal ibadah dan amal ibadah yang paling tinggi adalah shalat.
Dalam psikologi secara harfiah, sabar memang memiliki makna sebagai perilaku
yang menahan diri dari emosi terutama kemarahan. Perilaku sabar ini juga banyak
dikaji, terutama dilihat dari segi psikologi. Dalam pandangan Zakiyya Drajat,
bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda sementara pemuasan
kebutuhan itu atau ia dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang bisa
menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam kamus psikologi disebutkan definisi
kontrol diri atau self kontrol adalah kemampuan individu untuk mengarahkan
tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat
dorongan yang ada. Contoh sikap dan perilaku kontrol diri itu seperti saat marah,
berusaha meredakan emosi dengan zikir, wudhu, nafas panjang, dll. Tidak
mengambil keputusan pada saat marah. Kemudian menahan diri untuk tidak boros
membelanjakan uang.
2. Shalat
Dalam lingkup psikologi, ibadah shalat mempunyai efek relaksasi otot yaitu
kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama
menjalankan shalat. Menjelaskan bahwa relaksasi otot ternyata dapat mengurangi
kecemasan, penyakit susah tidur atau insomnia, mengurangi hiperaktivitas pada
anak, mengurangi toleransi rasa sakit dan mengurangi merokok pada perokok yang
ingin sembuh. Juga dapat mengurangi keluhan berbagai penyakit terutama
psikosomatis. Shalat juga fungsional, untuk relaksasi kesadaran indra. Shalat juga
merupakan sarana pembentukan kepribadian manusia, shalat merupakan kegiatan
seharian, mingguan, bulanan atau amalan tahunan. Kegiatan-kegiatan itu
merupakan instrumen terbaik untuk membentuk dan membina kepribadian muslim
dan muslimah yang bercirikan disiplin, taat, tepat waktu, dan bekerja keras
mencintai kebersihan, senantiasa berkata yang baik, tidak mengagungkan selain
Allah. Manusia seimbangnya memiliki mentalitas sehat, cinta damai, dan penyebar
isi perdamaian. Seperti contohnya shalat tahajjud, shalat tahajjud yang dilakukan
dipenghujung malam yang sunyi bisa mendatangkan ketenangan, sementara
ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan imunologi, mengurangi
resiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan hidup. Sebaliknya,
bentuk-bentuk dari tekanan mental seperti stress, maupun depresi. Membuat
seseorang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan mempercepat
perkembangan pada sel kanker, serta meningkatkan metastasis dalam penyebaran
sel kanker. Shalat tahajjud yang khusyu dan ikhlas bisa menandakan mental yang
sehat dari pengaruh shalat tahajjud khususnya, memberikan manfaat dari segi
psikis yang berupa perasaan yang tenang dan tentram. Juga dapat memberikan
manfaat besar pada kesehatan jasmani sehingga, berpengaruh pada psikologi
kesehatan.
3. Khusyu
Meskipun dengan bahasa yang berbeda-beda, ketika mendefinisikan tentang
khusyu, semua subjek penelitian memberi penekanan pada kondisi psikis atau
kejiwaan yang merasakan kehadiran Allah SWT. Ketika sedang mengerjakan
shalat, kesadaran akan kehdiran Allah SWT menjadikan seseorang berusaha untuk
bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau shalat.yang dilakukan. Dalam
konsep psikologi, kondisi khusyu bisa dipersamakan dengan kondisi meditasi,
menurut Van Den Berg & Muller teknik transcendental meditation seseorang akan
memperoleh peningkatan harga diri, kekuatan ego (ego strength), kepuasan
(statisfaction), aktualisasi diri (self actualization), percaya diri kepada orang lain
(trust in other), dan peningkatan gambaran diri (self image). Hal ini dikarenakan
orang yang khusyu dalam shalat diliputi rasa tenang karena bersama Tuhannya
menikmati kedekatan dengan-Nya dan selalu bahagia. Selanjutnya, ia akan merasa
aman dan nyaman karena beriman kepada-Nya dan meraih kebahagiaan karena
terus mendapat rahmat-Nya.

Kesimpulannya, betapapun sabarnya hati, terkadang berat yang dihadapi jiwa bisa
berguncang juga. Maka dengan shalat khusyu sekurang-kurangnya 5 waktu sehari
semalam, hati yang tadinya lemah, niscaya kuat kembali. Maka, sabar dan shalat itulah
alat pengukur pribadi bagi orang Islam. Sebab, selalu terjadi dalam kehidupan suatu
marabahaya yang kita hadapi sangatlah sakitnya, kadang-kadang tidak tertanggung
padahal kemudian setelah marabahaya itu lepas, barulah kita ketahui bahwa bahaya yang
kita lalui itu, adalah pengakibatkan suatu nikmat yang amat besar bagi kita sendiri. Dan
dalam ayat selanjutnya mengatakan, “Dan sesungguhnya hal itu memang berat” dan yang
dimaksud ini adalah shalat. Bahwa mengerjakan shalat itu amat berat. Orang disuruh
sabar, padahal hatinya sedang susah. Lalu ia disuruh shalat, maka dengan kesalnya ia
menjawab “hati saya sedang susah! Saya tidak bisa shalat!” dia merasa berat shalat sebab
jiwanya masih gelap, sukarlah menerima nasihat supaya sabar dan shalat. Kalau nasihat
yang benar itu ditolaknya, tidaklah dia akan terlepas dari kesukaran yang tengah
dihadapinya. Lalu datang penutup ayat, “kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.

Sabar adalah menahan diri

Macam sabar lainnya:

1. Sabar untuk ketaatan


2. Sabar untuk menahan kemaksiatan
3. Sabar dalam menunaikan kewajiban (khusus pada hal wajib saja)
4. Sabar ketika terkena musibah
5. Sabar ketika terkena ujian

Anda mungkin juga menyukai