Anda di halaman 1dari 5

Resume

Tafsir Tematik Psikologi QS. Al-Baqarah ayat 155-157


Nama : Dea Nofia S.

NIM : 201141065

Kelas : Psikologi Islam – 2B

Matkul : Tafsir Tematik Psikologi

Sikap Sabar
QS. Al Baqoroh ayat 155-157

{)155( َ‫ت َوبَ ِّش ِر الصَّابِ ِرين‬ ِ ‫س َوالثَّ َم َرا‬ ِ ُ‫ال َواأل ْنف‬ ٍ ‫ُوع َونَ ْق‬
ِ ‫ص ِمنَ األ ْم َو‬ ِ ‫ف َو ْالج‬ ِ ْ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِمنَ ْالخَ و‬
ٌ‫ات ِم ْن َربِّ ِه ْم َو َرحْ َمة‬
ٌ ‫صلَ َو‬ َ ِ‫) أُولَئ‬156( َ‫صيبَةٌ قَالُوا إِنَّا هَّلِل ِ َوإِنَّا إِلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬
َ ‫ك َعلَ ْي ِه ْم‬ َ َ‫الَّ ِذينَ إِ َذا أ‬
ِ ‫صابَ ْتهُ ْم ُم‬
)157( َ‫} َوأُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْهتَ ُدون‬
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna
ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Q. S Al-Baqarah ayat 155-157 ini memang sesuai dengan situasi yang sedang kita hadapi
sekarang ini, seperti yang telah kita ketahui adanya pandemi covid-19 yang sedang melanda umat
manusia di dunia hal ini telah menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang Maha Mengetahui atas apa
yang akan terjadi. Meskipun virus adalah makhluk yang kecil dan bahkan tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang, namun keberadaannya telah banyak menjelaskan atas kebesaran sang pencipta. Maka
sudah semestinya kita belajar, belajar untuk sadar, sadar bahwa kita hanya manusia biasa. Manusia bisa
berencana namun Allah yang menentukan, juga marilah kita hadapi masa sulit ini dengan penuh sikap
sabar tidak lupa perbanyak istighfar supaya diri menjadi lebih tegar.
Tertuang dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 155, “sungguh kami pasti akan terus-menerus
menguji kamu secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa hidup manusia akan senantiasa bertemu
dengan cobaan”, lalu cobaan yang Allah berikan pun berbeda-beda ada yang diuji dengan hatinya,
nafsunya, harta, jiwa, dan masih banyak hal lainnya. Bahwa telah menjadi suatu keniscayaan
terkenanya jiwa dengan bencana, namun dengan cobaan inilah Allah menguji kadar iman seorang
hamba. Cobaan menjadi suatu ketentuan dalam mengukur kualitas iman seorang muslim. Karena
setelah seorang hamba berhasil menghadapi ujian maka akan semakin teguh keyakinannya pada
kewajiban yang harus ia tunaikan, serta semakin besar cobaan yang ditimpakan, maka akan semakin
memperkuat aqidahnya. Dan semakin besar pengorbanan seorang hamba, maka akan bertambah berat
pula seseorang untuk meninggalkan aqidahnya. Karena sudah terbukti kuat keimanannya dengan
berbagai ujian yang telah Ia lalui.
Kemudian adanya kata sedikit dalam lafal “dan kami akan selalu menguji kamu dengan
sedikit…”. Kata sedikit inilah yang menunjukkan bahwa kadar cobaan yang Allah berikan hanyalah
sedikit apabila dibandingkan dengan segala nikmat dan potensi yang Allah berikan kepada manusia.
Sehingga apabila manusia mau dan gigih memanfaatkan segala potensi yang ada untuk menghadapi
cobaan, pasti akan berhasil melewatinya.
Adanya ayat ini sebagai peringatan adalah sebagai bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya,
karena dengan mengetahui kita dapat mempersiapkan diri menghadapi berbagai ujian yang akan
datang. Karena itu pula ayat 155 ini ditutup dengan perintah “Sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar”. Penutup ayat tersebut sebagai isyarat bahwa selain memberikan cobaan
kepada hamba-Nya Allah juga mengajarkan cara untuk melewatinya, yakni dengan bersabar sepenuh
hati.
Kemudian di ayat selanjutnya, yakni di ayat 156 terdapat lafal “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”
yang berarti “Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-nya lah kami kembali”. Ungkapan ini
disebut dengan kalimat istirja yaitu merupakan bentuk kepasrahan total seorang hamba kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala. Rasulullah pernah bersabda “barangsiapa beristirja ketika tertimpa musibah
maka Allah akan mengganti musibahnya itu dan memberikan akibatnya, serta menjadikan baginya
pengganti yang baik yang disenanginya sehingga ketika seorang beriman tertimpa musibah dan
kemudian ia mengucapkan kalimat istirja maka Allah akan mencatatkan baginya tiga kebaikan yaitu
keberkahan, rahmat, dan diinginkannya jalan petunjuk”.
Kemudian untuk yang terakhir yaitu kajian tafsir Al Baqarah ayat 157.
Didalamnya Allah berfirman “mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari
Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. Lafal ini lebih menjelaskan
kembali bahwasannya bagi orang-orang yang terkena musibah dan menghadapinya dengan tabah maka
akan membawa kemaslahatan yang banyak bagi dirinya. Kemudian dari penggalan ayat di atas terdapat
kata “rahmat” yang terlihat tunggal namun memiliki makna jamak karena rahmat Allah tidak hanya
berupa satu hal namun dapat berupa banyak hal. Manusia tidak dapat mendefinisikan rahmat Allah
secara signifikan, yang pasti bentuk rahmat tidak seperti kasih sayang yang diberikan oleh makhluk.
Kita hanya dapat merasakan efek dari rahmat Allah dengan melihat dampak dan hasil dari karunia-Nya.
Dan yang terakhir adalah penggalan kata “petunjuk” dalam lafal “dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk”, petunjuk di sini yang dimaksud adalah tentang bagaimana manusia mencapai
bagian duniawi serta kebahagiaan akhirat.
Keutamaan sikap sabar yang tertuang dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 155-157 ini yang akan
dikaji menurut kajian ilmu psikologi. Sikap sabar yang menurut psikologi kontemporer dikategorikan
ke dalam psikologi positif dan jika ditinjau dari psikologi Islam termasuk ke dalam psikologi
kepribadian islam. Sabar merupakan salah satu unsur internal yang dimiliki oleh setiap manusia, namun
pernyataan ini masih diperdebatkan di kalangan intelektual. Ada yang berpendapat bahwa sabar adalah
sikap yang hanya dimiliki oleh individu tertentu, dan ada pula yang berpendapat bahwa sikap sabar
pasti dimiliki oleh setiap manusia, bahkan ada sebagian lainnya menganggap bahwa kesabaran
memang dimiliki oleh setiap orang, dan bersifat berubah-ubah dalam diri manusia. Kaitan antara sabar
dalam psikologi kontemporer dapat digambarkan dengan sikap sabar dalam psikologi kontemporer,
dapat digambarkan dengan teori Simon Freud, yakni it, ego, dan superego. Memaparkan bahwa
superego dan ego adalah moralitas dan otoritas dari orang tua, masyarakat, serta kontrol atau nilai-nilai
moral yang terdapat dalam diri. Sedangkan ‘it’ sendiri adalah keinginan yang tak terelakkan dalam diri
manusia yang selalu meminta untuk dipuaskan. Adanya superego dan ego menyatakan batasan atau
larangan pada id yang muncul dalam konflik, sehingga superego dan ego memunculkan rasa bersalah,
menyesal, malu, dan lain sebagainya. Sementara itu psikologi Islam memandang sabar sebagai nafsu
mutmainah. Hal ini dikarenakan sabar dan nafsu muthmainnah memiliki kata yang sama yaitu ‘tenang’,
sebagaimana dapat diartikan nafsu Muthmainnah adalah jiwa yang merasakan kebersamaan dan
kedamaian dengan Allah. Sedangkan Sutoyo berpendapat bahwa nafsu muthmainnah adalah sikap taat
dan patuh seorang hamba atas segala ketentuan Ilahi, serta selalu merasa tenang.
Senada dengan pendapat di atas setiap menyatakan bahwa nafsu Muthmainnah adalah jiwa yang
tenang dan tentram. Sementara itu menurut Mujib nafsu Muthmainnah adalah kepribadian yang terpuji
ketika seseorang dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan menumbuhkan jiwa yang tenang dalam
kalbu untuk selalu taat terhadap perintah Allah.
Nafs Muthmainah memiliki dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal.

- Faktor internal : adalah hati yang senantiasa merasa tenang dan beriman. Hal ini dapat
diperoleh atas pertolongan dari Allah dan dengan selalu mengingat atas keberadaan Allah.
- Faktor eksternal adalah berupa hidayah dan perlindungan Allah dari godaan setan. Namun
pada dasarnya nafsu Muthmainnah itu bersumber dari qalbu.
Banyak sumber yang telah membahas tentang konsep sikap sabar bahkan telah dilakukan
penelitian yang menggali tentang ciri sikap sabar dalam kehidupan dan pengalaman sehari-hari
seseorang. Antara lain ciri-ciri sikap sabar adalah pengendalian diri, bertahan dalam situasi yang
sulit, menerima kenyataan, berpikir panjang, tidak mudah putus asa dalam meraih tujuan, tenang
atau tidak tergesa-gesa, serta memaafkan, dan tetap menjalin hubungan sosial yang baik.
Selain ciri-ciri terdapat pula tiga tingkatan bagi sikap sabar, diantaranya:
1. Shiddiqin
Orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada perlawanan
sedikitpun.
2. Al Ghofilun
Ini adalah termasuk orang-orang yang lalai, orang yang tunduk kepada dorongan hawa
nafsu, sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul.
3. Orang yang senantiasa mencampuradukkan antara kebenaran dan kesalahan, sehingga ia
berada di antara dorongan hawa nafsu dan syariat keagamaan.
Menyadari akan pentingnya memiliki sikap sabar dalam diri kita masing-masing, bagaimana
langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk menguatkan sifat sabar antara lain, yaitu
1. menjauhkan diri dari segala bentuk hal yang dapat meningkatkan hasrat birahi
2. menenangkan dan mengalihkan diri dengan berbuat positif sebagai bentuk pengganti
3. berpikir lebih jauh atas dampak yang akan ditimbulkan dari pelampiasan hawa nafsu
4. ikhlas niat karena Allah
5. meningkatkan tilawah Al-Quran dan tadabbur bacaan Quran
6. bersungguh-sungguh menahan hawa nafsu
7. meneladani kisah-kisah orang sabar terdahulu
8. melatih diri untuk bersabar dalam kehidupan sehari-hari
9. memperbanyak puasa sunnah
10. dan mengingat tujuan hidup di dunia
Tujuan hidup kita di dunia adalah beribadah kepada Allah, lalu mengapa karena hal-hal yang
kecil dan sepele kita tak bisa bersabar, hendaknya senantiasa kita ingat tujuan hidup kita yang besar
agar tidak terpengaruh dengan permasalahan-permasalahan yang sepele. Sabar merupakan sikap
yang terpuji, maka dari itu Allah memerintahkan kita untuk bersikap sabar dalam menghadapi
segala cobaan yang datang. Selain tertuang dalam firman Allah pada Quran, kesabaran juga
termasuk dalam ilmu psikologi, baik psikologi kontemporer, maupun psikologi Islam. Pada
khususnya sikap sabar juga bersifat dinamis sehingga dapat timbul tenggelam dalam diri manusia,
maka dari itu perlu banyak pembiasaan diri dalam mengolah kesabaran guna menghadapi
permasalahan kehidupan. Selain termasuk dalam sikap terpuji sabar juga memiliki banyak manfaat
dalam kehidupan di antaranya, membuat diri tenang, disenangi Allah, mendapat petunjuk dari Allah,
dan lain sebagainya. Kajian tentang sabar juga telah banyak dibahas, hal ini sebagai bentuk isyarat
bahwasanya sikap sabar adalah salah satu sikap pokok dan penting yang harus dimiliki oleh setiap
manusia guna menjalani hidup.

Anda mungkin juga menyukai