Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

DOSEN PENGAMPU : NS. Desi Susilawati, M. Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK A4 :
1. Maya Resky Amelia
2. Mentari Saputri
3. Mutiara Rahmadania
4. Rizky Billi P

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
seminar proposal. Seminar Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki proposal ini. Akhir kata kami berharap semoga proposal tentang
istirahat tidur untuk dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, 11 April 2021


Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. 1

KATA PENGANTAR………................................................................. 2

DAFTAR ISI .......................................................................................... 3

BABA 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ................................................................... 4

B. TUJUAN PENULISAN.................................................................... 4

C. RUANG LINGKUP ......................................................................... 5

D. MANFAAT.........................................................................................13

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................... 17

A. KONSEP DASAR............................................................................ 18

B . K O N S E P D A S A R A S K E P ............................................. 20

BAB III LAPORAN KASUS ................................................................ 24

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................... 36

BAB V PENUTUP .............................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebutuhan manusia perlu dipertahankan dengan cara memenuhi kebutuhan


hidupnya. Dan untuk memenuhi hal tersebut, manusia harus bekerja siang dan
malam. Bahkan sepertinya tidak mengenal waktu sehingga mengorbankan satu hal
yang sangat berarti, yaitu istirahat dan tidur (Siregar,2011)
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan
latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang
berbeda. Dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka akan
mempengaruhi pada kemampuan berkonsentrasi, membuat keputusan, kelabilan
emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun. (Potter dan
Perry,2013)
Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance et al., 2010).
Ketika seseorang dalam kondisi tidur, ia akan merasakan relax secara mental,
terbebas dari rasa kegelisahan, dan merasakan ketenangan dalam fisiknya. Tidur
adalah reccurant, perubahan dari kesadaran yang terjadi untuk periode yang
berkelanjutan. Ketika seseorang mendapatkan tidur yang tepat, mereka merasa bahwa
energi mereka telah dipulihkan. Tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan
pemulihan sistem tubuh. Kualitas yang memadai dan kuantitas tidur berkontribusi
pada kesehatan yang optimal. (Potter dan Perry,2011)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi kesehatan dan
sebagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering kali
membutuhkan lebih banyak tidur dan sitirahat daripada pasien yang sehat. Namun
demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk mendapatkan tidur dan
istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit atau perawatan jangka panjang dan
aktivitas pemberian layanan sering kali membuat pasien sulit tidur. Atau beberapa
pasien memang mempunyai gangguan tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain
bertambah masalah tidurnya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap (Potter
dan Perry,2013).

B. TUJUAN PENULISAN

tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep istirahat dan
tidur, antara lain definisi istirahat dan tidur, fungsi istirahat dan tidur, mekanisme tidur,
tahaptahap tidur, kebutuhan istirahat dant i d u r b e r d a s a r k a n u s i a , f a k t o r
y a n g m e m p e n g a r u h i p e m e n u h a n kebutuhan istirahat dan tidur. Dan
menjelaskan masalah yang seringd i t e m u k a n p a d a k l i e n g a n g g u a n
i s t i r a h a t d a n t i d u r b e s e r t a a s u h a n keperawatannya.
4
C. RUANG LINGKUP

Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif/rencana studi kasus. Dalam


masalah ini, penulis membatasi ruang lingkup asuhan menggunakan asuhan individu pada
pasien dewasa dengan pendekatan yangberfokus pada satu klien dengan gangguan
kebutuhan dasar khususnya kebutuhan dasar aktivitas istirahat (tidur)yaitu gangguan pola
tidur pada klien di ruang Melati RSMY Bengkulu pada tahun 2021

D. Manfaaat
- mahasiswa mengetahui dasar teori tentang konsep istirahat dan tidur
yangkuat sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada
klien
- .Laporan seminar ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama pada pasien kanker dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan aktivitas istirahat (tidur )

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Istirahat dan Tidur

Terdapat beberapa pengertian Tidur Menurut Para Ahli.Tidur didefinisikan


sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall,
1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh stimulasi
atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi
terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari
luar.
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketengan tanpa
kegiatan yang erupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.(e-jurnal.com)

2. Fungsi Tidur

Tujuan tidur masih belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga


kondisi fisiologis dan psikologis. Tidur NREM membantu perbaikan jaringan tubuh.
Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa
sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut per menit atau kurang jika individu
berada dalam kondisi fisik yang sangat baik. Namun, selama tidur denyut jantung
turun ampai 60 denyut per menit aau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung
berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit
dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan
fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah
pernafasan, tekanan darah, dan otot.
Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis
tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel
dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak. sintetis protein dan pembelahan sel
untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi
selama istirahat dan tidur. Tidur NREM sangat penting bagi anak-anak, yang
mengalami tahap 4 tidur yang lebih lama.
Teori lain tentang tujuan dari tidur adalah bahwa tubuh menghemat energi
selama tidur. Otot-otot rangka semakin rileks, dan tidak adanya kontraksi otot
mempertahankan energi kimia untuk proses seluler. Tidur akan menurunkan laju
metabolisme basal yang selanjutnya dapat menghemat suplai energi tubuh. 6
Tidur REM diperlukan untuk menjaga jaringan otak dan tampaknya
menjadi penting bagi pemulihan kognitif. Tidur REM berhubungan dengan
perubahan aliran darah otak, peningatan aktivitas korteks, peningkatan konsumsi
oksigen, dan pelepasan epinefrin. Gabungan kegiatan ini membantu penyimpanan
memori dan proses belajar. Selama tidur, otak menyaring informasi yang tersimpan
tentang kegiatan hari itu.
Manfaat tidur dalam perilaku sering tidak diketahui sampai seseorang
mendapatkan masalah akibat kurangnya tidur. Hilangnya tidur REM menyebabkan
perasaan bingung dan curiga. Berbagai fungsi tubuh (misalnya : suasana hati,
performa motorik, memori dan keseimbangan) berubah saat kehilangan tidur lama
terjadi. Perubahan dalam fungsi imun alami dan seluler juga muncul akibat
kurangnya tidur tingkat sedang sampai berat. Penelitian memperkirakan bahwa lalu
lintas, rumah, dan kecelakaan berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan oleh
tertidur memakan biaya miliaran dolar dalam setahun di Amerika Serikat berkaitan
dengan hilangnya produkttivitas, biaya perawatan kesehatan, dan kecelakaan.
Mimpi. Meskipun mimpi terjadi di kedua fase tidur NREM dan REM, tetapi
mimpi pada tidur REM lebih hidup dan rumit, beberapa orang percaya bahwa mimpi-
mimpi tersebut secara fungsional penting untuk belajar pengolahan memori serta
adaptasi terhadap stres isi dari mimpi REM mengalami kemajuan sepanjang malam,
dari mimpi tengtang peristiwa terkini hingga ke mimpi yang bersifat emosional pada
masa kanak-kanak atau masa lalu. Kepribadian mempengaruhi kualitas dari mimpi :
misalnya, orang kreatif memiliki mimpi yang rumit dan kompleks, sementara orang
yang tertekan mengalami mimpi tentang ketidakberdayaan.
Kebanyakan orang bermimpi tentang kekhawatiran yang sedang berlangsung,
seperti pertengkaran dengan pasangan atau kekhawatiran atas pekerjaan. Kadang-
kadang seseorang tidak menyadari ketakutan yang mereka rasakan yang diwakili
dalam mimpi aneh. Psikolog klinis mencoba menganalisis sifat simbolik dari mimpi
sebagai bagian dari psikoterapi klien. Kemampuan untuk menggambarkan mimpi
dan menafsirkan maknanya kadang-kadang membantu menyelesaikan masalah
pribadi atau ketakutan-ketakutannya.
Teori lain mengatakan bahwa mimpi menghapus fantasi tertentu atau kenangan
tidak masuk akal. Karena kebanyakan orasng melupakan mimpi mereka, hanya
sedikit yang ingat mimpi atau tidak percaya mimpi, seseorang harus berfikir secara
sadar tentang halk tersebut pada saat bangun. Orang-orang yang dapat mengingat
mimpi dengan jelas biasanya terbangun hanya setelah periode tidur REM.

3. Mekanisme Tidur

Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan
kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang arau berkurang dan akan
kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.

7
Makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut
sebagai Irama Sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral
anterior hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan penyesuain terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur.
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan hubungan terdapat bagian rostral
madulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
Tidur dibagi menjadi dua tipe yaitu :
1. Rapid Eye Movement (REM)
2. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 3 stadium lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terdiri
secara bergantian antara 4 – 7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20
jam/hari, anak-anak 10 – 12 jam/hari, kemudian menurun 9 – 10 jam/hari pada umur
di atas 10 tahun dan kira-kira 7 – 7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam tiga stadium yaitu :
1. Tidur Stadium 1 (N1)
Stadium ini merupakan antara tahap terjaga dan tahap awal tidur. Saat
seseorang mulai mengantuk, perlahan-lahan kesadaran mulai meninggalkan
dirinya. Stadium ini disebut juga dengan Downiness, yaitu tahap ketika pikiran
kita melayang-layang tak menentu tetapi masih menyadari kondisi di sekeliling
sehingga merasa belum tidur.
Stadium ini hanya berlangsung 3 – 5 menit dan mudah sekali
dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa,
beta, dan kadang gelombang teta dengan amplitudo yang rendah. Tidak
didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
2. Tidur Stadium 2 (N2)
Tak lama kemudian, kita akan semakin dalam tertidur dan masuk ke tidur
fase stadium N2. Gelombang otak lambat masih menjadi latar, tetapi sesekali
muncul gelombang khas berupa gelombang Sleep Spindle, gelombang verteks dan
kompleks K. Pada stadium ini, tidur semakin sulit dibangunkan. Kita baru akan
bangun dengan sentuhan atau panggilan yang berulang-ulang. Stadium tidur
kedua adalah tahap tidur terbanyak, kira-kira 50% dari total tidur satu malam.
3. Tidur Stadium 3 (N3)
Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, kita akan masuk ke stadium
tidur yang lebih dalam, yaitu tahap stadium 3 (N3). Stadium ini sering disebutkan
tidur dalam atau tidur Slow Wave. Disebut demikian karena pada stadium ini
gelombang otak semakin melambat (slow wave) dengan frekuensi yang lebih
rendah pula.
Semua tampak teratur pada laporan EEG. Tahap N3 sebelumnya dikenal
sebagai tahap tidur NREM 3 dan 4. Namun, kini digabung menjadi 1 tahapan N3
8
dikarenakan tidak bermakna secara klinis. Gambaran EEG terdapat lebih banyak
gelombang delta simetris antara 25% - 50% serta tampak gelombang Sleep
Spindle.
Dalam stadium inilah hormon pertumbuhan (Growth Hormon) dan
prolaktin dikeluarkan oleh tubuh. Hormon pertumbuhan akan digunakan oleh
tubuh untuk pertumbuhan pada bayi dan perbaikan jaringan yang rusak. Hormon
ini diperlukan untuk mempertahankan keutuhan maupun kemudahan jaringan
tubuh. Sementara prolaktin adalah hormon yang banyak tedapat pada ibu
menyusui. Semakin bagus kualitas tidur ibu menyusui maka semakin tinggi pula
produksi prolaktin.
Stadium tidur ini adalah tahap tidur terdalam. Untuk membangunkan
orang yang tidur terdalam membutuhkan rangsangan yang lebih kuat. Rangsangan
tersebut dapat berupa suara keras dan tepukan di pundak berulang-ulang. Ketika
bangun dari tahap ini, kita tidak bisa langsung sadar sempurna. Diperlukan
beberapa saat untuk memulihkan diri dari rasa bingung dan disorientasi.

Tidur tahap R(REM)


Dari tahap N3 biasanya kita akan terus menanjak dan kembali kepada
tahap N2. EEG akan menunjukkan aktivitas otak yang meningkatkan secara
drastis. Ini adalah pertanda seseorangg akan memasuki tahap tidur R (REM) atau
hanyut dalam mimpi.
Tahap ini tubuh kita benar-benar tidak bisa menerima rangsangan apapun.
Hal ini dikarenakan tubuh tidak merespons aktivitas otak yang menimbulkan
lumpuh sesaat. Kelumpuhan ini dianggap sebagai sebuah pemgaman dari semua
aktivitas sehari-hari. Namun, jangan khawatir karena masa lumpuh tersebut tidak
berlangsung lama. Setelah 10 menit melewati tahap R, maka kita akan masuk
kembali ke tahap N2 dan seterusnya hingga siklus tidur terpenuhi.
Menjelang pagi, hormon kortisol akan dikeluarkan. Hormon ini biasa
disebut sebagai hormon stres karena dikeluarkan oleh kelenjar adrenal sebagai
respon terhadap stres. Hal ini diasumsikan untuk mengatasi stres yang akan
dihadapi ketika siang hari.
Secara umum, tahapan dalam mekanisme tidur kita mengikuti pole
berikut : 1, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2,
REM. Dan seterusnya. Dimana masing-masing siklus terjadi sekitar 60 – 100
menit. Hal ini berbeda pada tiap orang.

4. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Berdasarkan Usia

Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok
umur. Berikut pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berdasarkan pada masing-
masing usia :
1. Neonatus

9
Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16 jam
sehari, tidur hampir terus-menerus selama minggu pertama. Siklus tidur umumnya
40 – 50 menit dengan bangun setelah 1 – 2 siklus tidur. Sekitar 50% dari tidur ini
adalah tidur REM yang merangsang pusat otak yang lebih tinggi. Hal ini penting
untuk perkembangan karena neonatus tidak bekerja cukup lama untuk stimulasi
eksternal yang signifikan.
2. Bayi

Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi buruk dari usia 3
bulan. Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tidur rata-rata
selama 8 – 10 jam di malam hari dengan waktu tidur total 15 jam per hari. Sekitar
30% dari waktu tidur adalah dalam siklus REM. Bangun umumnya terjadi di pagi
hari, meskipun tidak bisa lagi bayi terbangun di malam hari.

3. Balita

Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang
setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3 tahun, anak-anak sering
tidak tidur siang (Hockenberry dan Wilson, 2006). Umum bagi balita untuk
terbangun di malam hari. Persentase tidur REM terus menerus. Selama masa ini,
balita mungkin tidak mau tidur pada malam hari karena kebutuhan otonomi atau
takut berpisah dari orang tua mereka.

4. Anak-anak Prasekolah

Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20%
adalah REM). Pada umur 5 tahun, anak prasekolah jarang membutuhkan tidur
siang kecuali dalam budaya di mana tidur siang menjadi kebiasaan. Anak
prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk rileks atau menenangkan diri
setelah melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah dengan ketakutan
tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk. Bangun sebentar dan kemudian
terlelap lagi adalah hal yang sering. Pada saat terbangun, anak akan menangis
sebentar, berjalan-jalan, berbicara yang tidak dipahami, tidur sambil berjalan, atau
mengompol.

5. Anak Usia Sekolah

Jumlah tidur yang diperlukan beurvariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6
tahun rata-rata tidur 11 – 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11 tahun tidur
sekitar 9 – 10 jam. Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya akan pergi tidur dengan
beberapa dorongan atau dengan melakukan kegiatan yang tenang. Anak yang
lebih tua sering menolak tidur karena suatu tidak peduli dengan rasa lelahnya atau
kebutuhan untuk bebas.

6. Remaja
10
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur per malam. Tipikal remaja
yang khas dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan
sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu yang megurangi waktu untuk
tidur. Waktu tidur yang sering disingkat menghasilkan EDS. Mengurangi kinerja
di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, masalah perilaku dan suasana hati,
dan meningkatkan penggunaan alkohol adalah hasil dari EDS karena kurangnya
tidur.

7. Dewasa Muda

Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 – 8,5 jam per malam. Sekitar
20% dari waktu tidur adalah tidur REM yang tetap konsisten sepanjang hidup.
Tekanan dalam pekerjaan, hubungan keluarga, dan kegiatan sosial sering
mengarah pada insomnia dan penggunaan obat tidur. Kantuk di siang hari
menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan, penurunan produktivitas, dan
masalah interpersonal dalam kelompok usia ini. Kehamilan meningkatkan
kebutuhan tidur dan beristirahat. Insomnia, gerakan tungkai yang periodik,
sindrom kaki gelisah, dan gangguan pernafasan saat tidur merupakan masalah
umum selama trimester ketiga kehamilan.

8. Dewasa Menengah

Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun.
Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlanjut seiring dengan
meningkatnya usia. Insomnia sangat umum, mungkin karena perubahan dan stres
pada usia dewasa menengah. Kecemasan, depresi, atau penyakit fisik tertentu
yang menyebabkan gangguan tidur. Wanita menopause sering mengalami gejala
insomnia.

9. Lansia

Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Episode


tidur REM cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif dalam tidur tahap 3
dan 4 NREM, bahkan beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau
tidur nyenyak. Seorang lansia terbangun lebih sering di malam hari, dan
memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali.
Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat seiring
bertambahnya usia karena sering terjaga di malam hari.

Perubahan pola tidur sering disebabkan oleh perubahan dalam sistem saraf pusat
yang memengaruhi pengaturan tidur. Penurunan sensorik mengurangi sensitivitas
orang tua terhadap waktu untuk mempertahankan irama sirkadian. (Potter dan
Perry, 2010)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Istirahat dan Tidur 11


Berikut sejumlah ufaktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur.
Sering kali faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk masalah tidur.
Faktor fisiologis, psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan
kuantitas tidur.

1. Obat dan Substansi

Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat
umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan
kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu
(Schweitzer, 2005). Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih
banyak masalah daripada manfaat. Lansia mengonsumsi berbagai obatuntuk
mengontrol atau mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat
bisa sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi yang mendukung terjadinya
tidur di banyak orang adalah L-triptofan, protein alami yang ditemukan dalam
makanan seperti susu, keju, dan daging.

2. Gaya Hidup

Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seseorang individu yang


bekerja secara rotasi sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal
tidur. Kesulitan mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan
penurunan dan bahkan kinerja yang berbahaya. Perubahan lain dalam rutinitas
yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang tidak biasa,
terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah waktu makan
malam.

3. Pola Tidur yang Lazim

Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga. Orang yang
mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktivitas malam yang aktif
atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya akan merasa mengantuk keesokan
harinya. Namun, mereka mampu mengatasi perasaan ini meskipun mengalami
kesulitan melaksanakan tugas dan tetap memperhatikan. Kurang tidur yang kronis
jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius
pada kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. Kantuk cenderung paling
sulit diatasi selama melakukan tugas yang menetap (tidak aktif).

4. Stres Emosional

Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan


frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha
terlalu keras untuk dapat tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur
12
terlalu lama. Sters yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak
baik.

Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan yang mengarah
ke sters emosional seperti pensiun, gangguan fisik, atau kematian orang yang
dicintai. Lansia dan orang yang menalami masalah depresi suasana hati
mengalami penundaan waktu tidur, munculnya tidur REM labih awal, sering
terbangun, meningkatkan waktu total tidur, perasaan tidur buruk, dan bangun
lebih awal.

5. Lingkungan

Lingkungan fisik dimana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi


kemampuan untuk memulai dan tetap tidur. Ventilasi yang baik sangat penting
untuk tidur nyenyak. Ukuran kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi
kualitas tidur.

Tingkat cahaya memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa klien


memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau orang
lansia, lebih menyukai cahaya lembut selama tidur. Klien juga mengalami
kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar. Sebuah ruangan yang terlalu
hangat atau terlalu dingin sering menyebabkan klien menjadi gelisah.

6. Latihan dan Kelelahan

Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat diukur dengan nyenyak, terutama jika
kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenagkan.
Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk
mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun,
kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres
membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan
remaja.

7. Makanan dan Asupan Kalori

Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang
baik. Makan besar, berat, dan/atau makanan pedas pada malam hari sering
mengakibatkan gangguan pencernaan yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol,
dan nikotin yang dikonsumsi dimalam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh,
cola, dan coklat yang mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan
tidak dapat tidur. Pengurangan secara drastis atau menghindari zat-zat ini
merupakan strategi penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan tidur.
Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi, alergi susu kadang
menyebabkan bangun malam dan menangis atau kolik.
13
Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi pola tidur. Berat
badan berkontribusi pada apnea tidur obstruktif karena terjadi peningkatan ukuran
struktur jaringan lunak di saluran nafas bagian atas. Berat badan menyebabkan
insomnia dan penurunan jumlah tidur. Gangguan tidur tertentu merupakan hasil
dari diet semi-lapar yang populer di masyarakat peduli berat badan.

6. Masalah yang Seringkali Ditemukan Sampai pada Pemenuhan Istirahat dan


Tidur

1) Insomnia

Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik


secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi
merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan
kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien
mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang
nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.
Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada
waktu kesadaran penuh
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur

2) Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks


mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan
14
orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko
terjadinya cedera.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu
dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta
dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.

3) Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada


anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti
gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum
yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.

4) Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat
kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi
pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang
berputar-putar, atau berada di tepi jurang.
Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu
sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis
ampetamin.

5) Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan.

6)  Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung


dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang
turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas

15
pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika
dilewati udara pernapasan.

B. KONSEP DASAR ASKEP

1.Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan


tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang


membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami
keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit


lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
a) Alergi

b) Imunisasi

c) Kebiasaan/Pola hidup

d) Obat yang pernah digunakan

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang


dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun
16
penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Genogram

d). konsep asuhan keperawatan

1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai


apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan
kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui
lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang
diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan
tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi

8) Pola peran & hubungan

9) Pola manajemen & koping stres

10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat


e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi
(2) Muka/ Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di
17
pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-
tanda infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?

Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?

(e) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada


abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku

(g) Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,


penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas?
(h) Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?

Apakah ada kesulitan untuk berkemih?

2. Data fokus yang perlu dikaji

18
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat
tidur pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi
durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.

Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium

Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan


pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita

2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

3. Tingkatan stres psikis

4. Riwayat medis

5. Aktivitas fisik.

19
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi
Batasan karakteristik :

- Perubahan afek

- Perubahan konsentrasi

- Perubahan mood

- Perubahan pola tidur

- Gangguan status kesehatan

- Penurunan kualitas hidup

- Kesulitan memulai tidur

- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak


- Tidur memuaskan

- Bangun terlalu dini

- Sering membolos

- Peningkatan terdjadi kecelakaan

- Kekurangan energi

- Polat tidur tidak menyehatkan

- Gangguan pola tidur yang berdampak pada keesokan hari


Faktor yang berhubungan :

- Konsumsi Alkohol,

- Ansietas,

- Rata – Rata Aktivitas Harian Kurang Dari Yang Dianjurkan Menurut

Gender Dan Usia

- Depresi

- Kendala Lingkungan

- Ketakutan Sering Mengantuk

- Berduka

- Higine Tidur Tidak Adekuat

- Ketidaknyamanan Fisik

- Stresor

Kondisi terkait :

- Perubahan hormonal

- Agens farmaseutika

2. Deprivasi tidur : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran


relatif periodik dan berlangsung alami untuk istirahat
Batasan karakteristik :

- Agitasi - Fleeting nystagmus


- Perubahan konsentrasi - Halusinasi
- Ansietas - Tremor tangan
- Apatis - Peningkatan sensitivitas
- Memberontak terhadap nyeri
- Konfusi - Iritabilitas
- Penurunan kemampuan - Lateragi
berfungsi - Malaise
- Waktu bereaksi memanjang - Gangguan persepsi
- Mengantuk keletihan - Gelisah
- Paranoia sementara

Faktor yang berhubungan

- Pergeseran tahap tidur terkait penuaan

- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
- Kendala lingkungan

- Konfus sore hari

- Pola tidur tidak menyehatkan

- Stimulasi lingkungan yang terus menerus

- Ketidaknyamanan yang lama, teror tidur, tidur berjalan

Populasi Beresiko

- Paralisis tidur familial

Ditandai Dengan :

- Gangguan pergerakan ekstremitas periodik

- Demensia

- Hipersomnolen sistem syaraf pusat idiopatik

- Narkolepsi

- Mimpi buruk

- Apnea tidur

- Enuresis terkait tidur


- Ereksi nyeri terkait tidur

- Program pengobatan

3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal
Batasan karakteristik :

- Kesulitan berfungsi sehari – hari

- Kesulitan memulai tidur

- Kesulitan mempertahankan tetap tidur

- Ketidakpuasan tidur

- Tidak merasa cukup istirahat

- Terjaga tanpa jelas penyebabnya

Faktor yang berhubungan :

- Gangguan karena tidur pasangan tidur

- Kendala lingkungan

- Kurang privasi

- Pola tidur tidak menyehatkan

Kondisi terkait :

- Imobilisasi

4. Kesiapan meningkatkan tidur : Pola berhentinya kesadaran relatif secara


periodik. Dan berlangsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan
gaya hidup yang diminati, yang dapat ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :

- Mengungkapkan minat meningkatkan tidur


4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi rasional


keperawata Kriteria hasil
n
Gangguan Tujuan; Dukungan tidur  Mengetahui
pola tidur Setelah dilakukan  Identifikasi adanya pola
b.d kurang tindakan selama 3 X pola aktivitas yang
control 24 jam pola tidur dan tidur mempengaruhi
tidur menbaik  Identifiksi gangguan
Kriteriahasil; faktor aktivitas tidur
 Keluhan sulit penggangu  Mengetahui
tidur meningkat tidur faktor
 Keluhan sering (fisik/psikolo penggngu tidur
terjaga gis)  Mengetahui
meningkat  Identifikasi makanam dan
 Keluhan tidak makanam dan minuman yang
puas tidur minuman menggangu
meningkat yang tidur
 Keluhan pola menggangu  Mengarur
tidur berubah tidur(kopi, lingkungan
meningkat alcohol, the) mampu
 Keluhan  Modifikasi menumjang
istirahat tidur lingkungan tidur
cukup ( pencahayaan  Kenyamanan
meningkat , kebisingan, dapat membuat
 Kemampuan suhu) orang mudah
beraktivitas  Lakulan menggangantuk
menurun prosedur  Untuk
untuk mengurangi
meningkatkan gangguan nyeri
kenyamanan  Mengetahui
(pengaturan manfaat dari
posisi tidur) tidur yang
 Sesuaikan cukup
jadwal  Untuk mencega
pemberian klien agar bisa
obat atau memilih
tindakan makanan/
untuk minumam yang
menunjang tidak
siklus tidur menggangu
terjaga tidur
 Jelaskan
pentingnya
tidur cukup
selama sakit
 Anjurkan
menghindari
makanam
/minuman
yang
mengganggu
tidur
BAB III

LAPORAN KASUS
A. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN


HARI/TANGGAL : KAMIS, 08 APRIL 2021
JAM : 09.00
RUANG : MELATI
PERAWAT :
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. H
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 67 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : Pensiunan
g. Pendidikan terakhir : Sarjana
h. Alamat : Desa padang kelapa kec. Semidang alas maras
i. No.CM : 759909
j. Diagnostik Medis :Dyspnea susp Pneumonia,Congestive Heart Failure (CHF)

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. L
b. Umur : 48 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : Desa padang kelapa kec. Semidang alas maras

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

- Keluhan utama
Nyeri perut dibagian bawah,

- Riwayat Kesehatan sekarang


Pasien datang ke IGD pada tanggal 07/04/2021 dengan keluhan nyeri perut dibagian
bawah, perut terasa seperti tertusuk-tusuk, dan ketika batuk terasa sesak, mual-muntah
saat makan, badan terasa lemah. Pada saat pengkajian tanggal 08/04/2021pasien
mengatakan perut masih sering terasa nyeri, badan terasa lemas, sesak nafas, batuk
dan pasien tampak mengantuk.

- Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien pernah mengalami hipertensi, pernah operasi ring jantung

- Riwayat Kesehatan keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama

b. PENGKAJIAN POLA FUNGSI

- Pola aktivitas dan latihnan


Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian / Berdandan 
Mobilisasi di tempat tidur 
Pindah 
Ambulasi 
Makan/minum 

Ket :
Skore 0: Mandiri
Skore 1: Dibantu sebagian
Skore 2: Perlu dibantu orang lain
Skore 3: Perlu dibantu orang lain dan alat
Skore 4: Tergantung atau tidak mampu

- Pola Istirahat dan Tidur


Waktu Sebelum sakit Selama sakit Kualitas

07 april 2021 Lebih dari 8 Jam Kurang dari 3 Sebelum sakit: Nyenyak
Malam jam
Setelah sakit:Tidur tidak
nyenyak, tidur terganggu,
sering tebangun tengah
malam
08 april 2021 Lebih dari 8 Jam Kurang dari 5 Sebelum sakit: Nyenyak
Malam jam
Setelah sakit: Lumayan
nyenyak, sering tebangun
jika terasa nyeri
9 April 2021 Malam Lebih dari 8 Jam Kurang dari 5 Sebelum sakit: Nyenyak
jam
Setelah sakit: Lumayan
nyenyak, sering tebangun
jika terasa nyeri

- Pola Nutrisi metabolic


Jenis Sebelum sakit Selam sakit
- Makan
1. Frekuensi 3x1 3x1
2. Porsi 1 porsi ½ porsi
3. Menu Lauk dan nasi Bubur
- Minum
1. Jumlah 1500 cc 1000 cc
2. Jenis Air putih Air putih
3. Nyeri telan Tidak ada Tidak ada

- Pola eliminasi
Eliminasi Sebelum sakit Selama sakit

- BAB
1. Frekuensi 2x1 Selama di Rumah sakt
2. Warna Kuning belum pernah buang air
3. Bau Khas besar
4. Konsistensi
lembek

- BAK
1. Warna Kuning Kuning
2. Frekuensi 3x1 3x1
3. Bau Khas Khas
4. Jumlah 1000 cc
1500 cc

- Pola kognitif
a. Nyeri
P : makan tidak teratur
Q : seperti tertusuk – tusuk
R : perut bagian bawah
S : skala 6 ( sedang )
T : 10 – 15 menit

b. Panca indra
- Pendengaran baik, penglihatan baik, pengecapan baik,

- Kemampuan konsep diri


a. Body Image
Pasien mengetahui dirinya sedang sakit dan memerlukan pengobatan agar cepat
sembuh

b. Self ideal
Merasa diperlukan dengan baik oleh perawat dan mendapat perhatian yang baik dari
keluarga

- Pola seksual – reproduksi


Tn. H merupakan suami dari Ny. L

- Pola peran berhubungan


Pasien Merupakan seorang suami dan seorang ayah

- Pola nilai kepercayaan


Pasien beragama islam

3.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. Kesadaraan : compos mentis ( sadar penuh )
2. Keadaan umum : lemah
3. TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 87 x/m
P : 24 x/m
S : 36,4 C
SpO2 : 70 %
4. Pertumbuhan fisik
TB :
BB :
5. Keadaan Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : turgor kulit elastis

b. Pemeriksaan cepalo caudal


1. Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata, kepala bersih, warna rambut tidak sama
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera berwarna merah, mata sayu,
terdapat lingkaran mata ( kantung mata )
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret , pernafasan menggunakan
cuping hidung dan terpasang alat bantu pernafasan mask non rebirthing sebanyak
10L
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri telan
7. Dada
Inspeksi: simetris, pergerakan otot normal, pernafasan tidak teratur
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi Paru” : dullness/ resonan
Perkusi Jantung : normal
Auskultasi Paru “ : Ronchi
Askultasi Jantung : bunyi jantung ( + )
8. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema
Palpasi : ada nyeri tekan di perut bagian bawah
Auskultasi : bising usus 20x/m
Perkusi : Tympani
9. Genitalia
Inspeksi : warna kulit sama, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
10. Eksremitas
a. Atas
Inspeksi : jari lengkap, tidak ada lesi,tangan kiri terpasang infus
Palpasi : tidak nyeri tekan
b. Bawah
Inspeksi : jari lengkap, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4.Pemeriksaan Penunjang

No Tanggal Jenis Pemiksaan Hasil Nilai Normal


.
1 08 04 2021 Natrium 127 135 – 145
2 Kalium 3,3 3,4 – 5,3
3 Chloride 101 50 - 200
4 Hematocrit 34 37 - 47
5 Hemoglobin 11, 1 13.0 – 18.0
6 Leukosit 14000 4000 - 10000
7 Trombosit 272000 150000-45000

5.Terapi yang diberikan

No Nama obat Dosis Pemberia Manfaat


. n
1 Ceftriaxone Iv Mengobati dan mencegahinfeksi
bakteri
2 Furosemide Iv Mengatasi penumpukan cairan di dalam
tubuh
3 Lansoplazole Iv Menurunkan sekresi asam lambung
berlebihan
4 bisoprolal Oral Mengobati hipertensi
5 Kombivent uap Saluran pernafasan
6 aspilet oral Meredahkan nyeri

B. Analisa Data
Data etiologi Problem

Ds : Kurang control tidur Gangguan Pola tidur


- pasien mengeluhkan
nyeri perut dibagian
bawah

- keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit tidur dan sering
terbangun

- keluarga pasien
mengatakan pola
tidur pasien berbeda
saat sakit dan
sebelum sakit

DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak
meringis
- Nyeri
P : nyeri disebabkan
karena makan tidak
teratur
Q : Nyeri di rasa
seperti di tusuk
tusuk

R :di bagian perut


bawah

S : skala nyeri 6
( sedang )

T : lama 10 – 15
menit
- Ttv
TD : 100/80
N : 87 x/m
P : 24 x/m
S : 36,4 c
SPO2 : 90 %

C. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur, inflamasi mukosa lambung d.d mual –
muntah saat makan, nyeri perut di bagian bawah dan badan terasa lemas

D. Intervensi
Nama : Tn H
Umu : 67 thn
Diagnosa Tujuan/kriteria Intervensi Rasional
Gangguan pola Tujuan : Dukungan tidur - Mengetahui
tidur b.d Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pola adanya pola
kurang control selam 3 x 24 jam pola aktivitas dan tidur yang
tidur tidur membaik - Identifikasi faktor mempengar
Kriteria hasil : penganggu tidur ( uhi
- Keluhan sulit tidur fisik/psikologis) gangguan
menurun - Identifikasi aktivitas
- Keluhan sering makanan dan dan tidur
terjaga menurun minuman yang - Mengetahui
- Keluhan tidak puas menggangu tidur faktor
tidur menurun ( kopi, alcohol, penggangg
- Keluhan pola tidur the ) u tidur
berubah menurun - Modifikasi - Mengetahui
- Keluhan istirahat lingkungan makanan
tidak cukup ( pencahayaan, dan
menurun kebisingan, suhu) minuman
- Kemampuan - Lakukan prosedur yang
beraktivitas untuk menggangu
meningkat meningkatkan tidur
kenyamanan - Mengatur
( pengaturan lingkungan
posisi tidur ) yang
- Sesuaikan jadwal mampu
pemberian obat menunjang
atau tindakan tidur
untuk menujang - Kenyamana
siklus tidur – n dapat
terjaga membuat
- Jelaskan orang
pentingnya tidur mudah
cukup selama mengantuk
sakit - Untuk
- Anjurkan mengurangi
menghindari gangguan
makanan nyeri
/minuman yng - Mengetahui
mengganggu tidur manfaat
dari tidur
yang cukup
- Untuk
mencegah
klien agar
bisa
memilah
makanan /
minuman
yang tidak
menggangg
u tidur

E. Implementasi
Hari/tanggal Implementasi Respon TTD

Kamis, 8 april - Memeriksa tanda – - Pasien mengatakan


2021 tanda gejala gangguan sulit tidur dan sering
istirahat dan tidur terbangun karna nyeri
yg dirasakan
- mengidentifikasi
makanan dan - Pasien mengatakan
minuman yang tidak ada
menggangu tidur mengkonsumsi alcohol
( kopi, alcohol, the )
- Pasien dan kelurga
mengerti pentingnya
- menjelaskan tidur cukup selama
pentingnya tidur sakit
cukup selama sakit
- Ttv
- ttv
TD : 120/80
N : 88 x/m
P : 28x/m
S : 37 c
Spo2 : 97 %
- mengatur tempat tidur - Memposisikan pasien
& Modifikasi di tempat tidur dengan
Jumat.9 april lingkungan semi fowler dan
2021 ( pencahayaan, pencahayaan yang
kebisingan, suhu) cukup, pasien merasa
nyaman dengan posisi
- menyesuaikan jadwal yang diberikan
pemberian obat atau
tindakan untuk - Obat diberikan sesuai
menujang siklus tidur jadwal dan sesuai 7
– terjaga benar

- ttv - Ttv

TD : 100/80
N : 87x/m
P : 24 x/m
S : 36, 4 c
Spo2 : 90 %

- menganjurkan - Pasien dan keluarga


menghindari mengetahui makanan /
makanan /minuman minuman yang tidak
yng mengganggu tidur boleh dikonsumsi

Sabtu, 10 april - menyesuaikan jadwal - Obat diberikan sesuai


2021 pemberian obat atau jadwal dan sesuai 7
benar
tindakan untuk
menujang siklus tidur
- Ttv
– terjaga
TD : 99/64
- ttv
N : 100x/m
P : 24x/m
S : 36,9 c
Spo2 : 94 %

f. Evaluasi
Hari/ tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

Kamis, 8 april Gangguan pola tidur S : - pasien mengatakan badan nya


2021 b.d kurang control terasa lemas
tidur
-Pasien mengatakan sulit tidur dan
sering terbangun karna nyeri yg
dirasakan
P : pasien mengatakan nyeri
disebabkan karena makan
tidak teratur
Q : pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk – tusuk
R : pasien mengatakan nyeri
terasa di perut bagian bawah
S :pasien mengatakan nyeri di
skala 6 ( sedang )
T : pasien mengatakan durasi
nyeri 10 – 15 menit dan
sering hilang timbul

O: -pasien tampak lemah


-terpasang oksigen dengan kecepatan
aliran 8 liter/menit
Pemeriksaan ttv:
TD : 120/80
N : 88 x/m
P : 28x/m
S : 37 c
Spo2 : 97 %

A: masalah istirahat dan tidur belum


teratasi

P: intervensi dilanjutkan

S : - pasien mengatakan badan nya


masih terasa lemas
Jumat, 09
April 2021 -Pasien mengatakan masih sering
terbangun karena nyeri yg dirasakan
P : pasien mengatakan nyeri
disebabkan karena makan
tidak teratur
Q : pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk – tusuk
R : pasien mengatakan nyeri
terasa di perut bagian bawah
S :pasien mengatakan nyeri di
skala 5 ( sedang )
T : pasien mengatakan durasi
nyeri 10 – 15 menit dan
sering hilang timbul

O: -pasien tampak lemah


-terpasang oksigen dengan kecepatan
aliran 10 liter/menit
Pemeriksaan ttv:
TD : 100/80
N : 87x/m
P : 24 x/m
S : 36, 4 c
Spo2 : 90 %

A: masalah istirahat dan tidur belum


teratasi

P: intervensi dilanjutkan

S : - pasien mengatakan badan nya


sudah merasa membaik, tidak terlalu
Sabtu, 10 lemas
April 2021
-Pasien mengatakan masih sering
terbangun karena nyeri yg dirasakan
P : pasien mengatakan nyeri
disebabkan karena makan
tidak teratur
Q : pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk – tusuk
R : pasien mengatakan nyeri
terasa di perut bagian bawah
S :pasien mengatakan nyeri di
skala 3 (ringan )
T : pasien mengatakan durasi
nyeri 10 – 15 menit dan
sering hilang timbul

O: -pasien tampak lemah


-terpasang oksigen dengan kecepatan
aliran 8 liter/menit
Pemeriksaan ttv:
TD : 99/64
N : 100x/m
P : 24x/m
S : 36,9 c

Spo2 : 94 %
A: masalah istirahat dan tidur teratasi
sebagian, nyeri sudah berkurang

P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan Emosional


bukan hanya dalam keadaan tidak Beraktivitas tetapi juga Kondisi yang
membutuhkan Ketenangan. Kata Istirahat berati berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah berasantai untuk menyegarkan diri atau suatu keadaan
Pasien tidak bisa Istirahat dengan baik karena sesak napas dan tetangga bet
sebelah ribut Data pendukung: pasien tampak lemah dan terbaring di atas
tempat tidur, konjungtiva pucat, tampak ada bantalan hitam di bawah
kelopak mata . tidak bisa beristirahat dengan baik Gangguan pola tidur
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan menyulitkan bahkan
menjengkelkan.
Sedangkan Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim
memiliki kesadaran yang bervariasi. (Wedho, dkk, 2013).
Peneliti mengangakat masalah gangguan pola tidur pada Tn. H
dengan diagnose dyspenia dan pnemonia. Hasil Penelitian yang dilakukan
pada Tn. H yang menderita pneumonia dan dyspenia dalam Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Tidur didapatkan data subjective, pasien mengatakn
tidak bisa beristirahat dengan baik apa lagi pada malam hari, karena
adanya nyeri di perut bagian bawah. Tindakan yang dilakukan pengukuran
tanda-tanda vital, pemberian Obat-obatan dan Perawat juga bertanggung
jawab untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur mereka selama
perawatan dengan memberikan rasa nyaman dan mengeliminasi faktor-
faktor gangguan tidur.
Rekomendasi: Perawat perlu memberikan perhatian khusus pada
simpton penyakit pasien seperti nyeri, sesak napas, batuk yang merupakan
penyebab, gangguan tidur tingkat gangguan tinggi. Perawat harus dapat
meminimalkan gangguan tidur pasien dengan kontrol lingkungan Rumah
Sakit. Tujuan dari tindakan tersebut untuk mengatasi gangguan pola tidur

BAB V

PENUTUP

1 Kesimpulan

Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Istiarahat dan tidur sebagai salah satu kebutuhan
dasar yang universal, karena semua manusia membutuhkan kebutuhan tidur dan istirahat.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidur memiliki peranan yang penting bagi manusia.
Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah
penting bagi kualitas hidup semua orang. Namun demikian, tiap individu memiliki
kebutuhan yang berbeda dalam jumlah tidur (Quantity of Sleep) dan kualitas tidur
(Quality of Sleep).
Fungsi dari istirahat dan tidur adalah memperbaiki keadaan fisiologis dan
psikologis,melepaskan stress dan ketegangan, memulihkan keseimbangan alami diantara
pusat-pusat neuron, waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan diri untuk periode
bangun,memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung, mengembalikan
konsentrasi dan aktivitas sehari-hari, menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh,
memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik tubuh. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur antara lain penyakit,
lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet,
merokok, medikasi, motivasi.Sedangkan masalah yang seringkali ditemukan terkait
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur diantaranya insomnia, parasomnia, hipersomnia,
narkolepsi, apnea saat tidur.

2 Saran

1. Dalam memberikan tindakan keperawatan hendaknya diperhatikan betul prosedur


kerja yang akan dijalankan.
2. Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia yang berhubungan
dengan istirahat dan pola tidur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
3. Menjelaskan atau memberitahukan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
harus selalu diterapkan oleh perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill


Livingstone, USA,P;605-609.

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth


Edition. United State of America: Mosby Elsevier.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates


INC, Massachusets P;588-597

Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins ,


Philadelphia; P 21-58
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing
Interventions Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby
Elsevier.
Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and evaluation of
obstructive sleep apnea-hypoapnea syndrome and the upper airway
resistance syndrome, in : MH kryger, TH Roth, WC Dement (Eds.).
Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th edn. WB Saunders,
Philadelphia.

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University


Press, PUSA, P;9-15

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition,
2007,Oxford University Press, New York P;11
38
LEMBAR PENGESAHAN

Rabu, 14 April 2021

Mengetahui,

Pembimbing Penguji

NS. Desi Susilawati, M. Kep Ns. Rina Delfina, M. Kes

39

Anda mungkin juga menyukai