LAPORAN
INTERVENSI I INDIVIDU
Dosen Pengampu : Nanda Yunika W, M. Psi., Psikolog
Oleh :
Zakiah Anwar
18511038
I. IDENTITAS:
Identitas subjek :
Nama/ inisial : HM
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : Jambi, 7 Juni 2002/ 16 tahun
Pendidikan : Pelajar
Kelas : XI MAN X Sleman
Jurusan : IPS
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
Alamat : Yogyakarta
IDENTITAS Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku identik dengan tingkah laku.
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan
yang tidak tepat atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa
adanya suatu alasan yang jelas.
Menurut Gunarsa (2002:31), membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa
sepengetahuan pihak sekolah. Sedangkan menurut Kartono (2011:55), membolos adalah
salah satu bentuk kenakalan siswa, jika tidak segera diselesaikan dapat menimbulkan
dampak yang parah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos adalah perilaku
tidak masuk sekolah tanpa keterangan dan atau pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan
yang tepat pada jam pelajaran dan tidak mendapat izin terlebih dari petugas sekolah yang
dilakukan secara berulang-ulang.
Penyebab siswa yang membolos dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri siswa
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Siswa yang memiliki
perilaku membolos akanmenimbulkan akibat yang buruk bagi dirinya antara lain: akan
mengalami kegagalan dalam pelajaran dan siswa yang membolos akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya.
Penanganan siswa membolos melalui pendekatan disiplin merujuk pada tata tertib
yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Pelaksanaan aturannya pun harus konsisten.
Konsisten adalah satu dan lainnya saling berhubungan dan tidak bertentangan atau apa yang
disebut dengan ajeg. Artinya segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakekatnya
adalah usaha untuk mencegah tindakan perilaku membolos. Guru semampu mungkin
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan berkreasi dan berinovasi agar siswa
menerima dan memahami pelajaran. Seperti adanya reward bagi siswa yang menunjukkan
adanya perubahan ke arah lebih baik. Guru juga perlu memberikan teladan agar dapat
dicontoh siswa seperti datang tepat waktu, rajin hadir di kelas dan pemberian nilai yang
transparan.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh pihak sekolah, tetapi pihak keluarga juga ikut
terlibat. Terkadang penyebab utama siswa membolos berasal dari keluarga. Jadi komunikasi
RAHASIA
antara pihak sekolah dan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah
siswa tersebut.
2. Pengertian konseling behavioral
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan
pribadi yang dimilikinya (Prayitno dan Erman Amti, 2013). Konselor dalam hal ini berfungsi
untuk membantu konseli dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada konseli.
Dalam hal ini perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu sendiri dari
lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu
sehingga manusia itu berperilaku (Wagito, bimo. 2003). Perilaku manusia itu dimunculkan
dari pikira-pikiran manusia itu sendiri sehingga ia berperilaku sesuai apa yang ada
dipikirannya.
Winkel mengatakan bahwa perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu
proses belajar (learning) atau belajar kembali (relearning) yang berlangsung selama proses
konseling (Arintiki, 2011). Konseling behavioral merupajan suatu uasaha untuk mengubah
perilaku manusai dari maladaptive menjadi perilaku adaptif, perilaku yang maladaptive
dalam konseling behavioral yaitu perilaku yang sifatnya kurang baik.
Menurut James dan Gilliland pada dasarnya konseling behavioraldiarahkan pada tujuan-
tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta
memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Seseorang konselor dapat
mengambil beberapa peranan, bergantung pada orientasi tingkah lakunya dan tujuan klien.
Bagaimanapun juga umumnya konselor yang menggunakan konseling behavioral, aktif
dalam sesi konseling. Sebagai hasilnya klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang
cara berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi sebagai, konsultan,
guru penasehat, fasilitator dan pendukung (Gladding, 2012).
3. Teknik penguatan positif
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitass bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Penguatan positif yaitu salah satu teknik dalam pembentukan
tingkahlaku dari teori konseling behavioral. Gelge, nengah (2002) menyatakan bahwa
penguatan positif merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku yang diharapkan. Dalam artian, penguatan
RAHASIA
positif adalah pembentukan suatu pola tingkah laky dengan memberikan ganjaran atau
perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Dengan memberikan
penguatan positif, maka perilaku yang diinginkan itu akan ditingkatkan atau diteruskan.
Penguatan itu bisa berupa kata-kata verbal seperti bagus sekali, tepat sekali. Berupa
kalimat verbal seperti saya suka hasil kerja anda, pertahankan dan dtingkatkan hasil kerja
kamu. Lalu penguatan non-verbal berupa gerakan seperti acungan jempol, memberikan
senyuman, berupa tanda penghargaan dan hadiah-hadiah atau dengan mengkombinasikannya
sehingga sikap yang diinginkan akan dibentuk dan sikap yang tidak baik akan sedikit demi
sedikit dihilangkan. Adapun tujuan dari penguatan positif yang di kemukakan oleh Gelgel,
Nengah (2002), yaitu:
1. Meningkatkan motivasi,
2. merangsang berpikir yang baik,
3. menimbulkan perhatian,
4. menumbuhkan kemampuan berinisiatif,
5. mengendalikan dan merubah sifat negatif peserta didik dalam belajar ke arah
yang mendukung perilaku. Terkait dengan penelitian yang dilakukan maka
tujuan dari penguatan positif ini adalah untuk meminimalisasi perilaku
membolos siswa.
Penggunaan penguatan positif secara efektif harus memperhatikan tiga prinsip, antara lain:
kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan serta menghindari penggunaan respon negatif.
IV. ASESSMEN
A. Tujuan Asesmen
Untuk mengetahui informasi lebih mendalam terkait klien. perilaku apa yang
ditampilkan dan permasalahan apa yang sebenarnya yang sedang di hadapi klien.
1 Selasa, 02 April 2019, Kos klien A Kakak kos klien untuk mengetahui
pukul 09.12 WIB- permasalahan subjek
10.15 WIB dan perilaku subjek
2 Selasa, 02 April 2019, Kos klien Klien HM Untuk mendapatkan
pukul 10.40 WIB- informasi terkait HM
11.15 WIB dan Rabu,
03 April 2019, pukul
11.30 WIB-13.15
WIB
3 Selasa, 02 April 2019, Kos kakak R Saudara sepupu Untuk mendapatkan
pukul 13.20 WIB- HM informasi terkait HM
14.15 WIB
V. HASIL ASESMEN
A. Hasil wawancara
RAHASIA
1) Kakak subjek
Subjek merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Subjek
mempunyai satu orang adik laki-laki dan dua orang adik perempuan. Ayah subjek
bekerja sebagai petani. Sedangkan ibu subjek bekerja sebagai pedagang. Sejak SD
subjek terkenal nakal, sering membolos, dan berkelahi dengan teman sekolahnya.
Sampai MTS, Pesantren, subjek juga dinilai nakal, sering membolos saat jam
belajar, dan berkelahi dengan teman-temannya. Subjek sering kali pindah-pindah
sekolah pada saat MTS, sampai SMA karena sering tidak masuk sekolah,
berkelahi dengan teman sekolah, sehingga subjek masuk dalam buku hitam.
Sampai sekarang perilaku membolos HM masih ada.
Subjek dan A sudah kenal semenjak di pondok pesantren. Ketika Kakak A
satu pondok dengan subjek HM, subjek tidak terlalu sering berkelahi, namun
ketika Kakak A tamat, banyak sekali info bahwa HM sangat sering berkelahi dan
membolos. Sehingga HM dipindahkan dari sekolah. Sampai empat kali pindah
dari Kota Bogor, kemudian ke kota Jambi, lalu Kota Padang Panjang, sampai
akhirnya di Yogyakarta, bertemu kembali dengan Kakak A sampai subjek HM
masih bertahan sampai sekarang di kota Yogyakarta.
Kakak A sekarang sedang menjadi guru PL di sekolah subjek. Menurut
kakak A, subjek HM masih sering membolos, dan nilai rapornya biasa-biasa saja,
tidak terlalu tinggi, dan subjek HM disekolah sering terlihat bermain pada saat
belajar dan malas dalam belajar. Subjek tidak pernah belajar di rumah, bahkan
buku pelajarannya subjek tidak ada di kos, subjek meletakkan buku pelajaran di
sekolah dan belajar disekolah saja.
2) R Sepupu subjek
Subjek dikenal nakal dari SD, sering berkelahi dengan teman-temannya di
sekolah, tapi sekarang HM sudah mulai berkurang. Dari Pondok pesantren sering
masuk buku hitam dan akhirnya HM di keluarkan dari pondok Pesantren.
Kemudian HM kembali sekolah, disuruh Orang tua HM sekolah, HM sekolah lagi
di MTS di Kota Jambi, tamat MTS lanjut ke MAN Padang Panjang, kemudian
akhirnya pindah ke Yogyakarta. HM sudah sering pindah-pindah sekolah, orang
tuanya tetap menyuruh HM sekolah agar tidak menganggur. Pada saat di
RAHASIA
B. Hasil observasi
1. Subjek
- Fisik
Subjek adalah seorang laki-laki berusia 16 tahun 9 bulan. Subjek memiliki
kulit kuning langsat, hidung mancung, rambut pendek, ikal, dengan warna
rambut hitam. Bentuk wajah oval/ panjang, bentuk mata agak sipit, alis tipis.
Subjek memiliki bentuk tubuh yang pendek kurus. Penampilan sedikit acak-
acakan. Berat badan kurang lebih 55 kg dan tinggi 155 cm. menggunakan baju
berwarna abu-abu dan celana jins dengan lutut terlihat bentuk celana jins yang
lututnya dirobek-robek.
- Saat diwawancara
RAHASIA
No TES Jumlah SS IQ
1 Verbal 40 80
2 Performance 42 91
3 Full Scale 82 87
Berdasarkan hasil tes WAIS menunjukkan bahwa testee memiliki IQ 87 yang
tergolong dalam klasifikasi kecerdasan Low Average. Hal ini menunjukkan bahwa
RAHASIA
A. DINAMIKA KASUS
Subjek dalam kasus ini adalah seorang anak laki-laki pertama dari 4 bersaudara,
subjek merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua yang
memiliki latar belakang pendidikan tidak terlalu tinggi, ayah lulusan SMA, sedangkan
ibunya lulusan SMA. Selain itu, pekerjaan orang tuanya bekerja sebagai petani, dan
pedagang secara tidak langsung penghasilan orang tuanya tidak begitu banyak,
ditambah lagi membiayai adik-adiknya yang juga bersekolah. Secara tidak langsung
membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk kehidupan keluarga. Subjek sebagai anak
laki-laki pertama merasa seharusnya dirinya yang dianggap anak yang special namun
pada kenyataannya, subjek sering karena kebutuhan keluarga yang banyak membuat ia
melihat bahwa dia harus bisa meminimalisir pengeluaran hidup dirantau. Dari
penjelasan subjek bahwa dari SMP subjek sudah sering berkelahi, dan sering membolos.
Sampai sekarang subjek masih sering membolos.
Selain itu, perilaku berkelahi yang dilakukan sejak SD, sudah menjadi kebiasaan
di sekolah hingga sampai SMA. Karena sewaktu kecil subjek pernah dipukul oleh
ibunya pake kabel disebabkan subjek berkelahi dengan teman sekolah. selain dari
ibunya, subjek juga pernah di pukul ayahnya menggunakan lidi di punggungnya,
disebabkan subjek kembali membuat kesalahan di sekolah. Sehingga dari penjelasan
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan kebiasaan memukul dan berkelahi di dapatkan
dari perilaku orang tua kepada anak. Selain berkelahi subjek juga sering membolos di
mulai subjek masuk pondok pesantrean, hal tersebut disebabkan subjek merasa tidak
nyaman disekolah dan diajak oleh teman sekolah yang suka membolos sehingga subjek
ikut-ikutan membolos. Perilaku berkelahi, memukul dan membolos itu sering dilakukan
sehingga membuat subjek sering masuk buku hitam dan dikeluarkan dari sekolah dan
dipindahkan ke sekolah lain.
Kemudian, kurangnya perhatian dari orang tua membuat subjek merasa kurang di
perhatikan sehingga membuat subjek bebas melakukan apapun yang dia inginkan
asalkan tidak diketahui oleh orang tua di rumah. Kurangnya control dari orang tua dan
faktor lingkungan membuat subjek menjadi sering membolos.
B. KESIMPULAN KASUS
RAHASIA
Permasalahan yang dihadapi subjek adalah sering membolos pada saat proses
belajar mengajar di kelas. Menurut Gunarsa (2002), membolos adalah pergi
meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Hal ini sering dilakukan oleh
subjek pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
Menurut Elizabeth Hurlock jenis membolos yang dilakukan siswa berupa:
a. Peserta didik meninggalkan sekolah tanpa izin dan siswa meninggalkan sekolah
dengan alasan yang dibuat-buat.
b. Peserta didik pergi sesuka hati mereka tanpa diketahui oleh guru atau kepala
sekolah peserta didik juga meninggalkan sekolah pada jam pelajaran sambil
mengeluh meresa tidak enak badan atau orang tua menyuruh cepat pulang.
Menurut Ali Imron faktor penyebab siswa bolos sekolah ada tiga yaitu:
1. Faktor yang bersumber dari individu sendiri yaitu terjadinya perkelahian antar
siswa dan prestasinya lemah.
2. Faktor yang bersumber dari keluarga yaitu kedua orang tua bekerja sehingga
pengawasan orang tua terhadap siswa kurang dalam hal pendidikan, adanya
masalah dilingkungan keluarga dan letak rumah yang jauh dari sekolah.
3. Faktor yang bersumber dari sekolah yaitu lokasi sekolah tidak menyenangkan,
fasilitas sekolah yang kurangmemadai,suasana sekolah kurang kondusif dan
bimbingan guru kepada siswa kurang, baik secara kelompok maupun secara
individu.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki nilai rapor
yang rendah, dan sering berkelahi. Subjek melakukan perilaku membolos saat jam
pelajaran dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik.
DINAMIKA KASUS
Respon
Perilaku meninggalkan pelajaran pada saat jam belajar / tidak mengikuti pelajaran di sekolah
Berkelahi dengan teman sekolah
Nilai rapor rendah/ akademik rendah
Perilaku membolos
C. PROGNOSIS
Prognosa berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi berdasarkan data yang ada. Adapun prognosa dalam kasus ini adalah
sebagai berikut:
1. Hal yang mendukung
RAHASIA
- Memiliki ayah dan ibu yang bekerja dan dapat memberi fasilitas untuk subjek
untuk belajar.
- Memiliki kakak yang dapat membantu subjek belajar
2. Hal yang menghambat
- Cenderung menghindari situasi yang kurang nyaman, seperti ketika ada tugas,
subjek suka mengerjakan tugas disekolah.
- Mudah mengeluh, daya juang yang rendah
- Mood mudah dipengaruhi situasi
Subjek memiliki kemungkinan mengalami perubahan yang cukup baik. Lebih rinci
dapat dilihat dari pertimbangan akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki subjek
seperti berikut:
- Kekurangan internal dalam hal-hal yang berhubungan dengan perilaku membolos
dapat diatasi dengan intervensi behavioral therapy menggunakan reinforcement
positif.
VIII. INTERVENSI
A. Tujuan intervensi
Tujuan intervensi yang akan dilakukan adalah Subjek dapat mengurangi perilaku
membolos pada saat jam pelajaran di sekolah.
B. Rancangan intervensi
1. Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dapat diformulasikan sebagai berikut berdasarkan analisa fungsi permasalahan klien
melalui pendekatan RACS menurut Sundel & Sundel (2005):
2. Evidence Based
Intervensi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan behavior. Konseling
behavioral berorientasi pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.
Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Menurut Skinner (dalam Gerald Corey, 2003), mengemukakan bahwa perilaku
manusia didasarkan atas konsekuensi yang diterima. Apakah positif/ diterima, maka
individu akan meneruskan atau mengulangi tingkah lakunya. Sebaliknya apabila
perilaku mendapat ganjaran negatif (hukuman)/ ditolak maka individu akan
menghindari atau menghentikan tingkah lakunya. Selain itu menurut Latipun (2002),
dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah
perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalaman berupa interaksi
individu dengan lingkungan sekitarnya.
Metode konseling behavioral dengan teknik reinforcement positif terbukti efektif
untuk meminimalisir perilaku membolos siswa dengan cara mengimplementasikan
reinforcement positif penelitian yang dilakukan oleh Indayani, dkk. (2014)
menyatakan bahwa penerapan konseling behavioral dengan teknik penguatan positif
dapat meminimalisir perilaku membolos yang dialami oleh sisiwa kelas X. I SMA
negeri 1 Sawan. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan peminimalisiran perilaku
membolos yang dipantau dari rekapitulasi kehadiran siswa di kelas. Konseli (KS,
MB, TAP) telah menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kehadiran di
sekolah sangat meningkat. Penurunan perilaku membolos dapat ditunjukkan dari
jumlah membolos 3x menjadi 1x, jumlah membolos 4x menjadi 1x dan jumlah
RAHASIA
membolos 5x menjadi 3x pada siklus I dan penurunan yang sangat signifikan dari
ketiga konseli untuk meminimalisir bahwa menghentikan perilaku membolos pada
siklus ke II. Dari hasil observasi dan keterangan dari teman-teman, wali kelas, dan
guru bidang studi menyatakn bahwa konseli juga studi menyatakan bahwa konseli
juga sudah banyaj menunjukkan perubahan perilaku kea rah positif. Ini berarti
penerapan konseling behavioral teknik penguatan positif efektif untuk membantu
memimalisir perilaku membolos siswa(Indayani, dkk, 2014).
Kemudian, Gelgel, Nengah (2002), menyatakan penguatan positif merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku yang diharapkan. Dalam artian, penguatan positif
adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau
perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Dengan memberikan
penguatan positif, maka perilaku yang diinginkan itu akan ditingkatkan atau
diteruskan.
Penguatan itu bisa berupa kata-kata verbal seperti bagus sekali, tepat sekali.
Berupa kalimat verbal seperti saya suka hasil kerja anda, pertahankan dan
dtingkatkan hasil kerja kamu. Lalu penguatan non-verbal berupa gerakan seperti
acungan jempol, memberikan senyuman, berupa tanda penghargaan dan hadiah-
hadiah atau dengan mengkombinasikannya sehingga sikap yang diinginkan akan
dibentuk dan sikap yang tidak baik akan sedikit demi sedikit dihilangkan.
Adapun tujuan dari penguatan positif yang di kemukakan oleh Gelgel, Nengah
(2002), yaitu:
6. Meningkatkan motivasi,
7. merangsang berpikir yang baik,
8. menimbulkan perhatian,
9. menumbuhkan kemampuan berinisiatif,
10. mengendalikan dan merubah sifat negatif peserta didik dalam belajar ke arah
yang mendukung perilaku. Terkait dengan penelitian yang dilakukan maka
tujuan dari penguatan positif ini adalah untuk meminimalisasi perilaku
membolos siswa.
RAHASIA
Prosedur:
1) Praktikan membentuk kontrak dengan klien mengenai kesepakatan-
kesepakatan yang akan dilakukan ketika subjek tidak membolos, serta
kegiatan yang akan dilakukan bersama dengan klien. Praktikan juga
RAHASIA
b) Pertemuan kedua
Hari/ tanggal : Minggu,12 Mei 2019
RAHASIA
belajar hanya disekolah, buku pelajaran tidak pernah saya bawa pulang, saya
tinggalkan saja dikelas, selain itu juga, saya kadang diajak teman-teman
sekolah untuk membolos, kadang saya sendiri yang malas belajar”. Setelah
subjek mengungkapkan keluhannya lalu praktikan menjelaskan mengenai
dampak membolos dan tidak mengikuti pelajaran dikelas.
Dalam pertemuan kali ini sudah terlihat adanya perubahan perilaku subjek.
Subjek sudah menampilkan perilaku barunya. Perilaku baru di tunjukkan oleh
kakak subjek dengan menjelaskan perilaku subjek selama 2 minggu terakhir
bahwa subjek terlihat slalu hadir dalam setiap pelajaran, dan terlihat perilaku
membolos sudah berkurang. Hal ini kakak subjek lihatkan kepada praktikan
daftar kehadiran subjek selama 2 minggu terakhir. Subjek masih terlihat
membolos dalam 1 kali dalam seminggu. Hal tersebut disebabkan karena
kakak subjek sibuk dengan tugas kampus, sehingga kakak subjek lupa
memberikan pujian saat perilaku subjek mulai berubah.
Namun, praktikan tetap memberikan apresiasi terhadap perilaku
membolos subjek mulai berkurang walaupun sedikit. Praktikan mengevaluasi
kegiatan konseling behavioral dengan teknik reinforcement positif yang telah
dilaksanakan dari pertama pertemuan sampai akhir pertemuan. Kemudian
Praktikan juga memberikan kesempatan kepada subjek setelah diberi
intervensi dan menanyakan tentang hal-hal yang sudah dilakukan oleh subjek
serta hambatan apa saja yang dihadapinya.
Setalah intervensi praktikan segera berakhir dan menutup konseling
praktikan meminta maaf kepada subjek apabial selama melaksanakan layanan
konseling dari pertama sampai akhir terdapat kesalahan. Praktikan juga tidak
lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada subjek karena sudah berkenan
dan berpastisipasi hadir dalam pelaksanaan layanan konseling dari awal
hingga akhir. Praktikan menanyakan pemahaman apa yang sudah diperoleh
dari pertemuan konseling, perasaan yang dialami selama berlangsung dan
kesan yang diperoleh selama kegiatan konseling. Selama penjelasan peroses
bimbingan konseling selama 3 kali dalam pemberian layanan, pelaksanaan
RAHASIA
sudah dilakukan dengan baik sesuai prosedur layanan konseling. Setelah itu
peneliti mengakhiri proses konseling dan mengucapkan salam.
2) Perubahan perilaku
Rekapitulasi kehadiran subjek sebelum dan sesudah diberikan intervensi, hal tersebut
berdasarkan hasil absensi di kelas, dan keterangan dari subjek dan kakak subjek
sebagai guru PL (praktek Lapangan) di sekolah tersebut.
- Rekomendasi
Guna meningkatkan kemajuan pada diri subjek maka rekomendasi yang dapat
dilakukan khususnya bagi orang tua, agar lebih meningkatkan interaksi antara
orangtua dan anak dalam berbagai aktivitas bersama. Perlu memberikan apresiasi
terhadap perilaku anak terhadap hal-hal yang dilakukan anak sehingga anak dapat
lebih percaya diri dan antusias terhadap kegiatannya. Keluarga juga perlu
meningkatkan komunikasi antara rumah dan sekolah untuk melihat
perkembangan pada diri subjek dan memberikan apresiasi terhadap perilaku baik
yang muncul disekolah sehingga dapat di perkuat di rumah.
RAHASIA
DAFTAR PUSTAKA
Indayani, Anggi, dkk. 2014. Penerapan Konseling Behavior dengan teknik penguatan positif
sebagai upaya untuk meminimalisasi perilaku membolos pada siswa kelas X.1 SMA
Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2013/2014. E-Journal Undiksa Jurusan Bimbingan
Konseling, Volume: 2 No. 1, Tahun 2014. Jurusan Bimbingan Konseling, FIP. Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja, Indonesia.
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama
Gelgel, Nengah. 2002. Memahami Keterampilan Dasar Mengajar (dirangkum dari materi
pelatihan dosen dan guru pamong PPL D-2 PGSD). Singaraja: Depdiknas
Gunarsa, Singgih. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia
Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Prayitno,. Amti, Erman. 2013. Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta. Jakarta.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. CV Andi. Yogyakarta.
Arintoko. 2012. Wawancara konseling disekolah. CV. Andi Offset. Yogyakarta.