Pariwisata telah semakin disadari sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi dan peluang
perluasan lapangan kerja di berbagai negara berkembang. Bahkan di sejumlah negara
berkembang di kawasan Afrika terbukti kehadiran pariwisata telah berkontribusi kepada
penurunan angka kemiskinan (Steiner, 2006). Meskipun demikian, bahwa keberhasilan
pengembangan sektor pariwisata lebih banyak ditentukan oleh peran kebijakan
pemerintah yang ikut serta secara aktif membangun regulasi untuk pengembangan
kepariwisataan (Jeffries, 2001). Dalam rangka memahami peran kelembagaan pada
pengembangan pariwisata, UNWTO (2002) mengembangkan pilar segitiga meliputi
environment, community dan industry sebagaimana disajikan pada Gambar berikut ini.
tetapi didasarkan pada kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor dalam
perwujudannya dapat berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.
Pendekatan konsep desain terdiri dari : pola sirkulasi ruang, tata masa bangunan, dan
bentuk massa bangunan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
formal dan baku. Kondisi ini sangat cocok untuk kegiatan yang mempunyai kesan
yang bersifat formal.
Pola Loop :
Pola ini adalah gabungan dari pola grid dan pola
organis. Sehingga pola pola blok yang cocok adalah
Pola Grid. Dengan pola ini akan memudahkan bagi
user untuk beroientasi terhadap space atau ruang
luar yang terbentuk. Pemakaian pola Grid akan
sangat effisien dalam penggunaan lahan, sehingga
dari segi biaya akan lebih ekonomis.
Kawasan Jalan Tunjungan Kota Surabaya harus memberikan image atau citra yang baik
dalam skala kota, monumental (dalam arti bangunan tidak harus berlantai
banyak/pencakar langit) akan tetapi dapat dilihat secara visual dengan proporsi tertentu
terhadap Jalan Tunjungan Kota Surabaya itu sendiri. Masa bangunan utama yang akan
dijadikan Point Of Interest/Eye Catcher adalah bangunan yang mempunyai open space
yang cukup luas agar masa bangunan utama secara visual lebih kelihatan asri. Secara
fungsional open space yang berupa plaza atau lapangan terbuka dapat digunakan
sebagai tempat bermain yang bersifat out door.
B. Masa Bangunan
Gubahan masa bangunan
Program ruang bangunan sepanjang Kawasan Jalan Tunjungan Kota Surabaya
kebutuhan ruangnya secara struktur akan bergantung pada, orientasi terhadap
sinar matahari, topografi dan Kawasan Jalan Tunjungan Kota Surabaya.
Bentuk masa Bangunan
Pola masa yang geometris dan bentuk-bentuk yang simetris sebagai simbol
suasana dan situasi yang formal, prosedural dan baku, perlu di siasati agar serasi
dengan pemahaman elemen Jalan Kawasan Jalan Tunjungan Kota Surabaya.
Penampilan bangunan
Penampilan bangunan sangat ditentukan oleh gaya arsitektur yang akan
diterapkan. Agar lebih terasa ramah dengan lingkungan sekitar, dipilih perpaduan
antara arsitektur modern dengan gaya arsitektur budaya Tanjungpinang.
C. Promenade
Konsep ini merupakan suatu konsentrasi kegiatan dari Kawasan Jalan Tunjungan Kota
Surabaya untuk menghubungkan kegiatan lainnya, dalam penggunaan jembatan
pedestrian, lapangan olahraga. Point kunci dari area Kawasan Jalan Tunjungan Kota
Surabaya ini adalah jalur yang menghubungkan antara pusat pemerintahan, kawasan
perdagangan jasa Kota Surabaya, Kawasan bersejarah.
3. Rencana Investasi;
Tahap Persiapan Pelaksanaan Pada tahap ini, Konsultan akan mengawali pekerjaan
dengan memobilisasi para Tenaga Ahli dan juga Tenaga Pendukungnya. Kemudian
melakukan persiapan-persiapan yang dapat mendukung kemudahan bekerja bagi para
Tenaga Ahlinya, dan dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data awal (studi
literatur).
Secara substansi, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan meliputi :
1. Persiapan Awal, meliputi :
Koordinasi Awal
Mobilisasi Personil dan Pembagian Tugas Pekerjaan.
Penetapan Strategi dan Program Pencapaian Sasaran, mencakup:
Pendekatan dan Metodologi Pelaksanaan.
Program Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Komposisi Tim dan Jadual Penugasan Personil.
Instrumen Pendataan (Kuesioner, Format Data, dan lain-lain), Pencatatan,
dan Analisis Data.
Penyusunan Metode dan Rencana Survey Lapangan.
2. Pengumpulan Data Awal (Studi Literatur), meliputi :
Melakukan Kajian Studi Literatur, Peraturan, dan Dokumentasi terkait Program
Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Gambaran Umum Daerah Perencanaan.
3. Pengolahan Data dan Analisis Awal, meliputi :
Mereview, mempelajari dan mengkaji Laporan-laporan RTBL yang pernah
dilakukan.
Perumusan batasan kawasan perencanaan berdasarkan ketentuan/ kriteria
perencanaan.
Analisis pemecahan masalah.
Pengembangan Struktur Materi RTBL.
4. Penyusunan Laporan Pendahuluan, mencakup :
Penulisan Laporan Pendahuluan.
4. SURVEI
Pokok pekerjaan yang dilakukan meliputi kegiatan :
a. Survey data instansional, berupa pengumpulan data atau perekaman dari instansi-
instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data
kuantitatif berupa angka-angka, data kualitatif berupa uraian atau berupa peta
mengenai keadaan wilayah perencanaan.
b. Pengukuran dan pemetaan
Pada dasarnya merupakan upaya pemindahan situasi lapangan terbaru ke dalam
format dua dimensi dengan dilengkapi data-data teknis yang diperlukan.
Keluaran pekerjaan pengukuran dan pemetaan meliputi :
Dimensi jalan dan saluran beserta arah aliran
Nama jalan dan saluran
Beberapa profil topografi yang diperlukan.
Up dating data-data yang diperlukan dalam perencanaan sesuai dengan
perkembangan fisik terbaru di wilayah perencanaan
Pemetaan pemanfaatan lahan fasilitas umum, RTH, perdagangan dan jasa
komersial serta bangunanbangunan
penting lain dengan juga mencantumkan notasi pemanfaatan.
Mencantumkan Intensitas lahan (KDB, KLB, KDH, KTB, dsb).
Pekerjaan pengukuran dan pemetaan tersebut dituangkan dalam album peta eksisting
wilayah perencanaan sebagai lampiran kondisi awal wilayah perencanaan sebelum
sebelum direncanakan.
c. Identifikasi wilayah perencanaan, merupakan pengamatan kondisi eksisting yang
dapat dijadikan data bagi analisa wilayah perencanaan (dilengkapi dengan peta
dan foto situasi), antara lain :
memberikan informasi yang informatif yang dapat dicetak pada saat apapun sesuai
dengan kebutuhan serta dapat pula dijadikan landasan bagi pekerjaan selanjutnya.
5. ANALISA
Pada dasarnya pekerjaan antara ini meliputi pekerjaan analisa untuk mengetahui
potensi, permasalahan peluang, kendala, kecenderungan perkembangan dalam wilayah
perencanaan berdasarkan interpretasi dari pengolahan data primer maupun sekunder.
Dengan memakai metode analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
memanfaatkan alat analisa yang sesuai, diharapkan data-data yang telah berhasil
diidentifikasi dapat diolah sehingga dihasilkan suatu kesimpulan analisa mengenai suatu
permasalahan, potensi, kendala, peluang, kebutuhan, kecenderungan dan sebagainya.
Pekerjaan analisa ini antara lain terdiri atas Analisa Wilayah Perencanaan dan Analisa
Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat. Analisis Wilayah Perencanaan
memuat substansi analisa berupa perkembangan social-kependudukan, prospek
pertumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal dan kawasan, daya dukung fisik dan
lingkungan, status lahan dan legallitas perijinan, daya dukung prasarana dan fasilitas
lingkungan serta historis kawasan. Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran
Masyarakat memuat tentang aspirasi perencanaan, yang disesuaiakan dengan
kebutuhan, keinginan serta kondisi permasalahan dan potensi wilayah perencanaan.
Input dari analisa tersebut dapat dieksplorasi dari pekerjaan sosialisasi masyarakat
di wilayah perencanaan. Setiap kegiatan sosialisasi maupun koordinasi harus dilampiri
Berita Acara, Daftar Hadir dan dokumentasi berupa foto maupun video.
Hasil dari pekerjaan analisa merupakan Konsep Pengembangan dan Perancangan di
Wilayah Perencanaan. Konsep Pengembangan Wilayah Perencanaan harus
memperhatikan karakteristik kawasan serta mengacu pada arahan pengembangan
kawasan sesuai fungsi dan perannya berdasarkan RTRW Kota Surabaya maupun Review
RTRW, RDTRK dan RTRK yang terkait. Konsep pengembangan tersebut setidaknya
memuat komponen-komponen sebagai berikut :
Tahap ini merupakan tahap perumusan dan konsep Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Kegiatankegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Konsep Program Bangunan dan Lingkungan.
2. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan.
3. Penyusunan Rencana Investasi
4. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
5. Penyusunan Pengendalian Pelaksanaan
6. Draft Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Perencanaan
7. PENYUSUNAN RENCANA
Laporan Akhir merupakan pendalaman dan pendetailan serta perwujudan fisik dan
program dari Konsep Pengembangan dan Perancangan yang sudah ada di laporan
Antara, yang berupa Rencana Umum dan Panduan Implementasi, Rencana Investasi dan
Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana.
Rencana Umum paling tidak memuat komponen-komponen perencanaan, sebagai
berikut :
a. Peruntukan Lahan makro-mikro
Peruntukan lahan makro adalah rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan
lahan yang juga disebut tata guna lahan. Tata guna lahan ini bersifat mutlak
sesuai yang telah diatur pada ketentuan dalam Rencana TataRuang di atasnya
(RTRW, RDTRK, RTRK).
Peruntukan lahan mikro meruakan peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala
keruangan yang lebih rinci (termasuk secara vertical) berdasarkan prinsip
keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang diatur antara
lain arahan peruntukan lantai dasar, lantai atas maupun basement.
b. Rencana Tapak
Memuat paling tidak intensitas bangunan (KDB, KLB, ketinggian bangunan, KTB,
KDH, dsb), serta penataan bangunan (jarak antar bangunan, sempadan
bangunan, bangunan atau jalur penghubung antar bangunan, open space dsb).
Di dalam Laporan Akhir tersebut, juga direncanakan Rencana Investasi serta Ketentuan
dan Pedoman Pengendalian Rencana. Di dalam Rencana Investasi bisa memuat
Rekomendasi untuk RPIJM (Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah) Kota
Surabaya dan Rekomendasi Kerjasama antar Daerah dan Sektoral. Sedangkan di dalam
Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana berisi Prioritas Pengembangan dan
Indikasi Program serta mekanisme perijinan, insentif dan disinsentif. Rencana Investasi
serta Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana, diharapkan dapat dijadikan
pedoman untuk :
a. Penentuan program-program pembangunan pada wilayah perencanaan
3. Kondisi fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data topografi, hidrologi, geologi,
klimatologi, dan tata guna lahan
6. Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang diantaranya meliputi
permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, pertambangan, pertanian
dan kehutanan serta lain-lain
7. Tata Bangunan dan Lingkungan : tata bangunan meliputi : intensitas bangunan (KDB,
KLB, KDH), bentuk bangunan, arsitektur bangunan, pemanfaatan bangunan,
bangunan khusus, wajah lingkungan, daya tarik lingkungan (node, landmark, dll),
garis sempadan (bangunan, sungai, SUTT)
a) Jaringan transportasi : jaringan jalan raya, rel kereta api, jalur pelayaran (sungai);
fasilitas (terminal, kargo, stasiun), kelengkapan jalan (halte, parkir, jembatan),
pola pergerakan (angkutan penumpang dan barang)
b) Air minum : sistem jaringan, bangunan pengolah, hidran), mencakup kondisi dan
jaringan terpasang menurut pengguna, lokasi bangunan dan hidran, kondisi air
tanah dan sungai, debit terpasang, dll
f) Jaringan listrik : sistem jaringan (SUTT, SUTM, SUTR), gardu (induk, distribusi,
tiang/beton), sambungan rumah (domestik, non domestik)
h) Gas : sistem jaringan, pabrik, jaringan terpasang (rumah tangga, non rumah
tangga)
9. Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana, besaran dampak,
kondisi lingkungan fisik, kegiatan bangunan yang ada, fasilitas dan jalur kendali yang
telah ada. Sedangkan nara sumber yang digunakan adalah :
a. Dinas/Instansi terkait
c. Warga setempat
Bagan E.1
KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) JALAN TUNJUNGAN KOTA SURABAYA
1. Wawancara
2. Pengukuran
2. Alat ukur
TUJUAN : Menemukenali berbagai karakteristik sumberdaya alam melalui telaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah/kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan
tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem untuk keberlanjutan
KELUARAN : Peta Kemampuan Lahan, Peta Kesesuaian Lahan, Rekomendasi Kesesuaian Lahan
JENIS DATA YANG DIBUTUHKAN : Klimatologi, topografi, geologi, hidrologi, sumber daya mineral/bahan
galian, bencana alam, penggunaan lahan, studi yang ada, kebijakan pemerintah
Teknik yang dipergunakan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan adalah analisis
superimpose/analisis tumpang tindih peta. Dalam penerapannya, beberapa peta tematik
ditumpang tindihkan, sehingga secara spasial di dapat gambaran yang integral terhadap
kondisi kawasan.
Gambar E.1
TUJUAN : Untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu, serta permasalahan perekonomian
khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau
kawasan tersebut.
Inti dari model ekonomi basis (economic base model) adalah bahwa arah dan
pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah tersebut. Ekspor tersebut
berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja.
Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat
digunakan beberapa metode, yaitu : 1) metode pengukuran langsung dan 2) metode
pengukuran tidak langsung.
Dalam Penyusunan RTBL Jl. Tunjungan Kota Surabaya, digunakan 2 (dua) metode
tersebut.
Yaitu bahwa semua sektor industri primer dan manufaktur adalah sektor basis.
Sedangkan sektor jasa adalah sektor non basis.
Si / Ni Si / S
LQ = =
S / N Ni / N
dimana :
Si : Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur di daerah yang
diteliti
Ni : Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas
S : Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
N : Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Apabila LQ suatu sektor >= 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Dan
apabila LQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis.
Analisis sosial budaya sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh gambaran
lengkap mengenai situasi sosial dan budaya dengan menelaah kaitan sejarah dan
struktur sosial dalam masyarakat. Indikator yang dianalisis: kependudukan, pendidikan,
ketenagkerjaan, kesehatan, perumahan & lingkungan, sosial budaya
TUJUAN :
Mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung atau menghambat pengembangan wilayah
dan/atau kawasan
KELUARAN :
Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di wilayah dan/atau kawasan.
Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar tenaga kerja, keragaman sosial budaya
penduduk serta jumlah dan pertumbuhan penduduk.
Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan wilayah
dan/atau kawasan.
Disamping itu, digunakan pula untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
memperkirakan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan umum di masa yang akan datang
serta memprediksi daya dukung lingkungan terhadap perkembangan jumlah penduduk.
a. Kepadatan Penduduk
b. Persebaran Penduduk
Apabila data yang ada di tingkat kota cukup falid dan tersedia, maka untuk
menentukan jumlah pertumbuhan penduduk di suatu daerah, dipengaruhi oleh
1. Besarnya kelahiran
2. Besarnya kematian
Selain metode tersebut diatas, dapat dipergunakan pula motode analisis lainnya
apabila data yang ada di tingkat kota tidak terpenuhi (jumlah kematian, kelahiran,
migrasi masuk dan migrasi keluar tidak ada). Metode tersebut antara lain :
P(t+q) = Pt + b(q)
dimana :
P(t+q) : Jumlah penduduk tahun proyeksi
Pt : Jumlah penduduk tahun dasar
b : Selisih tahun dari tahun dasar ke tahun t+q
q : Rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun.
Pt = Po (1 + r)n
dimana :
Pt : Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi
Po : Jumlah Penduduk Tahun dasar
r : Prosen Perkembangan
n : Tahun Proyeksi
Model regresi linier digunakan dengan asumsi terdapat hubungan linier antara
tahun pengamatan dengan jumlah penduduk pada tahun pengamatan yang
bersangkutan. Model matematisnya adalah sebagai berikut:
P(t+x) = a + b (x)
Dimana :
P(t+x) : Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi
x : Tambahan Tahun Terhitung dari Tahun Dasar
a&b : Konstanta dengan rumus
ax2 - ax . aPx
a =
N. ax2 – (ax) 2
N. aPx – ax . aP
b =
N. ax2 – (ax) 2
d. Comparative Model
Asumsi dasar penggunaan model ini adalah bahwa pola pertumbuhan penduduk
pada suatu lokasi relatif akan sama atau proporsional atau analog dengan pola
pertumbuhan penduduk pada wilayah yang lebih luas, atau pada suatu lokasi
yang memiliki kesamaan karakteristik dengan lokasi pengamatan. Ada tiga jenis
comparative methods yaitu :
Ratio Methods
Model matematisnya : Pc (t) = k Ps(t)
Combination Methods
Model matematisnya : Pa(t) = kPb (t – T)
Di mana : Pa(t) = Jumlah penduduk area a pada tahun t
Pb (t-T) = Jumlah penduduk area b pada tahun t – T
k = Proportional factor
T = Time lag
Metode ini digunakan untuk menguji tingkat kecocokan suatu model terhadap
kondisi faktualnya. Tingkat kecocokan dapat dilihat dari jumlah kuadrat
= ( Yi – Ya)
Konsentrik
KONSEP KONSENTRIK
Multiple Nuclei
3 3
2. Kecenderungan
Bagan E.2
Konsep Sistem Pembagian Struktur Tata Ruang Kota Model Growth Center
Pusat BWK
Arah interaksi
a. Kita harus mengetahui besarnya output persatuan luas lahan setiap sektor
(produktivitas lahan setiap sektor) sehingga akan didapatkan vektor kolom output.
Luas lahan seperti disajikan di bawah ini :
X1/ha
L= .
Xn/ha
.
b. Tahap selanjutnya adalah mencari proyeksi output setiap sektor dengan laju
pertumbuhan tertentu selama waktu tertentu dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
Xi = proyeksi output sektor i selama waktu t
(1 – A) –1 = matriks kebalikan leontief
Yoi = permintaan akhir pada waktu to untuk sektor I
t = lama waktu proyeksi
r = laju pertumbuhan sektor i
c. Berdasarkan proyeksi output maka dapat dibuat proyeksi kebutuhan lahan untuk
waktu tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kli = X it
Xi / ha
Dimana :
KLi = Kebutuhan lahan untuk sektor i pada waktu tertentu
Xit = proyeksi output sektor I selama waktu tertentu
Xi / ha = output per luas lahan sektor i
Analisa prasarana wilayah ini meliputi analisa penyediaan air bersih, drainase, sanitasi
dan persampahan. Detailnya adalah sebagai berikut:
a. Air bersih
Analisa penyediaan air bersih meliputi penggunaan air bersih oleh penduduk dengan
sistem perpipaan dan non perpipaan. Data-data yang diperlukan untuk melakukan
analisa penyediaan air bersih melalui sistem perpipaan adalah: Sumber air baku,
Kapasitas air baku, Kualitas air baku, Kuantitas air baku, Kontinuitas air baku,
Kapasitas desain dan kapasitas produksi, Sistem distribusi, Jumlah dan jenis
sambungan, Jumlah penduduk terlayani, Tingkat pelayanan, Tingkat kebocoran air
Data-data eksisting yang diperlukan untuk melakukan analisa penyediaan air bersih
melalui sistem non perpipaan adalah:
Sumber air baku (sumur gali, air hujan, mata air, dsb)
Tingkat pelayanan
Metode Perhitungan yang akan dipakai dalam analisa penyediaan air bersih dengan
sistem perpipaan adalah sebagai berikut :
b. Drainase
Sektor drainase merupakan salah satu sarana/prasarana yang tidak dapat diabaikan
keberadaaannya di dalam suatu lingkungan permukiman dan senantiasa
memerlukan pembenahan baik dalam rangka perencanaan maupun pembangunan
fisiknya.
T = waktu ulang
XT = 1/a.YT + b
1/a = X/Sn
b = Xr– 1/a.Yn
Dimana:
XT = kemungkinan hujan harian max. dalam frekwensi
T tahun (mm)
Xr = curah hujan rata-rata (mm)
X = standart deviasi (mm)
YT = reduced variate dari distribusi Gumbel, sebagai fungsi
dari waktu ulang T tahun
Yn = reduced mean, tergantung dari banyaknya data (n)
Sn = reduced standart deviation, sebagai fungsi banyaknya data (n)
Intensitas Hujan
I = (R24/8) * (8/t)^(2/3)
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan harian (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)
R = jari-jari hidrolis
S = kemiringan saluran
n = angka kekasaran Manning
Q = A.V
Dimana:
c. Persampahan
KAPASITA
NO PERALATAN PELAYANAN
S
100 m2 2.000 KK/20.000 Jw
25 m2 400 KK/4.000 Jw
B. Sub Sistem Pengangkut
6. Truk Biasa 6 m3 700 KK/7.000 Jw
Dump Truk 8 m3 1.000 KK/10.000 Jw
Armroll Truk + 4 Container 8 m3 1.000 KK/10.000 Jw
Compactor Truk 8 m3 1.300 KK/10.000 Jw
C. Sub Sistem Pembuangan
Akhir
7. Buldozer 80 Hp 10.000 KK/100.000
Jw
d. Air Limbah/Sanitasi
Air limbah merupakan jenis air buangan yang mengandung kotoran manusia,
binatang, tumbuhan, buangan industri dan buangan kimia. Sedangkan air limbah
domestik adalah semua jenis air buangan dari keperluan rumah tangga seperti air
bekas mandi dan cuci, baik dari dapur maupun kamar mandi. Pembangunan
penyediaan sarana/prasarana air limbah merupakan salah satu upaya untuk
memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan yang ada. Data tentang sistem sarana/prasarana
air limbah meliputi :
Sistem sarana/prasarana air limbah meliputi sistem setempat (on site) atau
sistem terpusat (off site).
Tingkat pelayanan sistem untuk memberi gambaran tingkat pelayanan yang ada.
» Tingkat pelayanan pada daerah dengan kepadatan kurang dari 300 jiwa/Ha
adalah 50 – 70% dari jumlah penduduk.
» Tingkat pelayanan pada daerah dengan kepadatan lebih dari 300 jiwa/Ha
adalah 80 – 90% dari jumlah penduduk.
» IPLT system kolam dengan debit 50 lt/dt, dan durasi pengosongan Lumpur
tinja 5 tahun sekali serta kualitas BOD < 30 mg/lt dan SS < 30 mg/lt.
e. Analisa Transportasi
1. Aksesibilitas
Keterangan :
Ai : Nilai aksebilitas
K : Kondisi jalan aspal (aspal, perkerasan dan tanah)
F : Fungsi jalan (arteri, kolektor dan lokal)
T : Fungsi dari jenis pergerakan (regional, lokal) dan trayek pergerakan yang
melayaninya.
d : Jarak
Keterangan :
Ai : Nilai Aksesibilitas
Ej : Ukuran aktivitas (dapat menggunakan ukuran antara lain jumlah
penduduk usia kerja
Dij : Jarak tempuh (waktu/uang)
b : Parameter
Perhitungan parameter b menggunakan grafik regresi linier, yang diperoleh
berdasarkan perhitungan :
K T P
Ketarangan :
K : Kondisi jalan
T : Total individu trip
P : Jumlah penduduk suatu daerah
Tij ( Pipj ) p
2. Hierarkhi jalan
Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada suatu
kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada disekitar
kawasan.
Sistem sirkulasi tidak begitu saja terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori; sistem grid, radial, linier, kurva linier,
serta beberapa kombinasi diantaranya:
Sistem Grid
Sistem Radial
Sistem Linier
Sistem Kurvalinier
Modifikasi Grid
Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi dengan sistem loop
ditengahnya atau pada kedua sisi. Pada bagian loop selain memungkinkan
untuk kawasan terbangun dan juga dapat digunakan
sebagai ruang terbuka hijau.
Cul De Sac
Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada satu pola jaringan
jalan secara tertutup. Pola ini akan efisien bila jaraknya kurang dari 150
meter.
Loop
dimodifikasi, maka sistem loop ini pada bagian tengahnya selain dapat
digunakan sebagai kawasan terbangun juga dapat digunakan untuk ruang
terbuka hijau.
4. Dimensi Jalan
2000.N.V/C.W.T
Dimana:
Sv = Volume pelayanan maksimum pada tingkat pelayanan terpilih
N = Jumlah Jalur
V/C = Rasio volume kapasitas pada tingkat pelayanan terpilih
W = Faktor koreksi kapasitas
Sn = Volume pelayana hasil prediksi
5. Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada suatu
ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus:
N = L-1
P
Dimana:
N = Jumlah kendaraan yang bisa ditampung
L = Panjang ruang parkir (pada sisi jalan)
P = Rata-rata jarak antar mobil persatuan sistem parkir
(parelel, sudut 90°, 60°, 45°, 30°)
- Faktor-faktor estetika.
Salah satu unsur lagi yang sangat penting dalam merancang pola pergerakan
pada kawasan adalah perancangan untuk pejalan kaki, pentingnya perancangan
ini bukan hanya terkait pada penyediaan dan keindahan saja tetapi terkait
dengan semua sistem secara keseluruhan. Karakter dari pejalan kaki adalah :
- Kesulitan terbesar untuk mengikuti pejalan kaki yang berkelompok ini adalah
mereka yang berjalan secara tidak tertentu dengan berjalan secara
bersebelahan.
- Kelompok usia muda biasanya berjalan lebih cepat dari kelompok usia tua.
- Pejalan kaki yang berkelompok akan berjalan lebih pelan dibandingkan bila
berjalan sendirian.
- Pejalan kaki yang membawa tas akan berjalan secepat pejalan kaki yang
lainnya.
- Pejalan kaki yang berjalan tanjakan landai akan berjalan secepat jalan datar.
a. Analisa View
Yaitu analisa terhadap pemilihan sudut pandang yang dianggap paling baik dan
mempunyai nilai estetika khusus untuk penempatan suatu bangunan.
Yaitu analisa terhadap elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan
umum di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan cukup besar.
Elemen kota yang merupakan penunjang kota ini dapat berupa sarana umum seperti
taman, PKL, dan lain sebagainya sesuai dengan kondisi kawasan perencanaan.
Yaitu analisa terhadap adanya suatu hubungan dari pergerakan (aktivitas) yang
terjadi pada beberapa zona makro maupun mikro, dengan atau tanpa
keragaman fungsi, yang berkaitan dengan aspek-aspek fisik, historis, ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Aspek-aspek yang terkait dalam terbentuknya linkage
system : pedestrian, sistem transportasi dan parkir.
Preservasi adalah suatu upaya untuk melindungi bangunan, monumen dan lingkungan
dari kerusakan dan mencegah proses kerusakan yang terjadi. Konservasi adalah
semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya. Konservasi ini mencakup kegiatan preservasi,
restorasi, rekontruksi dan adaptasi.
Merupakan penilaian terhadap seluruh bidang tanah yang tidak ditempati bangunan.
Contoh ruang terbuka hijau antara lain : pedestrian, taman, makam, lapangan olah
raga, dan atau semua ruang luar komunal. Fungsi ruang terbuka hijau :
Jalur hijau
Kuburan/makam
d. Edges, yaitu sebagai salah satu unsur pembentuk garis pemisah kawasan
e. Distrik, yaitu sebagai salah satu pembentuk unsur kawasan di dalam kota
a. Public Domain
Makna dan tujuan akhir urban design adalah menciptakan Dunia Public atau Public
Domain yang berkualitas buat kemanusiaan. Dalam konteks urban design, public
domain menjadi ruang public atau ruang milik rakyat. Dunia public mencakup dua
aspek
Ruang publik sebagai institusi publik yang terbangun dari konstruksi ekonomi
dan politik.
Menurut Hanna Arendt, Pulic Par Excellence adalah dunia political, oleh karena itu
dunia public adalah dunia yang digunakan bersama (Common Shared) oleh warga
masyarakat untuk bertemu dan menggunakan ruang kota pada teritorial tertentu,
dalam sebuah suasana kebebasan (Freedom) dan kesamaan derajat (Equality)
Di dalam public, berlangsung berbagai mode asosiasi dan forum opini publik. Ruang
publik pada dasarnya adalah ruang (room) bagi representasi kepentingan
masyarakat.
b. Private Domain
Private domain adalah open space yang terdapat pada lahan milik perorangan
ataupun space terbuka yang merupakan bagian dari suatu bangunan.
2. IMAGE KAWASAN
a. Paths
b. Edges
c. Landmark
Landmark merupakan elemen pembentuk kota atau bagian kota dapat berupa
bangunan fisik, gubahan massa, ruang maupun detail arsitektural yang sangat
spesifik dan bahkan sangat konstekstual terhadap kawasan. Kemungkinan lain
dari elemen tersebut adalah muatan historisnya yang dapat memberikan
pengaruh positif bagi lingkungan apabila eksistensinya diperkuat atau
ditimbulkan kembali.
d. District
e. Nodes
Nodes merupakan area yang menjadi pusat aktifitas dari suatu kawasan, dimana
orang dapat merasakan perubahan aktifitas dari suatu struktur ruang ke struktur
ruang yang lain. Misalnya tempat pemberhentian sarana transportasi, pertemuan
network / pusat kegiatan bisnis, ujung jalan dan sebagainya.
Program kerja yang diusulkan oleh konsultan dalam Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), sebagai berikut :
A. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh konsultan sebelum kegiatan
pendataan dan identifikasi dilakukan. Dalam tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan
antara lain :
Melakukan koordinasi dengan tim untuk membahas berbagai kegiatan yang akan
dilakukan diantaranya adalah menelaah materi dan lingkup pekerjaan yang akan
dilakukan, menyusun kerangka kerja dan langkah kegiatan, Studi literature dan
kebijakan maupun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Penyusunan
RTBL Jl. Tunjungan Kota Surabaya maupun persiapan kegiatan survey dan
pengumpulan data
Menyiapkan peta dasar dan peralatan material yang diperlukan untuk kegiatan
survey,
Tahap ini pada intinya berisikan kegiatan identifikasi dan pendataan terhadap wilayah
perencanaan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk :
3. Mengumpulkan data-data, baik data primer maupun data sekunder di dalam wilayah
perencanaan dan wilayah pengaruhnya untuk keperluan analisis;
Kegiatan ini pada dasarnya dapat dilakukan secara bersamaan atau menerus. Adapun
kegiatan yang akan dilakukan pada tahap identifikasi dan pendataan adalah :
1. Survey Lapangan
Pelaksanaan survey lapangan atau survey primer dilakukan dengan terlebih dahulu
menyiapkan peta dasar yang akan digunakan dengan melihat kondisi :
Dalam tahap survey lapangan, dilakukan pengecekan terhadap pola dan jenis
pengguaan lahan yang terdapat di peta dengan kondisi di lapangan, perubahan-
perubahan serta perkembangan yang terjadi di lapangan dirangkum seluruhnya
di dalam peta penggunaan lahan untuk kemudian dilakukan perbaikan setelah
proses survey lapangan. Selain penggunaan lahan juga dilakukan identifikasi
status kepemilikan tanahnya serta perijinan bangunan yang berdiri diatasnya.
b. Persebaran Fasilitas
Selain pola dan jenis penggunaan lahan, di dalam survey lapangan juga
dilakukan pengecekan terhadap persebaran fasilitas baik jumlah maupun
lokasinya. Jenis fasilitas dimaksud antara lain : fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas
perkantoran, ruang terbuka hijau
c. Utilitas Umum
Selain jaringan jalan, juga dilakukan identifikasi terhadap sarana dan prasarana
transportasi yang ada di wilayah perencanaan baik transportasi darat maupun
transportasi laut. Diantaranya terminal, angkutan umum yang dipergunakan
masyarakat, angkutan laut dan fasilitas transportasi lainnya.
f. Kondisi Lingkungan
2. Survey Instansional
Survey instansional dimaksudkan untuk memperoleh data & informasi yang tidak
bisa didapatkan di lapangan. Beberapa jenis informasi yang dibutuhkan diharapkan
terdapat pada instansi yang bersangkutan, dengan anggapan adanya relevansi
antara data & informasi tersebut dengan tugas & fungsi instansi termaksud,
perinciannya adalah sebagai berikut :
Tabel E.13.
Jenis Data dan Instansi yang Dibutuhkan dalam Penyusunan
RTBL Jl. Tunjungan Kota Surabaya
No DATA YANG DIBUTUHKAN DOKUMEN INSTANSI
PENDUKUNG PENYEDIA
A UMUM (KONDISI FISIK WILAYAH STUDI)
1 Batas wilayah studi (administratif & Kabupaten Dalam BPS
geografis) Angka Bappeko
RTRW Kota BPN
Surabaya
Peta Garis Kota
Surabaya
2 Luas Wilayah Studi (per kecamatan- Kabupaten Dalam BPS
kelurahan) Angka BPN
Kecamatan Dalam Bappeko
Angka Kantor Kecamatan
Monografi Kantor Kelurahan
Kecamatan
Profil Kelurahan
RTRW Kota
Surabaya
3 Jumlah, Status dan Klasifikasi Daftar Kecamatan- Bappeko
Kecamatan-Kelurahan Kelurahan Bagian
Pemerintahan
4 Topografi RTRW Kota BPN
Surabaya Bappeko
Peta Topografi
3. Interview/Penyebaran Kuestioner
Setelah dilakukan kegiatan identifikasi dan pendataan, langkah selanjutnya adalah tahap
pengolahan data dan analisa. Secara umum dalam tahap ini ada 2 (dua) tahapan utama
yaitu tahap pengolahan data serta tahap analisa.
Pada tahap pengolahan, analisis data serta sintesa, kegiatan lebih bersifat teknis-
substansial yang meliputi pengkompilasian data, analisis data, dengan uraian sebagai
berikut :
Kompilasi Data
Mentabulasikan dan menyusun secara sistematik fakta dan informasi serta data
sesuai dengan kebutuhan analisis, dengan pengelompokan yang meliputi:
1. Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data topografi, hidrologi, geologi,
klimatologi, jenis tanah, dan tata guna lahan
5. Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi : intensitas bangunan (KDB, KLB, KDH),
bentuk bangunan, arsitektur bangunan, pemanfaatan bangunan, bangunan
khusus, wajah lingkungan, daya tarik lingkungan (node, landmark, dll), garis
sempadan (bangunan, sungai, SUTT)
2. Analisis pengaruh kebijakan terhadap struktur ruang dan pola ruang wilayah
perencanaan
4. Analisis pengaruh kebijakan terhadap struktur ruang dan pola ruang wilayah
perencanaan
9. Analisa kondisi fisik, Daya Dukung Lahan dan Daya Tampung Lahan
13. Analisis kebutuhan jaringan prasarana meliputi : analisis sistem transportasi dan
sarana prasarana transportasi, analisis kebutuhan jaringan listrik, telepon, air
bersih, sistem persampahan, drainase, air limbah
3. Rencana Investasi;