Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN METODE VISUAL AUDITORY DALAM PENINGKATAN

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK PRASEKOLAH

Lilis Maghfuroh

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Lamongan
Email: lilisahza99@gmail.com

Abstract

Toilet training or training for bowel and bladder is a major task in preschoolers. Since the
percentage preschoolers who use diapres in RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi, it proves that the
children has not succeeded in toilet training. This study aims to determine the effect of visual auditory
on toilet training in preschoolers. The design used "Pre-Experimental" (One-group pretest-posttest
design), population was 55 children with a sample of 49 children using taken simple random sampling
by the Wilcoxon test. Data collection used questionnaires confirmed in the form of percentage and
narrative. The results obtained Z = -2.887a with significant p = 0.004 where (p <0.05). So was
accepted meaning that there is a visual auditory influence on toilet training in preschoolers. This
study can provide input for parents to teach toilet training with visual auditory so that children can
understand more easily and have interest.

Keywords : Toilet Training, Visual Auditory, Preschoolers.

Abstrak

Toilet training atau latihan untuk BAB dan BAK merupakan tugas besar bagi anak prasekolah.
Masih tingginya anak prasekolah yang menggunakan diapres di RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi,
sehingga anak belum berhasil dalam penggunaan toilet training. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh visual auditory terhadap toilet training pada anak prasekolah. Desain yang
digunakan adalah Pre-Eksperimental (One-Group Pretest-Posttest Design). Populasi berjumlah 55
anak dengan sampel sebesar 49 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple
Random Sampling. Analisis data dilakukan dengan Uji Wilcoxon. Pengambilan data menggunakan
kuesioner dan dikonfirmasikan dalam bentuk persentase dan narasi. Hasil penelitian didapatkan Z=-
2.887a dengan signifikan p=0.004 (p < 0.05). Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang
signifikan dari penerapan visual auditory terhadap peningkatan keberhasilan toilet training pada anak
prasekolah. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi orangtua untuk mengajarkan toilet
training dengan visual auditory agar anak dapat memahami lebih mudah dan menarik.

Kata Kunci: Toilet Training, Visual Auditory, Anak Prasekolah

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 86


PENDAHULUAN maupun psikologis di mana kedua faktor
Prasekolah merupakan masa dimana anak tersebut belum siap pada anak tertentu².
melakukan banyak aktivitas dan penemuan, Enuresis merupakan pengeluaran urin secara
yang dimulai ketika dia memperoleh involunter dan berulang yang terjadi pada usia
kemampuan motorik berdiri sampai masuk yang diharapkan dapat mengontrol proses buang
sekolah. Masa ini ditandai dengan air kecil, tanpa disertai kelainan fisik yang
perkembangan fisik dan kepribadian yang mendasari. Enuresis dapat menimbulkan
menonjol. Perkembangan motorik akan kekhawatiran pada orangtua, karena gangguan
bertambah secara perlahan namun pasti. Anak ini mempengaruhi kepercayaan diri anak,
akan membutuhkan penggunaan bahasa, hubungan interpersonal, dan prestasi di
hubungan sosial yang lebih luas, mempelajari sekolah4.
standar peran, memperoleh kendali terhadap Penelitian epidemiologi di luar negeri
diri, menyadari ketergantungan dan menunjukkan pada usia 6-7 tahun 80% anak
kemandirian, serta mulai membangun konsep secara penuh dapat mengendalikan kandung
diri1. kemihnya, sedangkan 20% lagi mengalami
Toilet training merupakan salah satu tugas enuresis. Insiden enuresis menurun sesuai
besar bagi anak usia prasekolah dimana kontrol dengan semakin bertambahnya usia, sehingga
volunter dari sfingter uretra dan sfringter ani pada usia 14 tahun insiden enuresis hanya 2-3%
dapat dicapai pada waktu anak dapat berjalan nokturnal5. Di Indonesia diperkirakan jumlah
dan biasanya dilalui antara usia 18-24 bulan2. balita mencapai 30% dari 259 juta jiwa
Teori perkembangannya mengatakan bahwa penduduk Indonesia tahun 2011. Menurut
fase anal berlangsung dari umur 1-3 tahun, yang Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
ditandai dengan berkembangnya kepuasan nasional tahun 2012, diperkirakan jumlah balita
(kateksis) dan ketidakpuasan (anti kateksis) yang susah mengontrol BAB dan BAK
terkait eliminasi. Dengan mengeluarkan feses (mengompol) sampai usia prasekolah mencapai
(kotoran BAB) timbul perasaan lega, nyaman, 3.3% (75 juta) anak. Fenomena yang terjadi di
dan puas. Kepuasan tersebut bersifat egosentrik, masyarakat, akibat dari konsep toilet training
artinya anak mampu mengendalikan sendiri yang tidak diajarkan secara benar dapat
fungsi tubuhnya3. menyebabkan anak tidak dapat secara mandiri
Kemampuan untuk mengontrol BAK dan mengontrol buang air besar dan buang air kecil6.
BAB setiap anak satu dan yang lain berbeda Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada
dalam mencapainya karena menurut hal itu tanggal 27 September 2016 di RA Perwanida 3
tergantung pada beberapa faktor baik fisik Sukoanyar Kecamatan Turi Kabupaten

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 87


Lamongan pada 10 anak prasekolah, diperoleh 5 kecil atau terlalu lemah untuk dilatih, 4) paling
anak (50%) yang masih menggunakan diapers di penting adalah si anak sedang berusaha mencari
sekolah 5 anak (50%) yang masih menggunakan perhatian orangtua (terutama ibunya) karena ibu
diapres di rumah pada malam hari. Jadi, masalah lebih memberi perhatian pada adiknya atau anak
dalam penelitian ini adalah masih tingginya anak baru memperoleh adik5.
prasekolah yang menggunakan diapres sehingga Jika anak tidak berhasil melakukan toilet
anak belum berhasil dalam toilet training. training tidak langsung dirasakan akibatnya oleh
Kebiasaan mengompol dapat disebabkan anak, namun dapat mengganggu tumbuh
oleh: 1) gangguan psikologis seperti stres, kembang anak saat dewasa nantinya. Tetapi ada
tertekan, merasa diperlakukan kurang adil, juga beberapa anak yang menunjukkan dampak
kurang perhatian, dan sebagainya, 2) gangguan dari toilet training seperti anak masih
organis seperti infeksi saluran kencing, mengompol, buang air besar atau kecil tidak
sumbatan, dll, 3) terlambatnya kematangan pada tempatnya atau di sembarang tempat, anak
bagian otak yang mengontrol kencing, 4) masih membutuhkan orang lain saat ia ingin
gangguan tidur. Biasanya mereka termasuk yang buang air besar atau kecil. Dampak lainnya anak
tidurnya sangat nyenyak dan ngompolnya dapat akan menjadi agresif atau keras kepala akibat
terjadi setiap saat dalam waktu tidurnya, 5) dari peraturan yang keras atau orang tua terlalu
gangguan kekurangan produksi hormon anti memaksakan anak, sebaliknya jika orangtua
diuretik (hormon anti kencing) pada malam hari terlalu santai memberikan aturan dalam toilet
produksi air kencing berlebihan, 6) gangguan training, maka anak akan mengalami
genetik pada kromoson 12 dan 13 yang kepribadian ekspresif di mana anak lebih tega,
merupakan gen pengatur kencing dan pada cenderung berperilaku ceroboh, suka membuat
kelainan ini ada riwayat keluarga dengan gara-gara dan seenaknya dalam melakukan
ngompol, 7) menggorok waktu tidur, akibat kegiatan sehari-hari. Tetapi ada juga anak yang
adanya pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid5. telah berhasil dalam toilet training karena
Disamping itu, faktor emosional dapat pengaruh model atau mencontoh orangtua,
juga menyebabkan kebiasaan mengompol pada kakak bahkan orang yang lebih dewasa darinya7.
anak, berupa : 1) ekspresi dari perubahan anak Latihan untuk buang air besar dan kecil di
tersebut akibat terlalu cepat dilatih dalam toilet toilet adalah suatu hubungan kerja sama, dengan
training yang terlalu keras dan dini (waktu anak adanya peran sesuai untuk masing-masing
masih kecil), 2) latihan yang kurang adekuat pihak. Orangtua dapat menuntun anak menuju
dikarenakan tidak secara rutin dilatih, 3) toilet, namun orangtua tidak dapat memaksa
overproteksi ibu karena anggapan masih terlalu anak untuk buang air besar (BAB) dan buang air

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 88


kecil (BAK)8. Untuk mencapai upaya tersebut anak nantinya ingin BAK/BAB sendiri, dia akan
orang tua dan anak harus memperoleh menahannya dan tidak memberitahukan pada
bimbingan dan antisipasi. Strategi yang tepat orang tua, atau anak-anak akan mengacak-
untuk mempersiapkan orang tua dan anak adalah acaknya setelah selesai BAK/BAB12.
dengan melakukan pendidikan kesehatan atau
health education dengan teknik visual auditory. METODE PENELITIAN
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya Desain penelitian yang digunakan adalah
atau kegiatan untuk mempengaruhi seseorang desain penelitian Pre-Eksperimental atau One-
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan9. Group Pretest-Posttest Design yaitu suatu
Teknik visual auditory bisa membantu penelitian pre eksperimental dimana peneliti
anak untuk belajar secara mudah dengan memberikan perlakuan pada kelompok studi
menggunakan kemampuan otak kanan (visual) tetapi sebelumnya diukur atau ditest terlebih
dengan melihat gambar, warna, dimensi, dahulu (pretest) selanjutnya setelah perlakuan
imajinasi dan kemampuan otak kiri (auditory) kelompok studi diukur atau ditest kembali
dengan menggunakan hitungan, logika, dan (posttest)13. Responden sebanyak 49 anak
kata-kata10. Teori visual auditory mengatakan prasekolah di RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi.
bahwa setiap orang akan berbeda dalam Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017.
memahami pembelajaran dan memiliki kekuatan Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner.
atau kelemahan dalam salah satu bidang Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dan
tertentu. Seseorang yang memiliki kemampuan dinilai menggunakan persentase serta diuji
dengan visual, cara yang terbaik adalah dengan secara statistika menggunakan Wilcoxon test.
cara melihat informasinya. Sebaliknya jika
seseorang memiliki kemampuan auditory yang HASIL DAN PEMBAHASAN
kuat, cara belajar terbaik adalah dengan cara Hasil Penelitian
mendengarkan sesuatu11. 1. Karakteristik Responden
Pendidikan kesehatan yang diberikan Tabel 1. Distribusi Usia Orangtua Di RA
Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
melalui visual auditory tentunya dapat
2017
memberikan pengertian pada anak jika anak
Usia Jumlah Persentase
dapat melakukan BAK/BAB sendiri. Apabila
< 20 Tahun 1 2,0
anak melakukan kesalahan dengan kencing 20 – 35 Tahun 28 57,1
ditembok, maka tidak akan bersih dalam > 35 Tahun 20 40,9
menyiram kencingnya sehingga membuat ibu Total 49 100,0

memarahi anak tersebut. Sebagai akibatnya, jika

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 89


Berdasarkan Tabel 1 dapat diperoleh hasil Tabel 4. Distribusi Jumlah Keluarga yang
Tinggal di Rumah Orangtua Di RA
bahwa dari 49 orangtua, sebagian besar (57,1%)
Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
berusia 20-35 tahun dan sebagian kecil (2,0%) 2017
berusia < 20 tahun.
Jumlah keluarga Jumlah Persentase
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan 3 orang 7 14,3
Orangtua Di RA Perwanida 3 ≥ 4 orang 42 85,7
Sukoanyar Turi Tahun 2017 Total 49 100,0

Jenis Pendidikan Jumlah Persentase


SD/Sederajat 2 8,2 Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh hasil
SMP/Sederajat 12 24,5 bahwa dari 49 orangtua, mayoritas (85,7%)
SMA/Sederajat 25 51,0 terdapat ≥ 4 orang keluarga yang tinggal di
Perguruan Tinggi 8 16,3
rumah.
Total 49 100,0
Tabel 5 Distribusi Jenis Kelamin Anak Di RA
Berdasarkan Tabel 2 dapat diperoleh Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
2017
hasil bahwa dari 49 orangtua, sebagian besar
(51,0%) lulus SMA/Sederajat dan sebagian kecil Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki – Laki 21 42,9
(8,2%) lulus SD/Sederajat.
Perempuan 28 57,1
Total 49 100,0
Tabel 3 Distribusi Pekerjaan Orangtua Di RA
Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
2017 Berdasarkan Tabel 5 dapat diperoleh hasil
bahwa dari 49 anak, sebagian besar (57,1%)
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Petani 3 6,1 berjenis kelamin perempuan.
Wiraswasta 21 42,9 Tabel 6 Distribusi Usia Anak Di RA Perwanida
PNS 2 4,1 3 Sukoanyar Turi Tahun 2017
Tidak Bekerja/IRT 18 36,7
Swasta 4 8,2 Usia Anak Jumlah Persentase
Lain-lain (pegawai 3 Tahun 6 12,2
1 2,0 4 Tahun 11 22,4
PT KAI)
Total 49 100,0 5 Tahun 14 28,6
6 Tahun 18 36,8
Total 49 100,0
Berdasarkan Tabel 3 dapat diperoleh hasil
bahwa dari 49 orangtua, hampir sebagian besar
Berdasarkan Tabel 6 dapat diperoleh hasil
(42,9%) bekerja sebagai wiraswasta dan
bahwa dari 49 anak, hampir sebagian besar
sebagian kecil (2,0%) bekerja sebagai pegawai
(36,8%) berusia 6 tahun dan sebagian kecil
PT KAI.
(12,2%) berusia 3 tahun.

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 90


Tabel 7 Distribusi Jumlah Saudara dalam Tabel 9 Distribusi Data Kemampuan Toilet
Keluarga Di RA Perwanida 3 Training Sebelum dilakukan Visual
Sukoanyar Turi Tahun 2017 Auditory Pada Anak Prasekolah Di RA
Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
Jumlah Saudara 2017
Jumlah Persentase
Dalam Keluarga
1 30 61,2 Kategori Jumlah Persentase
2 14 28,6 Cukup 27 55,1
3 3 6,1 Baik 18 36,7
≥4 2 4,1 Sangat Baik 4 8,2
Total 49 100 Jumlah 49 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diperoleh hasil Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoleh hasil

bahwa dari 49 anak, sebagian besar (61,2%) bahwa dari 49 anak, sebagian besar (55,1%)

memiliki 1 saudara dalam keluarga dan sebagian anak-anak memiliki kemampuan cukup dalam

kecil (4,1%) memiliki ≥ 4 saudara dalam toilet training dan sebagian kecil (8,2%) sangat

keluarga. baik dalam toilet training.

Tabel 8 Distribusi Urutan dalam Keluarga Di Tabel 10 Distribusi Data Kemampuan Toilet
RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun Training Sesudah dilakukan Visual
2017 Auditory Pada Anak Prasekolah Di
RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi
Urutan dalam Tahun 2017
Jumlah Persentase
Keluarga
Kategori Jumlah Persentase
1 19 38,8
Cukup 19 38,8
2 25 51,0
Baik 24 49,0
3 4 8,2
Sangat Baik 6 12,2
≥4 1 2,0
Jumlah 49 100
Total 49 100

Berdasarkan Tabel 10 dapat diperoleh


Berdasarkan Tabel 8 dapat diperoleh hasil
hasil bahwa dari 49 anak, hampir sebagian besar
bahwa dari 49 anak, sebagian besar (51,0%)
(49,0%) anak memiliki kemampuan baik dalam
merupakan anak ke-2 dalam keluarga dan
toilet training dan sebagian kecil (12,2%) sangat
sebagian kecil (2,0%) merupakan anak ke- ≥ 4
baik dalam toilet training.
dalam keluarga.

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 91


Tabel 11 Distribusi Kemampuan Toilet Training Pembahasan
Pada Anak Prasekolah Di RA
1. Kemampuan Toilet Training Sebelum
Perwanida 3 Sukoanyar Turi Tahun
2017 Dilakukan Visual Auditory Pada Anak
Prasekolah
Kemampuan Toilet Training Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoleh hasil
Visual Sangat
Cukup Baik penelitian dari 49 anak, lebih dari sebagian
Auditory Baik
∑ % ∑ % ∑ % (55,1%) 27 anak cukup dalam toilet trainingdan
Sebelum 27 55,1 18 36,7 4 8,2 sebagian kecil (8,2%) 4 anak sangat baik dalam
Sesudah 19 38,8 24 49,0 6 12,2
toilet training. Hal ini sesuai dengan teori yang
Z= -2.887a p= 0.004
menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kemampuan toilet training, yaitu
Berdasarkan Tabel 11 dapat diperoleh
faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik
hasil bahwa kemampuan toilet training sebelum
meliputi pengetahuan dan dukungan orangtua.
dilakukan visual auditory didapatkan dari 49
Dalam penelitian ini anak hanya cukup dalam
anak, sebagian besar (55,1%) anak memiliki
melakukan toilet training hal ini bisa dikarena
kemampuan cukup dalam toilet training,
pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua,
sedangkan kemampuan toilet training setelah
keluarga yang tinggal dirumah maupun dari
dilakukan visual auditory didapatkan dari 49
urutan anak dan saudara yang dimilikinya.
anak, hampir sebagian besar anak (49,0%)
Dampak yang paling umum dalam
memiliki kemampuan baik dalam toilet training.
kegagalan toilet training yaitu adanya perlakuan
Hasil pengujian dengan Uji Wilcoxon
atau aturan yang ketat dari orangtua kepada anak
menunjukkan nilai Z= -2.887a dengan signifikan
yang dapat mengganggu kepribadian anak atau
p= 0.004 (p < 0.05). Maka H1 diterima, artinya
cenderung bersifat retentif di mana anak
terdapat pengaruh yang signifikan dari
cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir.
penerapan visual auditory terhadap keberhasilan
Hal ini dapat dilakukan oleh orangtua apabila
toilet training pada anak prasekolah. Hasil yang
sering memarahi anak pada saat buang air besar
diperoleh menunjukkan bahwa terdapat
dan kecil, atau melarang anak saat berpergian.
pengaruh kemampuan toilet training sebelum
Bila orangtua santai dalam memberikan aturan
dan sesudah dilakukan visual auditory pada anak
toilet training maka anak akan dapat mengalami
prasekolah di RA Perwanida 3 Sukoanyar Turi
kepribadian ekspresif di mana anak lebih tega,
mempunyai pengaruh yang signifikan
cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,
(bermakna).
emosional dan seenaknya dalam melakukan
kegiatan sehari-hari7.

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 92


Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil
penelitian dari 49 orangtua, lebih dari sebagian penelitian dari 49 orangtua, hampir sebagian
(51,0%) lulus SMA/Sederajat. Pendidikan (42,9%) 21 yang bekerja sebagai wiraswasta.
merupakan faktor ekstrinsik yang mempenga- Jika orangtua terlalu sibuk dengan bekerja maka
ruhi keberhasilan dari toilet training itu sendiri anak akan memiliki waktu yang kurang bersama
dimana pengetahuan orangtua tentang toilet orangtua. Akibatnya, orangtua tidak bisa
training sangat penting bagi para orangtua agar mengajarkan toilet training dengan benar
dapat melatih anak dalam melakukan toilet kepada anak dan hanya sekedar mengajarkan
training karena dengan pengetahuan yang secara sekali atau dua kali tanpa mau
dimiliki, orang tua dapat menentukan cara dalam menggulang sampai anak berhasil sehingga anak
mengajarkan anak dalam toilet training hanya mencapai cukup dalam melakukan toilet
sehingga berdasarkan penelitian tersebut anak training bagaimanapun mengajarkan toilet
cukup dalam melakukan toilet training. training membutuhkan kesabaran dan waktu
Hasil analisa menunjukan bahwa usia yang lama agar pada akhirnya anak bisa
responden paling banyak berada pada kelompok menyelesaikan toilet training dengan benar.
pendidikan SMA, mayoritas pada pendidikan Orang tua merupakan pendidikan utama
tersebut masih mempunyai tingkat pengetahuan dalam keluarga20. Keberhasilan toilet training
dalam kategori kurang14. Pendidikan orang tua tergantung pada cara mengajarkan bertahap dan
dapat memberikan dampak bagi pola pikir dan dukungan yang sesuai dengan anak. Akan
pandangan orang tua17. Hasil penelitian lain membutuhkan waktu untuk melihat hasilnya,
menunjukkan bahwa pengetahuan orangtua tetapi berikan anak pelukan dan pujian bila
antara sebelum dan sesudah diberikan berhasil. Hindari memarahi dan membuatnya
pendidikan kesehatan toilet training tidak sedih, jika melakukan kesalahan. Hukuman
berbeda secara bermakna15. Anak secara dini hanyalah membuat proses toilet training
diperkenalkan tentang toilet training memang menjadi lebih lama dari yang sebetulnya dapat
bagus tetapi jika masih belum berhasil tidak ada dilakukan16.
salahnya anak diajarkan lagi pada usia 1 tahun Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil
karena pada usia 1 tahun anak akan mengalami penelitian dari 49 orangtua, hampir seluruh
fase anal dan fase inilah saat yang tepat untuk (85,7%) terdapat ≥ 4 orang keluarga yang
anak diajarkan toilet training. Hal ini begitu tinggal di rumah. Dengan banyak atau
penting bagi orangtua untuk dapat diketahui agar sedikitnya anggota keluarga yang tinggal di
latihan toilet training bisa berhasil16. rumah dapat membantu atau bahkan tambah
menghambat keberhasilan toilet training. Jika

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 93


ada salah seorang anggota yang mau cukup melakukan toilet training karena sesekali
meluangkan waktu dan sabar untuk membantu ia akan mengompol kembali.
anak dalam toilet training maka anak akan bisa Reaksi persaingan sibling atau
dengan cepat memahami apa yang diajarkan dan kecemburuan dan ketidaksukaan anak yang
anak cukup dalam melakukan toilet training, alamiah terhadap anak baru dalam keluarga yang
tetapi ada yang beberapa keluarga yang anggota diluapkan dengan cara mengompol karena anak
terlalu sibuk atau bahkan tidak sempat dalam merasa orangtua sekarang membagi cinta dan
mengajarkan toilet training sehingga anak gagal perhatiannya pada orang lain2. Begitu pula
dalam toilet training, karena anak dapat belajar menurut pendapat yang dikemukakan Ariesta5
dari orang disekitar atau orang yang lebih paling penting adalah si anak sedang berusaha
dewasa untuk menggunakan atau memanfaatkan mencari perhatian orangtua (terutama ibunya)
toilet dengan benar. Orang tua mampu karena ibu lebih memberi perhatian pada
mengenali tingkat kesiapan anak, berkeinginan adiknya atau anak baru memperoleh adik lagi.
untuk meluangkan waktu untuk toilet training,
tidak mengalami stres atau perubahan dalam 2. Kemampuan Toilet Training Sesudah
keluarga, seperti perceraian, pindah rumah, Dilakukan Visual Auditory Pada Anak
Prasekolah
sibling baru atau akan berpergian2.
Berdasarkan Tabel 10 diperoleh hasil
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh hasil
penelitian dari 49 anak, hampir sebagian anak
penelitian dari 49 anak, lebih dari sebagian
baik dalam toilet training (49,0%). Artinya,
(61,2%) memiliki 1 saudara dalam keluarga.
Setelah dilakukan visual auditory anak dapat
Serta berdasarkan tabel 8 dapat diperoleh hasil
memahami apa yang sudah diajarkan tentang
penelitian dari 49 anak, lebih dari sebagian
toilet training dan anak dapat menunjukkan
(51,0%) merupakan anak ke-2 dalam keluarga.
kemampuan yang baik dalam memanfaatkan
Salah satu faktor ekstrinsik toilet training yaitu
toilet, karena pada usia prasekolah dengan
urutan anak dalam keluarga. Hal ini menentukan
sering melihat dan mendengar, anak mudah
anak mendapat perhatian yang sama dengan
menangkap dan meniru apa yang dlihat serta
saudara atau tidak karena jika anak merasa
kemampuan sfingter ani dan uretra sudah
dirinya kurang diperhatikan akan membuat anak
berfungsi dengan baik.
tersebut melakukan hal yang mungkin tidak
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil
biasa dilakukan atau sudah lama tidak ia lakukan
penelitian dari 49 anak, lebih dari sebagian
agar mendapatkan perhatian dari orangtua nya
(57,1%) berjenis kelamin perempuan. Artinya,
salah satunya dengan mengompol biasanya anak
lebih dari sebagian anak yang memperoleh
akan menunjukkan hal tersebut akibatnya anak

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 94


pendidikan tentang toilet training dapat menerima hal baru demi kepentingan buah hati
melakukannya dengan benar sehingga anak mereka salah satunya dengan mengetahui
melakukan toilet training dengan baik. teknik/cara melatih anak toilet training. Dimana,
Penerapan toilet training perlu disiapkan teknik toilet training itu sendiri ada 2 yaitu lisan
petugas pelayanan kesehatan sejak anak sudah dan modelling sehingga hal ini bisa
mulai tahu atau mampu mengenal lingkungan mempengaruhi anak baik dalam melakukan
disekitar serta anak sudah mengenal identitas toilet training. Orang tua yang lebih
diri bahwa ia adalah laki-laki atau perempuan. berpengalaman dalam mengasuh anak otomatis
Anak prasekolah merupakan fase perkembangan orang tua lebih memahami karakter anak18.
individu sekitar usia 2-6 tahun. Anak mulai Usia merupakan tanda kedewasaan fisik
memiliki kesadaran tentang dirinya sendiri laki- dan kematangan kepribadian seseorang. Ketika
laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam seseorang berusia 20 tahun, maka taraf
buang air (toilet training), dan mengenal berfikirnya semakin matang. Ibu yang berusia
beberapa hal yang dianggap sebagai sesuatu 20-35 tahun termasuk dalam golongan cukup
yang dapat mencelakakan dirinya20. umur atau bisa disebut umur matang6. Teknik
Konsep menstimulasi anak untuk lisan adalah suatu usaha untuk melatih anak
melakukan toilet training diperkenalkan sejak dengan cara memberikan instruksi pada anak
usia 1-3 tahun. Anak yang berusia 1-3 tahun dengan kata-kata. Teknik lisan mempunyai nilai
telah memasuki fase anal seperti yang dijelaskan cukup besar dalam memberikan rangsangan
dalam teori perkembangan psikoseksual untuk BAB atau BAK dimana dengan lisan ini
Sigmund Freud sehingga tepat jika orangtua persiapan psikologis pada anak akan semakin
sudah mulai melatih anak buang air kecil dan matang dan akhirnya anak mampu dengan baik
buang air besar pada tempatnya. Namun, usia dalam melaksanakan BAB atau BAK.
anak laki-laki dan perempuan dalam menguasai Teknik modelling adalah usaha melatih
toilet training berbeda. anak melakukan dengan cara meniru, dan
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil memberikan contoh-contoh atau membiasakan
penelitian dari 49 orangtua, lebih dari sebagian anak BAB dan BAK dengan benar. Jika
(57,1%) berusia 20-35 tahun. Hal ini orangtua mencontohkan dengan cara yang salah,
dikarenakan pada usia 20-35 tahun merupakan maka anak akan melakukan cara yang sama
usia produktif yang membuat orangtua berusaha seperti yang di contohkan (anak akan meniru
mencari pengalaman atau sesuatu yang baru cara yang salah). Selain cara tersebut, terdapat
sesuai perkembangan dalam mendidik anaknya, beberapa hal yang dapat dilakukan seperti
dan pada usia ini orangtua sangat berkooperatif melakukan observasi pada saat anak merasakan

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 95


BAB dan BAK. Anak didudukkan di atas pispot Cara mendidik anak juga sangat
atau orangtua duduk/jongkok di hadapannya tergantung pada kemampuan anak memahami
sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan sesuatu yang diajarkan kepadanya. Daya
pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan konsentrasi anak saat menangkap pelajaran
dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada maksimal 20 menit, kemampuan anak
jam-jam tertentu dan beri anak celana yang prasekolah efektif dapat berkonsentrasi selama 5
mudah dilepas dan dikembalikan7. menit pertama, jika lebih dari 30 menit akan
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil menjadi kurang efektif karena anak sudah tidak
penelitian dari 49 anak, hampir sebagian lagi memerhatikan setelah 20 menit21.
(36,7%) anak berusia 6 tahun dan sebagian kecil
(12,2%) anak berusia 3 tahun. Hal ini 3. Pengaruh Visual Auditory Terhadap Toilet
merupakan faktor yang mempengaruhi kesiapan Training Pada Anak Prasekolah
fisik anak, dimana pada usia tersebut anak sudah Berdasarkan Tabel 11 diperoleh hasil
dapat melakukan toilet training dengan baik dan penelitian kemampuan toilet training sebelum
benar serta anak dapat melakukan secara dilakukan visual auditory didapatkan dari 49
mandiri, sehingga anak tidak buang air besar dan anak, lebih dari sebagian (55,1%) 27 anak cukup
buang air kecil di sembarang tempat. Anak telah dalam toilet training, sedangkan kemampuan
mengenali tanda-tanda adanya tekanan di toilet training setelah dilakukan visual auditory
kandung kemih yang berarti anak mampu didapatkan dari 49 anak, hampir sebagian
melakukan cara melepas pakaian dan anak sudah (49,0%) 24 anak baik dalam toilet training.
dapat duduk atau jongkok tenang kurang lebih 2- Berdasarkan hasil pengujian dengan uji
5 menit sehingga anak tidak rewel selama buang Wilcoxon hasil korelasi antara sebelum dan
air besar dan buang air kecil. sesudah didapatkan nilai Z= -2.887a dengan
Seperti kita ketahui, di fase ini anak mulai signifikan p= 0.004 dimana (p< 0.05). Maka H1
meniru. Di periode emas ini, sebaiknya orangtua diterima, artinya terdapat pengaruh visual
mengajarkan sesuatu yang baik agar anak auditory terhadap toilet training pada anak
meniru yang baik pula, dan salah satunya yaitu prasekolah. Berdasarkan hasil pengujian dengan
mengajarkan toilet training sejak dini. Namun, uji WilcoxonSign Test menunjukkan bahwa
tidak semua anak berhasil dalam toilet training terdapat pengaruh kemampuan toilet training
di usia dini. Yang terpenting orangtua bersabar sebelum dan sesudah dilakukan visual auditory
mengajarkan anak untuk toilet training, dengan pada anak prasekolah. Artinya, dengan
sering di ajarkan anak akan mulai mengerti dan melakukan visual auditory dapat mempengaruhi
memahami apa yang di ajarkan. kemampuan anak dalam toilet training. Karena

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 96


dengan cara visual anak melihat bagaimana hasilan toilet training. Faktor yang paling
gambar atau video yang berkaitan dengan toilet dominan memengaruhi keberhasilan toilet
training tentunya video dan gambar tersebut training adalah faktor lingkungan dengan nilai
menbuat anak tertarik untuk toilet training dan OR 29,615 dan p value 0.00522.
dengan auditory atau mendengarkan anak juga
memahami hal tersebut dengan mendengarkan SIMPULAN DAN SARAN
seperti cerita yang berkaitan dengan toilet Simpulan
training. Dengan melihat dan mendengar anak 1. Sebelum dilakukan visual auditory,
sedikit banyak menangkap dan memahami lalu sebagian besar anak memiliki kemampuan
berkeinginan untuk melakukan toilet training cukup dalam toilet training di RA
seperti yang sudah ia dapatkan disekolah. Perwanida 3 Sukoanyar Turi.
Cara yang sesuai untuk mengajarkan anak 2. Setelah dilakukan visual auditory, hampir
memahami toilet training adalah dengan visual sebagian besar anak memiliki kemampuan
auditory. Visual adalah gaya belajar dengan cara baik dalam toilet training di RA Perwanida
menyerap informasi melalui gambar, diagram, 3 Sukoanyar Turi.
peta, dan lain-lain dengan cara itu seseorang 3. Terdapat pengaruh visual auditory terhadap
akan mudah memahami yang disampaikan keberhasilan penerapan toilet training pada
dengan melihat gambar maupun video. Begitu anak prasekolah di RA Perwanida 3
juga auditory merupakan penyerap informasi Sukoanyar Turi.
dan belajar dengan cara mendengar, orang Saran
auditory akan lebih mudah jika diterangkan 1. Diharapkan tenaga kesehatan dapat
daripada membaca suatu instruksi dan lebih suka memberikan penyuluhan dengan visual
bertanya dari pada membaca dalam menyerap auditory untuk meningkatkan keberhasilan
instruksi tau materi pembelajaran10. toilet training pada anak prasekolah di
Hasil penelitian menunjukkan sebagian masyarakat.
besar responden memiliki pengetahuan kurang, 2. Diharapkan Peneliti selanjutnya dapat
menerapkan pola asuh anak campuran, hampir melanjutkan penelitian toilet training
seluruh responden mempunyai lingkungan baik dengan metode dan teknik yang lain.
dan sebagian besar anaknya berhasil dalam toilet 3. Penelitian ini dapat menjadi referensi demi
training, terdapat hubungan antara pengetahuan, perkembangan dan kemajuan ilmu
lingkungan dengan keberhasilan toilet training keperawatan secara umum maupun ilmu
pada anak usia prasekolah. Sedangkan pola asuh keperawatan anak secara khusus.
tidak menunjukkan hubungan dengan keber-

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 97


REFERENSI Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet
1. Perry, P. A. Fundamental Keperawatan (7 Training Di Paud Tunas Harapan Kutoarjo
ed.). (A. F. Nggie, Penerj.) Jakarta: Salemba Purworejo. 2014.
Medika. 2009. 15. Kusumaningrum, A. Pengaruh Pendidikan
2. Wong, D. L. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Terhadap Perilaku Orangtua
Pediatrik. Jakarta: EGC. 2008. Dalam Toilet Training Toddler. 2011.
3. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan (2 16. Rahmi. Toilet Training Usia Dini.
ed.). (B. Bariid, Penyunt.) Jakarta: EGC. http://www.bunda.org.co.id. Diakses:
2014. tanggal 1 Desember 2016. Jam 15.00 WIB.
2008.
4. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak (2
ed.). (Y. J. Suyono, Penyunt.) Jakarta: EGC. 17. Lilis Maghfuroh, 2014.Hubungan Peran
2014. keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif
di desa Krangkon kecamatan kepoh baru
5. Fatmawati, L. Hubungan Stres dengan
kabupaten Bojonegoro. Jurnal surya
Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA
03.XIX. STIKES Muhammadiyah
Al Iman desa banaran Gunung Pati
Lamongan
Semarang. Jurnal Keperawatan Anak, 1, 25.
2013. 18. Lilis Maghfuroh, 2015. Hubungan peran
orang tua dengan pemilihan alat permainan
6. Syari, E. Gambaran Pengetahuan dan Sikap
edukatif pada anak usia prasekolah di dusun
Ibu Tentang Pelaksanaan Toilet Training
kakat desa kakat penjalin kecamatan
Pada Anak Usia 1-3 tahun di wilayah Kerja
ngimbang kabupaten lamongan. Jurnal
Posyandu Desa Kubang Jaya Kabupaten
Surya.07.01.STIKES Muhammadiyah
Kampar. Jom FK, 2, 2. 2015.
Lamongan
7. Hidayat, A. A. Pengantar Ilmu Keperawatan
19. Lilis Maghfuroh, 2014.Hubungan Pola asuh
Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
orang tua dengan kejadian sibling rivalry
8. William Sears, M. The Baby Book (3 ed., Vol.
pada balita di desa jotosanur kecamatan
4). (D. Karyani, Penerj.) Jakarta: Serambi
tikung kabupaten lamongan. Jurnal Surya.
Ilmu Semesta. 2009.
01.XVII.STIKES Muhammadiyah
9. Fitriani, S. Promosi Kesehatan (1 ed.). Lamongan
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.
20. Yunus, S. Psikologi Perkembangan Anak
10. Sugembong. Meraih Bintang di Sekolah. dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2009. Rosdakarya. 2011.
11. Porter, B. D. Quantum Success. Bandung: 21. Erlina Suci Astuti, W. Pengaruh Stimulasi
Kaifa. 2007 Motorik Halus Terhadap Daya Konsentrasi
12. Ridha, N. Buku Ajar Keperawatan Anak (I Belajar Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmu
ed.). (S. Riyadi, Penyunt.) Yogyakarta: Pendidikan, 233. 2014.
Pustaka Pelajar. 2014. 22. Septian Adriyani, K. I. Analisis Faktor-
13. Budiman. Penelitian Kesehatan. Bandung: Faktor yang berhubungan Toilet Training
Refika Aditama. 2011. pada Anak Prasekolah. Analisis Faktor-
14. Triningsih. Pengaruh Pendidikan Faktor yang berhubungan dengan
Kesehatan Toilet Training Terhadap Kebersihan Toilet Training, 2. 2014.

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 98

Anda mungkin juga menyukai