Anda di halaman 1dari 50

A.

Elektromagnetic Modalitas
● 1. Definisi Elektromagnetic Modalitas
○ Elektromagnetik adalah alat terapi medik yang berbasis elektromagnetik meliputi bebagai alat
yang menggunakan listrik untuk menghasilkan medan listrik dan medan magnet, diantaranya
adalah TENS (transutaneos electrical Merve stimulation), NMES (neuromuscular electrical
stimulation), HVPG (high voltage pulsed galvanic) dan PEMF (pulse electromagnetic field).
Modalitas adalah agen fisik yang digunakan untuk menghasilkan respon terapi pada jaringan.
2. Jenis-jenis Elektromagnetic Modalitas

a. TENS (Transcutaneus Elektrical b. LLT (Low-Level Laser therapy)


Nerve Stimulation)
LLLT adalah laser berkekuatan rendah
TENS merupakan modalitas yang mempunyai power output
fisioterapi yang paling sering sebesar 1 mW sampai 75 mW,
interaksi laser jenis ini dengan
digunakan untuk mengatasi
jaringan mempunyai efek fisiologis
nyeri, misalnya untuk kasus- yang dapat digunakan untuk
kasus trauma, inflamasi, cidera, mengobati kelainan-kelainan
seperti wiplash injury dan nyeri muskuloskeletal dan jaringan lunak.
punggung bawah.
2. Jenis-jenis Elektromagnetic Modalitas

c. Short Wave Diathermy (SWD) d. Radiasi infra merah

Short Wave Diathermy (SWD), Infra merah adalah radiasi


adalah modalitas pemanasan elektromagnetik dari panjang
dalam diterapkan cukup gelombang lebih panjang dari
untuk memberikan panas ke cahaya tampak, tetapi lebih
jaringan dalam, dan telah pendek dari radiasi gelombang
digunakan untuk tujuan terapi radio.
sejak 1928.
2. Jenis-jenis Elektromagnetic Modalitas

e. Pulse Electromagnetic Therapy


(PEMFt)

Pulse Electromagnetic Therapy


(PEMFt) atau lebih dikenal dengan
PEMF merupakan salah satu
modalitas yang disetujui oleh
Food and Drug Administration
(FDA) untuk membantu proses
penyembuhan fraktur tulang non
union (gagal sambung).
PRINSIP DASAR
Terapi Infra merah adalah jenis terapi rendah energi yang menggunakan cahaya
dalam spektrum infra merah jauh untuk pengobatan masalah kesehatan. Cahaya
infra merah berbeda dengan sinar ultraviolet yang menyebabkan kulit terbakar dan
kerusakan pada kulit pasien.

Terapi inframerah memanfaatkan sifat panas alami dari sinar matahari. Terapi
panas inframerah dapat digunakan dengan aman oleh mereka yang menderita rasa
sakit, cedera dan kekakuan otot pada segala usia. Meskipun panjang gelombangnya
terlalu panjang untuk dilihat dengan mata telanjang tetapi kita dapat merasakan
energinya sebagai panas yang lembut dan panas yang memancar, yang dapat
menembus sampai 3,5 inci di bawah kulit.
KEGUNAAN TERAPI SINAR INFRAMERAH

Mengaktifkan Meningkatkan Meningkatkan


molekul air dalam sirkulasi mikro metabolisme tubuh
tubuh
EFEK SAMPING TERAPI SINAR INFRAMERAH

01 02 03
Luka bakar derajat Alergi kulit dan Nyeri yang
ringan pingsan bertambah

04 05
Bertambahnya Peradangan yang
peradangan bertambah pada
luka terbuka
TUJUAN TERAPI SINAR INFRAMERAH
Memperbaiki Meningkatkan
sirkulasi/suplai metabolisme
01 darah di daerah
nyeri
02 daerah terapi

Efek psikis
Meningkatkan
Meningkatkan yang memberi
ambang
produkasi rasa nyaman
03 keringat 04 rangsang ujung
saraf sensoris
05 dan relaksasi
psikis
INDIKASI TERAPI SINAR INFRAMERAH

Atritis:
Osteoatritis, Radang sub- Penyakit kulit: Gangguan Persiapan
rheumatoid acut: trauma, folliculitis, sirkulasi darah: untuk
atritis, myalgia, muscle wound, thrombo angitis melakukan
lumbago, sprain/strain, furuncolosi. obliterans, terapi latihan
neuralgia, kontusio. thromboplebitis. massage.
neuritis.
KONTRAINDIKASI TERAPI SINAR INFRAMERAH
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relatif
a. Kelainan perdarahan. a. Trauma atau peradangan akut.
b. Kelainan pembuluh darah vena b. Kehamilan
atau peradangan pembuluh c. Gangguan sirkulasi darah.
darah, seperti thrombophlebitis. d. Gangguan regulasi suhu tubuh.
c. Gangguan sensoris berupa rasa e. Bengkak atau edema.
raba maupun terhadap suhu. f. Kelainan jantung.
d. Gangguan mental. g. Adanya metal di dalam tubuh.
e. Tumor ganas atau kanker. h. Luka terbuka
f. Penggunaan Infra Merah pada i. Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat
mata. topikal atau obat gosok.
j. Kerusakan saraf
JENIS – JENIS TERAPI SINAR INFRAMERAH
Berdasarkan
Berdasarkan Tipe
Panjang Gelombang
1. Gelombang panjang (non 1. Tipe A: Panjang
penetrating) : panjang gelombang 780 -
gelombang diatas 12.000 A 1500, penetrasi
– 150.000 A dalam.
2. Gelombang pendek 2. Tipe B: Panjang
(penetrating) : panjang gelombang 1.500 -
gelombang antara 7.700 A – 3.000, penetrasi
12.000 A dangkal.
3. Tipe C: Panjang
gelombang 3.000 -
10.000, penetrasi
dangkal.
Penilaian Efektifitas dari Terapi Terapi Sinar Inframerah
Frekuensi pemberian terapi infrared bergantung pada tujuan
terapi dan respon dari penderita dan analisis dokter atau
terapis yang memeriksanya. Jumlah terapi yang diberikan dan
dosis yang digunakan tergantung pengalaman klinis dokter
atau terapis di pusat terapi tersebut, setiap dokter ataupun
terapis memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan
dokter atau terapis di pusat terapi yang lain, sehingga dosis
yang diberikan dan jumlah terapi nya pun tidak sama meskipun
alatnya sama. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan
tujuan untuk meningkatkan elastisitas jaringan lunak diperlukan
6 kali terapi dengan frekuensi 2-3 kali per minggu dengan
waktu pemberian 30 menit setiap kali terapi.
➢ Wulan, astini (2017) dengan judul Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Anak Kondisi Tortikolis Sinistra e.c
➢ Prodyodyanatasari, Arshy. (2017) dengan judul Brachial Palsy Dengan Menggunakan Modalitas
penelitian Optimalisasi Energi Gelombang Infrared, Massage dan Terapi Latihan di RSUD bendan
Elektromagnetik Melalui Terapi Infrared Pada Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan metode
Penderita Penyakit Paru Obsruktif Kronik. Penyakit deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan assesment dan perubahan yang dapat diketahui dalam
penyakit paru kronik yang ditandai dengan penelitian tersebut. Kasus penelitian ini diambil di
hambatan aliran udara pada saluran nafas, yang Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Kota Pekalongan
bersifat progresif dan berhubungan dengan respon dilakukan pada tanggal 03 sampai 27 Februari 2017.
inflamasi paru-paru terhadap partikel atau gas Subjek penelitian ini adalah pasien pada anak kondisi
beracun dan berbahaya. Penelitian ini menggunakan tortikolis sinistra e.c brachial palsy yang akan
studi kasus, Tujuan penelitian ini adalah, untuk diberikan intervensi fisioterapi dengan infrared,
menganalisis pengaruh pemanfaatan gelombang massage dan terapi latihan. Tujuan dalam penelitian ini
elektromagnetik melalui terapi infrared pada adalah untuk mengetahui pemberian infrared dapat
penderita PPOK. Penelitian studi kasus dilakukan di mengurangi spasme pada otot servikal.
Rumah Sakit Paru Dungus Madiun pada seorang
pasien penderita PPOK.
Apa itu Terapi Short Wave Diathermy
????

Alat terapi yang menggunakan energi elektromagnetik yang


dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi 27,22 MHz
dan panjang gelombang 11 meter. SWD digunakan sebagai
modalitas fisioterapi untuk memperoleh pengaruh panas
dalam jaringan lokal, merileksasi otot, mengurangi nyeri
dan meningkatkan metabolisme sel-sel
TUJUAN :
Short-wave diathermy (SWD) secara efektif meningkatkan suhu
jaringan, menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi untuk
memanaskan struktur yang lebih dalam. Dalam jaringan, gelombang
elektromagnetik diubah menjadi panas, dan ketika suhu jaringan meningkat,
terjadi gradien suhu, yang memungkinkan panas ditransfer melalui konduksi.

Short-wave diathermy (SWD) paling baik digunakan untuk memanaskan struktur


anatomi yang lebih besar karena area perawatan yang efektif jauh lebih besar
daripada untuk modalitas pemanasan dalam lainnya.

Short-wave diathermy (SWD) dapat digunakan baik dalam bentuk pulse atau
kontinyu. Short-wave diathermy (SWD) berdenyut secara efektif meningkatkan
suhu jaringan ke tingkat di mana penyembuhan optimal dapat terjadi. Meskipun
tidak umum digunakan, gelombang pendek kontinyu juga secara efektif
memanaskan jaringan dalam.
INDIKASI PEMBERIAN TERAPI SWD
1. Nyeri
Penghilang nyeri menggunakan SWD berguna
pada pengobatan traumatic dan kondisi rematik.

2. Keram Otot
Dapat di kurangi secara langsung menggunakan SWD atau
dapat berkurang karena hilangnya nyeri

3. Penyembuhan Luka
Untuk memicu penyembuhan luka dari luka terbuka, dan
meningkatkan dari sirkulasi pembuluh darah kulit
4.Infeksi
Pengobatan SWD dapat digunakan untuk membantu
mempercepat penyembuhan akibat infeksi dengan
meningkatkan aliran darah pada daerah yang terkena infeksi.

5. Fibrosis
Pemanasan telah terbukti dapat memperbaiki
kelenturan jaringan yang mengalami fibrosis, seperti
pada tendon, kapsul sendi.
KONTRAINDIKASI PEMBERIAN TERAPI SWD

1. Keganasan, contoh: kanker, tumor ganas.


2. Kehamilan, karena dapat berpengaruh terhadap janinnya.
3. Pendarahan, contoh: pasien wanita yang menerima perawatan di punggung
bawah atau daerah panggul dapat mengalami peningkatan aliran menstruasi.
4. Gangguan sensibilitas, karena dapat menyebabkan luka bakar pada area yang
diterapi akibat efek panas yang dihasilkan dari SWD.
5. Adanya logam / metal di dalam tubuh, contoh pemasangan internal fixation
(screw end plate) pada pasien pasca fraktur.
6. Pace Maker (alat pacu jantung)
7. Imaturitas tulang
JENIS-JENIS ELECTROMAGNETIC MODALITIES

Shortwave diathermy (SWD) dapat diklasifikasikan lagi menjadi


continous dan pulsed shortwave diathermy. Kedalaman penetrasi
dari shortwave diathermy lebih dalam jika dibandingkan dengan
modalitas infrared, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan muskuloskeletal.
Berdasarkan aturan The Federal Communications Commission (FCC), SWD
terdiri atas 3 unit berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya,
yaitu:
1. 27,12 MHz dengan panjang gelombang sebesar 11 m
2. 13,56 MHz dengan panjang gelombang sebesar 22 m
3. 40,68 MHz dengan panjang gelombang sebesar 7,5 m (paling jarang
digunakan).
Kelebihan dan Kekurangan SHORT WAVE DIATHERMY

Kelebihan Short Wave Diathermy :

Terapi dengan diathermi mempunyai kelebihan dibanding dengan terapy sumber panas lainnya, misalnya
dengan kompres air panas, sinar infra merah dan panas kimiawi atau balsem dan lainnya. Karena dengan
pesawat diathermy panas dapat disalurkan kedalam badan atau anggota badan dengan efek panas yang
konstan dan merata, jumlah kondisi panas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Kekurangan Short Wave Diathermy :

Beberapa pasien mungkin mengalami luka bakar dangkal. Karena terapi melibatkan panas, maka
penggunaannya perlu hati-hati untuk menghindari luka bakar, khususnya pada pasien yang cedera
dan telah terjadi penurunan sensitivitas terhadap panas. Selain itu, diatermi dapat mempengaruhi
fungsi alat pacu jantung dan pasien wanita yang menerima perawatan di punggung bawah atau
daerah panggul dapat mengalami peningkatan aliran menstruasi.
Sedangkan efek terapeutik yang didapat antara lain :
mempercepat penyembuhan luka
secara

menurunkan nyeri

persiapan latihan dengan


peningkatan elastisitas jaringan
Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) adalah salah

Definisi satu modalitas atau teknik


Fisioterapi untuk mengurangi nyeri

TENS dengan menggunakan energi listrik


yang sudah dimodifikasi untuk
merangsang sistem saraf melalui
permukaan kulit.
Mekanisme Kerja TENS
TENS bekerja dengan menstimulasi serabut saraf tipe α β yang
dapat mengurangi nyeri (Corwin 2009). Mekanisme kerjanya
diperkirakan melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari
serabut saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar,
kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur pesan nyeri
ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri dan
TENS juga menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh
yaitu endorfin (James et al. 2008).
• Sejarah munculnya TENS berawal dari laporan
Scribonius Largus tentang stimulasi listrik untuk
mengontrol nyeri yangdigunakan di Yunani kuno, 63
M. Hai ini dilaporkan oleh Scribonius Largus yang
sakit dan merasa lega setelah berdiri pada ikan
listrik di tepi pantai.

Sejarah
• Pada 16 sampai abad ke-18 berbagai perangkat
elektrostatik digunakan untuk sakit kepala dan nyeri.
Benjamin Franklin adalah pendukung metode ini
untuk menghilangkan rasa sakit.

TENS
• Pada abad ke-19 perangkat yang disebut electreat,
bersama dengan perangkat lain yang banyak
digunakan untuk mengendalikan nyeri dan
penyembuhan kanker. Electreat digunakan hanya
sampai pada ke abad ke-20 karena tidak portabel
dan memiliki kontrol terbatas dari stimulus tersebut.
• Pengembangan dari semua stimulasi listrik tersebut
memberi ide dibentuknya TENS yang akhirnya
dipakai dan telah dipatenkan di Amerika Serikat
pada tahun 1974.
Intensitas
TENS
Konvensional TENS
menggunakan frekuensi
tinggi (40-150 Hz) dan
intensitas rendah,
pengaturan arus antara 10-
30 mA, durasinya pendek
(diatas 50 mikrodetik).
Tujuan TENS
TENS adalah satu dari banyak terapi yang digunakan untuk mengatasi
masalah saraf, TENS juga bermanfaat untuk mengurangi keluhan akibat:
• Nyeri menstruasi atau endometriosis
• Cedera pada saraf tulang belakang dan cedera akibat olahraga
• Proses persalinan dan operasi
• Nyeri sendi, leher, dan punggung
• Peradangan pada otot atau bantalan sendi
• Osteoporosis, fibromyalgia dan multiple sclerosis
• Kanker
Indikasi dan KontraIndikasi Tens
Indikasi pemakaian Tens adalah :
TENS • Kontraindikasi pemakaian TENS adalah :

(1) Pada kondisi akut ( nyeri pasca operasi, nyeri • Penyakit vaskuler arteri maupun vena,
sewaktu melahirkan, dismenorrhea, nyeri • Adanya perdarahan,
muskuloskeletal, nyeri akibat patah tulang ),
• Keganasan pada daerah yang diterapi,
(2) Pada kondisi kronik ( nyeri bawah punggung,
arthritis, nyeri phantom, neuralgia pasca herpetik, • Pasien dengan alat pacu jantung,
neuralgia trigeminal ) • Pasien dengan kehamilan bila diterapi pada daerah
abdomen atau panggul,
(3) Nyeri yang berhubungan penanganan kasus
gigi , • Luka terbuka yang sangat lebar,

(4) Injuri saraf tepi, • Kondisi infeksi,

(5) Angina pektoris, • Pasien dengan hambatan komunikasi (terlalu tua atau
anak-anak),
(6) Nyeri fascial,
• Kondisi dermatologi pada daerah yang diterapi,
(7) Nyeri tulang akibat metastase
• Hilangnya sensasi sentuh dan tusuk
TENS Model
Konvensional
Low Frequency
Mode TENS Macam-
Brief Intense macam
Burst Mode TENS
Mode TENS
Model
TENS Model
Modulasi
Strength-Duration
Mode TENS
TENS
Evidenced Based TENS
TRANSCUTANEOUS ELECTRIC NERVE STIMULATION Dalam uji reliabilitas oleh Cevik (2010) menggunakan internal
correlation coefficient (ICC) dengan tingkat kepercayaan 95%
(TENS) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II didapatkan hasil yang reliabel (>0,7) (Cevik, Saime & Evcik,
DENGAN KOMPLIKASI PAINFUL DIABETIC NEUROPATHY 2010). Setelah dikaji didapatkan skor DN4 didapatkan 8 (0- 10)
(PDN) yang berarti terdapat gejala PDN dan skor visual analogue scale
(VAS) didapatkan 5 (0-10). Kemampuan pasien merasakan
Penulis : Aris Nur Ramdhani dan Lestari Sukmarini sentuhan atau tekanan ringan juga dikaji menggunakan ujung
jarum di 12 titik ekstremitas bawah. Hasilnya didapatkan 8 titik
Metode : Penelitian ini menggunakan metode yang kebas dari 12 titik yang di stimuli atau dapat dikatakan
hanya 4 titik yang dapat merasakan sentuhan atau tekanan
eksperimental terhadap seorang pasien DM tipe II dengan ringan. Padding TENS diletakan di bawah telapak kaki dan
gejala PDN menggunakan alat TENS pada ekstremitas punggung kaki dan diberikan 30 menit setiap harinya selama 5
bawah. Penelitian dilakukan di ruangan penyakit dalam di hari. Setiap selesai intervensi, dilakukan evaluasi skor VAS dan
kemampuan merasakan sentuhan atau tekanan ringan. Selama
salah satu rumah sakit umum di Jakarta pada bulan Juni intervensi tens diberikan selama 15 menit pada masing masing
2016. Pasien pertama-tama dikaji menggunakan alat ukur telapak kaki.
douleur neuropathique en 4 questions (DN4). Hasil : selama 5 kali pemberian TENS didapatkan hasil adanya
penurunan skor VAS dan peningkatan kemampuan merasakan
Kuesioner ini memiliki kesensitifitasan sebesar 83-90% sentuhan atau tekanan ringan pada ekstremitas bawah. Data
(Buhassira et al, 2015) subjektif pasien mengatakan merasa lebih nyaman, namun juga
masih terasaan kebas. Data objektif terlihat terjadi penurunan
VAS pada masing-masing pasien.
Extracorporeal Shock Wave
Therapy (ESWT) merupakan
Extracorporeal metode terapi yang dilakukan
dengan memanfaatkan transmisi
Shock Wave gelombang kejut atau shock wave
Therapy (ESWT) bertekanan tinggi yang dipancarkan
dari luar tubuh untuk mengatasi rasa
nyeri atau peradangan di sekitar
persendian
Karakteristik Fisik Dari Terapi
Extracorporeal Shock Wave
Therapy (ESWT)

Gelombang kejut extracorporeal (extracorporeal shock wave) adalah sebuah gelombang akustik / suara
yang mempunyai tekanan positif tinggi lebih dari 1000 bar (100 MPa), dimana dapat dihasilkan dalam
waktu bangkitan yang sangat pendek (10-9 detik) dan diikuti oleh fase tekanan rendah dengan daya
rentang setara dengan 100 bar (10 MPa).

Untuk keperluan medis, gelombang kejut dikonsentrasikan ke dalam area fokal kecil kira-kira
berdiameter 2-8 mm dengan tujuan mengoptimalkan efek terapeutik dan meminimalkan efek pada
jaringan sekitarnya. Fokusnya ditempatkan pada lokasi dimana tekanan akustik postif puncak maksimum
tercapai.

Energi gelombang kejut terkonsentrasi per unit area atau dikenal dengan energy flux density (EFD)
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran perpendikuler energi gelombang kejut
menuju arah perambatan dan merupakan satu dari gambaran parameter terpenting daripada “dosis”
gelombang kejut.
Efek Biologis Extracorporeal Shock
Wave Therapy (ESWT)
Efek Biologis ESWT pada Tulang Efek Biologis ESWT pada Tendon
Penekanan mekanik langsung menyebabkan
Efek dari gelombang kejut pada jaringan tarikan dan kegagalan pergeseran di dalam
tulang diperkirakan terjadi secara primer di matriks seluler dari tendon. Kavitasi yang
permukaan diantara kortikal dan kanselus terjadi dan mikrojet tak langsung
(cancellous) tulang. Hal tersebut menyebabkan sebagian kerusakan pada
diperkirakan bahwa aliran akustik permukaan tendon, dosis di atas 0,28 mJ/mm2
menyebabkan kavitasi dan meningkatkan beRbahaya untuk kompleks
permeabilitas sel yang memungkinkan muskulotendinosus dan memungkinkan
peningkatan vaskularitas dan regenerasi menempatkan kompleks tersebut dalam resiko
tulang. terjadinya rupture.

Gelombang kejut mungkin memiliki efek yang menguntungkan atau


merugikan pada jaringan lunak. Bagian dari gelombang kejut ke jaringan
target dapat menyebabkan kerusakan jaringan sepanjang sumbu bidang
Efek Samping Terapi gelombang kejut. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan lokal, kemerahan,
Extracorporeal Shock memara, petechiae dan hematoma terlihat setelah terapi dilakukan, terutama
Wave Therapy dengan getaran energi tinggi.
(ESWT) Kavitasi, gerakan gelembung gas yang sudah ada sebelumnya dan yang baru
dan dalam cairan, diduga memainkan peran penting dalam perkembangan
Tujuan Terapi Extracorporeal Shock Wave Therapy
Keunggulan Terapi (ESWT)
Extracorporeal Shock
Wave Therapy (ESWT)
Terapi ESWT bertujuan untuk penanganan beberapa kelainan
Tindakan non invasive
muskuloskeletal, seperti tendinitis kalsifi kasi pada bahu,
Hampir tidak ada efek samping yang epikondilitis lateral, tendinopati Achilles dan patella, plantar
ditimbulkan. fasciitis kronis, osteonekrosis head femur, dan fraktur
delayed union dan nonunion.
Pasien dapat kembali beraktifitas dalam
waktu yang singkat. ESWT menjadi terapi alternatif, yang bisa menghilangkan
nyeri dan mencegah untuk dilakukannya terapi invasi. Terapi
Durasi tindakan yang cepat (5-10 menit)
dengan modalitas ini dapat memicu regenerasi jaringan,
dan pemulihan yang cepat.
pembentukan pembuluh darah baru dan meningkatkan fungsi
endotel. Terapi alternatif berupa ESWT (Extracorporeal
ESWT dapat bereaksi langsung pada
Shock Wave Therapy) yang dapat menurunkan nyeri dan
jaringan saraf yang akan
mengurangi spur
menghilangkan rasa nyeri.
Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Extracorporeal
Shock Wave Therapy (ESWT)

Indikasi Kontraindikasi

● Tendinopati kronik ● Tumor ganas di area


pengobatan
● Patologis tulang
● Terdapat janin di area
● Limfadema pengobatan
● Oestoporosis ● Koagulati berat
● Kalsinosis kulit ● Lempeng episifis di area
● Sindrom nyeri regional pengobatan
kompleks (CRPS) ● Jaringan paru-paru di area
● Patologi neurologi pengobatan
Jenis-Jenis Extracorporeal Shock Wave
Therapy (ESWT)
ESWT dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu focused extracorporeal shockwave
therapy (fESWT) dan radial extracorporeal
shockwave therapy (rESWT).
1. Focused extracorporeal shockwave therapy (fESWT)
Pada fESWT, gelombang hanya akan mengenai area
yang dituju, fESWT memberikan hasil lebih baik
dibandingkan plasebo, namun tidak demikian menurut
Haake, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penggunaan
rESWT lebih rendah dibandingkan dengan fESWT

Secara umum rESWT dapat lebih baik ditoleransi oleh


pasien dibandingkan dengan fESWT. Hal ini karena titik
tekanan dan densitas energi tertinggi pada rESWT tepat
berada pada ujung aplikator, yang berarti berada di luar
jaringan tubuh
Lanjutan
2. Radial extracorporeal shockwave therapy (rESWT).
rESWT direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 18
tahun yang telah mengalami gejala selama enam bulan atau
lebih, atau pada pasien yang tidak menunjukkan perbaikan
dengan terapi konservatif. rESWT lebih menguntungkan
dibandingkan fESWT karena jaringan target yang lebih
luas, sehingga dianggap lebih bermanfaat untuk trauma
superfisial. pusat terlgelombang etak kurang lebih 4,5 cm
di atas aplikator.

Tingkat rekurensi dalam satu tahun ditemukan sebesar 8%,


dipengaruhi oleh jenis kelamin wanita, durasi tatalaksana
lain sebelum rESWT, dan jumlah sesi rESWT.
Evidence Based Practice Extracorporeal Shock Wave
Therapy (ESWT)

5.Judul: Pengaruh Extracorporeal Shock Wave


1. Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) Sebagai Terapi
Therapy Terhadap Marker Inflamasi, Nyeri, Bone
Osteoartritis
mengkonsumsi obat baik secara oral maupun injeksi .Remodeling Dan Ukuran Spur Pada Calcaneal
2.Khasiat dan keamanan terapi gelombang kejut ekstrakorporeal Spur
untuk luka jaringan lunak akut dan kronis
6.Judul: Effects Of Shock Wave Therapy On
3. Terapi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal Berenergi Tinggi untuk Glycosaminoglycan Expression During Bone
Mengobati Tendinitis Kalsifikasi Kronis pada Bahu Healing.
Tinjauan Sistematis : Raveendhara R. Bannuru, MD; Dkk. (2014). Analisis: penelitian dilakukan pada 50 tikus
ESWT berenergi tinggi efektif untuk meningkatkan nyeri dan fungsi bahu yang sudah dilakukan pengeboran tulang dan
pada tendinitis bahu kalsifikasi kronis dan dapat menghasilkan resolusi
dipisah menjadi 2 kelompok yang salah satu
lengkap kalsifikasi
kelompoknya diobati dengan terapi ESWT
4. Khasiat terapi gelombang kejut ekstrakorporeal untuk tendinopati
lutut dan gangguan jaringan lunak lainnya
Meta-analisis : uji coba terkontrol secara acak [1a] Chun-De Liao, Guo-Min
7.Judul: The Biological Effects Of Extracorporeal
Xie dkk.(2018). BMC Musculoskeletal Disorders Shock Wave Therapy (Eswt) On Tendon Tissue
ESWT memberikan efek keseluruhan pada TSR, pengurangan nyeri, dan
pemulihan ROM pada pasien dengan KSTD
.
LOW-LEVEL LASER
THERAPY

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Indikasi dan Kontraindikasi
Berdasarkan Cahaya dengan LLLT bermanfaat untuk
penelitian panjang gelombang menghilangkan rasa
Darmaputri di wilayah spektrum sakit dan dapat
(2020), bahwa merah ke mempercepat
terapi LLLT inframerah dekat kemampuan tubuh
dengan dosis 10 J (660nm–905nm), untuk menyembuhkan
/ cm2 berdampak terbukti dalam uji dirinya sendiri.
positif terhadap klinis memiliki efek
penyembuhan yang baik pada
luka kaki diabetes nyeri, peradangan
sejak awal terapi. dan perbaikan
jaringan.

Pada jaringan saraf LLLT efektif pada


LLLT dapat Pada pasien stroke
Efek perlindungan saraf yang cedera
menstabilkan fungsi diobati dengan
dari ILLT yaitu sedang, dengan
platelet selama LLLT menunjukkan
menghambat perbaikan setelah
CPB (cardio peningkatan aliran
kompleks dua minggu radiasi
pulmonary bypass) darah serebral sisa
mitokondria, ILLT harian.
dan mengurangi selama periode
secara signifikan
efek negatif yang oklusi, dengan
meningkatkan
terkait dengan suhu tubuh, detak
konten ATP seluler,
interaksi sel jantung, dan laju
menurunkan jumlah
dengan permukaan pernapasan yang
neuron yang
buatan. stabil.
mengalami
kematian sel.
Penilaian Efektifitas dari
Terapi yang Diberikan 1. Penilaian efektivitas Low Level
Laser Therapy (LLLT) telah
dibuktikan dengan beberapa
penelitian. LLLT dapat membantu
dalam penyembuhan dan
mengurangi ukuran ulkus (Tantawy
& Zakaria, 2010). Hal ini dikaitkan
dengan kemampuan laser untuk
meningkatkan pelepasan faktor
pertumbuhan dari fibroblast dan
merangsang proliferasi sel serta
meningkatkan konversi fibroblast
menjadi myofibroblast.
2. Penilaian efektivitas LLLT juga
dapat dinyatakan dalam penurunan
nyeri pada penderita Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) (Wardani, 2016).
Hal ini didukung dengan teori yang
menyatakan bahwa LLLT memiliki
indikasi untuk perbaikan jaringan
lunak sehingga dapat mengatasi
nyeri.
Konsep Dasar Terapi
Low level laser therapy adalah
LLLT sebuah perangkat atau modalitas yang
menggunakan foton (energy cahaya) dengan
intensitas yang rendah yang berguna untuk
penyembuhan jaringan (Kneebone, Willliam j et
al, 2006). Low level laser theraphy telah
digunakan di Eropa Timur dan Asia untuk
pengobatan berbagai macam kondisi selama
bertahun tahun.

LLLT adalah laser berkekuatan


rendah yang mempunyai power output sebesar
1 mW sampai 75 mW, interaksi laser jenis ini
dengan jaringan mempunyai efek fisiologis yang
dapat digunakan untuk mengobati kelainan-
kelainan muskuloskeletal dan jaringan lunak.
Adapun efek yang dapat dihasilkan dari terapi
laser yaitu mengurangi nyeri dan mempercepat
proses perbaikan jaringan (Ganvir, 2009).
Evidence Based
1. Pengaruh Low Level Laser Therapy (LLLT) terhadap
Kadar Creatine Kinase (CK) dan Lactate Dehydrogenase
(LDH) pada Proses Pemulihan Setelah Latihan Interval
Intensitas Tinggi
Peneliti Sampel Metode Hasil
Patwa Amani, Penelitian Penelitian ini Analisis
Irfannuddin, eksperimen-tal kuasi dilakukan dengan independent
Irsan Saleh, dengan rancangan rancangan single untuk variabel CK
Phey Liana single-blind, blinded randomized dan LDH postest
randomized, placebo pretest postest memberikan
controlled dilakukan group dengan kesimpulan
dengan 20 orang kontrol. Penelitian adanya
subjek laki-laki sehat dilakukan di Unit perbedaan yang
yang tidak terlatih. Terapi LASER RSIA signifikan antara
Subjek dibagi menjadi YK Madira kelompok kontrol
dua kelompok yakni Palembang. Sampel dan LLLT
kelompok dengan darah diperiksa di (p=0,002 dan
LLLT aktif dan Balai Besar p=0,003).
kelompok kontrol Laboratorium Perbandingan
plasebo. Kesehatan LDH pretest dan
Setiap kelompok Palembang (BBLK). postest kelompok
akan melakukan Sampel sebanyak kontrol dan
latihan interval 20 orang yang perlakuan
intensitas tinggi sesuai kriteria inklusi memperlihatkan
menggunakan dan eksklusi. Teknik adanya
sepeda statis dengan pemilihan sampel peningkatan
intensitas kayuh 50%- dengan metode kadar LDH yang
80% HR maksimal consecutive tidak signifikan
selama 30 menit. sampling. (p=0,079 dan
p=0,711).
Evidence Based
2. Kemanjuran Low Level Laser Therapy (LLLT) dalam
pengobatan Postherpetic Neuralgia (PHN).

Judul Judul:
dan Kemanjuran Low Level Laser Therapy (LLLT) dalam pengobatan
Penulis Postherpetic Neuralgia (PHN)
Penulis:
Lili Legiawati & Marsha Bianti (2018)
Metode Pencarian literatur melalui Pubmed/MEDLINE, Cochrane dan Google
Schoolar yang disaring sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian
ini yang mencakup kesesuaian dengan pertanyaan klinis dan
ketersediaan versi teks lengkap dari artikel. Hasil akhir yang
didapatkan yaitu terpilihnya 2 artikel yang relevan oleh Kemmotsu et.
al. dan Moore et. al.
Sampel Sampel dari kedua kedua studi adalah lansia dengan PHN. Dari 63
pasien yang direkrut, 38 adalah pasien perempuan (Kemmotsu et al.).
Dalam studi oleh Moore et. al. 9 dari 20 pasien adalah pasien
perempuan. Usia rata-rata subyek penelitian adalah 69 ± 13 tahun
(Kemmotsu et al.) dan 69 tahun (Moore et. al.).
Hasil Berdasarkan penilaian tersebut studi oleh Kemmotsu et. al. dan Moore
et. al. dianggap valid, penting dan dapat diterapkan. Hasilnya
menunjukkan terjadinya penurunan yang signifikan dalam intensitas
PHN setelah dilakukan LLLT (p <0,05).
Konsep Dasar Terapi Pulse Electromagnetic
Fields (PEMF)
● 1. Definisi Terapi Pulse Electromagnetic Fields (PEMF)

○ Pulse Electromagnetic Fields (PEMF) merupakan teknik non invasif yang


bersifat induktif yaitu menghasilkan medan listrik pada jaringan karena
adanya perubahan medan magnet.
● 2. Tujuan Terapi Pulse Electromagnetic Fields (PEMF)

○ Terapi Electromagnetic modalities (PEMFt) ini bertujuan untuk


meningkatkan penyembuhan fraktur secara klinik, yaitu umumnya
penggunaan stimulus biologi mau pun biofisika
● 3. Indikasi Pemberian Terapi Pulse Electromagnetic Fields (PEMF)

a. Penyembuhan tulang (fraktur)

b. Penyembuhan luka

c. Osteoarthritis

d. Peradangan

f. Pengobatan nyeri pasca operasi

g. Edema
● 4. Kontraindikasi Pemberian Terapi Pulse Electromagnetic Fields (PEMF)
○ a. Tumor atau kanker
○ b. Wanita hamil
○ c. Penderita dengan alat pacu jantung dan pin
○ d. Penderita dengan hemophilia atau thrombosis
○ e. Menggunakan komponen plastik atau bahan methylmethacrylate cement
○ f. Beberapa kondisi lain juga perlu diwaspadai meliputi epilepsi, gangguan
kejang dan jantung.
● 5. Penilaian Efektivitas Terapi Pulse Electromagnetic Fields (PEMF)

○ Metode ini sangat efektif (lebih dari 90 persen keberhasilan) pada pasien
dewasa bila digunakan bersama dengan teknik manajemen yang baik
yang didasarkan pada prinsip biomekanik. Ketika penyatuan gagal terjadi
dengan PEMFT saja setelah kira-kira empat bulan, penggunaan yang
tepat mereka bersama dengan cangkok tulang segar memastikan tingkat
kegagalan maksimum 1 sampai 1,5 %
6. Evidance Based Terapi Pulse Electromagnetic Fields
(PEMF)
○ Menurut penelitian Anwar, R. dkk menjelaskan Komplikasi delayed union dan
non union merupakan masalah yang paling sering didapatkan pada fraktur
tulang. Fraktur tibia dengan fibula intak yang mempunyai resiko untuk
terjadinya komplikasi delayed union dan non union.

○ Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengaruh pemberian


stimulasi PEMF pada pembentukan kalus terhadap kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol terjadi perbedaan secara signifikan (p<0,05) dari minggu
ke-1, ke-2 dan ke-5.

○ Terjadi peningkatan pembentukan kalus pada minggu ke-2 rerata 2 kalinya


sedangkan pada minggu ke-5 terjadi peningkatan pembentukan kalus rerata
3 kalinya dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan yang didapat bahwa
PEMF meningkatkan pembentukan kalus berdasarkan penilaian radiografi.

Anda mungkin juga menyukai