Anda di halaman 1dari 14

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab V ini menguraikan secara detail mengenai hasil penelitian dan hasil

pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ditetapkan peneliti. Berdasarakan

hasil penelitian instrument yang digunakan yaitu lembar observasi pretest dan

posttest. Hasil penelitian ini diuraikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

diinterpretasikan pada setiap hasilnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli

2019 di Desa Kertosari Kabupaten Jember dengan jumlah responden sebanyak 30

orang. Berdasarkan dari 30 responden didapatkan hasil sebagai berikut:

A. Data Umum

1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pemuda


Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember,
Bulan Juli 2019. (n= 30 responden)

Jenis Kelamin Jumlah (responden) Presentase (%)


laki laki 30 100,0

Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa keseluruhan

responden berjenis kelamin laki – laki sebanyak 30 orang (100%).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemuda Karang Taruna


Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, Bulan Juli
2019. (n=30 responden)

Usia Jumlah (responden) Presentase (%)


16-24 tahun 11 36,7
>25 tahun 19 63,3
Total 30 100,0

41
42

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa presentase terbesar usia

responden adalah >25 tahun sebanyak 19 responden (63,3 %).

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pemuda


Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember,
Bulan Juli 2019. (n=30 responden)

Pendidikan Terakhir Jumlah (responden) Presentase (%)


SMP 5 16,7
SMA 12 40,0
Perguruan Tinggi 13 43,3
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa presentase terbesar

pendidikan responden adalah perguruan tinggi sebanyak 13 responden

(43,3 %).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan Pemuda


Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember,
Bulan Juli 2019. (n=30 responden)

Pekerjaan Jumlah(responden) Presentase (%)


Pegawai 8 27,7
Wiraswasta 22 73,3
Total 30 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa presentase terbesar

pekerjaan responden adalah wiraswasta sebanyak 22 responden (73,3 %).


43

B. Data Khusus

1. Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Sebelum Diberikan

Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur


Femur Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Audio Visual Pada
Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten
Jember, Bulan Juli 2019. (n=30 responden)

Nilai Jumlah (responden) Presentase (%)


24,00 1 3,3
25,00 3 10,0
26,00 5 16,7
27,00 4 13,3
28,00 7 23,3
29,00 5 16,7
30,00 4 13,3
31,00 1 3,3
Total 30 100,0

Berdasarkan data tabel diatas nilai tertinggi penanganan kegawatdaruratan

fraktur femur sebelum diberikan pendidikan kesehatan audio visual adalah

nilai 28 sebanyak 7 responden (23,3%).

2. Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Setelah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur


Femur Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Audio Visual Pada
Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten
Jember, Bulan Juli 2019. (n=30 responden)

Nilai Jumlah (responden) Presentase (%)


43,00 1 3,3
44,00 4 13,3
45,00 4 13,3
46,00 11 36,7
47,00 6 20,0
44

48,00 4 13,3
Total 30 100,0

Berdasarkan data tabel diatas nilai tertinggi penanganan kegawatdaruratan

fraktur femur setelah diberikan pendidikan kesehatan audio visual adalah

nilai 46 sebanyak 11 responden (36,7%).

Tabel 5.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Audio Visual Terhadap


Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Pada Pemuda Karang
Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, Bulan
Juli 2019. (n=30 responden)

Rata- Std. Nilai Nilai P


Penanganan Jumlah
rata Devisiasi Min Max value
Pretest 30 27,63 1,79 24 31
0,000
Posttest 30 45,96 1,32 43 48

Berdasarkan tabel diatas hasil pretest dan posttest penanganan

kegawatdaruratan fraktur femur setelah di uji dengan uji Wilcoxon

menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh hasil Z yang didapat

sebesar -4,797 dengan P Value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 dimana

merupakan batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis H1

diterima yang berarti ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Terhadap Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Korban

Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari

Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.


BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Audio Visual Terhadap Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur

Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten

Jember. Beberapa hal yang akan disajikan berupa interpretasi hasil, keterbatasan,

dan implikasinya terhadap keperawatan. Interpretasi hasil akan membahas

mengenai perbandingan teori yang yang dicantumkan di tinjauan pustaka dengan

fakta dan opini peneliti. Sedangkan keterbatasan penelitian membahas mengenai

alasan-alasan rasional yang bersifat metodologik. Implikasi keperawatan

menyampaikan tentang hasil penelitian dengan ilmu keperawatan.

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Interpretasi Hasil Data Khusus

a) Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Sebelum

Diberikan Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa 30

responden nilai penanganan kegawatdaruratan fraktur femur pada

pemuda karang taruna sebelum diberikan pendidikan kesehatan audio

visual menunjukkan bahwa nilai tertinggi sebanyak 7 responden

(23,3%) dan terendah sebanyak 1 responden (3,3%). Dimana nilai

tertinggi terletak pada poin pelaksanaan tindakan dengan nilai 376 dan

rata-rata 12,53. Riwayat pekerjaan pemuda karang taruna di desa

Kertosari, Kabupaten Jember mayoritas adalah pegawai sebanyak 22

47
responden (73,3%) dari 30 responden. Pertolongan pertama adalah

pemberian pertolongan kepada penderita yang memerlukan bantuan

medis dasar, medis dasar merupakan tindakan perawatan berdasarkan

ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam, pemberian medis

dasar ini dilakukan oleh penolong yang pertama kali tiba di tempat

kejadian yang memiliki kemampuan dalam penanganan medis.

Pemberian pertolongan pertama memiliki 3 tujuan utama,

pertama: pemberian pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan

jiwa korban, hal ini penting untuk koban yang tergolong dalam kasus

darurat/significant. Kedua: pemberian pertolongan bertujuan untuk

mencegah cacat permanen. Yang ketiga: pemberian pertolongan ini

bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada korban, rasa

aman dan nyaman ini menunjang proses penyembuhan pada korban

(Mulyadi K dkk, 2008).

Peneliti berpendapat bahwa pemuda karang taruna sebelum

diberikan pendidikan kesehatan audio visual mengenai penanganan

kegawatdaruratan fraktur femur korban kecelakaan mendapatkan nilai

28 sebanyak 7 responden, namun pada dasarnya pemuda karang

taruna belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai

penanganan korban kecelakaan dengan fraktur femur.

47
48

b) Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Setelah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa 30

responden nilai penanganan kegawatdaruratan fraktur femur pada

pemuda karang taruna setelah diberikan pendidikan kesehatan audio

visual menunjukkan bahwa nilai tertinggi 11 responden (36,7%).

Dimana nilai tertinggi terletak pada poin pelaksanaan tindakan dengan

nilai 637 dan rata-rata 21,23

Menurut (Zairin noor, 2017) penyebab pertama fraktur femur

diakibatkan oleh peristiwa trauma tunggal dimana tulang femur

menerima kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa

benturan, pemukulan, penghancuran, penekukkan atau terjatuh dengan

posisi miring, pemuntiran atau penarikan. Bila terkena kekuatan

langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan

lunak juga pasti rusak. Yang kedua diakibatkan oleh kelemahan

abnormal pada tulang (fraktur patologik), faktur dapat terjadi oleh

tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau

kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya: pada penyakit Paget)

Pendidikan kesehatan merupakan gambaran penting dan bagian

dari peran perawat yang profesional dalam upaya promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit (preventif) yang telah dilakukan sejak zaman

Florence Nightingale pada tahun 1959. Pendidikan kesehatan

merupakan bentuk kegiatan dan pelayanan keperawatan yang dapat

dilakukan di rumah sakit ataupun di luar rumah sakit (non-klinik)


49

yang dapat dilakukan ditempat ibadah, pusat kesehatan ibu dan anak,

tempat layanan publik, tempat penampungan, organisasi masyarakat,

organisasi pemeliharaan kesehatan (asuransi), sekolah, panti lanjut

usia (wreda), dan unit kesehatan bergerak (mobile) (Nursalam dan

Efendi, 2008).

Peneliti berpendapat bahwa penanganan kegawatdaruratan

fraktur femur pada pemuda karang taruna setelah diberikan

pendidikan kesehatan audio visual 11 responden memperoleh nilai

46,00 (36,7%). Dengan demikian diberikannya pendidikan kesehatan

audio visual terhadap penanganan kegawatdaruratan fraktur femur

menjadi pedoman awal bagi pemuda karang taruna dalam memberikan

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas dengan tepat.

c) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Audio Visual Terhadap

Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Korban

Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa

Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa hasil dari pretes dan

postest setelah dilakukan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa dari 30

responden diperoleh p value 0,000. Dengan demikian H1 diterima

yang berarti ada pengaruh Pendidikan Kesehatan Audio Visual

Terhadap Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Pada Pemuda

Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten

Jember. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji


50

Wilcoxon didapatkan peningkatan nilai rata-rata sebelum diberikan

pendidikan kesehatan audio visual dengan nilai minimal 24 dan

maksimal 31 dengan standart deviasi 1,79. Setelah diberikan

pendidikan kesehatan audio visual dengan nilai minimal 43 dan

maksimal 48 dengan standart deviasi 1,32. Dengan hasil uji Wilcoxon

pada responden yaitu terdapat pengaruh dengan perolehan hasil p

value 0,000, sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh Pendidikan

Kesehatan Audio Visual Terhadap Penanganan Kegawatdaruratan

Fraktur Femur Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari

Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

Menurut Bloom dan Krathowi (dalam Nursalam & Ferry Efendi,

2008) faktor yang mempengaruhi pendidikan audio visual yaitu

kognitif, psikomotor, afektif. Pengetahuan meliputi apa yang diketahui

mengenai objek tertentu dan disimpan dalam ingatan. Pengalaman

akan memperkuat kemampuan dalam melakukan sebuah tindakan.

Dan keinginan atau motivasi meliputi keinginan yang membangkitkan

motivasi dalam rangka mewujudkan tindakan-tindakan yang telah

ditentukan. Adapun tujuan pendidikan kesehatan adalah upaya untuk

terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga,

kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara

perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal (Efendi, 2009).

Peneliti berpendapat bahwa adanya peningkatan pemahaman

dari responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan audio visual


51

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan karena adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi, ketika pengetahuan bertambah maka

keterampilan akan meningkat, begitu pula dengan pengalaman dan

motivasi. Dengan diberikan pendidikan kesehatan audio visual pada

responden dapat menciptakan peluang bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan tujuan agar selalu belajar dan

termotivasi menuju hal-hal yang lebih baik khususnya dalam

menolong korban kecelakaan lalu lintas, serta mengetahui

penanganann korban kecelakaan lalu lintas dengan kasus fraktur

femur. Materi yang telah disampaikan kemudian dipahami dan

diterapkan sehingga keterampilan akan meningkat, termotivasi untuk

selalu menolong orang lain yang membutuhkan.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberpa keterbatasan yang mungkin

dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian, antara lain :

1. Responden penelitian

Dalam penelitian ini respondennya adalah pemuda karang taruna

Di Desa Kertosari Kabupaten Jember dengan jumlah total 30

responden, dimana mayoritas responden milik latar belakang yang

beragam sehingga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dapat

menimbulkan bias.

2. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar

observasi menilai tingkat keterampilan penanganan fraktur femur.


52

Tetapi beberapa item dari instrumen tersebut dibuat sendiri oleh

peneliti sehingga ada pernyataan dalam instrument tersebut yang

mungkin masih kurang tepat.

3. Teknik atau metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre

pos eksperimental, yang artinya peneliti tidak menggunakan kelompok

control, sehingga kemungkinan dari penelitian ini masih terdapat bias.

4. Keterbatasan Alat

Perlakuan pendidikan kesehatan audio visual terhadap penanganan

fraktur femur metode ceramah dan video. Dengan menampilkan slide

powerpoint sebagai alat bantu dalam penyampaian materi. Untuk

demonstrasi hanya menggunakan peralatan seadanya, sehingga

kemungkinan demonstrasi belum terlaksana secara maksimal.

C. Implikasi untuk Ilmu Keperawatan

Pada penelitian ini memiliki implikasi yang dapat diterapkan

ditatanan kesehatan pada umumnya dan layanan keperawatan pada

khususnya. Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk

menolong korban kecelakaan prehospital dengan melibatkan pemuda

karang taruna, sehingga dapat membantu meringankan pekerjaan dari

petugas pelayanan kesehatan dan dapat mengurangi risiko kecacatan

bahkan kematian diuar Rumah Sakit.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

pelayanan keperawatan khususnya area kegawatdaruratan untuk

membantu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dalam memberikan


53

penanganan hospitalisasi pada korban kecelakaan lalu lintas dengan kasus

fraktur femur yang dapat berguna untuk mencegah kematian, kecacatan,

memberikan rasa nyaman dan mempercepat proses penyembuhan.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan dari Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Audio Visual Terhadap Penanganan Kegawatdaruratan Fraktur Femur Korban

Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari

Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember sebagai berikut:

1. Nilai penanganan kegawatdaruratan fraktur femur oleh pemuda karang

taruna sebelum diberikan pendidikan kesehatan audio visual adalah 28,00

sebanyak 7 responden (23,3%), sedangkan setelah diberikan pendidikan

kesehatan audio visual adalah 46,00 dengan 11 responden (36,7%).

2. Ada pengaruh pendidikan kesehatan audio visual terhadap penanganan

kegawatdaruratan fraktur femur dimana nilai rata-rata pretest 27,63,

posttest 45,96 dan nilai p value 0,000. Dengan demikian H1 diterima yang

berarti adanya pengaruh pendidikan kesehatan audio visual terhadap

penanganan kegawatdaruratan fraktur femur korban kecelakaan lalu lintas

Pada Pemuda Karang Taruna Di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari

Kabupaten Jember.

55
56

B. Saran

1. Bagi Responden

Untuk pemuda karang taruna dapat digunakan sebagai media dan pedoman

memperoleh informasi serta sebagai media pembelajaran mengenai

penanganan korban kecelakaan dengan fraktur femur.

2. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai refrensi akademik dalam menerapkan tindakan

pertolongan pertama pada korban kecelakaan dengan fraktur femur.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai refrensi, media informasi dan dapat melakukan

penelitian lain yang lebih spesifik terkait penanganan kegawatdarurat

fraktur femur korban kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai