i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Ulang
Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan Mempertimbangkan Aspek
Ergonomi (Studi Kasus : Sentra Industri Gerabah, Bayat, Klaten)“ dapat
diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian
ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi para pekerja
gerabah disentra industri gerabah di desa Bayat, Klaten.
Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas
teknik UNS.
2. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT dan Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng
selaku dosen pembimbing I dan II yang selalu memberikan ide, saran,
semangat, nasehat dan perbaikan selama penyusunan tugas akhir ini.
3. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT dan Ibu Retno Wulan Damayanti,
ST, MT selaku dosen penguji I dan II yang bersedia memberikan kritik dan
saran saat seminar dan sidang tugas akhir.
4. Teman-teman yang sudah membantu saya untuk uji coba alat perancangan
lama terima kasih atas waktu yang kalian berikan.
5. Staf TU TI UNS Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tutik dan Pak Agus yang
telah banyak membantu penulis dalam hal administrasi.
6. Ayah dan Ibu tercinta untuk setiap doa yang terucap, perhatian yang tercurah,
dan kasih sayang yang melimpah kepadaku. Aku sayang sekali sama Ayah
dan Ibu.
7. Mbak Ika yang bersedia menanggung semua biaya selama aku kuliah. Terima
kasih mbak aku sayang padamu mbak dan aku tidak akan pernah melupakan
kebaikanmu selama ini. Aku berjanji akan membuat bangga ayah dan ibu
mbak, doain aku semoga sukses ya mbak. ^_^.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi
x
2.2.1 Prinsip Kerja Alat Lama…………………………… II - 4
2.2.2 Spesifikasi Alat Lama……………………………… II - 5
2.3 Konsep Perancangan ............................................................. II - 5
2.4 Kajian Ergonomi.................................................................... II - 6
2.4.1 Pengertian Ergonomi ................................................. II - 6
2.4.2 Tujuan Ergonomi…………………………………... II - 7
2.5 Nordic Body Map (NBM)………………………………….. II - 7
2.6 Beban Kerja………………………………………………... II - 8
2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja………….. II - 8
2.6.2 Penilaian Beban Kerja Fisik………………………... II - 9
2.6.3 Postur dan Pergerakan Kerja……………………….. II-13
2.7 Rapid Upper Limb Assesment (RULA)……………………. II-16
2.8 Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan
Fasilitas Kerja……………………………………………… II-24
2.8.1 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam
Penetapan data Anthropometri …………………….. II-28
2.9 Penelitian Sebelumnya……………………………………... II -31
xi
3.3.4 Pemodelan Hasil Rancangan Dengan Gambar 3D...... III - 5
3.4 Analisis dan Interpretasi Hasil............................................... III - 5
3.5 Kesimpulan dan Saran........................................................... III - 5
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bagi kebanyakan orang gerabah bukan merupakan sesuatu yang asing.
Salah satu sentra industri gerabah yang terkenal di Jogja terdapat di desa
Kasongan. Produk yang dihasilkan bermacam-macam dan semuanya terbuat dari
tanah liat.
Fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja pembuat gerabah masih sangat
sederhana. Pekerja duduk pada kursi kecil, badan agak membungkuk pandangan
ke arah benda kerja dan posisi kaki ditekuk. Kemudian pekerja gerabah memutar
dengan tangan kiri sedangkan tangan yang kanan membentuk benda kerja.
Ditinjau dari segi ergonomi sikap kerja pada pekerja gerabah tersebut kurang
ergonomis, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada punggung, dan leher
bagian belakang.
Alat rancangan lama tersebut dibuat dengan mempertimbangkan keluhan
pekerja, penilaian postur kerja dan hasil pengukuran anthropometri pada pekerja
pembuat gerabah. Hal tersebut dilakukan untuk memberi kenyamanan pekerja
pembuat gerabah pada saat bekerja dan untuk memperbaiki postur kerja pembuat
gerabah. Alat pembuat gerabah yang dirancang berupa meja putar dengan dimensi
panjang 101 cm, lebar 107 cm, dan tinggi 42 cm dengan kursi yang posisinya
tersambung dengan meja putar. Penggerak alat berupa lingkaran dari beton yang
terletak dibagian bawah meja dan digerakkan secara manual. Alat pembuat
gerabah ini hanya untuk membuat produk-produk yang ukurannya kecil, tetapi
pada penelitian tersebut hanya sampai pada desain gambar 3D. Desain alat
pembuat gerabah hasil rancangan lama tersebut belum diwujudkan kedalam
bentuk nyata dan belum diuji cobakan, sehingga desain alat pembuat gerabah hasil
rancangan lama belum menjamin bahwa alat tersebut sudah ergonomi dan sesuai
anthropometri tubuh pekerja.
xix
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian kali ini adalah bagaimana merancang ulang alat pembuat
gerabah dengan melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada alat rancangan
lama.
1.6 ASUMSI
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Produk yang dihasilkan oleh pekerja gerabah mempunyai ukuran tinggi antara
10-20 cm.
2. Massa tanah liat di atas putaran yaitu maksimal 3 Kg.
xx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GAMBARAN UMUM INDUSTRI KERAJINAN GERABAH
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang sejarah dan
aktivitas produksi yang dilakukan di industri kerajinan gerabah yang menjadi
objek penelitian.
xxi
2.1.3 Proses Produksi
d. Penjemuran
Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran.
Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras
dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setelah itu baru
xxiv
dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan
dengan cuaca dan panas matahari.
e. Pembakaran
Setelah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian gerabah
dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-gerabah
tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses
ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar
yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa
kering ataupun kayu bakar.
f. Penyempurnaan
Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat khusus
atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.
xxv
2.1.4 Putaran Datar
Putaran datar merupakan alat yang digunakan untuk membentuk gerabah
yang berupa lempengan bundar (handwheel) yang terbuat dari semen dengan
diameter 30-40 cm dan tebal 5-6 cm. Proses pemutaran roda putaran digerakkan
secara manual. Kecepatan putar roda putaran rata-rata 50 rpm dan dapat
menyisakan momen. Selama proses pembentukan gerabah, pekerja yang
mengolah tanah liat duduk di atas dingklik (kursi kayu kecil) dengan posisi
menghadap meja putar dan badan agak condong kedepan.
xxvi
Gambar 2.2 Alat pembuat gerabah rancangan lama
Sumber : Febrianti, 2009
xxvii
2.4 KAJIAN ERGONOMI
2.4.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan
nomos yang berarti hukum alam. Di Amerika Serikat, ergonomi disebut sebagai
“human faktor engineering”. Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang
ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi terkait dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(design) maupun rancang ulang (redesign). Hal ini dapat meliputi perangkat keras,
seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (branches), platform kursi,
pegangan alat kerja (work holders), sistem pengendali (controls), alat peraga
(display), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain (Nurmianto, 2008).
xxviii
2.5 NORDIC BODY MAP (NBM)
Corlett (1992) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa salah satu
alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber
penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body
map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat
keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Melihat
dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.3, maka dapat diestimasi jenis
dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
xxi
x
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
xx
x
3.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap identifikasi masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah alat perancangan lama telah dapat memberikan
kontribusi dalam kenyamanan kerja para pekerja dan sesuai dengan kebutuhan
pekerja.
xx
xii
3.2.4 Pemodelan Hasil Rancangan Dengan Gambar 3D
Pada tahap ini dilakukan pemodelan hasil rancangan yang baru dengan
gambar 3D.
xxxi
v
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
xxx
v
8 Pinggul Kebelakang
9 Pantat 1 17%
10 Siku Kiri 2 33%
11 Siku Kanan 2 33%
12 Lengan Bawah Bagian Kiri
Lengan Bawah Bagian
13 Kanan
14 Pergelangan Tangan Kiri
15 Pergelangan Tangan Kanan
16 Telapak Tangan Bagian Kiri
Telapak Tangan Bagian
17 Kanan
18 Paha Kiri 2 33%
19 Paha Kanan 4 67%
20 Lutut Kiri
21 Lutut Kanan
22 Betis Kiri
23 Betis Kanan
24 Pergelangan Kaki Kiri
25 Pergelangan Kaki Kanan
26 Telapak Kaki Kiri
27 Telapak Kaki Kanan
xxx
vi
Tabel 4.2 Data pengukuran denyut jantung pengrajin per 10 detak
sebelum dan sesudah bekerja
Waktu 10 denyut
No (detik)
Sebelum Sesudah
1 8,16 6,42
2 7,95 7,86
3 7,46 7,31
4 7,99 7,52
5 8,62 6,80
6 7,09 6,92
lix
Gambar 4.1 Denyut jantung sebelum (DN0) dan sesudah bekerja (DN1)
lx
4.1.4 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA
Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap fase
gerakan pekerja dengan metode RULA untuk mengetahui aman atau tidaknya
postur kerja yang mereka lakukan, sebagai berikut :
1. Fase Gerakan 1
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.3 dijelaskan, sebagai
berikut:
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 3.
Keterangan : Berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 80° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 45° - 90° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 31° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o, skor kemudian ditambah dengan +1 karena lengan bekerja melintasi garis
tengah badan atau keluar dari sisi. Sehingga skor total untuk lengan bawah
adalah 1 + 1 = 2.
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
lxi
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxii
Tabel 4.3 Penentuan skor grup A RULA pada fase gerakan 1
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower
arm Arm Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor leher (bab II hal 20), leher flexion
30 ° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 21),
punggung flexion 41° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 20° - 60°
flexion.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan utuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi skor
1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
lxiii
1. Kode RULA pada fase gerakan 1 adalah :
Leher (neck position) : 3 (terletak diantar posisi >20° flexion)
Punggung (trunk position) : 3 (terletak diantara posisi 20° - 60° flexion)
Kaki (legs position) : 1 (kaki tertopang ketika duduk dengan bobot
seimbang rata-rata).
2. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk leher atau neck position yaitu
3. Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris trunk postur score, masukkan kode untuk punggung yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Penentuan skor grup B akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ketabel C bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxiv
Skor untuk beban (force)
Beban (load), kode RULA= 0
Keterangan : berdasarkan aturan untuk beban yang diangkat pekerja (bab II hal
22), diberi skor 0 karena beban yang diangkat kurang dari 2 kg.
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
lxv
Dari pengkodean diatas didapat penghitungan skor total untuk fase
gerakan 1 adalah 4. Skor total 4, artinya level resiko kecil dengan tindakan
perbaikan diperlukan beberapa waktu kedepan.
2. Fase Gerakan 2
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.4 dijelaskan, sebagai
berikut:
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 2.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 24° diberi skor 2 karena terletak diantara posisi 15° - 45° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 88° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o.
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA =1.
lxvi
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxvii
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower
arm Arm Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
2
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor leher (bab II hal 20), leher flexion
26 ° diberi skor 3 karena terletak diantar posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 20),
punggung terletak antara 0° - 10° flexion diberi skor 1.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi
skor 1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan Tabel B
pada RULA worksheet. Langkah-langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
1. Kode RULA pada fase gerakan 2 adalah :
Leher (neck position) : 3 (terletak diantar posisi >20° flexion)
lxviii
Punggung (trunk position) : 1 (terletak antara 0° - 10° flexion)
Kaki (legs position) : 1 (kaki tertopang ketika duduk dengan bobot
seimbang rata-rata)
2. Pada kolom pertama, masukkan kode utuk leher atau neck position yaitu 3.
Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris trunk postur score ,masukkan kode untuk punggung yaitu 1.
Dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 3. Penentuan skor grup B akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ketabel C bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxix
Skor untuk beban (force)
Beban (load), kode RULA= 0.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk beban yang diangkat pekerja (bab II hal
22), diberi skor 0 karena beban yang diangkat kurang dari 2 kg.
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
lxx
4. Fase gerakan 3
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.5 dijelaskan, sebagai
berikut :
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 2.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 34° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 15°- 45° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 66° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxxi
Lengan atas atau (upper arm) : 2 (terletak diantara posisi 15° - 45°
flexion).
Lengan bawah (lower arm) : 1 terletak diantara posisi kurang dari 40o –
90o
Pergelangan tangan (wrist position) : 3 (terletak diantara posisi 15° atau
lebih flexion maupun extension).
Putaran pergelangan tangan (wrist twist position) : 1 (pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran).
2. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu
2. Dilanjutkan pada kolom kedua, masukkan kode untuk lengan bawah
(lower arm) yaitu 1. Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris wrist , masukkan kode untuk pergelangan tangan yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris wrist twist dibawahnya, masukkan kode putaran
pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai
bertemu dengan kode untuk upper arm maupun lower arm.
4. Diketahui skor untuk grup A adalah 3. Penentuan skor grup A akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ke Tabel C bersama dengan skor grup B.
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower
arm Arm Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
2 1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
lxxii
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor leher (bab II hal 20), leher flexion
30 ° diberi skor 3 karena terletak diantar posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 21),
punggung flexion 36° diberi skor 3 karena terletak antara posisi diantara posisi
20° - 60° flexion.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan utuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi skor
1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
lxxiii
2. Pada kolom pertama,masukkan kode utuk leher atau neck position yaitu 3.
Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris trunk postur score, masukkan kode untuk punggung yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Penentuan skor grup B akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ketabel C bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxiv
Keterangan : berdasarkan aturan untuk beban yang diangkat pekerja (bab II hal
22), diberi skor 0 karena beban yang diangkat kurang dari 2 kg.
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
4. Fase gerakan 4
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.6 dijelaskan, sebagai
berikut :
lxxv
Gambar 4.5 Postur kerja saat membentuk produk
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 72° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 45° - 90° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 85° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o.
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA =1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxxvi
1. Kode RULA pada fase gerakan 4 adalah :
Lengan atas atau (upper arm) :3 (terletak diantara posisi 45° - 90° flexion).
Lengan bawah (lower arm) : 1 terletak diantara posisi kurang dari 40o –
90o
Pergelangan tangan (wrist position) : 3 (terletak diantara posisi 15° atau
lebih flexion maupun extension).
Putaran pergelangan tangan (wrist twist position) : 1 (pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran).
2. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu
3. Dilanjutkan pada kolom kedua, masukkan kode untuk lengan bawah
(lower arm) yaitu 1. Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris wrist , masukkan kode untuk pergelangan tangan yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris wrist twist dibawahnya, masukkan kode putaran
pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai
bertemu dengan kode untuk upper arm maupun lower arm.
4. Diketahui skor untuk grup A adalah 4. Penentuan skor grup A akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ke Tabel C bersama dengan skor grup B.
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower
arm Arm Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
lxxvii
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasrkan aturan untuk skior leher (bab II hal 20), leher flexion
29 ° diberi skor 3 karena terletak diantar posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 21),
punggung flexion 49° diberi skor 3 karena terletak antara posisi diantara posisi
20° - 60° flexion.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan utuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi skor
1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
lxxviii
3. Pada baris trunk postur score, masukkan kode untuk punggung yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Penentuan skor grup B akan
diteruskan dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan
diteruskan ketabel C bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxix
Langkah selanjutnya adalah menambahkan skor untuk penggunaan otot
(muscle) dan beban (force). Skor grup A adalah 4, ditambah dengan skor otot (1)
dan skor beban (0) menjadi 5. Sedangkan skor grup B adalah 4, ditambah dengan
skor otot (1) dan beban (0) menjadi 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan 4
dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan
menggunakan tabel C berikut ini.
Tabel 4.14 Penentuan skor grup C RULA pada fase gerakan 4
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
5. Fase gerakan 5
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.7 dijelaskan, sebagai
berikut :
lxxx
Gambar 4.6 Postur kerja saat mengangkat produk
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 3.
Keterangan : Berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 58° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 45° - 90° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 65° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o.
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxxxi
1. Kode RULA pada fase gerakan 5 adalah :
Lengan atas atau (upper arm) : 3 (terletak diantara posisi 45° - 90°
flexion).
Lengan bawah (lower arm) : 1 terletak diantara posisi kurang dari 40o –
90o
Pergelangan tangan (wrist position) : 3 (terletak diantara posisi 15° atau
lebih flexion maupun extension).
Putaran pergelangan tangan (wrist twist position) : 1 (pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran).
2. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu
lxxxii
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasrkan aturan untuk skior leher (bab II hal 20), leher flexion
30 ° diberi skor 3 karena terletak diantar posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 21),
punggung flexion 34° diberi skor 3 karena terletak antara posisi diantara posisi
20° - 60° flexion.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan utuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi skor
1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
lxxxiii
3. Pada baris trunk postur score, masukkan kode untuk punggung yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Penentuan skor grup B akan diteruskan
dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan diteruskan ketabel C
bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxxiv
dan skor beban (0) menjadi 4. Sedangkan skor grup B adalah 4, ditambah dengan
skor otot (0) dan beban (0) menjadi 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan 5
dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan
menggunakan tabel C berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
6. Fase Gerakan 6
Hasil kode RULA dari postur kerja pada gambar 4.8 dijelaskan, sebagai
berikut :
lxxxv
Gambar 4.7 Postur kerja saat meletakkan produk
Grup A
1. Lengan atas (upper arm), kode RULA = 3.
Keterangan : Berdasarkan aturan untuk skor lengan atas (bab II hal 18), lengan
atas flexion 80° diberi skor 3 karena terletak diantara posisi 45° - 90° flexion.
2. Lengan bawah (lower arm), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor lengan bawah (bab II hal 18),
lengan bawah flexion 40° diberi skor 1 karena terletak diantara posisi dari 40o –
90o
3. Pergelangan tangan (wrist position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk pergelangan tangan (bab II hal 19),
pergelangan tangan flexion lebih dari 15° diberi skor 3 karena terletak diantara
posisi 15° atau lebih flexion maupun extension.
4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk putaran pergelangan tangan (bab II hal
20), putaran pergelangan tangan diberi skor 1 karena pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran.
lxxxvi
1. Kode RULA pada fase gerakan 6 adalah :
Lengan atas atau (upper arm) :3 (terletak diantara posisi 45° - 90° flexion).
Lengan bawah (lower arm) : 1 terletak diantara posisi kurang dari 40o – 90o
Pergelangan tangan (wrist position) : 3 (terletak diantara posisi 15° atau lebih
flexion maupun extension).
Putaran pergelangan tangan (wrist twist position) : 1 (pergelangan tangan
berada pada rentang menengah putaran).
2. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 3.
Dilanjutkan pada kolom kedua, masukkan kode untuk lengan bawah (lower
arm) yaitu 1. Kemudian tarik garis kearah kanan.
3. Pada baris wrist , masukkan kode untuk pergelangan tangan yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris wrist twist dibawahnya, masukkan kode putaran
pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu
dengan kode untuk upper arm maupun lower arm.
4. Diketahui skor untuk grup A adalah 4. Penentuan skor grup A akan diteruskan
dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan diteruskan ke Tabel C
bersama dengan skor grup B.
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower
arm Arm Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
lxxxvii
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Grup B
1. Leher (neck position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasrkan aturan untuk skior leher (bab II hal 20), leher flexion
32 ° diberi skor 3 karena terletak diantar posisi >20° flexion.
2. Punggung (trunk position), kode RULA = 3.
Keterangan : berdasarkan aturan untuk skor punggung (bab II hal 21),
punggung flexion 41° diberi skor 3 karena terletak antara posisi diantara posisi
20° - 60° flexion.
3. Kaki (legs position), kode RULA = 1.
Keterangan : berdasarkan aturan utuk skor kaki (bab II hal 21), kaki diberi skor
1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.
lxxxviii
3. Pada baris trunk postur score, masukkan kode untuk punggung yaitu 3.
Dilanjutkan kebaris legs dibawahnya, masukkan kode postur kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk neck.
4. Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Penentuan skor grup B akan diteruskan
dengan menambahkan skor untuk otot dan beban, dan diteruskan ketabel C
bersama dengan skor grup A.
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 7
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxxix
Langkah selanjutnya adalah menambahkan skor untuk penggunaan otot
(muscle) dan beban (force). Skor grup A adalah 4, ditambah dengan skor otot (0)
dan skor beban (0) menjadi 4. Sedangkan skor grup B adalah 4, ditambah dengan
skor otot (0) dan beban (0) menjadi 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan 6
dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan
menggunakan tabel C berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
xc
2. Pantat Plopiteal
Pantat plopiteal diukur secara horizontal dari permukaan terluar pantat
hingga bagian belakang kaki bagian bawah.
3. Lebar Pinggul
Lebar pinggul diukur mulai bagian terbesar dari panggul dalam posisi
duduk.
4. Lebar Pinggang
Lebar pinggang diukur mulai bagian terkecil dari pinggang dalam posisi
duduk.
5. Jangkauan Tangan ke Depan
Jangkauan tangan ke depan diukur secara horisontal dari punggung sampai
ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat
ke dinding, tangan direntangkan horizontal ke depan
6. Tinggi Pinggang
Tinggi pinggang duduk diukur secara vertikal dari alas dudukan sampai
bagian pinggang.
7. Panjang Siku ke Ujung Jari Tengah
Panjang siku ke ujung jari tengah diukur horizontal dari siku bagian luar
hingga ujung jari.
xci
Tabel 4.21 Data anthropometri pekerja gerabah
xcii
Tabel 4.22 Data persentil pekerja gerabah
Pada tabel 4.22 disajikan nilai persentil ke-50, bagi masing-masing data
_
anthropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan standar
deviasi ( x ). Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada penentuan ukuran
meja putar dan kursi kerja (alat baru) yang akan dirancang.
xciii
Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan alat
Tinggi meja
Penentuan tinggi meja putar menyesuaikan tinggi dudukan kursi atau tinggi
plopiteal ditambah dengan tinggi pinggang. Perhitungan tinggi meja sebagai
berikut :
Tinggi meja = Tinggi plopiteal (P 50 ) + Tinggi pinggang (P 50 )
= 39,48 + 25,58
= 65,06 ≈ 66 cm
xciv
Panjang meja
Ukuran panjang meja diperoleh dari ukuran siku ke ujung jari tengah (SKJT)
menggunakan persentil (P 50 ). Perhitungan panjang meja sebagai berikut :
Panjang meja = (2 x SKJT (P 50 )) + diameter pemutar
= (2 x 42,08) + 30
= 114,16 cm ≈ 114 cm
Lebar meja
Data anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang lebar
meja adalah jangkauan tangan kedepan (JTD) dengan mengunakan persentil
ke-50. Perhitungan lebar meja sebagai berikut :
Lebar meja = JTD (P 50 )
= 67.67 cm ≈ 68 cm
Diameter pemutar
Pemutar atas (handwheel) mengacu pada ukuran alat yang lama yaitu sebesar
30 cm, sedangkan diameter pemutar bawah ukurannya 60 cm.
Ketebalan pemutar
Ketebalan pemutar atas atau (handwheel) mengacu pada ukuran alat yang lama
yaitu setebal 4 cm, sedangkan diameter pemutar bawah (kickwheel) ukurannya
6 cm.
Tinggi dudukan kursi
Tinggi dudukan kursi mengggunakan persentil ke-50 data tinggi plopiteal
(TPO). Persentil ke-50 digunakan agar pekerja yang memiliki ukuran tinggi
plopiteal lebih rendah dari persentil ke-50 tidak merasa dudukan kursi terlalu
tinggi sedangkan untuk yang lebih tinggi dari persentil ke-50 tidak merasa
dudukan kursi terlalu rendah. Hasil perhitungan persentil ke-50 data tinggi
plopiteal kemudian ditambahkan allowance 2 cm untuk penggunaan sepatu
ataupun alas kaki. Perhitungan tinggi dudukan kursi sebagai berikut :
Tinggi dudukan kursi = TPO (P 50 ) + allowance
= 39,48 + 2
= 41,48 cm ≈ 42 cm
Lebar dudukan kursi
xcv
Lebar dudukan kursi menggunakan persentil ke-50 data lebar pinggul (LP).
Perhitungan lebar dudukan kursi sebagai berikut :
Lebar dudukan kursi = LP (P 50 )
= 35,08 cm ≈ 36 cm
Ketebalan bantalan kursi
Ketebalan bantalan kursi mengacu pada alat yang lama yaitu setebal 2 cm
Tinggi sandaran lumbar
Penentuan tinggi sandaran lumbar menggunakan persentil ke-50 data tinggi
pinggang. Perhitungan tinggi sandaran lumbar sebagai berikut :
Tinggi sandaran lumbar = TPG (P 50 )
= 25,58 cm ≈ 26 cm
Lebar sandaran lumbar
Penentuan lebar sandaran lumbar menggunakan persentil ke-50 data lebar
pinggang. Hasil perhitungan akan ditambahkan allowance sebesar 1 cm untuk
keleluasaan gerak pinggang. Perhitungan lebar sandaran lumbar sebagai
berikut :
Lebar sandaran lumbar = LPG (P 50 ) + allowance
= 26,17 + 1
= 27,17 cm ≈ 28 cm
xcvi
2 Lebar dudukan kursi 19 2 Lebar dudukan kursi 36
3 Ketebalan bantalan 2 3 Ketebalan bantalan 2
kursi kursi
4 Tinggi sandaran lumbar 23 4 Tinggi sandaran lumbar 26
5 Lebar sandaran lumbar 29 5 Lebar sandaran lumbar 28
6 Tinggi meja 42 6 Tinggi meja 66
7 Panjang meja 107 7 Panjang meja 114
Diameter pemutar atas 30 Diameter pemutar atas 30
Diameter pemutar Diameter pemutar
9 bawah 60 9 bawah 60
10 Ketebalan pemutar atas 4 10 Ketebalan pemutar atas 4
Ketebalan pemutar Ketebalan pemutar
11 bawah 6 11 bawah 6
12 Lebar meja 65 12 Lebar meja 68
Gambar 4.8 Meja putar dan kursi rancangan tampak atas (2D)
xcvii
Gambar 4.9 Meja putar dan kursi rancangan tampak depan (2D)
Gambar 4.10 Meja putar dan kursi rancangan tampak samping (2D)
xcviii
Gambar rancangan 3D dapat dijelaskan melalui gambar 4.12 sampai dengan
gambar 4.14 berikut ini.
Gambar 4.11 Meja putar dan kursi rancangan tampak perspektif (3D)
Gambar 4.12 Meja putar dan kursi rancangan tampak samping (3D)
xcix
Gambar 4.13 Meja putar dan kursi rancangan tampak depan (3D)
Tabel 4.25 Rencana anggaran pembuatan meja putar dan kursi kerja yang
baru
c
semen
11 Kickwheel 60 cm 50 kg 70.000 70.000
semen
12 Biaya tenaga 1 orang 14 hari 38.000 532.000
kerja
Total biaya 1.097.200
Rencana anggaran pembuatan meja putar dan kursi kerja yang baru seperti
pada tabel 4.25 sebesar Rp 1.097.200,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan
sebesar Rp 565.200,00 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 532.000,00.
civ
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 ANALISIS ALAT PERANCANGAN BARU
Alat perancangan baru merupakan perbaikan desain dari alat pembuat
gerabah perancangan lama. Prinsip kerja alat perancangan yang baru sama dengan
prinsip kerja alat perancangan yang lama yaitu pekerja duduk di tempat duduk
yang tersambung dengan meja putar, kemudian kaki mengayuh putaran bawah
dan kedua tangan membentuk benda kerja.
Dalam alat perancangan baru posisi sandaran tempat duduk bisa
disesuaikan dengan keinginan pekerja, sehingga pekerja tidak membungkuk saat
beraktivitas. Tinggi tempat duduk juga bisa disesuaikan dengan kkeinginan
pekerja, sehingga saat beraktivitas lutut pekerja tidak terbentur bagian tepi meja.
Pada putaran bawah juga telah ditambah laker, hal tersebut bertujuan agar pada
saat mengayuh putaran bawah terasa lebih ringan.
Biaya yang diperlukan untuk merancang alat perancangan baru diperoleh
dari biaya material sebesar Rp.565.200,00; biaya tenaga kerja sebesar
Rp.532.000,00. Total biaya perancangan alat sebesar Rp. 1.097.200,00.
6.2 SARAN
Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya dan pekerja gerabah agar
diperoleh output yang lebih optimal, sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengembangan alat pembuat gerabah untuk jenis putaran
miring.
2. Perlu dilakukan pengembangan alat pembuat gerabah untuk membuat gerabah
dengan ukuran besar.
cvi
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Panero, J dan Martin Z. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta:
Erlangga.
www. rula.co.uk. 2010. RULA - Rapid Upper Limb Assessment. Available from:
URL: http://www.rula.co.uk/upper_arm_right.html. Diakses 3 Mei 2010.
cix
cx