Anda di halaman 1dari 62

MYOMA

UTERI

Om swastyastu
assalamualaikum Wr.Wb
shalom
– KELOMPOK I

– Ni Putu Giri Adi Antari KP.12.19.001

– Ni Putu Ayu Devi Natalia Chessy KP.12.19.002

– Ni Made Denita Dwi Pradina KP.12.19.003

– Ni Nengah Tingki Niti Andari KP.12.19.004

– Putri Nunung Mayah KP.12.19.005

– Tania Kharisma Putri KP.12.19.006

– Ni Putu Indah Suryandari KP.12.19.007

– Anabella Gracia Eurica Silooy KP.12.19.008

– Ni Kadek Dewi Pratiwi KP.12.19.009

– I Dewa Gede Indra Bagus Tridana KP.12.19.010

– Dewa Ketut Ardika KP.12.19.011


definisi

– Myoma Uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering muncul tumor jinak pada
rahim atau Myoma Uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada
otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banya k
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).

– Myoma Uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan
jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibroMyoma Uteri, leioMyoma Uteri atau uterine fibroid. Tumor
jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita
sesudah produktif (menopouse). Myoma Uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusaka n
reproduksi dapat berdampak karena Myoma Uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Anatomi fisiologis

Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi dan
sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan. Uterus
Bentuknya seperti buah advokat atau pear yang sedikit gepeng kearah muka belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran uterus tergantung usia dan paritas. Pada anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm
dan multipara 8-9 cm. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal
2.5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas:
a. Fundus uteri: Adalah bagian uterus prosimal dimana kedua tuba falopii masuk ke uterus. Tuanya kehamilan dapat
diperkirakan dengan perabaan fundus uteri

b. Korpus Uteri: Bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut cavum uteri (rongga rahim).

c. Serviks

Terdiri atas:

− Parsvaginalis servisis uteri yang dinamakan portio

− Parssupravaginalis servisisi uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina

Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis berbentuk lonjong dengan panjang 2.5 cm, dilapisi
oleh kelenjar-kelenjar serviks. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut uteri internum dan pintu vagina disebut
ostium uteri eksternum.
– Uterus mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:

– Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan
jaringan dengan banyak pembuluh pembuluh darah yang berkelok-kelok. Tebal dan fungsi endometrium
dipengaruhi oleh hormone ovarium secara siklis, selama menstruasi endometrium mengalami perubahan
tertentu, sedang pada kehamilan endometrium berubah menjadi desidua.
– Myometrum lapisan halus berotot yang mempunyai 3 lapisan lapisan luar berbentuk longitudinal, lapisan
dalam berbentuk sirkular dan diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblique, berbentuk anyaman.
Lapisan ini paling penting dalam persalinan karena setelah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat
dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti.
– Lapisan serosa, yaitu perimetrium merupakan lapisan dinding uterus sebelah luar dan mudah dilepaskan pada
plika vesikouterina dan pada daerah perlekatan ligamentum latum.
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya. Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut.

1. Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, mencegah supaya uterus tidak turun. Didalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah antara lain venna dan arteria uterina.

2. Ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari
serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah os sacrum kiri dan kanan.

3. Ligamentumrotundum kiri dan kanan, menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri
kiri dan kanan kedaerah inguinal kiri dan kanan.

4. Ligamentumlatums kiri dan kanan meliputi tuba berjalan dari uterus kearah lateral.

5. Ligamentum infudibulo-pelvikum kiri dan kanan, yang menahan tubafalopi. Berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis.
etiologi

– Etiologi tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur
yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Apapun asalnya, tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bukan dalam
hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati
dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih, namun sekarang sudah jarang karena
cepat terdeteksi. Mula-mula, tumor berada intramual, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang
ke berbagai arah. Etiologi tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang
normal, dari otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding
pembuluh darah uterus. Apapun asalnya, tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun, bukan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika
tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih, namun
sekarang sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula, tumor berada intramual, tetapi
ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah.
– Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya Myoma Uteri, yaitu.

1. Umur. Myoma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas. Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakah infertile menyebabkan Myoma Uteri atau sebaliknya Myoma Uteri yang
menyebabkan infertile, atau apakah kedua keadaan ini saling memengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik. Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian Myoma
Uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium. Diperkirakan ada korelasi antara hormone estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
Myoma Uteri muncul setelah menarke, berke`mbang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause.
KLASIFIIKASI
1. Myoma Uteri Intramural

Myoma Uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk
tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

1. Myoma Uteri Subserosa

Myoma Uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma
serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.

1. Myoma Uteri Submukosa

Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan
lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata
adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma
geburt atau mioma yang dilahirkan.
Manifestasi klinis

Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari pengidapnya. Beberapa gejala umum yang dapat dirasakan, antara lain:

1. Menstruasi dalam jumlah banyak.

2. Perut terasa penuh dan membesar.

3. Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan saluran kemih.

4. Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai nyeri hebat, sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi sekunder.

5. Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.

6. Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang dapat dirasakan saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat terjadi
penekanan pada panggul.

7. Penimbunan cairan di rongga perut.


patofosilogis

– Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh
rangsangan hormone ekstrogen. Ukuran Myoma Uteri sangat bervariasi, sangat sering ditemukan pada
bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas
pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini
dapat menyebabkan penghambatan terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada
beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik
yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile
mungkin terjadi akibat dari Myoma Uteri yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus
atau tuba falopi. Myoma Uteri pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini
menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
patway
Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang

1. Pada pemeriksaan vagina tucher

a. Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltran atau tidak

b. Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya

c. Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka

d. Cavum uteri seberapa besarnya

e. Adneksa/parametrium bagaimana kesannya

f. Cavum dauglas bagaimana kesannya

2. Pemeriksaan rectal tucher

– Tonus spingterani bagaimana keadaan dan kesannya ada atau tidak


3. Pemeriksaan penunjang:

a. Pemeriksaan laboratorium

– Darah rutin : HB, leukosit, trombosit

– Darah Lengkap : Ureum, kreatinin, natrium, HbSAg, golongan darah, SPOG, SGPT

– Urine Lengkap : Pemeriksaan fisik, kimia sedimen

a. Pemeriksaan USG Untuk menentukan jenis tumor, lokasi Myoma Uteri, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis, Myoma
Uteri juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) atau Magnetic Resonance Image (IMR), tetapi kedua pemeriksaan itu
lebih mahal

b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter

c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien Myoma Uteri submukosa disertai dengan infertilitas

d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis

e. Tes kehamilan adalah tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu Myoma Uteri Uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

f. Uji Sonde

– Uji sonde pada kasus Myoma Uteri Uteri harus lebih besar dari 10 cm.
penatalaksanaan

– Penatalaksanaan Myoma Uteri secara garis besar dibagi menjadi tata laksana obat-
obatan, tata laksana pembedahan, dan alternatif nonbedah. Selain itu, tata laksana
ekspektan juga sering kali dipilih pada pasien-pasien asimtomatik atau dengan mioma
berukuran kecil yaitu:

1. Medikamentosa

– Penanganan Myoma Uteri lini pertama biasanya terbatas pada tata laksana obat-obatan
karena gejala yang biasanya ringan. Penanganan harus dibedakan menjadi penanganan
etiologis dan simtomatis.
2. Penanganan Simtomatis

– Analgesik dapat diberikan untuk manajemen nyeri pasien. Umumnya analgesik yang digunakan adalah golongan antiinflamasi nonsteroid, misalnya
naproxen 500 mg dua kali sehari, bila dibutuhkan.

– Pada pasien yang mengalami gejala perdarahan uterus abnormal, pilihan obat berikut dapat diberikan:

a. Mifepristone 5-50 mg per oral sekali sehari selama 3-6 bulan

b. Sistem levonorgestrel intrauterine (LNG-IUS) menunjukkan hasil yang baik sebagai pilihan terapi mioma. Sediaan yang digunakan adalah 52 mg dan
dilepaskan setelah 5 tahun atau bila dibutuhkan

c. Asam traneksamat merupakan obat prokoagulan yang terbukti memiliki hasil baik dalam menurunkan perdarahan menstruasi. Dosis yang digunakan
adalah 1-1.5 gram 3-4 kali sehari (maksimal 4 gram per hari) selama 4 hari dalam 1 siklus menstruasi

3. Penanganan Etiologis

– Penanganan etiologis bertujuan untuk mengecilkan ukuran Myoma Uteri:

a. Agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRHa) dahulu digunakan untuk mengecilkan Myoma Uteri namun kurang disukai karena efek sampingnya
berupa flushes dan osteopenia. Obat yang dapat digunakan yaitu leuprolide 3.75 mg intramuskular tiap bulan hingga 3 bulan, atau 11.25 mg
intramuskular dosis tunggal

b. Baru-baru ini selective progesterone receptor agonist (sRPM) seperti ulipristal asetat (UPA) mulai digunakan sebagai penanganan baru dalam Myoma
Uteri
4. Pembedahan

– Intervensi pembedahan masih menjadi strategi utama dalam penanganan Myoma Uteri. Tindakan-tindakan yang paling
sering dilakukan di antaranya yaitu histerektomi, miomektomi laparaskopik, dan miomektomi histeroskopik. Selain itu,
metode minimal invasif menggunakan embolisasi arteri uteri dan ablasi mioma uterus juga mulai dikembangkan sebagai tata
laksana Myoma Uteri.

5. Histerektomi

– Histerektomi merupakan penanganan radikal dan definitif, khususnya untuk pasien yang sudah tidak berharap memiliki
anak, atau wanita-wanita berusia 40-50 tahun.

6. Miomektomi Abdominal (Laparoskopi atau Laparotomi)

– Eksisi mioma dan rekonstruksi anatomis uterus menjadi satu-satunya teknik yang tersedia bagi wanita yang ingin
mempertahankan uterusnya.
7. Miomektomi Histeroskopik

– Histeroskopi merupakan metode yang dapat dipilih untuk menghilangkan mioma submukosa dengan prosedur pembedahan invasif minimal.

8. Embolisasi Arteri Uteri

– Metode ini merupakan cara yang aman dan invasif minimal dengan hasil kepuasan yang serupa dengan tindakan pembedahan. Komplikasi minor
umumnya lebih sedikit, resiko diperlukannya pembedahan baru dalam 2-5 tahun cenderung lebih tinggi dibanding tindakan pembedahan.
Penggunaannya sebelum kehamilan masih tidak dianjurkan karena kemungkinan adanya gangguan miometrium.

9. Ablasi Mioma Uterus

– Ablasi merujuk pada tindakan merusak jaringan dengan energi terkonsentrasi. Tindakan ini disebut juga miolisis. Berbagai energi dapat digunakan
seperti ultrasound, radiofrekuensi, dan laser.

10. Radioterapi

– Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga pasien mengalami menopause. Raditerapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau
terdapat kontra indikasi untuk tindakan operasi. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Sinar yang
digunakan untuk radioterapi yaitu sinar megavolt dan pengion.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

– Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan


dengan Myoma Uteri Uteri submukosum kepada klien, kemudian
dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa guna
menentukan perawatan selanjutnya. Pengambilan data
dikelompokkan menjadi 2 data, meliputi:
a. Data Subjektif (Data dari Pasien)

− Biodata

– Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita Myoma Uteri Uteri submukosum yang perlu diperhatikan
dalam mengaji adalah umur klien, karena kasus Myoma Uteri Uteri banyak terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun.

− Keluhan utama

– Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk Myoma Uteri Uteri submukosum yang paling banyak adalah
nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal

− Riwayat penyakit sekarang

– Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini

− Riwayat penyakit keluarga

– Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus Myoma Uteri Uteri submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang
pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (Myoma Uteri), karena kasus Myoma Uteri Uteri submukosum dapat terjadi
karena faktor keturunan

− Riwayat penyakit yang lalu

– Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di rumah sakit, serta apakah klien pernah mengalami operasi
− Riwayat kesehatan klien

– Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu
haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus Myoma Uteri Uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan siklus
haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan
Myoma Uteri Uteri

− Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

– Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau sakit, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu
dikaji karena Myoma Uteri Uteri submukosum lebih sering terjadi pada wanita nulipara.

− Riwayat KB

– Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya
estrogen mempengaruhi perkembangan Myoma Uteri tersebut menjadi berbahaya.

− Keadaan psikologis

– Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya, karena Myoma Uteri Uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi klien
yang baik akan sangat membantu pemberian terapi.

− Pengetahuan klien tentang penyakitnya

– Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita. Pada kasus Myoma Uteri Uteri submukosum perlu sekali
mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa saja yang diterima, sehingga klien menjadi siap fisik dan mental dalam melaksanakan
program terapi yang diberikan.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1. Pola nutrisi : Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada
perubahan atau tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang di makan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga
dengan kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air yang diminum karena pada kasus Myoma Uteri Uteri jika
mendapat terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan muntah sebagai efek samping dari
pengobatan tersebut.

2. Pola eliminasi : BAB dan BAK apakah ada kelainan sebelum dan sesudah, dihubungkan dengan kasus Myoma Uteri Uteri,
pengkajian ini untuk mengetahui sejauh mana kelainan pada sistem eliminasi ini kebanyakan terganggu.

3. Pola istirahat dan tidur :Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa jam waktu istirahat pada malam hari, kalau
ada gangguan yang dirasakan.

4. Pola seksual :Bagaimana pola seksual selama ini, frekuensi setiap minggu berapa kali, ada tidaknya keluhan yang terjadi setelah
melakukan hubungan seksual yang sesuai dengan gejala Myoma Uteri Uteri, yaitu perdarahan post coital.

5. Pola aktifitas pekerjaan :Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan,
apakah beban penyakit yang dirasakan.

6. Pola kebersihan diri dan lingkungan : Bagaimana usaha klien dalam menjaga kebersihan diri, dan bagaimana cara klien menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal
7. Peran pola hubungan :Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya,
termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di rumah sakit. Pola ini perlu di
kaji untuk mengetahui sejauh mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan.

8. Pola pertahanan diri :Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya


Data Objektif (Data dari Perawat)

– Pada kasus ini kondisi klien cukup lemah dari perjalanan yang sudah cukup lama.

− Keadaan umum

– Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas, kesadarannya. Pada kasus Myoma Uteri
Uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum penderita lemah

− Tanda-tanda vital

– Tensi, suhu, respirasi, pernafasan normal atau tidak karena tanda dan gejala klien dengan Myoma
Uteri Uteri, yaitu klien dapat menjadi takikardia, takipnea, hipotensi/hipertensi.
− Status present

a. Kepala: apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus Myoma Uteri Uteri yang disertai dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi
rontok

b. Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak karena pada kasus Myoma Uteri Uteri terjadi perdarahan banyak yang berakibat klien
anemia dengan ditandai konjungtiva anemis,

c. Mulut: apakah ada stomatitis atau tidak, karena Myoma Uteri Uteri yang disertai dengan kuranngnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis

d. Gigi: keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis karena pada kasus Myoma Uteri Uteri dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan
gingivitis.

e. Leher: apakah ada kelenjar yang membesar, karena Myoma Uteri Uteri terjadi ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada
kelenjar tiroid

f. Jantung : apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kasus Myoma Uteri Uteri biasanya menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar

g. Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus
Myoma Uteri Uteri biasanya ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
tumor
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya,
gangguan sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan, konsep
diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
lanjutan

Anda mungkin juga menyukai