Anda di halaman 1dari 15

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP DIAGNOSA
1. Definisi Diagnosis Keperawatan Keluarga
 Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan
hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman.
(Friedman, 2010, p. 170)
 Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil,
intervensi perencanaan, dan evaluasi hasil yang dicapai.
(Friedman, 2010, p. 170)
 Penetapan diagnosis keperawatan keluarga selalu
mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial terjadinya
penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatannya. (Ali, 2009, p. 62)
 Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem atau masalah, etiologi atau penyebab,
manifestasi atau data penunjang. (ekasari, 2008, p. 37)
2. Cara-Cara menentukan diagnosa keperawatan keluarga
a. Diagnosis keperawatan dengan klasifikasi NANDA.
Diagnosis keperawatan menunjukkan upaya yang signifikan
atas nama pemimpin perawat untuk mengelola praktek keperawatan
dan meningkatkan penggunaan daftar diagnosis dalam praktek yang
terstandar.
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171) mendefinisikan diagnosis
keperawatan sebagai keputusan klinik tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
memberikan dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas perawat. (Friedman, 2010,
p. 171)
Format NANDA yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171)
berfungsi untuk menyatakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
pernyataan diagnosis, tanda dan gejala (karakteristik) dan faktor
etiologi dan penyerta. Format ini memberikan sumber yang kaya dan
luas untuk menetapkan tujuan dan perumusan rencana intervensi.
(Friedman, 2010, p. 171)
b. Menetapkan masalah keluarga
Peran serta aktif keluarga melalui proses keperawatan harus
menjadi perhatian utama. Dalam hal mengidentifikasi masalah dan
kekuatan, perawat keluarga dan keluarga, bersama-sama bertanggung
jawab mengambil bagian dari proses ini. Proses identifikasi masalah
dan kekuatan secara bersama ini akan meningkatkan hubungan
perawat-keluarga. Perawat perlu menunjukkan tingkat sistem apa
masalah keluarga ini berada-di tingkat unit keluarga atau di tingkat
salah satu subsistem seperti hubungan pernikahan suami-istri, sub
sistem orang tua-anak.. (Friedman, 2010, p. 172)
Diagnosis melibatkan proses menyusun informasi keluarga
untuk merumuskan masalah dan menggali tindakan yang dapat
dilakukan. Maknanya: tidaklah cukup bagi perawat bekerja dengan
keluarga untuk mengamati bahwa keluarga mengalami stres dan tidak
memasukkan keluarga atau teman dalam rencana perawatannya agar
membantu. Bersama keluarga, perawat perlu menghasilkan diagnosis
tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa keluarga tidak
mampu melakukan sesuatu. Jika perawat telah mengumpulkan
informasi yang memadai dan memverifikasi informasi tersebut dengan
keluarga maka diagnosis yang ditegakkan dapat dinyatakan akurat.
Diagnosis yang dibuat tersebut selanjutnya mengarahkan pada sasaran
dan intervensi yang ditujukan untuk membantu keluarga mengatasi
masalah dengan lebih efektif. (Friedman, 2010, p. 172)
c. Keterkaitan antara data dan masalah
Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah
kesehatan keluarga adalah bahwa semua informasi yang terkumpul
saling berhubungan, dan terdapat kesulitan yang tidak teratasi yang
terlibat dalam pemilahan hubungan sebab-akibat. Hal ini karena,
menurut teori sistem, terdapat kausalitas sirkular. Lingkungan umpan
balik ada ketika perilaku seseorang (A) menimbulkan perilaku orang
lain (B) yang menyebabkan A bereaksi dalam menanggapi perilakunya
(A) sebelumnya dan respons (B). juga, tumpang tindih masalah
keluarga seperti; konflik peran dan kekuasaan, dan masalah tertentu
yang tidak sama dalam jenis maupun tingkat generalisasi atau
spesifikasinya seperti yang lain. (Friedman, 2010, p. 172)
d. Masalah potensial
Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga
berfokus pada kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan atau lingkungan. Pada banyak situasi, tidak ditemui penyakit
medis atau kecacatan. Pada keadaan ini, diagnosis yang sering adalah
pencegahan (preventif), seperti pengurangan resiko (modifikasi nutrisi-
mengurangi garam, kalori, gula, dan lemak; dan mengurangi tingkat
stres); memperbaiki gaya hidup (olahraga teratur , lebih banyak
istirahat dan relaksasi, komunikasi yang lebih baik). Dari pengertian,
diagnosis keperawatan dapat melibatkan masalah kesehatan potensial
yang berasal dari kondisi yang ada atau yang diantisipasi. Karena
periode antisipasi ketika tuntutan berhadap keluarga dan anggota di
luar kebiasaan, bimbingan antisipatif, konseling kesehatan, dan inisiatif
rujukan ke sumber komunitas sedring kali diperlukan. Contoh stresor
yang dapat diantisipasi yaitu kehamilan, pindah ke komunitas baru,
pensiun, masa remaja, isteri mulai bekerja penuh waktu, dan
kemunduran progresif orang tua berusia lanjut. (Friedman, 2010, p.
172)
e. Diagnosis kesejahteraan
Keluarga mungkin juga sampai pada satu titik, berkeinginan untuk
mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu
(Friedman, 2010, p. 172).
Pada kasus ini, akan dipilih diagnosis (promosi) kesehatan atau
kesejahteraan. Ini menunjukkan keluarga siap pada keadaan sehat,
namun tetap ingin memfokuskan rencana perawatan mereka untuk
meningkatkan kekuatan dan modal mereka. (Friedman, 2010, p. 172)
3. Macam-macam diagnosis keperawatan
a. Diagnosis aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat.
Pada diagnosis keperawatan aktual faktor yang berhubungan
merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain, yang telah
mempengaruhi perubahan status kesehatan. (Chayatin, 2012, p. 102)
Sedangkan menurut (Chayatin, 2012, p. 102) faktor tersebut dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu :
1. Patofisiologi
2. Tindakan yang berhubungan
3. Situasional
4. Maturasional
Menurut (Chayatin, 2012, p. 102) secara umum faktor-faktor yang
berhubungan atau etiologi dari diagnostik keperawatan keluarga
adalah
1. Ketidak tahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan
persepsi)
2. Ketidak mauan ( sikap dan motivasi)
3. Ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur, kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial,
fasilitas, sistem pendukung,lingkungan fisik, psikologis)
b. Diagnosis resiko tinggi/ ancaman kesehatan
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila
tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan/
keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk diagnosis resiko dan resiko
tinggi memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap
klien atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok
resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang
mempunyai resiko. (Chayatin, 2012, p. 103)
c. Diagnosis potensial
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak
mencangkup faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat
memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan
kearah yang lebih baik. (Chayatin, 2012, p. 104)

Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan buku NANDA


(Chayatin, 2012, p. 104) adalah:
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah/
hygiene lingkungan
b. Resiko terhadap cidera
c. Resiko terjadi infeksi atau penularan penyakit
(Chayatin, 2012, p. 104)
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunitas.
(Chayatin, 2012, p. 104)
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
a. Berduka dan antisipasi
b. Berduka disfungsional
c. Isolasi sosial
d. Perubahan dalam proses keluarga
e. Potensial peningkatan menjadi orang tua
(Chayatin, 2012, p. 104)
4. iagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
a. Perubahan proses keluarga
b. Perubahan menjadi orang tua
c. Potensial peningkatan menjdai orang tua
d. Berduka yang diantisipasi
(Chayatin, 2012, p. 105)
5. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
a. Perilaku mencari bantuan kesehatan
b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan
(Chayatin, 2012, p. 106)
6. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan
a. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
b. Perilaku mencari pertolongan kesehatan
c. Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau
pengobatan keluarga
(Chayatin, 2012, p. 106)
7. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
a. Koping keluarga tidak efektif, menurun.
b. Resiko terhadap tindakan kekerasan
c. Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan
(Chayatin, 2012, p. 106)

Perawat memiliki  peranan penting dalam meningkatkan dan membantu masalah


kesehatan yang dialami dalam keluarga, untuk itulah penegakan diagnosis keperawatan
sangat perlu diperhatikan, berikut ini adalah daftar diagnosis keperawatan keluarga yang
sering ditegakkan dalam pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan keluarga.

Ketidakmampuan koping keluarga


Perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang membatasi kemampuan
dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Diagnosis ini dapat terjadi karena adanya;
1. Hubungan keluarga ambivalen (kurang menyenangkan)
2. Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat.
3. Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
4. Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan
Gejala dan tanda yang ditimbulkan adalah
1. Merasa diabaikan
2. Merasa tertekan
3. Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga
4. Tidak toleran
5. Mengabaikan anggota keluarga
6. Agresi
7. Agitasi
8. Perilaku menolak
9. Perilaku bermusuhan
10. Ketergantungan anggota keluarga meningkat

Penurunan Koping Keluarga


Ketidakadekuatan atau ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan motivasi
orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk
mengelola atau mengatasi masalah kesehatannya. Penyebab masalah ini muncul adalah;
1. Disorganisasi keluarga
2. Perubahan peran keluarga
3. Kurangnya saling mendukung
4. Orang terdekat kurang terpapar informasi
5. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
Gejala dan tanda yang ditimbulkan
1. Mengeluh tentang respons orang terdekat pada masalah kesehatan
2. Orang terdekat menarik diri dari klien
3. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien.
4. Bantuan dari orang terdekat menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan
kondisi kesehatan anggota keluarga. Masalah ini dapat disebabkan oleh:
1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Kesulitas ekonomi
5. Konflik keluarga/banyak tuntutan
Gejala dan tanda yang ditimbulkan
1. Tidak memahami masalah kesehatan yang diderita
2. Kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
3. Penyakit anggota keluarga semakin memberat
4. Keluarga gagal mengurangi faktor risiko

Gangguan proses keluarga


Perubahan dalam hubungan atau fungsi keluarga yang dapat disebabkan adanya
1. Perubahan status kesehatan anggota keluarga
2. Perubahan finansial keluarga
3. Krisis perkembangan
4. Perubahan peran keluarga
5. Peralihan pengambilan keputusan dalam keluarga
Gejala dan tanda yang ditimbulkan
1. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
2. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual anggota
keluarga
3. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat

Ketegangan Peran Pemberi Asuhan


Kesulitan dalam melakukan peran pemberi asuhan dalam keluarga. Keadaan ini dapat
disebabkan adanya:
1. Beratnya/kronisnya penyakit penerima asuhan
2. Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan reaksi
3. Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
4. Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
5. Kompleksitas dan jumlah aktivitas pemberi asuhan
Gejala dan tanda
1. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit
2. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
3. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat klien.

Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga


Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif
dan menunjukkan keinginan serta kesiapan yang dialami klien secara efektif dan
menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga klien.
Diagnosis ini termasuk dalam jenis positif (potensial), dapat diangkat jika keluarga
menyatakan
1. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat
2. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan

Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua


Pola pemberian lingkungan bagi anak atau anggota keluarga yang cukup untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan serta dapat ditingkatkan.
Diagnosis ini dapat ditegakan, bila;
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua
2. Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau anggota keluarga

Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga


Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota keluarga dan
dapat ditingkatkan. Diagnosis ini dapat ditegakan jika ditemukan gejala dan tanda;
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
2. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan
psikologis anggota keluarga
3. Menunjukkan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan anggota
keluarga
4. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
5. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga

Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua


Terjadinya proses interaktif antar anggota keluarga (suami-istri, anggota keluarga dan
bayi) yang ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang optimal. Diagnosis ini dapat
ditegakan jika ditemukan tanda
1. Bounding attachment optimal
2. Perilaku positif menjadi orang tua
3. Saling berinteraksi dalam merawat  bayi
4. Melakukan stimulasi visual, taktil atau pendengaran terhadap bayi.

Risiko Gangguan Perlengketan


Berisiko mengalami gangguan interaksi antara orang tua atau orang terdekat dengan
bayi/anak yang dapat mempengaruhi proses asah, asih dan asuh. Keadaan ini dapat terjadi
dengan faktor risiko:
1. Khawatir menjalankan peran sebagai orang tua
2. Perpisahan antara ibu dan bayi/anak akibat hospitalisasi
3. Penghalang fisik (mis. inkubator, baby warmer)
4. Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi/anak
5. Perawatan dalam ruang isolasi
6. Prematuritas
7. Konflik hubungan antara orang tua dan anak
8. Perilaku bayi tidak terkoordinasi

Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif


Berisiko mengalami proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan termasuk
perawatan bayi baru lahir yang tidak sesuai dengan konteks norma dan harapan. Diagnosis
ini dapat diangkat jika ditemukan faktor risiko:
1. Kekerasan dalam rumah tangga
2. Kehamilan tidak diinginkan/direncanakan
3. Kurang terpapar informasi tentang proses persalinan/pengasuhan
4. Ketidak berdayaan maternal
5. Distres psikologis
6. Ketidaknyamanan selama persalinan
7. Akses pelayanan kesehatan sulit dijangkau
8. Ketidaksesuaian kondisi bayi dengan harapan
9. Ketidakamanan lingkungan untuk bayi
4. Prioritas diagnosa keperawatan keluarga
Skala untuk menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga.
(Susanto, 2012, p. 63)
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala: Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/ diagnosis sehat 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala: Mudah
Sebagian 2 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala : tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : masalah dirasakan dan harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot. Skore × bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria.
(Susanto, 2012)
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan
prioritas, adalah :
1. Rasa keterdesakan klien (ini penting untuk membina hubungan)
2. Tindakan yang akan atau mungkin mempunyai efek terapeutik
terhadap perilaku kesehatan klien dan keluarga di masa mendatang.
Masalah ini kemudian akan membentuk landasan untuk
menentukan tujuan dan perencanaan intervensi. (Susanto, 2012, p.
64)
B. KONSEP PERENCANAAN
1. Definisi
Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-
sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan.
Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan
masalah yang jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara
tertulis dan dibuat bersama keluarga. (Susanto, 2012, p. 63)
2. Cara-cara menentukan rencana keperawatan
a. Menetapkan Prioritas Masalah Kesehatan
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan
keluarga adalah dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari
Bailon dan Maglaya (Susanto, 2012, p. 63)
b. Menetapkan tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan
yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi
keperawatan (mandiri). Sasaran merupakan tujuan umum ( yang
merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha). (Susanto, 2012,
p. 64)
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka
panjang dan jangka pendek. (Susanto, 2012, p. 64)
a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil
akhir yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian
masalah keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah)
dan biasanyaberorientasi pada perilaku seperti pengetahuan
,sikap dan pengetahuan. Misalnya : keluarga mampu merawat
anggotanya (Tn.X) yang mengalami TB Paru. (Susanto, 2012, p.
64)
b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari
setiap akhir kegiatan yang di lakukan pada waktu tertentu di
sesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya setelah
dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang
penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/ indikator yang
mengukur pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan
tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang
ada. (Susanto, 2012, p. 64). Misalnya :
1. Berat badan akan naik minimal 1 kg setiap bulan.
2. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
munimal 4 kali selama kehamilannya.
3. Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB paru,
minimal 3 tanda TB paru, minimal 2 penyebab TB paru.
(Susanto, 2012, p. 64)

3. Langkah-langkah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga


a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui
segalaupaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus
ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima
sasaran yang telah ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi
secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut. Misalnya setelah
dilakukan tindakan keperawatan , keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi. (Chayatin, 2012, p.
107)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik
adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batasan
waktu. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara
pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah 120/80
mmHg. (Chayatin, 2012, p. 107)
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan
yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan
sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan (Chayatin, 2012,
p. 107)
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) perawat dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan
penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga
dengan jalan :
1. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
2. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari
situasi yang ada.
3. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran
yang telah ditentukan.
4. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) tindakan perawat untuk
menolong keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat
dalam menyelesaikan masalahnya dapat dilakukan dengan :
1. Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak
melakukan tindakan.
2. Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan
yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakan alternatif tersebut.
3. Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing
alternatif atau tindakan.
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) kriteria merupakan tanda
atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan yang diinginkan
untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan
keperawatan telah tercapai.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) pernyataan tujuan yang
tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi.
1. Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan
kunjungan rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas
atau poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
2. Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3. Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau
poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke
puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Chayatin, N. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas konsep dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Ekasari, f. 2008. Keperawatan Komunitas. jakarta: trans info media.
Friedman, m. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori &
Praktik Eds 5. jakarta: EGC.
Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Pada Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga. jakarta: CV Trans info medika.

Anda mungkin juga menyukai