Anda di halaman 1dari 15

ASPEK LEGAL DAN ETIS KORUPSI

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan

Disusun Oleh :

Nama : Vinnea Anggun Maharani

NIM : 1906019

Kelas : D3KP2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis bersyukur kepada Allah, sehingga atas karunia-


Nya, penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad
shalallahu ’alaihi wa sallam.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Etika
Keperawatan yang berjudul Aspek Legal Dan Etis Korupsi. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Casiman Sukardi, ST, MT, Direktur Politeknik Indramayu,

2. Ibu Winani, S.Kep., Ners., M.Kep, Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Politeknik Negeri Indramayu

3. Pihak terkait / rekan-rekan mahasiswa.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu


pengetahuan di Indonesia.

Indramayu, 7 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan


kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan
adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman,
efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka
masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya. Kebijakan
yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah
membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada
advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-
sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Selain dari pada itu
penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang
diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.
Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan
dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka
perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang
oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil
penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di
Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah
kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan
adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan
dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama
dengan sistem klien.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Tujuan Umum

a. Mahasiswa mampu memahami konsep legal etik keperawatan.

2. Tujuan Khusus

b. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami difinisi etika

c. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Isi dari prinsip–prinsip legal dan
etis

d. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Masalah Legal Dalam


Keperawatan

e. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Landasan Aspek Legal


Keperawatan

f. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Aplikasi Aspek Legal Dalam


Keperawatan

g. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus terkait dengan etik
dan legal beserta penyelesaiannya.
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Legal Etik

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi


bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan
diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek
aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat
sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja


kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional,
Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang
Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat
utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif,
komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar
Hukum Kesehatan UI 2006).

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan


legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis
perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan
dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari
penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

2.2. Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :

a. Autonomi ( Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
inidirefleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapiyang benar sesuai hukum, standard praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d.Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis


pada klien.

e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

f. Fidellity (Metepati Janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya


terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.

g. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus


dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Accountability ( Akuntabilitas )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Informed Consent

“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
telahmendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian
“informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
2.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari
seorang perawat :

a) Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan


cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan
cedera.

b) Pencurian

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena
mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak
berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.

c) Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan


orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda
menyatakan secara verbal atau tertulis.

d) False imprisonment

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan


pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga
termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan
sesuai dengan perintah dokter.

e) Penyerangan dan pemukulan

Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh


orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti
secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu
atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan
menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f) Pelanggaran privasi

Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.


Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah
tindakan yang melawan hukum.

g) Penganiayaan

Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda


terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta
perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang
dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan.
Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap
penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya
ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa
puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.4.Landasan Aspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan


Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.
Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga
kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga
berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat
dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur
oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang
kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam
arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing- masing.

2.5. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum


yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik
antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun
antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia
merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006). Berhubungan dengan
pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan
pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini
keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan
di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitianpenelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui
pendidikan dimana hal ini semua bertujuan

untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien
selaku penerima asuhan. Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan
dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010,
terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun
kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek legalisasi
keperawatan :

1) Proses Keperawatan

2) Tindakan keperawatan

3) Informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien


perlu ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu
kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat
ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956.
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang
diatur dalam undangundang keperawatan. Praktik keperawatan yang aman
memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat.
Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum
dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum
untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak
perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap
apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang
profesional.

3.2 SARAN

1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan


suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang
fatal akibatnya.

2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif


semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik
Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.

3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang


diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan dilaksanakan,
karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut berbagai pihak
sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan tersebut.
4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper
awatan, sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan
mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan
tugas sebagai perawat profesional.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/nslutfi90/tugas-legal-etik-kelompok-4-sp-ikd-1

Anda mungkin juga menyukai