Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR

Dosen Pembimbing :

Hj. Winani, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

VINNEA ANGGUN MAHARANI

NIM. 1906019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU

2020
BAB I

PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami
BBLR jika beratnya kurang dari 2.500 gram, sedangkan berat badan bayi yang
lahir cukup bulan memiliki berat badan antara 2.500 gram hingga 4.000 gram.
BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (belum cukup bulan), atau bayi mengalami
gangguan perkembangan dalam kandungan. Bayi dengan berat badan lahir rendah
ini rentan sakit atau mengalami infeksi, Sedangkan dalam jangka panjang, bayi
tersebut berisiko mengalami keterlambatan perkembangan motorik atau
kemampuan dalam belajar. Semakin rendah berat badan lahir bayi, maka semakin
banyak masalah medis yang akan dihadapi, apalagi jika bayi tersebut terlahir
prematur.

2. Etiologi

Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,


preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,


HIV/AIDS, penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan.

b. Faktor janin

Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi


sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,


sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,


terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Patofisiologi/Pathway

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

4. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani,
2009):

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.

d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.

e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.

f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan serangan apnea.

g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :

a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht


(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.

b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).

c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres


pernafasan bila ada.

Rentang nilai normal:

1) pH : 7,35-7,45

2) TCO2 : 23-27 mmol/L

3) PCO2 : 35-45 mmHg

4) PO2 : 80-100 mmHg


5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih

d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.

e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

Bilirubin normal:

1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.

2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia


mungkin menyertai sepsis.

h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau


komplikasi.

6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu :

a. Pemberian posisi

Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan


dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan
energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm


dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring
miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan
menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan
mengubah postur.

Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat


mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu,
peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher
dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak
boleh posisi telungkup (Wong, 2008).

b. Minimal handling

1) Dukungan Respirasi

Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi,


hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi.
Bayi dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

2) Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian


kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa
otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan
panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk
pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda
terjadinya efek stres dingin.

3) Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan


asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit.
Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan
diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan
melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan
jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan


tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi
preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup
bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi
preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan.

5) Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai
mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah,
jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi.
Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi
keduanya.

Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus


dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir,
namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34
minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.

Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis)
dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi,
derajat hiperbilirubinemia bayi

BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air


steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama ditentukan
oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian
makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang
memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka
dalam menerima makanan.

c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)

1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru

Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara


perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan
PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat
bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini
dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena
sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.

PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR
tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat
memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara
kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator.

PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai
untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan
bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).

2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR Beberapa teknik yang dapat
dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).

a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu


sehingga kulit bayi menempel pada kulit ibu.

b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum


memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan
diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.

d) Sebaiknya tidak memakai kutang


atau beha (perempuan) atau kaos dalam
(laki-laki) selama PMK.

Gambar : posisi bayi dalam gendongan PMK

e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan


ibu jari dan jari-jari lainnya, agar kepala bayi tidak
tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika
bayi berada pada posisi tegak.

f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian


lekatkan antara kulit dada ibu dan bayi seluas-
luasnya.

g) Pertahankan posisi bayi dengan kain


gendongan, sebaiknya ibu memakai baju yang
longgar dan berkancing depan.
Gambar: perawatan metode kanguru

h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi


dapat bernapas dengan baik.

i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi


memakai topi hangat, memakai popok dan memakai
kaos kaki.

j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi,


anggota keluarga (ayah nenek, dll), dapat juga
menolong melakukan kontak kulit langsung ibu
dengan bayi dalam posisi kanguru.

Gambar: mengeluarkan bayi dari baju kanguru


Gambar : menyusui dalam PMK

Gambar : ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK

PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan
durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau disebut PMK
intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan
metode kanguru disebut PMK kontinu.

d. Perawatan pada inkubator

Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan


yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu
inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).

1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup


a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya
dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti
apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan
suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.

b) Tindakan perawatan dan pengobatan


diberikan melalui hidung.

c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak


memakai pakaian) untuk memudahkan observasi.

d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat


badan dan kondisi tubuh.

e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.

f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan


yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat
celcius.

2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka

a) Pemberian inkubator dilakukan dalam


keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada
bayi.

b) Menggunakan lampu pemanas untuk


memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan.

c) Membungkus dengan selimut hangat.

d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau


yang lain untuk mencegah aliran udara.

e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak


panas yang hilang melalui kepala.
f) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan
dengan berat badan sesuai dengan ketentuan.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009) :

a. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru


lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi).

b. Hipoglikemi simptomatik

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang


rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.

c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan


belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.

d. Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)

Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar


bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian umum

a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan

dengan menggunakan timbangan elektronik.

b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.

c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat

istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.

d. Observasi adanya deformitas yang tampak.

e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk,

hipotonia, tidak responsive, dan apnea.

2. Pengkajian respirasi

a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya

insisi, slang dada, atau devisiasi lainnya.

b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan


cuping

hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.

c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.

d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor,

krepitasi, mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara,

grunting), berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara

napas.

e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.


3. Pengkajian kardiovaskuler

a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.

b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.

c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum

intensity/ PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras

terdengar dan teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya

pergeseran imediastinum).

d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung,

respirasi atau hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan

bercakbercak.

e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.

f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang


dipakai.

4. Pengkajian gastrointestinal

a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding

abdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status

umbilicus.

b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang

berkaitan dengan pemberian makanan, karakter dan jumlah residu

jika makanan keluar, jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan

tipe penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).

c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).

d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa


adanya darah.

e. Jelaskan bising usus.


5. Pengkajian genitourinaria

a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.

b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna

pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring

kecukupan hidrasi).

c. Periksaberat badan (pengukuran yang paling akurat


dalam mengkaji hidrasi).

6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal

a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas

terhadap rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.

b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).

c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar,

tonick neck, palmar).

d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.

7. Suhu tubuh

a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.

b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.

8. Pengkajian kulit

a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah,

tanda iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama

dimana peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan

kulit. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal

plester, povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut,
bersisik, terkelupas dan lain-lain.

c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

2. Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds : - Imaturitaspusat pernafasan Tidak efektifnya pola
Do : Pernafasan klien pernafasan
tidak menggunakan
cuping hidung, tidak
terdapat sianosis pada
tubuh klien.
- RR : 52x/menit
- Suhu : 36◦C
- Nadi : 132x/menit

2. Ds : - Penurunan lemak subkutan Termoregulasi tubuh tidak


Do : di dalam tubuh. efektif.
Bayi tampak didalam
inchubator
Suhu dalam inchubator
33,3◦C
Klien terasa hangat
Ekstremitas terasa
hangat
Tidak terdapat sianosis
pada tubuh klien
Lemak pada bawah
kulit (subkutan) terlihat
tipis.

3. Ds :- Intake yang tidak adekuat Perubahan nutrisi kurang


Do : dari kebutuhan tubuh
- BB : 1700 gram
- Klien tampak
sudah terpasang
NGT

4. Ds : Kurangnya pengetahuan Resiko Infeksi


- Orang tua klien mengenai berat badan lahir
mengatakan rendah
khawatir terhadap
kondisi anaknya
saat ini.
- Orang tua klien
mengatakan tidak
mengetahui
tentang
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala pada
berat badan lahir
rendah
Do :
- Orang tua klien
tampak cemas
dan gelisah
- Orang tua klien
tampak bingung
ketika perawat
menanyakan
tentang berat bayi
lahir rendah.
3. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada

bayi dengan BBLR (NANDA, 2011):

1. Tidak efektifnya pola pernafasan.

a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak

menyediakan ventilasi yang adekuat.

b. Batasan karateristik:

Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi

tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan

tekanan inspirasi,p enurunan ventilasi semenit, penurunan

kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior,

napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama,

pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan otot-otot bantu

untuk bernapas.

2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.

a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.

b. Batasan karakteristik:

Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di

bawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan

frekuensi napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu

tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme.

b. Batasan karakteristik:

Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan,

berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler,

diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara usus,

kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak

mampu menelan makanan.

4. Resiko infeksi.

a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme


patogen.

b. Faktor resiko:

Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan lingkungan, ruptur membran amnion,

malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan pathogen,

ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat

pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan,

penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,

perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh

skunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat pernapasan,
pola pernafasan. keperawatan selama 3x24 kedalaman, dan kemudahan bernafas.
jam, diharapkan pasien Rasional : Membantu dalam
mampu : membedakan periode perputaran
1. Status Pernapasan : pernapasan normal dari serangan
Kepatenan jalan napas. apnetik sejati, terutama sering terjadi
2. Status Pernapasan : pada gestasi minggu ke-30
Ventilasi. 2. Perhatikan pola nafas klien.
3. Status tanda-tanda vital. Rasional: mengetahui jika terdapat
Dengan kriteria hasil : tanda-tanda yang menyebabkan
1. Menunjukkan pola dispneu.
pernapasanyang mendukung 3. Tentukan apakah klien
hasil gas darah dalam dispneu fisiologis atau
parameter atau kisaran psikologis.
normal. Rasional : Studi menemukan bahwa
2. Pasien melaporkan ketika penyebabnya adalah fisiologis
bernafas dengan nyaman. memiliki tanda gejala kecemasan dan
3. Mendemonstrasikan kesemutan pada extremitas, sedangkan
kemampuan untuk melakukan bila dipsneu itu psikologisl tanda
pernapasan dengan pursed lip gejalanya mengi terkait, batuk, dahak,
(mengerutkan bibir) dan dan palpitasi.
pernapasan dapat terkontrol. 4. Berikan terapi
4. Mengidentifikasi dan oksigenasi (Atur peralatan
menghindari faktor-faktor oksigenasi, monitor aliran oksigen,
spesifik yang dapat pertahankan posisi pasien).
memperburuk pola nafas. Rasional: Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan.
5. Monitor Tekanan darah,
nadi,suhu,danRespirationrate(pernafas
an).
Rasional : memantau vital sign klien.
2 Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan
tubuh tidak efektif keperawatan selama 3x24 termometer elektronik di ketiak pada
jam, diharapkan pasien bayi dibawah usia 4 minggu.
mampu : Rasional : Memantau apakah adanya
Termoregulasi menjadi efektif peningkatan atau penurunan suhu
sesuai dengan perkembangan. tubuh.
Dengan kriteria hasil : 2. Catat apakah ada tanda-tanda
1. Dapat mempertahankan hipertermi dan hipotermi.
suhu tubuh dalam kisaran Rasional : Hipertermi dengan
normal. peningkatan laju metabolisme
2. Menjelaskan langkah- kebutuhan oksigen dan glukosa serta
langkah yang diperlukan kehilangan air dapat terjadi bila suhu
untuk mempertahankan suhu lingkungan terlalu tinggi.
tubuh agar dalam batas 3.Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
normal. Rasional : Untuk mencegah terjadinya
3. Menjelaskan gejala dehidrasi.
hipotermia atau hipertermia. 4. Lakukan tepid sponge.
Rasional : dapat menurunkan suhu
tubuh bayi.
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala kekurangan gizi
kurang dari keperawatan selama 3x24 jam termasuk perawakan pendek, lengan
kebutuhan tubuh. diharapkan pasien mampu : kurus, dan kaki.
1. Intake nutrien normal. Rasional : Sebagai langkah awal
2. Intake makanan dan cairan pengkajian untuk melaksanakan
normal. intervensi selanjutnya.
3. Berat badan normal. 2. Perhatikan adanya penurunan berat
4. Massa tubuh normal. badan.
5.Pengukuranbiokimia Rasional : Mengidentifikasikan adanya
normal. resiko derajat dan resiko terhadap pola
Dengan kriteria hasil : pertumbuhan. Bayi SGA (Baby Small
1. Berat badan bertambah. for gestational age) dengan kelebihan
2. Berat badan dalam kisaran cairan ekstrasel yang kemungkinan
normal untuk tinggi dan usia. kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
3. Mengenali faktor yang (Baby small for gestational age)
berkontribusi terhadap berat mungkin telah mengalami penurunan
badan dibawah normal. berat badan dalam uterus atau
4. Mengidentifikasi kebutuhan mengalami penurunan simpanan
gizi. lemak atau glikogen.
5. Bebas dari kekurangan gizi. 3. Kaji kulit apakah kering, monitor
turgor kulit dan perubahan pigmentasi.
Rasional : Untuk mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang terpilih.
(Sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi).
Rasional : Membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan
individual .
5. Monitor kalori dan intake nutrisi.
Rasional : Mengawasi masukan nutrisi
dan kalori dalam tubuh.
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,
keperawatan selama 3x24 jam letargi, apnea, malas minum, gelisah,
diharapkan pasien mampu: dan ikterus.
Terhindar dari resiko infeksi. Rasional : Suhu tubuh meningkat dan
Dengan kriteria hasil : nadi cepat merupakan awal terjadinya
1. Pengetahuan : Kontrol infeksi.
infeksi 2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi
Indikator : selama kehamilan dan epidemi infeksi
a. Menerangkan cara-cara di ruang perawatan.
penyebaran. Rasional : mengetahui adanya riwayat
b. Menerangkan faktor-faktor infeksi selama kehamilan.
yang berkontribusi dengan 3. Ambil sampel darah
penyebaran. Rasional : Untuk sampel pada
c. Menjelaskan tanda-tanda pemeriksaan laboratorium seperti
dan gejala. eritrosit, leukosit, diferensiasi dan
d. Menjelaskan aktivitas yang immunoglobulin.
dapat meningkatkan resistensi 4. Upayakan pencegahan infeksi dari
terhadap infeksi. lingkungan. Misalnya : Cuci tangan
2. Status Nutrisi. sebelum dan sesudah memegang bayi.
Indikator : Rasional : Untuk mencegah
a. Asupan nutrisi berpindahnya mikroorganisme dari jari
b.Asupan makanan dan cairan tangan ke tubuh bayi.
c. Energi
d. Massa tubuh
e. Berat badan
3. Penyembuhan luka : Primer
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya drainase
purulen
c. Eritema disekitar kulit
berkurang
d. Edema disekitar kulit
berkurang
e. Suhu kulit tidak meningkat
f. Luka tidak berbau.

DAFTAR PUSTAKA
dr.TjinWilly.2018.Berat badan lahir rendah.www.alodokter.com/berat-badan-
lahir-rendah.(16 September 2020).

https://kaper13a.blogspot.com/2016/10/kasus-dan-askep-bblr.html.(16 September
2020).

Anda mungkin juga menyukai