Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bicara tentang fiskal, mungkin mengingatkan Anda dengan kabar bahwa pada November 2017 lalu,
bank dunia memberikan pinjaman senilai US$300 juta atau setara Rp 4,05 triliun.
Pinjaman ini digelontorkan untuk membantu meningkatkan belanja daerah, termasuk dalam hal
administrasi pendapatan dan kebijakan perpajakan.
Fiskal
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A. Chaves juga mengungkapkan, pinjaman
ini diberikan dalam rangka melanjutkan kemajuan signifikan yang telah Indonesia capai sampai saat
ini. Menurutnya, reformasi fiskal perlu diteruskan agar Indonesia bisa memenuhi aspirasinya.
Pengertian Fiskal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara. Kata fiskal itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu fiscus yang merupakan nama seseorang
yang memiliki atau memegang kekuasaan atas keuangan pada zaman Romawi kuno.
Sedangkan, dalam Bahasa Inggris fiskal disebut fisc yang berarti pembendaharaan atau pengaturan
keluar masuknya uang yang ada dalam kerajaan.
Jadi, fiskal ini digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau kerajaan yang
dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap sebagai
pendapatan lalu digunakan untuk pengeluaran dengan program-program untuk mencapai
pendapatan nasional, produksi, perekonomian, dan digunakan juga sebagai perangkat
keseimbangan dalam perekonomian.
Di Indonesia, istilah kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Kemudian, timbul
pertanyaan, apa bedanya kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter? Perbedaannya terdapat pada
tujuannya.
Jika kebijakan moneter bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar, kebijakan fiskal dapat Anda pahami dengan membaca
poin di bawah ini.
1. Meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara maksimal karena berpengaruh besar dengan pemasukan atau
pendapatan negara, meliputi: bea dan cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, devisa
negara, impor, pariwisata, dan lainnya.
2. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Seperti yang kita ketahui,
pengangguran merupakan salah satu masalah yang menjadi momok di suatu negara. Di Indonesia,
tingkat pengangguran sudah berkurang 140.000 jiwa.
Menurut persentase tingkat pengangguran terbuka, jika pada Februari 2017 angkanya mencapai
5,33%, pada Februari tahun ini angkanya berada di level 5,13%.
Hal tersebut juga tidak terlepas dari pelaksanaan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal memang
diaplikasikan serta menjadi prioritas dalam upaya pencegahan timbulnya pengangguran.
Di sisi lain, inflasi bisa memberikan keuntungan seperti menciptakan kesempatan kerja penuh. Akan
tetapi, inflasi juga bisa berdampak negatif pada kelompok atau orang yang berpenghasilan rendah
karena daya beli jadi menurun.
Masalah inflasi yang tak kunjung stabil berpotensi besar membuat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah berkurang. Melalui kebijakan fiskal, tingkat pendapatan nasional, kesempatan
kerja, tinggi rendahnya investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional pun diharapkan akan
berjalan dengan baik.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat
dengan pajak. Asumsinya, jika tarif pajak diturunkan maka kemampuan daya beli di masyarakat akan
meningkat dan industri pun bisa meningkatkan jumlah penjualan. Begitu juga sebaliknya.
Kebijakan fiskal fungsional: merupakan kebijakan dalam pertimbangan pengeluaran dan penerimaan
anggaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan
nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan fiskal yang disengaja: merupakan kebijakan dalam mengatasi masalah ekonomi yang
sedang dihadapi dengan cara memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui
perubahan perpajakan maupun perubahan pengeluaran pemerintah. Terdapat tiga bentuk kebijakan
fiskal yang disengaja. Pertama, membuat perubahan pada pengeluaran pemerintah. Kedua,
membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak. Tiga, membuat perubahan secara serentak
baik pada pengelolaan pemerintah atau sistem pemungutan pajaknya.
Kebijakan fiskal yang tidak disengaja: merupakan kebijakan dalam mengendalikan kecepatan siklus
bisnis supaya tidak terlalu fluktuatif. Jenis kebijakan fiskal tak disengaja adalah proposal, pajak
progresif, kebijakan harga minimum, dan asuransi pengangguran.