Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

RESIKO (KETIDAKBERDAYAAN)

OLEH:

Suci Desrianti, S.Kep

20501066

PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Emulyani, M.Kep

MASA PRAKTIK

14 Desember – 19 Desember 2020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


KONSEP KETIDAKBERDAYAAN

A. Pengertian Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan,
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan
situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
Ketidakberdayaan adalah kondisi dimana seseorang merasakan kehilangan
kekuatan, kehilangan otoritas untuk melakukan sesuatu, merasakan tidak
memiliki kekuatan fisik, tidak memiliki energi, tidak mempunyai harapan, tidak
memiliki motivasi, tidak memiliki pengetahuan, tidak memiliki harga diri, tidak
mempunyai kekuatan psikologis, dan tidak memiliki sistem pendukung sosial
(Miller, 2000).
Menurut NANDA (2012) mendefinisikan ketidakberdayaan sebagai
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi
hasil, persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan
segera terjadi. Ketidakberdayaan juga didefinisikan sebagai kondisi ketika
individu atau kelompok merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah
kejadian atau situasi tertentu akan mempengaruhi tujuan dan gaya hidupnya
(Carpenito, 2009).

B. Patofisiologi Ketidakberdayaan
Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari
proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah
sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam
menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri
mengirimkan sinyal menuju hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan, sinyal dari hipotalamus
ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu
terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA)
dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan
mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu,
hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi
sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus
menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga
berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur
otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter
merupakan kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron
lain dengan rangsang tersebut (Stuart & Laraia, 2005).
Menurut Struart dan Laraia (2005) faktor predisposisi merupakan faktor
yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe dan
sumber dari individu untuk menghadapi stres baik secara biologis, psikososial dan
sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain :
a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses
kehilangan.
b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang yang
mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu
tersebut untuk mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa individu
menjadi tidak berdaya dan akan sulit mencapai fase menerima.
c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak ada
harapan. Menurut Norris (2002) peran pengetahuan dapat mengubah sikap
penderita diebetes menjadi lebih baik.
d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi karena
individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan
tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan
ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respon yang adaptif. Menurut Funnel, Anderson, (2005)
mengatakan keberhasilan perubahan sikap dari penderita merupakan salah
satu keberhasilan perawatan yang mandiri.
Karakteristik gejala dan tanda dari ketidakberdayaan menurut Wilkinson
(2005) antara lain. mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi, mengungkapkan
tidak dapat menghasilkan sesuatu, mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya,
mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran, mengatakan
ketidakmampuan perawatan diri, ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentang perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat
diberikan kesempatan, enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya,
ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, gagal mempertahankan ide/pendapat
yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan.
Lingkungan perawatan kesehatan yang masih dianggap kurang
terapeutik, program yang terkait dengan penyakit misalnya pengobatan jangka
panjang, penyakit kronik yang berulang kambuh, interaksi interpersonal yang
tidak adekuat atau terganggu, gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


dipelajari karena seringnya individu mengalami kegagalan atau harapan peran
yang tidak terpenuhi, penyakit kronis atau terminal, ketidakseimbangan
metabolisme.

C. Karakteristik Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan respon individu terhadap penilaian stressor
dan bagaimana menyelesaikan stressor tersebut. Individu yang dihadapkan pada
suatu kondisi yang dianggap stressor maka akan bereaksi terhadap stressor
tersebut , namun bila tidak bisa mengatas stressor tersebut dapat mengakibatkan
masalah ketidakberdayaan. Menurut National Association Nursing Diagnoses of
American (NANDA, 2012), adanya karakteristik dari ketidakberdayaan antara
lain ketidakberdayaan ringan, sedang dan berat . Karakteristik ketidakberdayaan
ringan antara lain mengekspresi ketidakpastian tentang kemampuan dalam
mengatasi tingkat energi.
Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain ketergantungan pada
orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan pemenuhan
perawatan diri ketika dibutuhkan, tidak memantau kemajuan, ekpresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas sebelumnya,
ekspresi keraguan bahkan berakibat menjadi marah. Karakteristik
ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap kondisi buruk secara
fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan diri,
situasi dan hasil.
Menurut Winasis (2009) dalam konsep diri penderita diabetes menyebutkan
adanya perubahan sikap sering ditunjukan pada penderita diabetes melitus dengan
prilaku mudah marah, kurang mampu melakukan kemandirian, merasa sedih, dan
putus harapan karena tak bisa melakukan aktifitas secara normal lagi di
masyarakat.

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


D. Jenis-Jenis Ketidakberdayaan
Capernito (2009) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan, yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


KETIDAKBERDAYAAN

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


1. Pengkajian
Menurut Direja (2011) pada pengkajian data-data yang ditampilkan pada
pasien ketidakberdayaan :
1) Ringan
Mengekspresikan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan pasif.
2) Sedang
Marah, tergantung pada orang lain, menunjukkan ketidakmauan untuk
merawat diri, tidak menunjukkan kemajuan, menunjukkan ketidakpuasan
terhadap ketidakmampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, mengungkapkan
keraguan dalam penampilan peran, ketakutan terhadap perawat yang dianggap
sebagai orang asing, merasa bersalah, ketidakmampuan mencari informasi
perawatan, tidak adanya partisipasi dalam perawatan kesehatan dan pasif.
3) Berat
Apatis, depresi dan ekspresi marah.
a. Subjektif
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya.
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
5. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.

b. Objektif

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


1. Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentang perawatan.
2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan.
3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
5. Gagal mempertahankan ide atau pendapat yang berkaitan dengan
orang lain ketika mendapat perlawanan.
6. Apatis dan pasif.
7. Ekspresi muka murung.
8. Bicara dan gerakan lambat.
9. Tidak berlebihan.
10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
11. Menghindari orang lain.

2. Diagnosa keperawatan
Ketidakberdayaan

3. Intervensi keperawatan
a. Mengenali ketidakberdayaan yang di alaminya
b. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan latihan berfikir positif
c. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan berpastisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perawatan diri
d. Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah pada tahap perencanaan.
a. Pengertian : Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan
b. Tujuan Terapi : Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata,
Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam
perkembangan dan pertumbuhannya.
c. Persiapan
1) Menyiapkan tempat yang nyaman untuk dilakukan terapi.
2) Mempersiapkan klien, membuat kontrak waktu dan tempat.
3) Menjelaskan tujuan terapi yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan tahapan-tahapan pelaksanaan

d. Pelaksanaan
1) Pra Interaksi
a) Menyiapkan diri secara fisik dan psikologis (tidak ada konflik internal
yang dapat mempengaruhi proses terapi)
b) Menyiapkan lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman
2) Interaksi
Orientasi
a) Menyapa pasien sesuai kultus/social budaya setempat
b) Memperkenalkan diri

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


c) Melakukan kontrak topik, waktu, dan tempat pertemuan
d) Menanyakan keluhan utama pasien saat ini
e) Memvalidasi masalah yang dialami pasien
f) Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
Kerja
a) Melakukan eksplorasi terhadap harapan, kebutuhan dan persepsi dari
individu
b) Mendiskusikan dengan individu mengenai apa saja tujuan hidup
mereka
c) Mengarahkan pasien untuk menunjukan potensi diri
d) Menjelaskan kepada pasien mengenai konsekuensi perilakunya
e) Melatih pasien untuk membuat rencana kegiatan
Terminasi
a) Mengeksplorasi perasaan pasien
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan umpan
balik dari terapi yang telah dilakukan
c) Melakukan kontrak : topik, waktu, dan tempat untuk kegiatan
selanjutnya
3) Post Interaksi
a) Mengelola alat dan bahan yang telah dipakai
b) Mendokumentasikan tindakan secara tepat pada lembar catatan
keperawatan pasien.

5. Evaluasi

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006). Evaluasi dari
pemberian terapi realita yakni klien mampu menggunakan terapi yang diberikan
untuk mengurangi ketidakberdayaan dengan data objektif subjek penelitian
mengatakan mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya, merasa dianggap,
menyatakan keyakiinan peran, menyatakan dapat mengontrol diri dan merasa
tidak tertekan dan data objektif dapat melaksanakan aktivitas secara mandiri dan
mampu berpartisipasi dalam perawatan..

DAFTAR PUSTAKA

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru


Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawayan Jiwa. Trans Info
Media, Jakarta..
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.
Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika, Jakarta.
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran : EGC.

Tim Keperawatan Jiwa STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai