Anda di halaman 1dari 3

PENYANDANG CACAT / DISABILITAS

Pengertian Penyandang Disabilitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia1


penyandang diartikan dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan
disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris
disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan.
 
 
a.    Jenis-jenis Disabilitas
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti
bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana
kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik.
Jenis-jenis penyandang disabilitas:
1)   Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:
a)    Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas
dan tanggungjawab terhadap tugas.
b)   Mental Rendah Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c)    Berkesulitan Belajar Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh
2)   Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:
a)    Kelainan Tubuh (Tuna Daksa) Tunadaksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
b)    Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra) Tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c)    Kelainan Pendengaran (Tunarungu) Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
d)   Kelainan Bicara (Tunawicara) Adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ
motorik yang berkaitan dengan bicara.

4.      Tunawisma/ Gelandangan
a.    Definisi Homeless atau tunawisma menggambarkan seseorang yang tidak memiliki
tempat tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk tidur.

1)   Faktor Penyebab Munculnya Tunawisma


a)    Kemiskinan Kemiskinan merupakan faktor dominan yang menyebabkan
banyaknya gelandangan, pengemis dan anak jalanan.
b)   Rendah tingginya Pendidikan, Rendahnya pendidikan sangat berpengaruh
terhadap kesejahteraan seseorang. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap
persaingan didunia kerja. Seseorang dengan pendidikan rendah akan sangat sulit
mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak.
c)    Keluarga Keluarga adalah tempat seseorang mendapatkan kasih sayang dan
perlindungan yang lebih daripada lingkungan lain. Namun, hubungan keluarga
yang tidak harmonis atau anak dengan keluarga broken home membuat mereka
merasa kurang perhatian,kemyamanan dan ketenangan sehingga mereka
cenderung mencari kebebasan, belas kasih dan ketenangan dari orang lain.

d)   Umur Umur yang semakin rentan serta kemampuan fisik yang menurun,
membuat seseorang lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Hal ini menyebabkan
mereka sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Menjadi tunawisma merupakan
alternatif terakhir mereka untuk bertahan hidup.

e)    Cacat Fisik Kondisi fisik yang tidak sempurna membuat seseorang sulit
mendapatkan pekerjaan. Kebanyakan seserang yang memiliki cacat fisik
memilih menjadi tunawisma untuk dapat bertahan hidup. Menurut Kolle
(Riskawati dan Syani ( 2012 ) kondisi kesejahteraan seseorang dapat diukur
melalui kondisi fisiknya seperti kesehatan.

f)    Rendahnya ketrampilan Ketrampilan sangatlah penting dalam kehidupan,dengan


ketrampilan seseorang dapat memiliki asset produksi. Namun, ketrampilan perlu
digali salah satunya melalui pendidikan serta membutuhkan modal pendukung
untuk dikembangkan.

g)   Masalah sosial budaya Ada beberapa faktor sosial budaya yang menagkibatkan
seseorang menjadi gelandangan dan pengemis. Antara lain:
1.    Rendahnya harga diri. Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang,
mengakibatkan mereka tidak memiliki rasa malu untk meminta-minta. Dalam
hal ini, harga diri bukanlah sesuatu yang berharga bagi mereka. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya tunawisma yang berusia produktif.
2.    Sikap pasrah pada nasib. Mereka manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi
mereka sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada
kemauan untuk melakuan perubahan.
3.    Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang.

h)   Faktor Lingkungan Menjadi gelandangan dan pengemis dapat disebabkan oleh


faktor lingkungan yang mendukungnya

i)     Letak Geografis Kondisi wilayah yang tidak dapat diharapkan potensi alamnya
membuat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut mengalami kemiskinan dan
membuat masyarakat harus meninggalkan tempat tersebut untuk mencari
peruntungan lain.

j)     Lemahnya penangan masalah gelandangan dan pengemis Penanganan masalah


gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh pemerintah hanya setengah hati.
dirasakan terlalu mudah dan enak bagi gelandangan dan pengemis sehingga ia
tidak perlu takut apabila terjaring razia lagi.
 

Anda mungkin juga menyukai