Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN BELAJAR, PENGKONDISIAN KLASIK DAN


PENGKONDISIAN OPERANT
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR
PSIKOLOGI

DOSEN PENGAMPU

Asep Mu'mar Fauzi, MA.

DISUSUN OLEH

Wildan Salis Nugraha

Siti Nurhalifah

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NU AL FARABI


PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

1
Tahun Ajaran 2020/2021

Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,
dat yang Maha Kuasa yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang telah
dilimpahkan kepada kita, terutama nikmat yang hanya diberikan kepada
manusia, yakni nikmat berakal untuk menyelam lebih dalam ilmu
pengetahuan.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi


kita Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan terbaik dalam
berukhuwah dan berkasih sayang yang kita nantikan syafaatnya di yaumul
qiyamah nanti. Amien

Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu
mata kuliah Pengantar Psikologi, bapak Asep Mu'mar Fauzi, MA. yang telah
memberi saya kesempatan untuk menyusun makalah ini.

Kami sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat mendukung dan membangun sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin

Parigi, 06 April 2021

2
Wildan Salis Nugraha
Siti Nurhalifah

DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................... 1

Kata Pengantar .................................................................................................. 2

Daftar isi ............................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ......................................................................................... 4


2. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
3. Tujuan Pembahasan ................................................................................ 4

BAB II. Pembahasan

1. Pengertian Belajar ................................................................................... 5


2. Teori Pengkondisian Klasikal; Ivan Pavlov ............................................... 7
3. Teori Pengkondisian Operant; B.F. Skinner ............................................. 9

BAB III. Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan pikiran, belajar sudah menjadi
tuntutan manusia dalam menjalani kehidupan. Manusia dituntut untuk belajar
agar hidupnya dapat terus berkembang, karena dengan belajar seseorang yang
asalnya tidak tahu akan menjadi tahu, seseorang yang asalnya tidak bisa
menjadi bisa.

Orang-orang sepakat bahwa pembelajaran itu penting, Tetapi mereka


mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang penyebab-penyebab,
proses-proses, dan akibat-akibat pembelajaran. Tidak ada satu definisi
pembelajaran yang diterima secara universal oleh para teoretisi, peneliti, dan
praktisi. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang apa persisnya
karakteristik pembelajaran, di bawah ini terdapat definisi umum pembelajaran
yang sejalan dengan fokus kognitif dalam buku ini dan mencakup kriteria-
kriteria yang menurut sebagian besar profesional pendidikan merupakan
pokok pembelajaran.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan belajar?


2. Apa saja pengertian belajar menurut para ahli?
3. Apa itu pengkondisian klasik dan pengkondisian operant?

3. Tujuan Pembahasan

4
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar psikologi.
2. Untuk mengetahui apa saja pengertian belajar menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui apa itu pengkondisian klasik dan operant.

BAB II. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN BELAJAR

Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati X–lalimud, bahwa belajar


adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman.
Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Pengertian lain menurut
Oemar Hamalik bahwa belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan
dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperi laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.

Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,


mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku
yang bersifat naluriah.

Menurut Sumadi Suryabrata hal-hal pokok yang ditemui dalam belajar,


antara lain:

5
1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (behavioral changes, aktif
maupun potensial)
2. Bahwa belajar berarti mendapatkan kecakapan baru
3. Bahwa belajar terjadi karena usaha

Mengingat tidak semua tingkah laku dapat dikategorikan sebagai


aktivitas belajar, menurut Sugihartono, dkk, ciri-ciri perilaku belajar, adalah
sebagai berikut:

1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

3. Perubahan bersifat positif dan aktif

a. Perubahan bersifat permanen


b. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah
c. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa ada banyak berbagai
macam pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Meskipun cara
penyampaiannya berbeda akan tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama
yaitu belajar merupakan suatu bentuk perubahan yang terjadi dalam diri
manusia mengenai pola pikir dan tingkah lakunya.

Selanjutnya, dalam belajar ada yang disebut dengan pembelajaran, yang


mana pembelajaran ini terbagi menjadi beberapa bagian :

1. Pembelajaran formal, merupakan pendidikan yang diterima secara


langsung dari institusi-institusi tertentu seperti sekolah, institut,
universitas dan sebagainya.
2. Pembelajaran informal, merupakan perlakuan belajar yang terlaksana
secara tidak langsung dan tanpa disadari. Sebagai contohnya adalah
6
pengetahuan, didikan dari orang tuanya, teman sekolahnya, dari
pergaulan, menghadiri seminar, menonton televisi, mendengarkan
radio, membaca koran, internet dan sebagainya.
3. Pembelajaran nonformal, adalah pendidikan di luar jalur pendidikan, di
luar pendidikan formal, yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan
hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2. TEORI CLASSICAL CONDITIONING; IVAN PAVLOV

Format dasar pengkondisian klasikal adalah pemasangan stimulus yang


benar-benar netral dengan stimulus yang secara alami menghasilkan respons
tertentu. Setelah satu atau beberapa kali pemasangan, stimulus netral
diharapkan menghasilkan respons tertentu tersebut, yang merupakan respon
yang diteliti. Bila kondisi tersebut terjadi, berarti telah terjadi proses belajar
pengkondisian klasikal. Contoh 1: sebagian stimulus yang alami shock listrik
dapat menghasilkan respons withdrawal. Dan biasanya respons withdrawal
tidak dihasilkan oleh stimulus netral berupa suara metronome. Tetapi bila
secara berulang-ulang, suara metronome dipasangkan dengan shock listrik
maka dapat menghasilkan respons withdrawal. Dan setelah itu, bila suara
metronome disajikan sendiri maka akan menghasilkan respons withdrawal.

7
Aplikasi/penerapan pengkondisian klasikal di kelas adalah dengan cara:

a. Menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan hangat, sehingga, kelas


menjadi satu kesatuan (saling berhubungan) dengan emosi positf
(adanya hubungan persahabatan / kekerabatan)
b. Pada awal masuk kelas, guru tersenyum dan sebagai pembukaan
bertanya kepada siswa tentang kabar keluarga, hewan peliharaan/hal
pribadi dalam hidup mereka.
c. Guru berusaha agar siswa merespek satu sama lain pada prioritas tinggi
di kelas, misalnya, pada diskusi kelas guru merangsang siswa untuk
berpendapat.
d. Pada sesi tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam
situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positif outcome /
masukan positif). Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa
memulai dengan pertanyaan "apa pendapatmu tentang masalah ini",
“atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini”. Dengan lain
memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpendapat.
Namun jika dengan cara ini pun siswa tidak sanggup/ segan untuk
merespons, maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa
memberi jawaban yang dapat diterima.
e. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central,
bersikap otoriter. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan mengafalkan apa
yang didengar, cara ini dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh Para tokoh

8
behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.

3. TEORI OPERANT CONDITIONING B.F. SKINNER

Skinner mengemukakan ada dua jenis pembelajaran. Kedua, jenis


pembelajaran ini berbeda karena masing-masing mencakup jenis perilaku
tersendiri (Windfred F. Hill: 2011).

1. Respondent Behavior (perilaku responder) yakni respon yang diperoleh


atau dibangkitkan oleh adanya stimulus. Hal ini merupakan pandangan
dari kondisioning klasik yang dikemukakan oleh Pavlov. Contoh
respondent behavior adalah semua gerak reflek.
2. Operant Behavior (perilaku operan) yakni perilaku yang dikeluarkan
tanpa adanya stimulus yang jelas. Sebagian besar perilaku manusia
adalah operant behavior. Perilaku ini disebabkan karena adanya stimulus
sebelumnya. Contohnya ketika seseorang tiba-tiba menangis.

Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka Skinner


mengemukakan dua jenis pengkondisian, yaitu:

1. Tipe S, yaitu respondent conditioning (pengkondisian responder) atau


biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini
menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons yang
diinginkan.
2. Tipe R, yaitu operant conditioning (pengkondisian operan) atau biasa
disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini,
penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respons.

9
Maka dapat kita lihat bahwa dalam pengkondisian tipe S, itu identik
dengan pengkondisian klasik Pavlov, sedangkan pengkondisian tipe R. itu
identik dengan pengkondisian instrumental Thorndike. Sedangkan riset Skinner
hampir semuanya berkaitan dengan pengkondisian tipe R atau pengkondisian
operant.

Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning (B.R. Hergenhahn,


2008: 84-85), yaitu:

1. Setiap respons yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan (reward)


cenderung diulang.
2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang dapat
meningkatkan dimunculkannya respons operant.

Dari dua prinsip ini tampak bahwa datangnya penguat tergantung pada
perilaku yang ditunjukkan oleh organism. Istilah yang digunakan untuk
menyebut ketergantungan penguat pada respons ini adalah "contingent
reinforcement".

Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian


operan terdiri dari dua konsep utama (Mohammad Asrori, 2007: 9), yaitu:.

1. Penguatan (Reinforcement)

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan


probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan dianggap sangat
penting untuk membentuk perilaku. Skinner menerangkan penguatan
berdasarkan dampaknya untuk meningkatkan atau menguatkan dorongan
untuk dilakukannya suatu respons.

2. Hukuman (punishment)

10
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan
sesuatu respons atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung
dihapuskan atau ditinggalkan.

Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah


hukuman merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau meniadakan
perilaku yang tidak diinginkan. Skinner membuat daftar alternatif untuk
menghindari punishment, yaitu :

a. Dengan cara mengubah situasi yang menimbulkan perilaku yang tidak


diinginkan, sehingga mengubah perilaku. Misal : memindahkan guci
china yang ada di ruang tamu, sehingga dapat menghindari pecah
karena perilaku anak-anak.
b. Membiarkan organism untuk berbuat sampai kelelahan atau bosan,
misal : membiarkan bermain korek api sampai bosan atau terkena api;
membiarkan makan permen sampai sakit gigi.
c. Membiarkan perilaku itu berlalu, meskipun pendekatan ini
membutuhkan waktu yang sangat panjang. Kebiasaan sulit untuk
dilupakan.
d. Mereinforce lawan dari perilaku yang tidak diinginkan misal : jika anak
bermain korek api – tidak direinforce, tetapi jika anak membaca buku-
buku pelajaran – diberi reinforce.

Skinner tertarik untuk menerapkan teori belajarnya pada proses


pendidikan. Menurut Skinner, efektivitas belajar dapat terjadi jika:

1. Informasi (pelajaran) diberikan secara tahap demi tahap.


2. Pelajar diberi feedback (secara langsung) tentang hasil belajarnya
(apakah yang telah di pelajari sudah benar atau belum)

11
3. Pelajar dapat belajar dengan caranya sendiri.

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori pembelajaran dan praktik pendidikan sering dipandang sebagai


dua hal yang berbeda, tetapi pada kenyataannya keduanya butuh saling
melengkapi. Masing-masing tidak memadai untuk memastikan tercapainya
pengajaran dan pembelajaran yang baik jika berdiri sendiri. Teori sendiri secara
terpisah tidak dapat sepenuhnya menangkap pentingnya faktor-faktor
situasional. Pengalaman praktik tanpa teori sifatnya spesifik untuk tiap-tiap
situasi dan tidak memiliki sebuah kerangka yang menyeluruh untuk
mengorganisasikan pengetahuan pengajaran dan pembelajaran. Teori dan
praktik dapat saling menyempurnakan.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun. Mohon maaf apabila ada kesalahan
kata ataupun penulisan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk kemajuan makalah kami selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2008), Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2012), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi


Aksara

Hergenhahn, B. R., Olson, M. H., (2009), Theories Of Learning ed. VII, Jakarta:
Kencana

Hill, Winfred. F., (2011), Theories Of Learning, Bandung: Nusa Media

Muhammad Asrori, (2007), Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana


Prima

Muhibin Syah, (2009), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa

Nana Sujana, (1990), Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Jakarta: LPFE UI

Nini Subini, Dkk, (2012), Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta: Mentari Pustaka

13

Anda mungkin juga menyukai