Anda di halaman 1dari 5

A.

KOMPLIKASI
Keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dalam bentuk meningitis aseptik (sel-
sel inflamasi pada cairan serebrospinal) adalah yang paling sering, terjadi tanpa
gejala pada 50% sampai 60% pasien. Gejala meningitis (sakit kepala, kaku
kuduk) terjadi sampai 15% pasien dan berubah tanpa sequelae 3 sampai 10 hari.
Orang dewasa memiliki risiko lebih tinggi untuk komplikasi ini dibandingkan
anak-anak, dan laki- laki lebih sering dibandingkan anak perempuan (dengan
rasio 3:1). Parotitis mungkin tidak ada di sebanyak 50% pasien demikian.
Penyakit otak adalah jarang (kurang dari 2 per 100,000 kasus mumps).10
1. Meningioensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak.
Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis system
saraf sentral, seperti dibuktikan oleh pleositasis cairan serebrospinal, telah
dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan parotitis. Manifestasi klinis
terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insiden meningoensefalitis parotitis
sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini terjadi pada penderita lebih tua
dari 20 tahun. Angka mortalitas adaah sekitar 2%. Orang laki-laki terkena tiga
sampai lima kali lebih sering daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu
dari penyebab meningitis aseptik yang paling sering.
Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebabagai (1)
infeksi primer neuron dan (2) ensefalitis pascainfeksi dengan demielinasi.
Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai
ensefalitis. Pada tipe ke dua, ensefalitis menyertai parotitis pada sekitar 10
hari. Parotitis mungkin pada beberapa kasus tidak ada. Stenosis aqueduktus
dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan infeksi parotitis. Menginjeksikan
virus parotitis ke dalam tpai pada umur menyusui telah menghasilkan lesi
yang serupa.
Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dari
meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
neorologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya berisi
sel kurang dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat
melebihi 2.000. selnya hamper selalu limfosit, berbeda dengan meningitis
aseptik enterovirus, dimana leukosit polimorfonklear sering mendominasi
pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi dari cairan serebrospinal
pada awal penyakit.
2. Orkitis, Epididimitis
Orchitis (inflamasi testicular) adalah komplikasi paling umum pada
laki-laki setelah masa pubertas. Penyakit ini terjadi sebanyak 50% pada laki-
laki setelah masa pubertas, biasanya setelah parotitis, tapi penyakit ini
mungkin mendahuluinya, terjadi secara serempak, atau terjadi sendirian.4
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi
sering (14- 35%) pada remaja dan orang dewasa. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis; epididimitis dapat juga terjadi
sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8
hari atau sekitarnya; orkitis dapat juga terjadi tanpa bukti adanya infeksi
kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita keda testis terkena. Mulainya
biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual,
dan nyeri perut bawah; bila testis kanan terlibat, appendisitis dapat
dikesankan sebagai kemungkinan diagnostik. Testis yang terkena menjadi
nyeri dan bengkak, dan kulit yang berdekatan edema dan merah. Rata-rata
lamanya adalah hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan
fertilitas diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut mungkin jarang.
3. Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas.10
4. Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa,
kelainan fungsi ginjal terjadi kadang-kadang pada setiap penderita, dan
virria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis,
telah dilaporkan.
5. Pankreatitis
Pankreatitis adalah jarang, tapi adakalanya terjadi tanpa parotitis;
hyperglycemia adalah temporer dan bersifat reversibel.
6. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Rekaman
elektrokardigrafi menunjukkan perubahan-perubahan, kebanyakan depresi
segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri. Keterlibatan demikian
dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia, dan kelelahan kadang-
kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan parotitis.
7. Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.
8. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral; walaupn insidennya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral.
Kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
9. Komplikasi Okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optic (papillitis)dengan
gejala-gejaa bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan
dengan penyembuuhan dalam 10-20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral
dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tendonitis, dengan akibat eksoftalmus;
dan trobosis vena sentral.
10. Artritis
Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi
merupakan komplikasi yang jarang; biasanya penyembuhannya sempurna.

2. Prognosis
Prognosis keseluruhan mumps dengan tanpa komplikasi adalah sangat baik.
Prognosis pasien dengan ensefalitis umumnya baik, namun, kerusakan neurologis
dan kematian dapat terjadi. Dilaporkan angka kejadian ensefalitis mumps sebesar
5 kasus per 1000 kasus mumps yang dilaporkan. Sequelae permanen jarang
terjadi, sedangkan laporan kasus ensefalitis angka kematian rata-rata 1,4%.
Myelitis sementara atau polyneuritis jarang. Sekitar 10% dari semua pasien yang
terinfeksi berkembang dalam bentuk meningitis ringan, yang sulit dibedakan
dengan meningitis bakteri.

3. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi
pasif dan imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).
Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan
ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat
diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps,
Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif
dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada
individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang- kurangnya selama 12 tahun
dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau
vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;
demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang
diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat
radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
“Mumps” dalam situasi ini
Dapus
4. Pudjiadi, Marissa Tania S., Sri Rejeki S. Hadinegoro. 2009. Orkitis pada
Infeksi Parotitis Epidemika : laporan kasus. Sari Pediatri. Vol. 11 (1) : 47-51.
10. Mumps, Pinkbook 2012, Epidemiology and Prevention of Vaccine
Preventable Diseases, 12th Edition Second Printing Revised May 2012.

Anda mungkin juga menyukai