Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FENOMENA KERUSAKAN LINGKUNGAN

DI SUSUN OLEH :
GEDE SURYA ADITYA

STAMBUK :
D10120534

JURUSAN S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh yang

telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan

makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan

datang.
DAFTAR ISI

HALAMAN DASAR……………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………

1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………………

1.4 Teori Tentang Prinsip Perlindungan Lingkungan Hidup

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..

2.1 Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup…………………...…………………

2.2 Pengertian Kerusakan Lingkungan Menurut Para Ahli………………………..

2.3 Akibat Peristiwa Alam…………………………………………………………

2.4 Cara menanggulangi Kerusakan Lingkungan Hidup…………………….……

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..

3..2 Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan lingkungan hidup pada saat ini tidak terlepas dari peranserta manusia. Populasi

manusia mempengaruhi keadaan alam. Dengan bertambahnya manusia, mendesak manusia

untuk memproduksi produk untuk dikonsumsi dengan merusak alam yang ada disekitarnya.

Hasil dari kegiatan produksi tersebut mengeluarkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Limbah

inilah yang mengakibatkan kerusakan alam khususnya pada lingkungan hidup. Dalam kegiatan

produksi tersebut terkadang manusia tidak memikirkan analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL). Isu lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini menjadi perhatian seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai salah satu penunjang terbesar

dari sumber pendapatan Negara ini. Ketika industrialisasi menjanjikan dapat menyerap tenaga

kerja secara besar-besaran dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat akan tetapi

industrialisasi juga mempunyai potensi membahayakan kesehatan, kesejahteraan masyarakat dan

juga lingkungan sekitar kawasan industri tersebut. Eksplorasi alam dan kepentingan pelestarian

lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini menjadi sebuah kondisi yang sering menimbulkan

pro dan kontra di masyarakat. Berbagai kebijakan, peraturan pemerintah dan UU yang

berhubungan dengan lingkungan hidup pun selalu didiskusikan dengan pandangan pro dan

kontra. Pemerintah pada bulan Mei 2011 mengeluarkan Peraturan Presiden (Pepres) No 28

Tahun 2011 tentang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup??

2. Apa Penyebab kerusakan lingkungan hidup??

3. Apa saja Akibat peristiwa alam??

1.3 Tujuan Masalah

1. Cara menanggulangi kerusakan lingkungan hiduo

2. Cara untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan hidup

3. Mengetahui apa saja akibat dari peristiwa alam


C. TEORI TENTANG PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Teori Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari

sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam

tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara

langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia

yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini

hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh

karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan

kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai

nilai pada dirinya sendiri.

2. Teori Ekosentrisme

Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme

yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme

justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak.

Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama

lain. Oleh karenanya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk

hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas

ekologis.
3. Teori Egosentris

Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris didasarkan

pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk

dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat.

Orientasi etika egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan

pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri

secara terpisah seperti “atom sosial” (J. Sudriyanto). Inti dari pandangan egosentris ini, Sonny

Keraf menjelaskan: Bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar

kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan

diri pada tindakan manusia sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting

“netral”. Hal ini didasarkan pada berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang

berkaitan dengan teori sosial liberal.

4. Teori Biosentrisme

Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga komunitas

moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia. Mencakup alam sebagai

ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup (biotic community). Inti pemikiran biosentrisme

adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi

moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab

moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku

adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik secara moral, sedangkan

merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral. Biosentrisme memiliki tiga
varian, yakni, the life centered theory (hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert

Schweizer dan Paul Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal

treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.

5. Etika Homosentris

Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini

mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku

lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia. Etika homosentris sama

dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk

suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan itu bagi individu, maka etika utilitarianisme

ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu

bagi sebanyak mungkin orang. Etika homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan

universalisme etis. Disebut universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi

sebanyak mungkin orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut

utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan kegunaan atau

manfaat dari tindakan tersebut (Sonny Keraf, 1990:34). Seperti halnya etika egosentris, etika

homosentris konsisten dengan asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun masyarakat

digambarkan dalam pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat modern, setiap bagian yang

dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang berpengaruh pada bagian ini akan

berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula sebaliknya, namun karena sifat uji yang utilitaris,

etika utilitarianisme ini mengarah pada pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi

kepentingan dan kebaikan masyarakat (J. Sudriyanto, 1990:16).


6. Etika Ekosentris

Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini, lingkungan secara

keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni

deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis

ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang

hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia,

semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243)

Menurut etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air,

tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi”. Bumi mengubah perah “homo sapiens” dari

makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat terhadap

anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika

ekosentris bersifat holistik, lebih bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar

yang secara implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto menjelaskan: Segala sesuati

itu saling berhubungan. Keseluruhan merupakan bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi

adalah pada bagian yang akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak ada bagian

dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah dinamika perputarannya. Jika terdapat

banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem. Keseluruhan lebih

daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini tidak dapat disamakan dengan konsep individu

yang mempunyai emosi bahwa keseluruhan sama dengan penjumlahan dari banyak bagian.

Sistem ekologi mengalami proses sinergis, merupakan kombinasi bagian yang terpisah dan akan

menghasilkan akibat yang lebih besar daripada penjumlahan efek-efek individual. Makna

tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari independensi konteks dari mekanisme. Setiap

bagian mendapatkan artinya dalam konteks keseluruhan.Merupakan proses untuk mengetahui


berbagai bagian. Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam holistik tidak terdapat

dualisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari sistem kosmologi organik yang sama.

Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne Naess, seorang filsuf Norwegia

bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Kepedulian lingkungan yang dangkal (shallow ecology) Kepedulian lingkungan yang dalam

(deep ecology). Kepedulian ekologis ini sering disebut altruisme platener holistik, yang

beranggapan bahwa hal ini memiliki relevansi moral hakiki, bukan tipe-tipe pengadu (termasuk

individu atau masyarakat), melainkan alam secara keseluruhan (J. Sudriyanto, 1992:22).

7. Teosentrisme

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara

keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika

dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk

di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal

dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan

(Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan

lingkungan (Palemahan).

8. Teori Nikomakea

Teori Nikomakea (bahasa Inggris: Nicomachean Ethics), atau Ta Ethika, adalah karya

Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan peranan penting dalam
mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada

catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak

lelaki Aristoteles, Nikomakus. Teori Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya

membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles

menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang yang bajik

untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia

adalah tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan

menghasilkan perilaku yang bajik.

9. Zoosentrisme

Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini

juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut

etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa

senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang

dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the

Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara

moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.

10. Antroposentris

Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang

mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.

Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus

kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi

penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi

penerus manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup

manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini : Manusia terpisah dari alam, Mengutamakan

hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia. Mengutamakan

perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya Kebijakan dan manajemen sunber daya alam

untuk kepentingan manusia Norma utama adalah untung rugi. Mengutamakan rencana jangka

pendek. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara

miskin Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.


BAB II

PEMBAHASAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENYEBABNYA

Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia semakin hari kian parah. Kondisi tersebut secara

langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan

risiko bencana alam. Penyebab terjadinya kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu

akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Kerusakan lingkungan hidup dapat diartikan

sebagai proses deteriorasi atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan. Deteriorasi

lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan

fauna liar, dan kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak langsung

bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel, Challenges and Change

PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman terhadap

kemanusiaan. World Risk Report yang dirilis German Alliance for Development Works

(Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-

EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) pada 2012 pun menyebutkan bahwa kerusakan

lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana

di suatu kawasan.

Penyebab kerusakan lingkungan hidup penting untuk diketahui. Kerusakan lingkungan hidup

yaitu perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan tersebut tak berfungsi
dengan baik lagi. Kerusakan lingkungan hidup juga bisa diartikan sebagai proses deteriorasi

lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup ada berbagai bentuk, di antaranya kerusakan

ekosistem, pencemaran air, tanah, udara, hutan gundul, hingga tanah tandus. Kerusakan

lingkungan hidup dapat disebabkan dua faktor, yakni akibat ulah manusia tak bertanggungjawab

dan akibat peristiwa alam. Sebelum membahas lebih lengkap tentang penyebab kerusakan

lingkungan hidup, ada baiknya kita mengetahui pengertian kerusakan lingkungan menurut ahli

serta jenis pencemaran lingkungan. Pengertian Kerusakan Lingkungan Menurut Para Ahli

Menurut Munadjad Danusaputro

Kerusakan lingkungan sebagai suatu keadaan dalam suatu materi, energi dan atau informasi

masuk atau dimasukkan di dalam lingkungan oleh kegiatan manusia dan atau secara alami dalam

batas–batas dasar atau kadar tertentu, hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan

atau penurunan mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya dilihat dari segi kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan rakyat.

Menurut Sastra Wijaya

Kerusakan lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh

pencemaran dan berakibat buruk terhadap lingkungan.

Menurut R.T.M Sutamihardja

Kerusakan lingkungan ialah penambahan bermacam–macam bahan sebagai hasil dari aktivitas

manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan

tersebut.
Menurut Otto Soemarwoto

Apabila dilihat dari segi ilmiah, suatu lingkungan disebut sudah rusak atau tercemar bila

memiliki beberapa unsur, di antaranya:

1. Kalau suatu zat, organisme atau unsur lainnya seperti gas, cahaya, energi telah tercampur ke

dalam sumber daya atau lingkungan tertentu.

2. Karenanya mengganggu fungsi atau peruntukkan daripada sumber daya atau lingkungan

tersebut.

Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup

Penyebab kerusakan lingkungan hidup penting untuk diketahui. Berikut ini beberapa penyebab

dari kerusakan lingkungan hidup.

Perilaku Manusia Tak Bertanggungjawab

Penyebab kerusakan lingkungan hidup yang pertama yaitu perilaku manusia tak bertanggung

jawab. Sifat ego berlebihan yang memandang lingkungan ialah sumber daya alam yang harus

dieksploitasi sebanyak mungkin demi kepentingan dan keuntungan sendiri. Hal tersebut apabila

dilakukan terus menerus akan menyebabkan kerusakan lingkungan hidup.

Sikap Tak Peduli Lingkungan

Seorang manusia yang memiliki sifat tak peduli pada lingkungan dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan hidup. Seperti membuang sampah di sungai, tanpa memikirkan
akibatnya. Padahal, membuang sampah di sungai dapat menimbulkan banjir saat musim

penghujan tiba.

Selain itu, pembuangan limbah industri rumah tangga, serta aktivitas penebangan hutan secara

liar juga berakibat buruk bagi lingkungan.

Akibat Peristiwa Alam

Penyebab kerusakan lingkungan hidup berikutnya yaitu peristiwa alam. Peristiwa alam seperti

letusan gunung berapi misalnya.

Letusan gunung berapi yang menyemburkan awan panas, lava, debu vulkanis hingga material

padat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Letusan gunung berapi yang kerap kali disertai

gempa vulkanik dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup. Video Pilihan

Akibat Ulah Manusia Tak Bertanggung jawab

1. Pencemaran Air Sungai

Ulah manusia tak bertanggung jawab yang mencampakkan pabrik serta sampah-sampah ke

sungai dapat berakibat buruk pada makhluk hidup di sana. Selain itu, pencemaran air sungai juga

dapat menimbulkan wabah penyakit.


2. Terumbu Karang Rusak

Peristiwa terumbu karang rusak akibat pembuangan limbah rumah tangga, penggunaan peledak,

hingga pembuangan bangkai kapal.

3. Banjir

Banjir kerap terjadi saat musim penghujan tiba. Ulah manusia tak bertanggung jawab yang

mencampakkan sampah sembarangan serta menebang pohon secara liar menjadi salah satu faktor

penyebab banjir.

Selain karena ulah manusia, banjir juga dapat terjadi karena faktor alam, seperti hujan yang terus

menerus sehingga membuat sungai meluap atau tanggul jebol.

Akibat Peristiwa Alam

Kerusakan lingkungan hidup juga dapat diakibatkan oleh peristiwa alam. Peristiwa alam seperti

letusan gunung berapi misalnya. Aliran lahar, semburan awan panas, debu vulkanis, hingga

material padat dapat merusak lingkungan hidup.

Selain itu, gempa bumi juga menjadi salah satu contoh peristiwa alam yang dapat merusak

lingkungan hidup. Gempa bumi dapat mengakibatkan kejadian longsor, hingga banyak bangunan

roboh.
Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu

akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia.

Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan

tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam. Bencana-bencana tersebut menjadi penyebab

rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana

seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena adanya campur

tangan manusia juga.

Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia. Kerusakan yang

disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini

mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat.

Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan

seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah

dan lain sebagainya.

Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat kegiatan manusia

antara lain:

 Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta

hektar hutan Indonesia hilang. Hilangnya hutan menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan terancamnya kelestarian flora

dan fauna.

 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Kerusakan

terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah pesisir, mengancam

keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan laut.


 Tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran laut di

Indonesia. Bahkan pada 2010, Sungai Citarum pernah dinobatkan sebagai Sungai Paling

Tercemar di Dunia oleh situs huffingtonpost.com. World Bank juga menempatkan Jakarta

sebagai kota dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

 Ratusan tumbuhan dan hewan Indonesia yang langka dan terancam punah. Menurut

catatan IUCN Redlist, sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127 tumbuhan berada

dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered (Kritis), serta 205

jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk kategori Endangered, serta  557 spesies hewan

dan 256 tumbuhan berstatus Vulnerable.

Cara Menganggulangi Kerusakan Lingkungan Hidup

Sebagai manusia yang peduli dengan lingkungan, mari terus memelihara lingkungan hidup dan

menanggulangi kerusakan lingkungan dengan beberapa cara berikut ini.

1. Selalu membuang sampah pada tempatnya.

2. Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme tanah.

3. Menerapkan prinsip tebang pilih pohon.

4. Melakukan penghijauan kembali (reboisasi).

5. Membuat terasering atau sengkedan di daerah pegunungan


Alam dan lingkungan hidup menjadi tempat tinggal dan hidup manusia. Kondisi lingkungan

akan berpengaruh langsung terhadap kondisi manusia. Karena itu sudah selayaknya kita menjaga

bumi satu-satunya ini dari kerusakan lingkungan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kita sebagai menciptakan muda yang baik harus ikut serta dalam upaya melestarikanlingkungan

karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup engan melestarikan lingkungan berarti kita

telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang melayang
itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan. Lingkungan hidup merupakan tempat

makhluk hidup yang membentuk suatu sistem jaringan kebutuhan, yaitu jenis dan jumlah

masing – masing tidak lingkungan,antar aksi antar tidak dalam lingkungan hidup, perilaku dan

konndisi tidak lingkungan hidup dan factor bahan, seperti suhu dan cahaya. Lingkungan

bersembunyi , sering disebut sebagai lingkungan adalah istilah yang dapat mencakup segala

makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi

secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Kehidupan manusia tidak bisa

dipisahkan dari lingkungannya.Baik lingkungan alam juga lingkungan sosial. Kita bernapas

membutuhkan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, keamanan kesehatan,

semuanya membutuhkan lingkungan.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak mengalami kekurangan

dan kekeliruan baik dalam penyusunan maupun dalam penyajian materi yang kami sampiakan.

Sehubungan dari itu semua kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dan

kami ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

https://dlh.luwuutarakab.go.id/berita/5/kerusakan-lingkungan-hidup-dan-
penyebabnya.html#:~:text=Kerusakan%20lingkungan%20hidup%20dapat
%20diartikan,fauna%20liar%2C%20dan%20kerusakan%20ekosistem

https://m.merdeka.com/trending/penyebab-kerusakan-lingkungan-hidup-jenis-serta-cara-
menanggulanginya-kln.html?page=5

https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidup/#:~:text=Antroposentrisme
%20adalah%20teori%20etika%20lingkungan,pusat%20dari%20sistem%20alam
%20semesta.&text=Oleh%20karenanya%20alam%20pun%20hanya,alat%20bagi
%20pencapaian%20tujuan%20manusia.

Anda mungkin juga menyukai