DI SUSUN OLEH :
GEDE SURYA ADITYA
STAMBUK :
D10120534
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh yang
telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.
DAFTAR ISI
HALAMAN DASAR……………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..
3..2 Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kerusakan lingkungan hidup pada saat ini tidak terlepas dari peranserta manusia. Populasi
untuk memproduksi produk untuk dikonsumsi dengan merusak alam yang ada disekitarnya.
Hasil dari kegiatan produksi tersebut mengeluarkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Limbah
inilah yang mengakibatkan kerusakan alam khususnya pada lingkungan hidup. Dalam kegiatan
produksi tersebut terkadang manusia tidak memikirkan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL). Isu lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini menjadi perhatian seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai salah satu penunjang terbesar
dari sumber pendapatan Negara ini. Ketika industrialisasi menjanjikan dapat menyerap tenaga
kerja secara besar-besaran dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat akan tetapi
juga lingkungan sekitar kawasan industri tersebut. Eksplorasi alam dan kepentingan pelestarian
lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini menjadi sebuah kondisi yang sering menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Berbagai kebijakan, peraturan pemerintah dan UU yang
berhubungan dengan lingkungan hidup pun selalu didiskusikan dengan pandangan pro dan
kontra. Pemerintah pada bulan Mei 2011 mengeluarkan Peraturan Presiden (Pepres) No 28
1. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari
sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara
langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia
yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini
hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh
karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai
2. Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme
yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme
justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak.
Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lain. Oleh karenanya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk
hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas
ekologis.
3. Teori Egosentris
Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris didasarkan
pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk
dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat.
Orientasi etika egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan
pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri
secara terpisah seperti “atom sosial” (J. Sudriyanto). Inti dari pandangan egosentris ini, Sonny
Keraf menjelaskan: Bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan
diri pada tindakan manusia sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting
“netral”. Hal ini didasarkan pada berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang
4. Teori Biosentrisme
Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga komunitas
moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia. Mencakup alam sebagai
ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup (biotic community). Inti pemikiran biosentrisme
adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi
moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab
moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku
adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik secara moral, sedangkan
merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral. Biosentrisme memiliki tiga
varian, yakni, the life centered theory (hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert
Schweizer dan Paul Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal
treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.
5. Etika Homosentris
Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini
mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku
lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia. Etika homosentris sama
dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk
suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan itu bagi individu, maka etika utilitarianisme
ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu
bagi sebanyak mungkin orang. Etika homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan
universalisme etis. Disebut universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi
sebanyak mungkin orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut
utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan kegunaan atau
manfaat dari tindakan tersebut (Sonny Keraf, 1990:34). Seperti halnya etika egosentris, etika
homosentris konsisten dengan asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun masyarakat
digambarkan dalam pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat modern, setiap bagian yang
dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang berpengaruh pada bagian ini akan
berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula sebaliknya, namun karena sifat uji yang utilitaris,
etika utilitarianisme ini mengarah pada pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini, lingkungan secara
keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni
deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis
ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang
hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia,
semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243)
Menurut etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air,
tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi”. Bumi mengubah perah “homo sapiens” dari
makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat terhadap
anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika
ekosentris bersifat holistik, lebih bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar
yang secara implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto menjelaskan: Segala sesuati
itu saling berhubungan. Keseluruhan merupakan bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi
adalah pada bagian yang akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak ada bagian
dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah dinamika perputarannya. Jika terdapat
banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem. Keseluruhan lebih
daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini tidak dapat disamakan dengan konsep individu
yang mempunyai emosi bahwa keseluruhan sama dengan penjumlahan dari banyak bagian.
Sistem ekologi mengalami proses sinergis, merupakan kombinasi bagian yang terpisah dan akan
menghasilkan akibat yang lebih besar daripada penjumlahan efek-efek individual. Makna
tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari independensi konteks dari mekanisme. Setiap
dualisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari sistem kosmologi organik yang sama.
Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne Naess, seorang filsuf Norwegia
bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Kepedulian lingkungan yang dangkal (shallow ecology) Kepedulian lingkungan yang dalam
(deep ecology). Kepedulian ekologis ini sering disebut altruisme platener holistik, yang
beranggapan bahwa hal ini memiliki relevansi moral hakiki, bukan tipe-tipe pengadu (termasuk
individu atau masyarakat), melainkan alam secara keseluruhan (J. Sudriyanto, 1992:22).
7. Teosentrisme
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara
keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika
dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk
di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal
dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan
(Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan
lingkungan (Palemahan).
8. Teori Nikomakea
Teori Nikomakea (bahasa Inggris: Nicomachean Ethics), atau Ta Ethika, adalah karya
Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan peranan penting dalam
mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada
catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak
membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles
menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang yang bajik
untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia
adalah tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan
9. Zoosentrisme
Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini
juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut
etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa
senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang
dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the
Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara
10. Antroposentris
Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.
Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus
penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi
penerus manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup
manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini : Manusia terpisah dari alam, Mengutamakan
hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia. Mengutamakan
perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya Kebijakan dan manajemen sunber daya alam
untuk kepentingan manusia Norma utama adalah untung rugi. Mengutamakan rencana jangka
pendek. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara
PEMBAHASAN
Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia semakin hari kian parah. Kondisi tersebut secara
langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan
risiko bencana alam. Penyebab terjadinya kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Kerusakan lingkungan hidup dapat diartikan
lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan
fauna liar, dan kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak langsung
bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel, Challenges and Change
PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman terhadap
kemanusiaan. World Risk Report yang dirilis German Alliance for Development Works
(Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-
EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) pada 2012 pun menyebutkan bahwa kerusakan
lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana
di suatu kawasan.
Penyebab kerusakan lingkungan hidup penting untuk diketahui. Kerusakan lingkungan hidup
yaitu perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan tersebut tak berfungsi
dengan baik lagi. Kerusakan lingkungan hidup juga bisa diartikan sebagai proses deteriorasi
ekosistem, pencemaran air, tanah, udara, hutan gundul, hingga tanah tandus. Kerusakan
lingkungan hidup dapat disebabkan dua faktor, yakni akibat ulah manusia tak bertanggungjawab
dan akibat peristiwa alam. Sebelum membahas lebih lengkap tentang penyebab kerusakan
lingkungan hidup, ada baiknya kita mengetahui pengertian kerusakan lingkungan menurut ahli
serta jenis pencemaran lingkungan. Pengertian Kerusakan Lingkungan Menurut Para Ahli
Kerusakan lingkungan sebagai suatu keadaan dalam suatu materi, energi dan atau informasi
masuk atau dimasukkan di dalam lingkungan oleh kegiatan manusia dan atau secara alami dalam
batas–batas dasar atau kadar tertentu, hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan
atau penurunan mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana
Kerusakan lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh
Kerusakan lingkungan ialah penambahan bermacam–macam bahan sebagai hasil dari aktivitas
manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan
tersebut.
Menurut Otto Soemarwoto
Apabila dilihat dari segi ilmiah, suatu lingkungan disebut sudah rusak atau tercemar bila
1. Kalau suatu zat, organisme atau unsur lainnya seperti gas, cahaya, energi telah tercampur ke
2. Karenanya mengganggu fungsi atau peruntukkan daripada sumber daya atau lingkungan
tersebut.
Penyebab kerusakan lingkungan hidup penting untuk diketahui. Berikut ini beberapa penyebab
Penyebab kerusakan lingkungan hidup yang pertama yaitu perilaku manusia tak bertanggung
jawab. Sifat ego berlebihan yang memandang lingkungan ialah sumber daya alam yang harus
dieksploitasi sebanyak mungkin demi kepentingan dan keuntungan sendiri. Hal tersebut apabila
Seorang manusia yang memiliki sifat tak peduli pada lingkungan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup. Seperti membuang sampah di sungai, tanpa memikirkan
akibatnya. Padahal, membuang sampah di sungai dapat menimbulkan banjir saat musim
penghujan tiba.
Selain itu, pembuangan limbah industri rumah tangga, serta aktivitas penebangan hutan secara
Penyebab kerusakan lingkungan hidup berikutnya yaitu peristiwa alam. Peristiwa alam seperti
Letusan gunung berapi yang menyemburkan awan panas, lava, debu vulkanis hingga material
padat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Letusan gunung berapi yang kerap kali disertai
Ulah manusia tak bertanggung jawab yang mencampakkan pabrik serta sampah-sampah ke
sungai dapat berakibat buruk pada makhluk hidup di sana. Selain itu, pencemaran air sungai juga
Peristiwa terumbu karang rusak akibat pembuangan limbah rumah tangga, penggunaan peledak,
3. Banjir
Banjir kerap terjadi saat musim penghujan tiba. Ulah manusia tak bertanggung jawab yang
mencampakkan sampah sembarangan serta menebang pohon secara liar menjadi salah satu faktor
penyebab banjir.
Selain karena ulah manusia, banjir juga dapat terjadi karena faktor alam, seperti hujan yang terus
Kerusakan lingkungan hidup juga dapat diakibatkan oleh peristiwa alam. Peristiwa alam seperti
letusan gunung berapi misalnya. Aliran lahar, semburan awan panas, debu vulkanis, hingga
Selain itu, gempa bumi juga menjadi salah satu contoh peristiwa alam yang dapat merusak
lingkungan hidup. Gempa bumi dapat mengakibatkan kejadian longsor, hingga banyak bangunan
roboh.
Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu
Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan
rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana
seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena adanya campur
Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia. Kerusakan yang
disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini
mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat.
Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan
seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah
Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat kegiatan manusia
antara lain:
Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta
dan fauna.
30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Kerusakan
Indonesia. Bahkan pada 2010, Sungai Citarum pernah dinobatkan sebagai Sungai Paling
sebagai kota dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.
Ratusan tumbuhan dan hewan Indonesia yang langka dan terancam punah. Menurut
catatan IUCN Redlist, sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127 tumbuhan berada
dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered (Kritis), serta 205
jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk kategori Endangered, serta 557 spesies hewan
Sebagai manusia yang peduli dengan lingkungan, mari terus memelihara lingkungan hidup dan
akan berpengaruh langsung terhadap kondisi manusia. Karena itu sudah selayaknya kita menjaga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita sebagai menciptakan muda yang baik harus ikut serta dalam upaya melestarikanlingkungan
karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup engan melestarikan lingkungan berarti kita
telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang melayang
itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan. Lingkungan hidup merupakan tempat
makhluk hidup yang membentuk suatu sistem jaringan kebutuhan, yaitu jenis dan jumlah
masing – masing tidak lingkungan,antar aksi antar tidak dalam lingkungan hidup, perilaku dan
konndisi tidak lingkungan hidup dan factor bahan, seperti suhu dan cahaya. Lingkungan
bersembunyi , sering disebut sebagai lingkungan adalah istilah yang dapat mencakup segala
makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi
secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Kehidupan manusia tidak bisa
dipisahkan dari lingkungannya.Baik lingkungan alam juga lingkungan sosial. Kita bernapas
membutuhkan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, keamanan kesehatan,
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak mengalami kekurangan
dan kekeliruan baik dalam penyusunan maupun dalam penyajian materi yang kami sampiakan.
Sehubungan dari itu semua kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dan
https://dlh.luwuutarakab.go.id/berita/5/kerusakan-lingkungan-hidup-dan-
penyebabnya.html#:~:text=Kerusakan%20lingkungan%20hidup%20dapat
%20diartikan,fauna%20liar%2C%20dan%20kerusakan%20ekosistem
https://m.merdeka.com/trending/penyebab-kerusakan-lingkungan-hidup-jenis-serta-cara-
menanggulanginya-kln.html?page=5
https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidup/#:~:text=Antroposentrisme
%20adalah%20teori%20etika%20lingkungan,pusat%20dari%20sistem%20alam
%20semesta.&text=Oleh%20karenanya%20alam%20pun%20hanya,alat%20bagi
%20pencapaian%20tujuan%20manusia.