Anda di halaman 1dari 80

Modalitas Terapi Kanker Terkini

di Rumah Sakit

Halim P. Jaya
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo
Definisi Penyakit Kanker
Kanker atau neoplasma ganas adalah
penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus
sel khas yang menimbulkan kemampuan sel
untuk:
 Tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel
melebihi batas normal)
 Menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 Bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain
melalui sirkulasi darah atau sistem
limfatik, disebut metastasis.
Karakteristik Sel Normal
 Metabolisme: Terkendali dan dapat diprediksi
 Maturasi dan Spesialisasi: Sebelum mitosis,
terkendali
 Reproduksi: Sel mati tetapi menjadi 2 sel yang baru
 Contact Inhibition: mekanisme seluler untuk
mencegah sel aktif membelah ketika bersinggungan
dengan sel lain disekitarnya
 Recognition: Sel yang sama akan cenderung
berkumpul
 Apoptosis: Kematian sel yang terprogram
Karakteristik Sel Kanker
 Pertumbuhan dan pembelahan yang tidak
terkendali
 Hilangnya contact inhibition
 Hilangnya kemampuan untuk berdifferensiasi
 Fraksi yang aktif membelah meningkat
 Chromosomal Instability
 Hilangnya sifat recognition (Metastase)
 Metabolisme yang cepat
 Terganggunya fungsi apoptosis
Klasifikasi Penyakit Kanker
Berdasarkan jaringan asal, kanker dapat dibagi menjadi:
 Kanker dari jaringan epithelial (disebut kanker/ganas
bila menembus basal lamina), contoh: squamous cell
carcinoma, basal cell carcinoma (kanker kulit),
adenocarcinoma, hepatocarcinoma, melanoma
 Kanker dari jaringan mesenchymal, contoh:
fibrosarcoma, myxosarcoma, chondrosarcoma,
osteosarcoma, liposarcoma, rhabdomyosarcoma,
hemangiosarcoma, kaposi sarcoma
 Kanker dari sel germ, contoh: teratoma
 Kanker dari sel darah (keganasan hematologi), contoh:
leukimia, limfoma, myeloma maligna
Profil Onkogenesis

Courtesy of: Davidson Principles and Practice of Medicine, 21th edition, p259
Stadium Penyakit Kanker
 Tumor lokal (Cth: Ductal Carcinoma In Situ,
Locally advanced breast cancer)
 Stadium Regional (Infiltrating Ductal
Carcinoma dengan Axilla Node)
 Stadium Metastatik (Infiltrating Ductal
Carcinoma dengan metastase otak)
Modalitas Terapi Kanker
 Pembedahan
 Radioterapi
 Kemoterapi
 Terapi Hormonal
 Terapi Biologis/Target
Keberhasilan Terapi Kanker
 Secara umum, pada kanker dengan jenis tumor
solid epithelial, mesenchymal, atau teratoma akan
memberikan hasil yang baik bila bisa dilakukan
reseksi total dengan pembedahan
 Terapi multi-modalitas pada kanker solid dapat
diberikan dengan tujuan utama meningkatkan
keberhasilan terapi, contoh: pembedahan +
kemoterapi, kemoradiasi, pembedahan +
kemoterapi + terapi hormonal
 Untuk kanker darah, kemoterapi menjadi
modalitas terapi utama dengan keberhasilan terapi
yang baik
Tujuan Terapi
 Kuratif (Penyembuhan)
 Memperpanjang harapan hidup
 Paliatif (Mengurangi Penderitaan)
 Suportif (Memperbaiki Kondisi Umum Pasien)

Paliatif

Kuratif

Stadium 0 Stadium 4
Stadium Kanker Padat (Solid Tumor)
Menurut Sistem TMN
Sistem T (Tumor), M (Metastase), N (Nodus Limfe) sering digunakan
untuk menentukan stadium penyakit kanker
 T0, T1, T2, T3, dan T4 menunjukkan ukuran tumor, semakin besar nilai
T menunjukkan semakin besar ukuran tumor dan jaringan lainnya yg
terpengaruh
 N0, N1, N2, dan N3 menunjukkan jumlah nodus limfe yang terlibat
dalamm pertumbuhan kanker
 M0 dan M1menunjukkan adanya penyebaran kanker dimana M0
menunjukkan tidak ada penyebaran ke bagian lain tubuh dan M1
menunjukkan ada penyebaran ke bagian lain tubuh
Breast Cancer Staging
Tumor Stage
Nodes Stage
Metastatic Stage
Pemeriksaan Histologi
Dilakukan oleh ahli patologi anatomi
meliputi
 Pemeriksaan asal jaringan keganasan
seperti: ductal, lobular, atau invasive
cancers (mucinous, medullary, tubular)
 Pemeriksaan reseptor jaringan dengan
IHC atau metode yang lain seperti ER, PR,
Her-2, FISH, dan lainnya
Modalitas Utama Terapi Kanker Solid Berdasarkan
Stadium
 Secara umum, modalitas terapi utama pada kanker solid
stadium lokal adalah pembedahan. Contoh: ductal
carcinoma in situ
 Untuk kanker solid stadium regional (stadium 2 dan
3), maka modalitas terapi utama adalah radioterapi
 Untuk kanker solid stadium metastatik (stadium 4),
maka modalitas terapi utama adalah kemoterapi
 Walaupun demikian, pilihan modalitas terapi kanker
disesuaikan dengan kondisi pasien dan bukti-bukti
pengobatan yang telah diterima secara luas
PEMBEDAHAN
➢Terapi bedah pada umumnya adalah terapi Primer
(Definitif)pada kasus kanker solid
➢Prinsip Kardinal dalam pembedahan kuratif:
adalah pengangkatan total jaringan neoplastik
secara makroskopik dan mikroskopik dan
bersifat locoregional
➢Bertujuan untuk mengurangi massa tumor secara
cepat (Tumor Debulking)
➢Pembedahan dapat dilakukan dengan tujuan
paliatif seperti mengurangi gejala spinal cord
compression karena metastase tulang belakang
Syarat Pembedahan
 Secara evidence memiliki manfaat yang
lebih baik daripada risikonya
 Operable
 Status Performance pasien baik
 Sudah dilakukan asesmen klinis, radiologi,
dan patologi anatomi
Pembedahan Pada Kanker Stadium Lanjut
 Dapat diberikan terapi neoadjuvan untuk
mengurangi massa tumor dan perlekatan
pada jaringan sekitarnya
 Terapi neoadjuvan dapat berupa kemoterapi,
radioterapi atau terapi hormonal
 Keberhasilan terapi neoadjuvan akan
menentukan operasi dapat dilakukan atau
tidak
Neoadjuvant Therapy

Pre-op Neoadjuvant therapy

Negative Margins Negative Margins Positive Margins


Radioterapi
 Secara umum, radioterapi merupakan
modalitas utama pada kanker stadium
regional
 Pada beberapa jenis kanker seperti kanker
kepala leher dan kanker rahim, radioterapi
adalah modalitas terapi utama yang
memberikan angka keberhasilan terapi paling
baik
 Radioterapi paliatif dapat diberikan untuk
mengurangi gejala yang dialami pasien seperti
mengurangi volume tumor mediastinum yang
menekan vena cava superior
Radioterapi
• Alat radioterapi menghasilkan intensitas sinar jauh
lebih kuat daripada alat radiodiagnostik
• Terdapat dua tipe umum alat radioterapi:
• Mesin orthovoltage menghasilkan radiasi low-energy
(kekuatan lemah) yang digunakan untuk Radioterapi
Palliatif, pada pasien kanker
• Mesin megavoltage menghasilkan radiasi yang lebih
kuat dan digunakan untuk radioterapi kanker yang
letaknya di jaringan yang lebih dalam untuk
Radioterapi Kuratif
Contoh: betatron dan linear accelerator → sinar
radiasi menyinari area khusus dengan jaringan yang
superfisial terlindung.
23
3 Dimensional-Conformal Radiotherapy
 3D CRT (3 Dimensional-Conformal
Radiotherapy) merupakan bentuk teknik terapi
radiasi yang menggunakan gambaran CT planning
dan pengolahan dengan Treatment Planning
System (TPS) secara komputerisasi.
 Dengan teknik 3D-CRT dicapai dosis yang
optimum pada jaringan kanker sementara jaringan
sehat mendapat radiasi yang minimal
 Intensity Modulated Radiotherapy
Merupakan pengembangan dari 3D-CRT dimana
digunakan berkas sinar yang dibagi menjadi
berkas-berkas yang lebih kecil, sehingga tercapai
intensitas sinar yang akurat pada tiap titik pada
jaringan tumor
Intensity Modulated Radiotherapy

Int. J. Radiation Oncology Biol. Phys., Vol. 51, No.4, pp. 880 - 914, 2001
Efektivitas Radioterapi Pada Kanker
Dosis radiasi yang diabsorbsi jaringan tubuh disebut: Rad.
Tumor-tumor dan jaringan tubuh diklasifikasi:
- Radiosensitive
- Radioresistant
berdasarkan jumlah rads yang diperlukan untuk membunuh
dan mencederai sel-sel.

Contoh:
Organ radiosensitive adalah: testis, ovarium
Organ radioresistant adalah: kelenjar pituitary dan adrenal,
organ-organ ini kurang peka terhadap cedera radiasi.

26
Kemoterapi
Definisi
Pengobatan kanker menggunakan obat-obatan
kimiawi yang spesifik dan bersifat destruktif
terhadap sel dan jaringan yang ganas.
Kemoterapi secara literal berasal dari kata
“chemical” dan “treatment”

Sitotoksik
Secara literal diartikan “toksik terhadap sel”
Siklus Sel Normal
The Cell Cycle
Kemoterapi dan Sel Kanker

Spesifik Siklus Sel:


Sangat aktif pada sel yang berada pada fase
tertentu. Oleh karenanya diberikan dengan
prolonged exposure dan dosis berulang

Non Spesifik Siklus Sel:


Sangat aktif pada sel yang aktif membelah,
tetapi juga aktif pada sel yang istirahat (G0)
Indikasi Kemoterapi
 Kemoterapi diberikan utamanya pada pasien
dengan tumor solid metastatik, tumor solid
non-operable dan keganasan hematologi
 Dapat diberikan pada kasus solid tumor untuk
indikasi lain (kemoterapi salvage, kemoterapi
adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, dan
radiosensitizer)
Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan:
 Kuratif
 Memperpanjang harapan hidup
 Palliatif

Williams, CB.,2003. Evidence Based Oncology. London: BMJ book


Kemoterapi Berdasarkan Modalitas Terapi Lain
Terapi Kombinasi
Meningkatkan efektivitas dan mencegah resistensi pengobatan,
contoh:Kemoradiasi
Terapi Adjuvan
Diberikan setelah terapi utama, contoh: kemoterapi setelah
pembedahan pada kanker payudara
Terapi Neo Adjuvan
Diberikan sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran
tumor atau untuk mempermudah operasi
Obat Kemoterapi
Ada lebih dari 50 jenis obat kemoterapi

Dapat diberikan pada pada pasien rawat inap maupun


rawat jalan yang disesuaikan dengan

Rute pemberian kemoterapi:


 Per Oral: Methotrexate, Hydroxyurea, Merkaptopurin
 Intravena: I.V Canula, Central Venous Catheter
 Sub Cutan
 Intracavity: pelvic cavity, bladder
 Intrathecal: Dapat berakibat fatal bila salah memberikan
 Intra Arteri: Doksorubicin intrahepatika
Prinsip Dasar Waktu Pemberian
Kemoterapi
 Menggunakan terapi intermiten pulsatile untuk
memungkinkan sel normal untuk memulihkan diri
terutama: sel sumsum tulang
 Sel-sel normal lebih cepat pulih daripada sel kanker
 Sumsum tulang dan sel-sel epitel biasanya pulih 2-3
minggu setelah pemberian kemoterapi
 Atas dasar ini, sebagian besar kemoterapi diberikan
dengan interval 3 - 4 minggu
Pulsed Therapy

Course of treatment Bone Marrow


Cells
Tumour Cells

Limit of
detection

Relapse

0 3 6
Time (Weeks)
Evaluasi Respon Obyektif Kemoterapi
Pada Kanker Solid
 Complete Response( CR ): tumor primer
hilang, semua metastasis hilang secara
objektif (secara laboratorium,imaging,dan
histopatologis.)
 Partial Respon (PR): pengecilan masa
tumor lebih dari 50 %
 No change (NC): tidak ada perubahan atau
pengecilan tumor kurang dari 50 %
 Penyakit memburuk (Progresive
disease/PD): Terjadi pembesaran tumor,
muncul metastasis baru
Evaluasi Efektivitas Kemoterapi Pada
Keganasan Hematologi
 Terdapat kriteria pada masing-masing
penyakit
 Secara umum, evaluasi berdasarkan adanya
sel muda pada hapusan darah tepi
 Kemoterapi yang efektif akan
menghilangkan sel-sel muda (blast) pada
hapusan darah tepi
Pelaksanaan Evaluasi
 Pemeriksaan Fisik setiap 10-14 hari
setelah kemoterapi dan pada saat akan
kemoterapi lanjutan
 Pemeriksaan laboratorium setiap 10-14
hari setelah kemoterapi dan sebelum
kemoterapi lanjutan
 Pemeriksaan Imaging (USG) setiap 3-4
siklus
Evaluasi Efektivitas
(Survival Rate and Time to Progression)

Pada kemoterapi, salah satu tujuan yang diharapkan adalah untuk


memperpanjang harapan hidup dan menghambat progresivitas
penyakit
Efek Samping Kemoterapi
 Setiap obat kemoterapi memiliki efek
samping yang spesifik yang harus
diwaspadai
 Dapat ditentukan berdasarkan sistem
organ yang terkena, beratnya, dan waktu
terjadinya
KLASIFIKASI ESO SITOSTATIKA

II. MENURUT BERAT RINGANNYA ESO


A. Grade 0 s/d 2, cukup aman (tolerable),
biasanya belum perlu diterapi
B. Grade 3, harus diwaspadai, kadang
perlu terapi.
C. Grade 4, tanda bahaya, bisa timbul
kematian, perlu terapi dini adekuat
D. Grade 5, penderita meninggal

4
2
KLASIFIKASI ESO SITOSTATIKA
III. MENURUT SAAT TIMBULNYA ESO
1. ESO yang segera timbul (immediate):
< 1 jam sesudah pemberian.
2. ESO yang dini (early) : timbul 1- 48
jam sesudah pemberian.
3. ESO yang tertunda (delayed): 2 hari-
2 bulan sesudah pemberian.
4. ESO yang lambat (late): sesudah 2
bulan pemberian.

4
3
PEMANTAUAN ESO SITOSTATIKA

GRADE
No. JENIS ESO
0 1 2 3 4
1. Sistim Hematologi
Hemoglobin (g/dl) > 11,0 9,5-10,9 8,0-9,4 6,5-7,9 < 6,5
Lekosit ( x 1000/cmm) > 4,0 3,0-3,9 2,0-2,9 1,0-1,9 < 1,0
Granulosit ( x 1000/cmm) > 2,0 1,5-1,9 1,0-1,4 0,5-0,9 < 0,5
Trombosit ( x 1000/cmm) > 100,0 75-99 50-74 25-49 25
Perdarahan - petechiae ringan gross massif
2 Sistim G.I.
Nausea / muntah - nausea muntah kadang2 muntah perlu obat muntah membangkang
Diare - < 2 x dd >2 x dd tidak perlu sering perlu terapi Dehidrasi
terapi
Mucositis - ringan sedang tidak perlu berat perlu terapi Membangkang terapi
terapi resisten
3 Sistim Hepatobilier
Bilirubin < 1,25 (1,26- (2,6-5)N (5,1-10)N > 10 N
2,5)N
SGOT / SGPT X N sda sda sda sda Sda
4 Sistim Uropoetik
BUN sda sda sda sda Sda
S. Creatinin sda sda sda sda Sda
Proteinurea - 1+(0,3 ) 2-3+0,3-1 4+7 Sindroma nefrotik
Hematuria - Microsc gross Gross+clots Obstructive urophaty
5 Sistim Respirasi - Ringan DOE Sesak in rest Bedrest total
6 Sistim Integumen
Rambut - minimal Patchy alopecia Complete alopecia Irreversibel
reversible
7 Sistim Immunologis
Alergi - Edema Bronchospasm no Bronchospasm perlu Rx Anafilaksis
Rx
Alergi Kulit - eritem Deskuasnasi Ulserasi Necrosis berat
vesicula
PEMANTAUAN ESO SITOSTATIKA

GRADE
No. JENIS ESO
0 1 2 3 4
8 Sistim Kardiovaskular

Ritme Normal Tachycardi Unifocal PVC Mutivocal PVC Ventricular Tachycardi


atrial aritmia

Function Normal > 110/mnt Keluhan Rx - Keluhan ++ dapat Decomp cordis refrakter
keluhan - diterapi tamponade perlu surgical

Abnormal
Pericarditis - effusion Keluhan punksi Perlu tap tap
(+) keluhan (-)
(-)

9 Sistim saraf

Kesadaran Alert Somnolen Somnolen 50% Somnolen Coma


waking house
Parestesi 50% parestesi
Periferal - reflek  tolerable Parestesi intolerable Paralisis
ringan

Konstipasi - Sedang Rx (-) Berat Rx (+) meteorisme Membangkang Rx.


Resistent ileus
10 Sistim Lain
Panas - < 38oC 38-40oC > 40oC Panas

Pain - Ringan Sedang Rx (-) Berat perlu Rx Hipotensi membangkang


Rx. Resistent
Infeksi (sebut tempat)

Keterangan :
N = Harga normal Rx = Resep / terapi dokter
Referensi : Soebandiri, Pemantauan yang tepat hasil dan efek samping pengobatan sitostatika, PKB XII
UPF Penyakit Dalam – RSU Dr. Soetomo, 1997
ESO Kemoterapi
Immediate Toxicities Early onset toxicities
1. Ekstravasasi 1. Hematologi
2. Reaksi alergi dan 2. Mucositis
anafilaksis 3. Nefrotoksisitas
4. Konstipasi
5. Nausea & vomiting
6. Alopecia
ESO Kemoterapi
Delayed onset Late onset toxicities :
toxicities : 1. Gonodal dysfunction
1. Pulmonary toxicity 2. Drug induced
2. Cardiotoxicity leukemia
3. Neurotoxicity 3. Secondary malignancy

4. Hepatotoxicity
Regimen Kemoterapi
Regimen kemoterapi umumnya diberikan dengan kombinasi beberapa yang
memiliki mekanisme kerja berbeda dengan siklus yang telah ditetapkan.
Terkenal dengan singkatan yang mencerminkan nama obat.
➢ Regimen TAC (Taxol, Adriamycin, Cyclophosphamide) untuk Ca.
Mammae diberikan dengan siklus setiap 3 minggu
➢ Regimen RCHOP (Rituximab, Cyclophosphamide,
Hydroxydaunorubicin, Oncovin, Prednison) untuk Limfoma Non-
Hodgkin diberikan dengan siklus setiap 3 minggu
➢ Regimen A7D3 (Arabinose-Cytosin 7 Days, Daunorubicin 3 Days)
untuk Leukimia Akut Mielositik diberikan dengan siklus setiap 3 minggu
Pemilihan Regimen Kemoterapi
 Pemilihan regimen kemoterapi disesuaikan dengan
jenis kanker, hasil pemeriksaan patologi anatomi,
kondisi keuangan pasien dan ketersediaan obat
 Kanker jenis tertentu seperti adenocarcinoma
sangat sensitif terhadap kemoterapi dengan 5-
fluorouracyl (Kanker kolorektal, Kanker kandung
kemih, kanker nasofaring, dan kanker genitalia)
Dosis Kemoterapi
 Ada hubungan yang kuat antara dosis
kemoterapi dengan respon obyektif dan efek
samping kemoterapi
 Oleh karenanya, penentuan dosis kemoterapi
sangat berhubungan dengan keberhasilan terapi
ataupun kemungkinan terjadinya efek samping
obat
 Intensitas dosis kemoterapi adalah dosis obat
yang diberikan dalam periode waktu tertentu,
baik secara periodik ataupun kumulatif
Perhitungan Dosis Kemoterapi
 Kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen tertentu dengan
protokol pemberian yang telah ditetapkan
 Dosis kemoterapi disesuaikan dengan luas permukaan tubuh (Body
Surface Area) dan kondisi klinis pasien
 Luas permukaan tubuh pasien ditentukan berdasarkan Rumus
Mosteller atau Nomogram Du Bois

BSA (M2) = BB (kg) x TB (cm)


(Mosteller) 3600
Nomogram Du Bois
Tinggi Badan Body Surface Area Berat Badan
Inch/cm m2 Lbs/Kg

Pasien dengan BB 50 Kg dan TB 150 mg memiliki BSA = 1,45


Protokol Kemoterapi
 Kemoterapi diberikan dengan sebuah alur yang
sering disebut protokol kemoterapi
 Isi protokol kemoterapi mencakup
➢ Pemberian obat premedikasi kemoterapi
➢ Urutan dan lama pemberian kemoterapi
➢ Pemberian obat pasca kemoterapi
Premedikasi Kemoterapi
 Untuk mencegah terjadinya efek samping karena
kemoterapi (profilaksis)
 Diberikan untuk mencegah efek samping obat yang
frekuensinya tinggi/sering terjadi seperti mual dan
muntah karena kemoterapi cisplatin
 Diberikan juga untuk mencegah efek samping yang
jarang terjadi, tetapi bersifat serius seperti reaksi
alergenik karena paklitaksel atau dosetaksel
Pemberian Kemoterapi
 Harus disesuaikan dengan karakteristik obat kemoterapi
 Dosis Obat harus disesuaikan dengan luas permukaan
tubuh pasien atau respon kemoterapi sebelumnya
 Mencakup volume obat kemoterapi, lama pemberian, dan
obat lainnya yang perlu diberikan selama kemoterapi
 Harus dipastikan bahwa aliran pembuluh darah lancar untuk
mencegah kejadian phlebitis
Obat Pasca Kemoterapi
 Obat ini diberikan dengan tujuan hidrasi
ataupun mencegah terjadinya efek samping
yang bersifat early onset ataupun delayed
onset
 Beberapa diantaranya meliputi cairan hidrasi,
diuretik, antiemetik dan terapi suportif
lainnya
Pemberian Obat Kemoterapi
 Harus diberikan oleh perawat atau petugas kesehatan yang
sudah diberikan pelatihan tentang kemoterapi
 Cara penanganan kemoterapi harus dilakukan secara aman
dan benar karena bersifat mutagenik, karsinogenik dan
teratogenik.
 Paparan kemoterapi dapat terjadi saat penyiapan, pemberian
obat, dan penanganan cairan tubuh pasien serta limbah alat
kesehatan yang telah digunakan
 Penanganan kasus kebocoran dan tumpahan sitostatika
secara benar.
 Gunakan prinsip-prinsip “KEWASPADAAN
UNIVERSAL”
Contoh Protokol Kemoterapi
Medication Error In Chemotherapy

Arife Ulas et al. Medication Errors in Chemotherapy Preparation and Administration.


Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 16, 2015. p.1699-1705
Terapi Hormonal
 Pilihan untuk pengelolaan kanker dari
jaringan yang pertumbuhannya
dipengaruhi oleh hormon, terutama
kanker payudara, prostat, dan
endometrium
 Sel kanker akan mengalami hambatan
pertumbuhan bila diberikan obat yang
menekan atau merusak reseptor (Selective
Receptor Antagonist/Destroyer)
Indikasi Terapi Hormonal
 Diberikan pada kanker dengan reseptor homon
yang positif seperti kanker payudara dengan
ER+ dan PR+
 Pemeriksaan reseptor hormon dilakukan di
laboratorium patologi anatomi dengan metode
“Immunohistochemistry”
 Pada umumnya, terapi hormonal merupakan
terapi adjuvan pasca terapi bedah dan/atau
kemoterapi
Efek Samping Terapi Hormonal
 Toksisitas sistem organ utama jarang terjadi pada
terapi hormonal sehingga menjadi terapi antikanker
sistemik yang toksisitasnya paling rendah
 Efek samping yang terjadi pada umumnya terkait
juga dengan reseptor hormon, contoh: tamoxifen
untuk terapi adjuvan kanker payudara hanya
diberikan selama 5 tahun karena risiko benign
hyperplastic endometrial
Terapi Biologis
Terapi yang diberikan sesuai dengan profil
biologis atau reseptor di dalam tubuh
dan/atau sel kanker
 Nonspecific immunomodulating agents
 Biological response modifiers (BRMs)
 Monoclonal Antibodies (MoABs)
Nonspecific Immunomodulating Agents
 Obat yang merangsang sistem imun di dalam tubuh
sehingga menghasilkan lebih banyak sitokin dan
antibodi untuk membantu melawan kanker dan
infeksi di tubuh
 Immunoglobulin mempunyai kemampuan
menghentikan sel kanker pada fase G1 dari
mekanisme p21/WAF-1 up-regulation, peningkatan
ekspresi gen p53 dan aktivitas anti-BAFF serta anti-
MMP9 pada kanker kolon, melanoma dan sarkoma
Albiez et al. Natural antibodies, intravenous immunoglobulin and their role in autoimmunity, cancer
and inflammation. Clin Exp Immunol. 2009 Dec; 158(Suppl 1): 43–50.
Biological Response Modifiers (BRMs)
 BRM adalah molekul yang memodifikasi
respons imun
 Dapat bersifat endogenous (diproduksi
secara alami di dalam tubuh) maupun
eksogenous (diberikan dari luar sebagai
obat)
 Contoh BRMs: Interferon, Interleukin-2,
dan CSF
Interferon
 Jenis BRMs yang secara alami diproduksi oleh tubuh
manusia
 Terbukti memperbaiki sistem imun pasien untuk
melawan sel kanker dengan menghambat pertumbuhan
sel kanker dan mengembalikan sifat ganas sel kanker
menyerupai sel normal
 INF juga dapat merangsang Natural Killer Cell, sel limfosit
T, dan makrofag
 Dapat digunakan pada hairy cell leukemia, nodular
lymphoma, melanoma, dan renal carcinoma
Goldstein et al. The role of interferon in cancer therapy: a current perspective. CA
Cancer J Clin. 1998;38(5):258-77..
Interleukin-2 (Aldesleukin)

 Protein (sitokin) yang diproduksi secara


alami di dalam tubuh
 Merangsang pertumbuhan dan aktivitas sel
imun, terutama limfosit yang berfungsi
membunuh sel kanker
 Dapat digunakan pada melanoma, dan renal
carcinoma
Noble S, Goa KL (May 1997). "Aldesleukin (recombinant interleukin-2)". BioDrugs. 7 (5): 394–422
Colony-Stimulating Factors (CSFs)

 Glikoprotein yang mendorong sel punca di


sumsum tulang menghasilkan lebih banyak sel
darah
 Dengan kemoterapi, kemampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah ditekan, membuat
pasien lebih rentan terhadap infeksi
 Diberikan dengan kemoterapi, untuk membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Monoclonal Antibodies (MoABs)
 Imunoglobulin rekombinan yang
mengenali antigen atau protein spesifik
pada permukaan sel kanker
 MoABs pertama yang digunakan pada
manusia adalah murine, namun sebagian
besar MoAB yang digunakan saat ini
adalah chimeric, humanized, atau fully
human
Monoclonal Trastuzumab
Antibodies
Bevacizumab
Cetuximab
Panitumumab

Tipifarnib
Lonafarnib

Lapatinib
Erlotinib
Imatinib

Sorafenib
Small
Molecule mTOR
TKIs/STIs

Hudis CA. NEJM 2007;357(1):41


LoRusso P M et al. Clin Cancer Res 2011;17:6437-6447
Rituximab
 Digunakan pada limfoma maligna dengan ekspresi
reseptor CD20
 Rituximab merangsang antibody-dependent cellular
cytotoxicity (ADCC) dan complement-dependent
cytotoxicity (CDC)

Maloney DG, Grillo-López AJ, White CA, et al. (September 1997). "IDEC-C2B8 (Rituximab) anti-CD20 monoclonal
antibody therapy in patients with relapsed low-grade non-Hodgkin's lymphoma". Blood. 90 (6): 2188–95
Bevacizumab
Bekerja spesifik pada protein Vascular
endothelial growth factor A (VEGF-A) yang
berperan dalam proses angiogenesis yang
memiliki peran penting dalam kanker
stadium metastatik

Ferrara N (2011). "From the discovery of vascular endothelial growth factor to the introduction of avastin in
clinical trials - an interview with Napoleone Ferrara by Domenico Ribatti". Int. J. Dev. Biol. 55 (4–5): 383–8
Tyrosine Kinase Inhibitor
 Bekerja dengan menghambat enzim Tyrosine
kinase yang berfungsi mentransfer gugus
fosfat dari ATP ke protein dalam sel
 Tyrosine kinase berfungsi sebagai switch yang
mengatur banyak fungsi seluler
Cancer Treatment: A New Era
▪ Autologous cellular immunotherapy – activated APCs are
reinfused into patient to direct immune cells vs tumor cell
(ie: sipuleucel-T)
▪ Immune checkpoint inhibitors – “release the brakes”
on the immune system (ie: ipilimumab, nivolumab,
pembrolizumab)
▪ CAR-T therapy – chimeric antigen receptor (CAR) T
cells
▪ Immunovirus – therapeutic cancer vaccine
▪ Future directions – BiTE antibodies, DNA methylation
signature, TMEM score, magic wands, IDH2 blockers,
proteomics, intraoperative radiation, CRISP-R technology

Cancer immunotherapy www.dendreon.com


Cancer Therapy: New Era
 Gene Therapy
 Immune checkpoint inhibitors – “release the
brakes” on the immune system (ie: ipilimumab,
nivolumab, pembrolizumab)
 Immunovirus – therapeutic cancer vaccine
 CAR-T therapy – chimeric antigen receptor
(CAR) T cells

Anda mungkin juga menyukai