Anda di halaman 1dari 10

KECIL KECIL CABE RAWIT

UBAY FAISAL KARIM

Nama saya UBAY FAISAL KARIM, saya terlahir di desa kecil


yang kaya akan garam pada saat musim kemarau, dan kaya akan hasil
lautnya pada saat musim penghujan. 4 Oktober 2000 tepatnya 19 tahun
lalu saya dilahirkan oleh ibu saya, sosok yang sangat saya sayangi di hidup
saya, yang dari dulu saya masih bayi, hingga sekarang saya sudah remaja
tetap mau menyuapi saya setiap saat saya mau berangkat ke sekolah
maupun kemana saja.
Sekolah pertama saya yaitu SDN Pinggir Papas 2, saya memang
tidak TK karena pada saat itu jarak dari TK ke rumah saya sangat jauh,
maka dari itu saya tidak di sekolahkan TK melainkan dimasukkan
langsung ke SD.
Saya sangat suka main PS, seolah itu sudah menjadi kebutuhan
sehari hari saya. Setiap pulang sekolah saya langsung pergi ke tempat
RENTAL PS yang tidak jauh dari Rumah dan Sekolah SD saya, saya
sudah sisakan uang saku untuk main PS. Tak tanggung tanggung kalau
sudah bermain PS, saya lupa waktu, lupa makan, lupa ganti baju sekolah,
lupa pulang, lupa jam untuk ngaji, sampai sampai ayah saya sendiri yang
menjemput saya untuk pulang ke rumah, setiap ayah yang menjemput saya
selalu dimarahi, dijewer, kadang dipukul. Yaa itu memang resiko saya,
tapi meskipun ayah saya sering begitu kepada saya, saya tetap tidak jera
untuk bermain PS, seolah olah tidak ada kata kapok untuk PS bagi saya
Dari itu mungkin saya menjadi sosok anak yang nakal dan susah
untuk diberitahu, karena pada saat itupun saya masih anak kecil. Tapi ayah
sudah memberlakukan saya sangat keras.
Pada waktu kelas 5 SD, Sekolah SD saya tawuran dengan sekolah
lain, yaitu SDN Pinggir Papas 1 yang bertepatan di sebelah barat laut
sekolah SD saya, tawuran terjadi karena ada dua anak dari mereka datang
ke halaman sekolah dan mengolok ngolok sekolah saya, teman teman saya
yang tidak terima mendengar olok olokan mereka langsung menarik da
memukul dua anak tersebut. Mereka babak belur, mata memar sampai
berwarna ungu dan berair, dan pipi terkena cakaran hingga berdarah. Salah
satu dari orang tua anak yang dikeroyok teman teman saya tidak terima
dan mendatangi kepala sekolah SD saya, lalu melaporkan atas apa yang
terjadi kepada anaknya. Kepala sekolah yang merasa malu karena kasus
tersebut memanggil anak anak yang terlibat kasus pengeroyokan tersebut,
untung saya tidak terlibat. Tiga teman saya yang terlibat yaitu, Erik,
Sahrul, Dan Rijal dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk dimintai
keterangan. 2 jam kemudian mereka keluar dari ruang kepala sekolah,
dengan wajah yang kesal mereka mengambil tas dan langsung pulang,
dikarenakan mereka diskorsing 3 hari. Tetapi, mereka tidak tinggal diam,
sewaktu pulang sekolah mereka menunggu anak anak kelas 5 dan kelas 6
SD untuk bergabung mendatangi SD sebelah dan memberi pelajaran
kepada mereka.
Keesokan harinya, tepatnya pada saat jam olah raga, tiga teman saya
Erik, Rijal, Dan Sahrul menunggu anak anak di gerbang sekolah. Lalu
pada saat selesai pemanasan Erik mendatangi saya, dan berkata “Bay,
Gimana anak anak udah siap?” dan saya menjawab “Kalo anak anak kelas
5 sih siap semua, gatau kalo anak kelas 6, keliatannya mereka gak ikut,
soalnya pada sibuk ngurusin persiapan UN” Erik menjawab “yaudah, kelas
5 aja udah cukup, istirahat kumpulin anak anak, kita kumpul di jembatan
ayoy, aku sama sahrul, rijal nunggu disana”. “Oke siyap” saut saya.
Bel istirahat pun berbunyi, anak anak langsung bergegas pergi ke
jembatan dan berkumpul di sana. Ternyata erik dan 2 temanku sudah siap
dengan senjatanya, yaitu dua buah balok kayu dan 5 pak mercon/petasan.
Sengaja mereka menyiapkannya dari kemarin malam.
Saat semua anak anak sudah berkumpul di jembatan ayoy, erik yang
menjadi pemimpin anak anak langsung menyuruh anak anak maju dan
merusak fasitilitas yang ada di SDN Pinggir Papas 1 . anak anak SDN
Pinggir Papas 1 yang tidak terima melihat gerbang dan tempat sampah
diacak acak oleh kami langsung melempari kami dengan batu batu.
Salah satu dari teman kami ada yang meloncat melewati pagar SDN
Pinggir Papas 1, disusul dengan anak anak lainnya. Kita juga melempari
kaca kaca kelas mereka hingga rusak parah. Guru guru SDN Pinggir Papas
1 hanya bisa bersembunyi di ruang guru, mengunci pintu ruang guru dan
menghubungi pihak dari Sekolah SD kami.
Saya sendiri sebenarnya tidak ingin ikut ikutan dalam aksi tawuran
ini dikarenakan saya menyukai salah satu murid cewek di sekolah tersebut.
Tetapi, karena erik yang menuyuruh saya tidak bisa menolak, karena saya
lebih memilih teman dari pada orang yang saya suka. Saya hanya berharap
dia tidak apa apa
Tak lama kemudian salah seorang satpam dari sekolah kami datang
dan mengejar kami, serentak kami lari kocar kacir dan bersembunyi di
kuburan, sambil menunggu satpam berhenti mencari kami berjalan dengan
merayap di kuburan. Satpam pun pergi, kami pun segera berkumpul di
jembatan ayoy lagi. Sambil memikirkan bagaimana besok agar tidak di
panggil ke ruang kepala sekolah. Salah satu teman saya mengusulkan
untuk tidak masuk saja untuk beberapa hari ke dapan dikarenakan
bertepatan dengan adanya acara lomba lomba 17 agustus.
Keesokan harinya saya, erik, rijal, sahrul, dan 3 teman saya tidak
masuk sekolah atau bolos dan bermain PS di rumah Erik.
4 hari berlalu, tanpa kabar dari anak anak tampaknya aman saja, jadi
kami memutuskan untuk masuk lagi sekolah. Pada saat masuk sekolah
salah satu teman cewek kami bercerita bahwa pada saat lomba sempat ada
segerombolan anak dari SDN sebelah lewat di sepan sekolah kami dengan
tatapan sinis, tetapi mereka tidak menyerang. Mendengar itu, erik tidak
terima dan ingin melanjutkan masalah itu kembali, tetapi sahrul dan rijal
melarang erik agar untuk tidak memperpanjang masalah itu.

Erik pun mendengarkan perkataan mereka dan tidak memperpanjang


masalah tersebut.
Begitulah sedikit cerita saat tawuran pada waktu saya masih SD
Waktu berlalu, saya dan teman teman sudah menginjak kelas 6 SD
dan sebentar lagi akan lulus. Untuk acara tahunan biasanya Sekolah kami
mengadakan acara perpisahan namun berbeda dengan angkatan kami,
karena saking nakalnya angkatan kami kepala sekolah memberi kami
hukuman, yaitu dengan tidak mengadakan acara perpisahan melainkan
diganti dengan acara sosialisasi dengan orang tua siswa/siswi.
Memang sangat disayangkan, acara perpisahan yang kami tunggu
tunggu ternyata tidak diselenggarakan. Namun bagaimana lagi itu sudah
menjadi keputusan kepala sekolah, kami tidak bisa membantah. Karena
kami memang sangat takut untuk berhadapan dengan kepala sekolah.
Sosialisasipun dilaksanakan bersamaan dengan pembagian raport
dan SKHU sementara, saat sosialisasi kepala sekolah bercerita semua
tingkah laku nakal kami yang mencoreng nama baik sekolah kami.
Selepas pulang sosialisasi ayah pulang dengan wajah agak kesal, lalu
melempar raport saya ke meja belajar saya. Ayah marah karena kecewa
dengan saya yang ikut ikutan dalam kejadian yang memalukan itu, ayah
melampiaskan kemarahannya dengan memarahi saya dan memukuli saya,
saya yang masih anak kecil/bocah hanya bisa menangis dan berdiam diri di
kamar, ayah sempat mengancam saya untuk tidak melanjutkan sekolah ke
SMP.
Ibu yang kasihan melihat saya diancam untuk tidak lanjut sekolah,
membujuk ayah untuk berubah pikiran dan melanjutkan sekolah saya
dengan syarat tidak ada masalah sekecilpun pada saat saya lanjut ke SMP.
Pendaftaran untuk SMP sudah di buka, sebenarnya saya bingung
untuk melanjutkan ke SMP mana, yang penting saya bisa lanjut sekolah
SMP saya sudah bahagia, mau SMP negeri ataupun SWASTA saya pasrah
yang penting tetap lanjut sekolah.
Tepat minggu pagi setelah saya lari pagi, saya pergi ke jembatan
ayoy tempat anak anak berkumpul. Erik yang sebelumnya mendengar
kalau saya tidak akan lanjut SMP datang ke jembatan dan menghampiri
saya, lalu bertanya benar atau tidak kalau saya tidak akan lanjut sekolah,
lalu saya membantah dan menjawab saya akan tetap akan lanjut sekolah.
Mendengar jawaban saya, erik mengajak saya untuk masuk SMP 5.
Erik memiliki tujuan agar anak anak tetap berkumpul dan tetap bersama
satu sekolah, karena erik merupakan anak yang memiliki solidaritas tinggi
terhapat teman.
“Makan gak makan yang penting kumpul” kata kata itu seolah
menjadi ciri khas dari perkumpulan yang kami sebut GENG ANTHEX DJ,
anak anak nakal namun memiliki solidaritas yang tinggi.
Sesudah pendaftaran, dan tes tesan . kesokan harinya adalah
pengumuman penerimaan siswa baru, kami yang terdiri dari saya sendiri,
erik, rijal, dan sahrul berangkat ke SMP 5 bersama sama untuk melihat
pengumuman.
Sampai di SMP 5 sahrul anak yang suka cari masalah masuk ke
halaman sekolah dengan menggeber sepeda motornya keras keras hingga
memancing emosi para anak anak siswa baru disana, mereka melirik
sahrul dengan tatapan sinis dan kesal.
Melihat tingkah laku sahrul yang ugal ugalan, Erik menggetak
kepala sahrul sambil berkata “Jangan sok jagoan rul, dikeroyok mereka
semua, mati konyol kita” sahrul menjawab dengan santai “Hehee, biasa
pak. Pemanasan”.
Kami pun memarkir sepeda motor kami di parkiran sekolah, tak
lama kemudian segerombolan anak menghampiri kami ber 4. Dengan
wajah angkuh salah satu ketua dari mereka bertanya kepada kami “kalian
anak mana?” erik yang anaknya tidak bisa diam kalau sudah ditatap
angkuh menjawab “Kenapa emang? Gak usah perlu tau kita dari mana,
pertanyaan kamu itu gak guna” lalu anak tersebut menjawab “jangan sok
angkuh, ini wilayah kekusaan kita, sekolah ini ada dibangun di daerah kita,
jadi jangan banyak tingkah” erik hanya diam sambil memendam rasa
kesalnya.
Tak lama kemudian mereka pergi dan sahrul berkata “Gawat sekali
mereka, tingkah lakunya seolah olah mereka yang berkuasa disini” lalu
erik menjawab “ Sudah rul, memang disini itu kekuasaan mereka, disini
itu desa mereka, makanya jangan cari masalah, aku gak bisa berbuat apa
apa memang karena kita salah, coba kalo kita gak salah, pasti patah leher
mereka semua” serentak saya, sahrul, dan rijal tertawa “Hahahaha, Siap
pak”, “udahlah yuk jalan, inget jangan cari masalah, kalo masalah yang
datang musnahkan” saut erik dengan bercanda.
Kami pun berjalan ke mading pengumuman, karena terlalu ramai
kami memutuskan untuk pergi ke kantin dan menunggu disana
Sampai di kantin kami membeli mie instan dan es teh, lalu
memakannya bersama sama
Sesudah makan kami langsung kembali ke mading pengumuman,
namun di mading masih kelihatan ramai dan kami memutuskan untuk
kembali ke kantin dan kembali menunggu disana. Namun, saat kami
kembali ke kantin disana sudah ada anak yang tadi menghampiri kami.
Mereka menatap kami, tapi erik menyuruh kita tetap jalan dan
menunggu di kantin . “ayo, ngapain takut? Kita kan gak mau cari masalah”
Mendengar erik berkata seperti itu kami pun terus berjalan dan
melewati segerombolan anak tersebut, dengan wajah angkuh mereka
menatap kami terus menerus hingga sampai kami duduk. Saya anak yang
paling kecil dari mereka takut melihat wajah mereka yang sangar sangar.
Erik mengerti dengan wajah saya yang mulai ketakutan lalu berkata
“apa bay? Kenapa? Takut? Tenang kan ada aku, sahrul, Rijal, kalo ada apa
apa kita hadapi sama sama, Bener gak?” “Pasti pak” jawab sahrul dan rijal
bersamaan. Lalu erik memberi saya barang, sejenis Brass/sarung tangan
besi, sambil berkata “kalo nanti ada apa apa pakai ini bay”
Setengah jam berlalu mereka tetap memandang kita dengan tatapan
angkuh, erik pun yang mulai geram memilih menyuruh kita untuk pergi
saja dari kantin dan kembali melihat mading sudah sepi atau tidak. Namun
saat berjalan digerombolan anak anak tadi, salah satu anak yang
mengampiri erik tadi atau bisa disebut ketua geng mereka sengaja
menabrak bahu erik dan mencari gara gara. Erik yang tidak terima
langsung mendorong dan memukul anak tersebut sampai jatuh ke tempat
sampah, “kami disini sudah gak cari masalah, kalau mau cari masalah siap
siap saja” kata erik, anak tersebut bangun dan gengnya pun maju
kehadapan kami, lalu berkata “okee, kamu sudah memukul aku. Kita
selesaikan sepulang dari sekolah nanti, aku tunggu di lapangan terbang”
Kami pun pergi dan kembali melihat mading pengumuman, dan
syukurlah nama nama kami berempat ada didaftar siswa/siswi yang
diterima.
Sahrul kemudian bertanya kepada erik, apakah dia benar mau
menerima tantangan dari anak tadi yang dia pukul. Erik bukan anak yang
pengecut, dia tidak salah maka dari itu dia tetap menerima tantangan anak
tersebut dan sepulang sekolah dia berniat kan pergi ke lapangan terbang
sendirian
Erik berkata seperti itu membuat saya, rijal, dan sahrul tersinggung.
Rijal berkata kepada erik “apa kau bilang? Sendiri? Maksudmu apa? Gila
kau ya” “mana kata katamu yang katanya susah senang tetap bersama?
Lupa kamunya?” kata sahrul, akupun menanggapi “Jangan sok jagoan rik,
kita kesini bersama, pulangpun harus bersama. Berangkat utuh pulang
utuh”.
Erik hanya terdiam, lalu sahrul menarik tangan erik ke parkiran dan
berkata “Kamu mau ke lapangan terbang? Ayoo, asalkan bersama sama”.
Erik terus menjawab “bukan begitu, hanya saja aku tidak mau melibatkan
kalian”, “justru itu kau salah besar, kita ini ANTHEX DJ, masalahmu,
masalah kita juga” saut rijal. “Yasudah kalau itu mau kalian aku bisa apa,
ayo berangkat. Asal jangan sampai babak belur, hahaahahaaa” kata erik
meledek kami, “Gaassss”serentak kami menjawab.
Kamipun berangkat ke lapangan terbang, dari jauh terlihat
segerombolan anak itu sudah menunggu kedatangan kami, sempat
ketakutan, saya hanya bisa menggenggam dengan erat Brass pemberian
erik dan berharap terjadi apa apa kepada kami.
Erik memarkir sepeda motornya di sebelah sumur tua, disusul kami.
Lalu erik pergi menghampiri ketua dari geng mereka dan kami hanya
melihat dari jauh, itupun kami terpaksa karena perintah erik, tetapi jika ada
apa apa dengan erik kami sudah siap siap dari belakang menolong erik.
Merekapun berbica, entah bicara apa kami tidak tahu.
Suasana mulai memanas saat salah seorang teman mereka
mendorong erik hingga jatuh, rijal yang khawatir dengan erik langsung
berlari menghampiri erik.
Saya yang takut tidak bisa berbuat apa apa selain menggenggam
Brass pemberian erik, dari jauh saya melihat erik mulai kelihatan emosi
berbicara dengan mereka, rijal juga mulai terlihat geram dengan sikap
mereka.
Disini kami memang kalah jumlah, hal itu yang membuat saya takut
terjadi apa apa dengan kami. Saya hanya bisa melihat dari sepeda motor
dengan sahrul, tidak bisa berbuat apa apa.
Adu mulut semakin memanas, terlihat rijal yang sudah tak sanggup
menahan emosinya memukul ketua gerombolan itu, disusul erik yang
mengambil balok kayu dan menghantamkan balok tersebut kepada
anggota geng yang lain.
Separuh dari anggota geng mereka banyak melarikan diri, hingga
tinggal hanya beberapa anak saja, kalau tidak salah tinggal 7 orang saja.
Mereka pun melawan, baku hantam tak bisa terhindarkan.
Melihat hanya erik dan rijal yang berkelahi, kami takut mereka
dikeroyok. Saya dan sahrulpun memutuskan beranjak dari sepeda dan
memutuskan membantu mereka bertarung. Dengan setengah pasrah saya
berlari kehadapan anak anak geng itu, dengan sekuat tenaga saya
menggenggang Brass pemberian erik dan memukulkan kepada ketua geng
itu. Benar saja, mata ketua geng itu lebam akibat terkena pukulan Brass
saya,
Erik yang melihat saya melakukan itu, tersenyum sembari berteriak
kepada mereka “Jangan macam macam dengan pinggir papas” sontak kata
kata itu membuat saya dan teman teman lebih bersemangat menghajar
mereka
Namun salah satu dari anggota geng tersebut mengeluarkan benda
dari sakunya, sejenis pisau kecil .
Saya yang melihat itu langsung berteriak “jangan main senjata tajam
anjing!” erik dan teman teman mendengar langsung mundur dan berhati
hati. Namun salah satu anggota geng tesebut maju dan melayangkan
pisaunya ke arah erik dan mengenai perut bagian kanan erik.
“ERIKK!!” teriak kami bersamaan, Rijal yang merangkul erik tak
kuasa melihat pisau yang tertancap di perut erik.
Setelah kejadian itu mereka kabur, “Jangan kabur Anjing! Dasar
pengecut, kalian kok makek senjata tajam BAJINGAN! Ayo balik lawan
aku pake tangan kosong” teriak sahrul
Saya hanya bisa diam dan menangis melihat erik kesakitan dengan
darah yang terus keluar dari perutnya. Lalu kami dengan cepat membawa
erik ke rumah sakit terdekat, dengan tak sadarkan diri akibat terlalu
banyak pendarah yang keluar kami mulai khawatir dengan erik. Rijal yang
mengabari keluarga erik jelas sangat tidak nyaman karena tidak bisa
menjaga erik yang selaku sepupunya sendiri.
15 menit kemudian orang tua kami dan keluarga erik datang ke
rumah sakit
Tak kuasa menahan tangis orang tua erik melampiaskan
kesedihannya dengan memarahi kami, kami hanya bisa diam
Saya terus menggenggam Brass pemberian erik sambil terus berdoa
agar tidak terjadi apa apa dengan erik.
Singkat cerita 4 hari erik dirawat di rumah sakit keadaannya mulai
membaik dan mulai bisa kita jenguk. Dengan wajah setengah tersenyum
erik berkata “Nak, aku kira aku bakalan mati. Hehehehee” rijal menjawab
“jangan bercanda dulu ah, sembuh dulu baru bercanda” “tenang aku gak
apa apa kok, entar kalo udah sembuh kita Hajar mereka” jawab erik.
“sok sok’an mau hajar mereka. Kamu aja belum bisa berdiri” jawab
saya, serentak Rijal dan Sahrul tertawa “Heheheheee”.
Itulah sekilas cerita masa kecil saya, meskipun sudah seperti cerita
orang dewasa tetapi memang begitulah kami dari kecil.

Anda mungkin juga menyukai