Anda di halaman 1dari 5

KONDIDOSIS GENITALIS

2.1 Definisi

Kandidiosis atau kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang
disebabkan oleh kandida khususnya candida albicans dari ragi (yeast) lain dari genus
kandida. Organisme ini menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan traktus
gastrointestinal, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi sistemis.
Kandidiasis pada wanita umumnya infeksi pertama timbul di vagina (vaginitis) dan
dapat meluas sampai vulva (vulvitis), jika mukosa vagina dan vulva keduanya terinfeksi
disebut kandidiasis vulvovaginalis (KVV). Pada pria sebagai balanitis atau balanopostitis
dan lebih jarang lagi sebagai uretritis, tetapi lebih sering asimtomatik. Tanda klinis khas
dari kandidiasis genital mudah dikenal dengan istilah awam sariawan (thrush). dan
keputihan (duh tubuh vagina) yang disertai iritasi atau gatal.
Kandidiasis genital yang akhir-akhir ini meningkat frekuensinya, jauh lebih banyak
dijumpai pada wanita berupa vaginitis atau vulvovaginitis.
2.2 Etiologi

Penyebab terbanyak kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah spesias Candida


albicans (80-90%), sedangkan penyebab terbanyak kedua adalah Torulopsis glabrata
(10%), sedangkan 3% lainnya adalah spesies candida lain seperti Candida tropicalis,
Candida pseudotropikalis, Candida kruesi dan Candida stellatoidea.
Tiga dari empat (75%) wanita pernah mengalami episode KVV sepanjang hidupnya.8
Banyak faktor yang merupakan faktor predisposisi atau faktor risiko, khususnya yang
berkaitan dengan dua hal yaitu meningkatnya karbohidrat termasuk peningkatan glikogen
vagina dan penurunan pH. Hal ini erat hubungannya dengan lingkungan yang hangat dan
lembab, pakaian yang rapat dan ketat, pemakaian kontrasepsi hormonal, kontrasepsi
spiral, antibiotika spektrum luas, obat yang mengandung kortikosteoid, penderita diabetes
mellitus yang tidak terkontrol serta penyakit infeksi dan keganasan yang menekan daya
tahan tubuh.Faktor-faktor ini dapat bekerja sendiri maupun bersamaan. Tetapi sangat
sering faktor predisposisi tidak ditemukan, sebagai faktor yang mendukung terjadinya
penularan seksual.
Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR) didefinisikan sebagai infeksi yang
mengalami kekambuhan empat kali atau lebih dalam setahun. KVVR dijumpai pada 5%
wanita.10 Perubahan hormonal, seperti kehamilan dan fase lutheal siklus menstruasi,
dapat memacu kekambuhan KVV. Penggunaan larutan pembersih kewanitaan atau
douching juga dapat menyebabkan KVVR. Diduga mekanismenya melalui mekanisme
alergi atau reaksi hipersensitivitas yang mengakibatkan kerentanan terhadap kandida.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab KVVR adalah kontak seksual yang terlalu
sering, hal tersebut diduga karena abrasi vagina dan alergi terhadap semen pria.
Balanitis dan balanopostitis. Sekitar 30-35% infeksi disebabkan oleh Candida sp.
Faktor predisposisi lain adalah tertular oleh mitra seksual yang menderita KVV,
menderita diabetes mellitus atau tidak melakukan sirkumsisi.
2.3 Gejala Klinis

Gambaran klinis pada wanita :


Keluhan khas dari kandidiasis vulvovaginal adalah :
a. Gatal atau iritasi vulva
b. Duh tubuh vaginal atau keputihan
Duh tubuh bisa banyak, putih keju, tetapi lazimnya sedikit dan cair. Kadang-kadang
sangat sedikit tetapi iritasi pada vulva dan vagina sangat nyata, bahkan kadang penderita
merasa kering. Terasa nyeri dan panas terutama selama dan setelah senggama juga sering
dirasakan penderita. Terdapat disuri eksterna apabila urin menyiram vulva yang
mengalami peradangan.
Pada pemeriksaan klinis vulva bisa tenang, tetapi bisa juga kemerahan , udem dengan
fisura , kadang terjadi erosi dan ulserasi. Kelainan yanag khas adalah adanya
pseudomembran berupa plak plak putih seperti sariawan (thrush) , terdiri daari miselia
yang kusut (matted myclia), leukosit dan sel epitel yang melekat pada dinding vagina.
Dapat juga dijumpai kemerahan pada vagina, sering tertutup oleh pseudomembran
putuh keju. Jika pseudomembran tersebut diambil maka akan tampak mukosa yang
erosif . Duh tubuh biasanya mukoid atau cair dengan butir-butir atau gumpalan keju
(cottage cheeses). Namun duh tubuh biasanya amat sedikit dan cair, dan vagina dapat
tampak normal. Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi atau meningkatnya
pembuluh darah pada dinding vagina atau serviks sebagai tanda peradangan.

Gambaran klinis pada Pria :


Gejala kandidiosis genital pada pria sangat bervariasi, berupa kemerahan dan iritasi
pada glans dan dibawah preputium pada yang tidak disirkumsisi. Disertai rasa gatal
ringan sampai rasa panas hebat. Gangguan yang terjadi segera setelah koitus suspektus
berupa iritasi pada glans yang bisa intensif. Disertai vesikulasi dan erosi yang akan hilang
dalam beberapa hari. Adalah suatu reaksi hipersensitivitas. Sedangkan masa tunas pada
umumnya 5-21 hari. Gejala objektif dijumpai eritem yang difus, fisura, dengan bintik-
bintik merah atau vesikulopustul yang muda pecah; Meninggalkan erosi dengan skuama
putih di tepi (kolaret), terutama bila menyerang glans penis dan peputium (balanopositis).
Kadang-kadang terdapat plak pseudomembran seperti sariawan. Infeksi bisa menybar ke
skrotom dan daerah inguinal. Pada penderita DM dan pederita imunodefisiensi, edem
berat dan balanitis ulserativa dapat terjadi. Jika kulit skrotum terkena menimbulkan
keluhan gatal yang hebat.
Meskipun jarang, kandida dapat menyebabkan ureteritis non Gonokokal (UNG),
dengan duh tubuh uretra cair atau mukoid mengandung butir-butir bukan benang.
Biasanya lebih berat atau hanya keluar duh tubuh di pagi hari.
2.4 Diagnosis
Diagnosis cepat dan tepat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan didukung
dengan pemeriksaan mikroskopik langsung dan bila perlu dilakukan dengan biakan.
Diagnosis laboratorik
Konfirmasi laboratorik yang cepat ialah dengan garam fisiologis, KOH atau pulasan
gram dari pseudomembran atau duh tubuh vagina yang akan membuktikan adanya bentuk
ragi dari candida berupa :
a. Sel-sel tunas berbentuk lonjong.
b. Pseudohifa sebagai sel-sel memanjang bersambung tersusun seperti sosis.
c. Hifa asli bersepta

Sediaan gram lebih baik karena bentuk ragi Candida bersifat gram positif, sel tunas
jarang terlihat, tetapi pseudohifa mudah ditemukan dari duh tubuh vagina.
Candida albicans adalah satu satunya ragi patogen penting yang secara invivo
menunjukkan adanya pseudohifa yang banyak, yang mudah dideteksi dari discharge
vaginal dengan pulasan gram.Candida glabrata tidak membentuk pseudohifa, sedangkan
spesies lain walaupun terdapat dalam vagina jarang menimbulkan vaginitis. Pemeriksaan
mikroskopis ini dapat dipakai sebagai gold standard terutama sensitivitasnya pada
penderita simtomatik sama dengan biakan.
Biakan jamur (kultur) dari duh tubuh vagina dilakukan untuk konfirmasi terhadap
hasil pemeriksaan mikroskopis yang begatif (false negative) yang sering ditemukan pada
kandidiasis vulvovaginalis kronis dan untuk mengidentifikasi spesies non- Candida
albicans. Biakan kultur memiliki nilai sensitivitas yang tinggi hingga 90%. Meskipun
kultur merupakan metode pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendeteksi
kandida, tetapi hasil positif kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi seseorang menderita
kandidiasis jika tidak ditemukan symtom pada vagina karena 10-15% wanita normal
dijumpai kolonisasi kandisa pada vaginanya.
2.5 Diagnosis Banding

1. Trichomonas vaginalis
Cairan vagina pada penderita trichomonas vaginalis keluar sangat banyak, berwarna
kuning kehijauan atau agak keabu-abuan dan berbusa. Mukosa vagina berwarna
kemerahan, nyeri dan tampak adanya bintik-bintik perdarahan (strawberry vagina). Vulva
dan disekitarnya
berwarna kemerahan, terdapat nyeri tekan, dan terasa agak gatal. Pada pemeriksaan
langsung usap vagina, tampak parasit bergerak dengan flagelnya, bakteri lactobacillus
sangat sedikit, leukosit dan bakteri lainnya sangat banyak. Pemeriksaan PH pada infeksi
ini adalah 5-7, sedangkan tes amin dijumpai tes amin yang positif.

2. Vaginosis bacterial
Dijumpai adanya duh tubuh yang berwarna keabu-abuan, homogen, berbau amis, tidak
menyebabkan iritasi, PH >4,5 dan didapatkan tes amin positif. Bila duh tubuh ditetesi 1-2
tetes larutan KOH 10% maka akan tercium bau amis/ ikan (fishy odor). Pada pemeriksaan
mikroskopis dengan sediaan basah secara langsung atau pewarnaan gram, didapatkan
adanya clue cell yaitu sel epitel vagina yang permukaannya diliputi oleh bakteri
Gardnerella vaginalis.
2.6 Penatalaksanaan

Saat ini banyak antimikotik yang efektif terhadap kandida, baik untuk pemakaian
secara topikal maupun secara sistemik. Kecenderungan saat ini adalah pemakaian
regimen antimikotik oral maupun topikal jangka pendek dengan dosis yang tinggi.
Antimikotikal untuk pemakaian lokal/topikal tersedia dalam berbagai bentuk sediaan
misalnya krim, lotion, tablet vaginal dan suposituria. Tidak ada indikasi khusus dalam
pemilihan bentuk obat topikal . Untuk itu perlu ditawarkan dan dibicarakan pada
penderita sebelum memilih bentuk yanglebih nyaman untuk penderita. Untuk infeksi pada
vulva yang ekstensif lebih baik dipilih aplikasi lokal dalam bentuk krim.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengobatan KVV/KVVR adalah :
1. Eliminasi faktor-faktor predisposisi sebagai penyebab KVV/KVVR.
2. Pemilihan regimen antijamur yang tepat hingga keluhan menghilang untuk
pemeriksaan mikroskopis dan kultur negatif.
3. Untuk KVVR sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji sensitivitas antijamur.

Nama Obat Formulasi Dosis


Ketokonazole 200 mg oral tablet 2 x 1 tab, 5 hari
Itrakonazole 100 mg oral kapsul 2 x 1 cap, 2 hari
2 x 2 cap, 1 hari selang 8
jam
Flukonazole 150 mg oral tablet Dosis tunggal
50 mg oral tablet 1 x 1 tab, 7 hari
Klotrimazole 1% krim intravagina 5 gram, 7-14 hari
2% krim intravagina 5 gram, 3 hari
100 mg tab Vag 2 x 1 tab vag, 3 hari
500 mg tab Vag 1 tab vag, 1 hari

Mikonazole 2% krim 5 gram, 1-7 hari


200 mg tab Vag 1 tab vag, 1-7 hari
Nistatin 100.000 U tab vag 1 x 1 tab, 12-14 hari
Amphoterisin B+ 50 mg tab vag 1 x 1 tab, 7-12 hari
Tetrasiklin 100 mg tab 1 x 1 tab, 7-12 hari

Anda mungkin juga menyukai