PENDAHULUAN
merupakan tahapan penting bagi mahasiswa dalam dikusi tutorial untuk dapat
memecahkan masalah secara tepat dan sistematis guna memperoleh pengetahuan
yang luas, mendapatkan memori jangka panjang mengenai suatu pengetahuan
(priorknowledge) dan juga proses recalling memori yang lebih cepat. Langkah
pertama sampai kelima dilakukan pada pertemuan pertama, langkah keenam dan
ketujuh dilakukan pada pertemuan kedua. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 8-13 mahasiwa dimana mereka diberikan masalah sebagai trigger
pembelajaran dan dibimbing oleh seoang tutor yang bertugas sebagai fasilitator
(Indrajanti,2015).
Sejak tahun 2008 hingga sekarang, FK Muhammadiyah Palembang
menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan memakai
metode pembelajaran Problem-Based Learning (PBL). Pendekatan metode
pembelajaran PBL di FK Muhammadiyah Palembang salah satunya dilakukan
melalui proses tutorial berdasarkan seven jumps step.
Dalam pelaksanaannya Mahasiswa FK Muhammadiyah Palembang telah
melaksanakan diskusi tutorial setiap blok, dimana mahasiswa FK Muhammadiyah
Palembang juga telah diberikan pengetahuan yang cukup mengenai tahapan dalam
diskusi tutorial yang pernah didapatkan pada blok Keterampilan Belajar dan
Pengantar metode Ilmiah. Sebagian besar mahasiswa juga dapat menyebutkan
urutan pelaksanaan seven jumps step dengan benar, namun terdapat perbedaan
persepsi mahasiswa dalam penerapan seven jumps step. Hal ini terlihat ketika
pelaksanaan tutorial hanya beberapa orang mahasiswa saja yang aktif dalam
mengemukakan pendapat. Hal ini juga dipengaruhi oleh dorongan mahasiswa untuk
belajar, konsentrasi dan mengerjakan tugas – tugas pembelajaran yang biasa disebut
sebagai motivasi belajar. Motivasi mempunyai hubungan yang kuat dengan
pencapaian minat belajar. Motivasi dianggap meningkatkan minat dan kompetesi
mahasiswa dalam belajar. Apabila mahasiswa tidak termotivasi maka pencapaian
hasil belajar tidak akan maksimal. Hal ini didukung oleh penelitan sebelumnya yang
dilakukan oleh Izzati (2017) Terdapat hubungan antara pengetahuan seven jumps
dengan penerapan proses pembelajaran tutorial. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Liliswati (2015) hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi positif
antara skor total motivasi dengan hasil belajar tutorial. Berdasarkan hasil uraian di
Universitas Muhammadiyah Palembang
3
1.4. Manfaat
diskusi tutorial
Problem Based
Learning, ketiganya
diperoleh penilaian
baik (Kognitif 87%,
motivasi 92%,
demotivational 70%).
Galuh Izzati 2017 Hubungan Pengetahuan Observasional Terdapat hubungan
Seven Jumps Dengan dengan antara pengetahuan
Penerapan Proses pendekatan seven jumps dengan
Pembelajaran Tutorial cross sectional penerapan proses
Pada Mahasiswa Div pembelajaran tutorial
Kebidanan Tahun Pengetahuan yang
Kedua Di Universitas baik dapat
Aisyiyah Yogyakarta mempengaruhi proses
Tahun 2017 jalannya
pembelajaran tutorial
yang benar dan tepat.
Ayub Anwar 2013 Motivasi dan Strategi Observasional 1. Ada perbedaan
Belajar Siswa dalam dengan motivasi dan strategi
Pendidikan pendekatan belajar pada
Pembelajaran Berbasis cross sectional mahasiswa dengan
Masalah dan strategi pendidikan
Collaborative Learning collaborative
di Fakultas Kedokteran learning dan problem
Gigi Universitas based learning,
Hasanuddin kecuali dalam
komponen organisasi
dan komponen
kecemasan.
2. Motivasi dan
strategi belajar pada
mahasiswa problem
Universitas Muhammadiyah Palembang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saja masalah yang digunakan sebagai pemicu dalam PBL merupakan masalah yang
perlu dipecahkan oleh mahasiswa (Rustam, 2013).
Tujuan dari pendekatan PBL secara umum ada tiga, yaitu membantu
mahasiswa mengembangkan keterampilan–keterampilan analisis dan pemecahan
masalah, memberi kesempatan kepada mahasiswa mempelajari pengalaman–
pengalaman dan peranan orang dewasa dan yang ketiga mendorong mahasiswa
meningkatkan kemampuan berfikir dan menjadi mahasiswa mandiri (Rusman, 2013).
Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun
begitu dosen harus selalu memantau perkembangan aktivitas mahasiswa dan
mendorong mahasiswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
2.1.2. Tutorial
Tutorial merupakan bagian yang sangat penting dari penerapan PBL. Tutorial
berbentuk diskusi kelompok kecil terdiri dari beberapa mahasiswa (10-12 orang) dan
seorang fasilitator yang memiliki perannya masing–masing. Fasilitator berfungsi
sebagai learning facilitator dan knowledge transmission. Mahasiswa dituntut untuk
berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu sama lain, memiliki minat terhadap
kelompok dan berpartisipasi secara aktif agar kegiatan tutorial menjadi efektif .
Tutorial dalam PBL merupakan suatu proses belajar aktif dimana mahasiswa
distimulasi oleh suatu problem (skenario) yang bertujuan untuk mengaktifkan prior
knowledge mahasiswa dan difasilitasi oleh seorang fasilitator. Mahasiswa dalam
tutorial dituntut untuk berpartisipasi aktif sehingga dapat memberikan konstribusi
yang merata serta saling melengkapi pengetahuan diantara mahasiswa mengenai
permasalahan yang sedang dipelajari. Kegiatan tutorial dalam prosesnya terjadi
komunikasi antar personal dan interaksi yang kompleks sehingga harus dikelola
dengan baik. Partisipasi mahasiswa berkaitan dengan efektivitas tutorial dan
menentukan keberhasilan belajar (Harsono, 2005).
Salah satu metode yang digunakan dalam melaksanakan PBL adalah seven
jumps tutorial. Menurut Harsono (2005) Metode ini terdiri dari tujuh langkah yang
disusun sistematis sehingga diskusi mahasiswa tentang suatu masalah dapat berjalan
dengan optimal dan mencapai tujuan baik sesuai karakteristik PBL. Tujuh langkah
tersebut adalah :
1. Klarifikasi istilah (Clarifyng unfamiliar terms)
Mahasiswa bekerja dalam kelompok, mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah-
istilah asing/ belum dikenal (unfamiliar terms) yang terdapat di dalam skenario;
sekretaris kelompok membuat daftar istilah yang oleh kelompok dinggap masih
belum jelas maknanya Pada langkah ini mahasiswa menggunakan pengetahuan awal
(prior knowledge) yang dimiliki atau dengan menggunakan kamus bahasa atau
kamus kedokteran. Mahasiswa perlu meyakinkan bahwa seluruh anggota dalam
diskusi memiliki pemahaman yang sama terhadap istilah- istilah yang dimaksud
dalam skenario.
2. Mendefinisikan masalah (define the problem)
Di antara mahasiswa mungkin ada berbagai macam perbedaan pendapat tentang
pokok bahasan yang didiskusikan, tapi semuanya harus dipertimbangkan oleh
kelompok; sekretaris kelompok membuat daftar masalah yang telah disetujui
kelompok. Pada langkah kedua ini, setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan di dalam
skenario yang perlu dibahas secara lebih mendalam. Dalam tahapan ini,
masingmasing mahasiswa berhak mengajukan pertanyaan tanpa interupsi dari
anggota kelompok lain atau tutor.
3. Curah pendapat (brainstorming)
Mahasiswa berdiskusi dengan menggunakan prior knowledge, setiap mahasiswa
menyumbangkan pendapat mereka dan kemudian mengidentifikasi area yang masih
belum jelas atau belum lengkap; sekretaris kelompok mencatat hasil diskusi mereka.
Pada langkah ini mahasiswa memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap
pertanyaanpertanyaan yang telah disepakati dalam langkah kedua. Setiap mahasiswa
dapat mengemukakan pendapat dan pengetahuannya mengenai topik yang sedang
dibahas (brainstorming). Selanjutnya jawaban-jawaban tersebut didiskusikan
Universitas Muhammadiyah Palembang
12
bersama untuk dicari kesepakatan kelompok atas hipotesis dari pertanyaan yang
sedang dibahas. Pada tahap ketiga ini, mahasiswa diharapkan mampu menjadi
menerapkan prinsip belajar secara aktif, mahasiswa harus mampu mendengarkan,
menulis dan berdiskusi dengan mahasiswa lain untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam skenario.
4. Mahasiswa membuat kesimpulan secara terstruktur (review step 2 and 3)
Mahasiswa membuat tinjauan terhadap hasil pada langkah kedua dan ketiga,
kemudian membuat penjelasan sementara; sekretaris kelompok mengorganisasikan
penjelasan tadi, bila perlu membuat restrukturisasi.
5. Mahasiswa membuat formulasi tujuan belajar (formulating learning objectives)
Kelompok mencapai konsensus tentang tujuan belajar mereka; tutor memastikan
bahwa tujuan belajar telah terfokus, tercapai, bersifat komprehensif dan tepat.
6. Mahasiswa bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran (private
study)
Setiap mahasiswa belajar secara mandiri untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan masing- masing tujuan belajar, mereka dapat menggunakan
berbagai sumber pembelajaran yang tersedia, baik berupa textbook, artikel dan jurnal
ilmiah maupun melalui konsultasi dengan pakar terkait topik yang sedang dibahas.
7. Pelaporan (reporting)
Pada langkah ini, Mahasiswa kembali bertemu untuk mendiskusikan informasi yang
telah didapat, masing- masing mahasiswa menyampaikan hasil belajar mandirinya
dan mendiskusikan dengan mahasiswa lain dalam kelompok.
Mahasiswa kemudian dapat membuat suatu kesimpulan atau sintesis berdasarkan
kesepakatan bersama. Pada langkah ini tutor memperhatikan diskusi dan hasil
temuan mahasiswa dan dapat membuat penilaian terhadap kinerja kelompok.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa seven jump step memiliki tiga sesi
belajar, yaitu 1) pertemuan pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan kedua.
Pada pertemuan pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus
diselesaikan oleh mahasiswa sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang
terminologi atau konsep baru yang mungkin belum dipahami oleh mahasiswa.
Mahasiswa dengan difasilitasi dosen akan mendefinisikan permasalahan dan
menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk menjawab
permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahasiswa akan menentukan
tujuan belajarnya (Gijselaers, 2005).
Sesi kedua kegiatan belajar pada seven jump step adalah kegiatan mandiri,
yaitu mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri yang merupakan langkah
keenam seven jump step. Sesi ketiga kegiatan belajar pada seven jump step adalah
mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan
yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi hasil belajar. Data dan atau
informasi yang telah dikumpulkan pada sesi belajar sebelumnya, pada tahap ini akan
dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Jika kesimpulan telah doformulasikan,
maka hal ini berarti permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran sudah terjawab.
Setelah itu akan dilakukan diskusi untuk merefleksikan keseluruhan proses dan hasil
belajar yang telah ditempuh (Gijselaers, 2005).
4. Mengatur waktu.
5. Memastikan kelompok mencapai tujuan pembelajaran ( Learning
objective).
6. Memastikan notulen membat catatan yang akurat.
(Harsono, 2005)
2.1.3. Motivasi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam subjek
untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif (Sardiman, 1994). Menurut Uno, (2008) motivasi adalah
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Sedangkan menurut
Hamalik, (1992) Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
individu dalam berperilaku tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu ada hal yang
mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi
kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan.
Semakin tinggi dan berarti suatu tujuan, semakin besar motivasinya, dan semakin
besar motivasi akan semakin kuat kegiatan dilaksanakan (Sukianti, 2010).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan
(Sukianti,2010).
Adapun definisi belajar menurut pandangan beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a. Belajar menurut Slameto
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2002).
b. Belajar menurut Witting
Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman (Djamarah,2002).
c. Belajar menurut Gage
Belajar sebagai suatu proses dimana organisme merubah perilakunya diakibatkan
pengalaman belajar merupakan perubahan perilaku akibat pengalaman yang ia dapat
melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru (Djamarah,2002).
d. Belajar menurut Uno
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Uno, 2008).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan
dengan melalui usaha dan latihan seta pengalaman secara sadar dan sengaja yang
menimbulkan perubahan baru (Uno, 2008).
Jadi, yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada
diri individu untuk melakukan perubahan dalam diri seseorang untuk menuju ke arah
perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Motivasi belajar bersifat non-intelektual,
peraran yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang kuat
akan banyak mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar dengan lebih baik.
Oleh karena itu dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar (Uno, 2008).
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi.
Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil
dan dorongan kebutuhan belajar, harapanakan cita-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan belajar yang menarik. Keduan faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan
tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang
lebih giat dan semangat (Uno, 2008).
Jenis-jenis motivasi menurut Sardiman (1994) dibagi menjadi dua tipe yaitu
intrinsik dan ekstrinsik:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah
ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh peseta didik mau belajar karena disuruh,
diberi tugas, hadiah, ganjaran, dan lain-lain.
c. Kondisi siswa
Kondisi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kondisi psikis dan kondisi psifik.
Kondisi psikis seperti perhatian, minat, perasaan, dan ingatan yang semuanya dapat
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kondisi psifik seperti pendengaran,
penglihatan, dan anggota badan yang lain besar manfaatnya untuk meningkatkan
motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya, dan kehidupan masyarakat. Dengan lingkungan yang aman, tenteran, tertib,
dan indah maka semangat motivasi belajar mudah tercapai.
2.1.4. Hubungan Motivasi Belajar Dalam Persepsi Mahasiswa Dalam
Menerapkan Seven Jumps Step
Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan,proses belajar diartikan sebagai memasukkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dimana mendorong mahasiswa untuk mempunyai pengalaman. Dalam
kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar
Universitas Muhammadiyah Palembang
22
mahasiswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Motivasi yang ada pada
setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk
itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta
kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan
bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
individu lain/ organisasi. Mahasiswa dalam menempuh belajar harus memiliki suatu
konsep diri dan motivasi dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Apabila
tidak ada motivasi belajar dalam diri mahasiswa, maka akan menimbulkan rasa malas
untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan
tugas-tugas individu. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar
maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan
kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan
melaksanakannya dengan tekun sehingga dapat mencapai hasil yang optimal (Uno,
2008).
Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas
Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar
baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter. PBL memadukan sejumlah
teori dan prinsip pendidikan yang saling melengkapi ke dalam suatu desain sistem
pembelajaran. PBL mengandalkan strategi belajar yang berpusat kepada pelajar
(student-centered), kolaboratif, kontekstual, terpadu, diarahkan sendiri, dan reflektif.
Desain dan pelaksanaan pembelajaran meliputi belajar dalam kelompok-kelompok
kecil. Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk membangun
pengetahuan dengan menggunakan kasus masalah yang realistis untuk memicu
proses belajar.
Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran dengan
penggunaan skenario yang disusun secara seksama dengan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu berdasarkan suatu tema pembelajaran tertentu untuk
menginisiasi dan menstimulasi pembelajaran mahasiswa melalui diskusi dalam suatu
kelompok kecil yang difasilitasi oleh seorang tutor. Metode ini kemudian dikenal
dengan diskusi tutorial. Pada diskusi tutorial, mahasiswa diberi skenario tentang
berbagai permasalahan klinis yang sering dijumpai dalam masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat mengeksplorasi skenario tersebut dan membahas berbagai aspek
Universitas Muhammadiyah Palembang
23
yang terkait dengan skenario tersebut, mulai dari aspek pengetahuan dasar (basic
science) seperti anatomi, fisiologi, histologi dan ilmu biomolekular, aspek klinis
seperti gejala dan tanda dari suatu penyakit, patogenesis dan patofisiologi dari
berbagai gejala yang timbul serta pemeriksaan penunjang dan juga aspek sosial
seperti epidemiologi dari suatu penyakit. Dengan metode belajar seperti ini
diharapkan nantinya pada saat berhadapan dengan pasien yang sesungguhnya,
mereka telah memiliki keterampilan yang cukup dalam penanganan pasien termasuk
kemampuan interpersonal dan profesionalisme sebagai seorang dokter. Salah satu
metode yang digunakan dalam melaksanakan PBL adalah seven jumps tutorial.
Metode ini terdiri dari tujuh langkah yang disusun sistematis sehingga diskusi
mahasiswa tentang suatu masalah dapat berjalan dengan optimal dan mencapai
tujuan baik sesuai karakteristik PBL (Uno, 2008).
Melalui penerapan langkah seven jumps step tutorial diharapkan dapat
memacu rasa ingin tahu dan memotivasi mahasiswa untuk belajar mandiri.
Mahasiswa perlu mempersiapkan diri sebelum melakukan proses tutorial agar dapat
membahas tujuan belajar yang akan dicapai. Proses tutorial dibutuhkan interaksi
setiap mahasiswa dan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
setiap anggota kelompok harus berpartisipasi aktif agar terjadi proses tutorial yang
efektif (Mahardika, 2017).
Menurut Oktavany (2016) tutorial dianggap sebagai pemicu yang disusun
dalam format tulisan dimana melalui penerapan langkah seven jumps step harus
mampu membuka rasa keingintahuan mahasiswa dalam melihat gambaran besar atau
bentuk keseluruhan suatu masalah ditinjau dari berbagai sisi cabang ilmu kedokteran
yang berkaitan. Melalui langkah seven jumps step, tutorial memicu nilai-nilai moral
dan etika, serta kepemimpinan yang diambil oleh mahasiswa selama proses
pengambilan keputusan dalam suatu kasus kedokteran. Materi yang terdapat dalam
tutorial berkaitan dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah diperoleh sebelumnya,
artinya bisa sebagai pendalaman materi yang pernah didapat atau prior knowledge
dan bisa juga sebagai penerapan ilmu kedokteran dasar. Tutorial dapat juga
merupakan gambaran nyata masalah kesehatan yang dapat menimpa seorang pasien
yang dibuat menarik dengan cara mengangkat topik yang terbaru atau sedang hangat
dibicarakan, atau yang umum didapat, dan dikemas sedemikian rupa, bisa dengan
Universitas Muhammadiyah Palembang
24
bantuan gambar atau ilustrasi yang menarik, agar mahasiswa merasa tertarik untuk
mendiskusikannya. Tutorial melalui penerapan langkah seven jumps step harus
mampu mengarahkan mahasiswa kepada tujuan pembelajaran.
7 langkah proses:
1. klarifikasi istilah
2.Mendefinisikan masalah
3. Curah Pendapat
4. Mahasiswa membuat
Kesimpulan secara terstruktur
5.Formulasi Tujuan
Pembelajaran
6. Belajar Mandiri
7. Pelaporan
Motivasi Belajar
: diteliti
2.3. Hipotesis
Tidak terdapat pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step
terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Ada pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step terhadap
motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2017.
3.3.1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2014,
2015 dan 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
b. Populasi Terjangkau
Sampel merupakan suatu bagian yang akan diteliti. (Sastroasmoro, 2011) Dalam
penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Menurut Sugiyono (2005) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Margono (2004) menyatakan bahwa simple random sampling adalah
teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan
demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang
yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen. Tujuan dari pertimbangan pengambilan sampel
dengan cara simple random sampling pada penelitian ini adalah populasi telah menguasai
langkah diskusi seven jumps step, sehingga dianggap homogen. Populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang hadir
dalam proses tutorial sesi I dan sesi II serta bersedia menjawab pertanyaan kuesioner
dengan lengkap.
2) Kriteria Eksklusi
Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin. Adapun penelitian ini
menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus
representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak
memerlukan tabel jumlah sampel,namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan
sederhana. (Sugiyono, 2005)
N
n=
1+ N e 2
n = Jumlah sampel
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 268 mahasiswa, sehingga
presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan
untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan
perhitungan sebgai berikut:
268
n=
1+268 ¿ ¿
268
n=
1+268 (0,01)
268
n=
1+2,68
268
n=
3,68
n=¿ 72,8 (dibulatkan menjadi 73).
Jumlah Mahasiswa/mahasiswi
No Angkatan Sampel
aktif
1 2014 90 orang 25 orang
Motivasi Belajar.
Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer menggunakan
kuesioner pada mahasiswa angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang mengikuti proses tutorial
di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Kuesioner terdiri dari 3
bagian yaitu:
1. Identitas responden
Terdiri dari angkatan, nama dan jenis kelamin.
Keterangan:
Panjang interval : panjang interval kategori yang digunakan.
Xt : nilai tertinggi ideal.
Xr : nilai terendah ideal.
n
kategori : jumlah kategori yang digunakan.
jawaban yaitu SS, S, TS, dan STS yang berskor masing-masing 4, 3, 2, 1, maka skor
ideal untuk angket motivasi belajar terkisar antara 18-72. Dimana angka 18 adalah
skor ideal terendah dan 72 adalah skor ideal tertinggi.
Setelah diketahui skor ideal terendah dan tertinggi, langkah selanjutnya adalah
penempatkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas:
i= (Xt – Xr)+1
n
Kategori
= (44 – 11)+1
4
=8
Dari perhitungan tersebut, kemudian ditentukan interval dan kategorinya
sebagaimana tabel berikut:
No Interval Kategori
1. 35 - 44 Sangat tinggi
2. 27 - 34 Tinggi
3. 19 - 26 Sedang
4. 11 - 18 Rendah
diberikan angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan. Skala Likert tidak
terdiri dari hanya satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan selalu berisi
banyak item (multiple item measure). (Risnita, 2012)
No Interval Kategori
1. 33-40 Sangat baik
2. 25-32 baik
3. 18-24 kurang
4. 10-17 buruk
Sampel
Kriteria eksklusi