Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode Problem based learning (PBL) merupakan inovasi dalam suatu


metode pembelajaran dengan tujuan untuk melatih mahasiswa berfikir kritis, kreatif,
rasional dan meningkatkan pemahaman materi serta memberikan pengalaman nyata
terhadap mahasiswa. Proses pendekatan ini diharapkan membuat mahasiswa belajar
dengan aktif untuk meningkatkan pengetahuannya dengan dosen bertindak sebagai
fasilitator (Mahardika, 2017).
Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas
Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar
baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter. Sejak itu PBL telah menjadi
trend baru di kedokteran. Saat ini PBL telah diterapkan pada banyak Fakultas
Kedokteran di seluruh dunia. Sejak awal terbentuknya, saat ini kurikulum PBL telah
digunakan secara luas di berbagai Fakultas kedokteran di negara Eropa, Amerika
Utara, Amerika Selatan, Afrika, Asia mulai dari Inggris, swedia, Brazili, Chili,
Afrika Selatan, Hongkong dan Indonesia. Di Indonesia, PBL diterapkan pertama kali
di Fakultas Kedokteran UGM di Yogyakarta sejak awal 1990an dan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret PBL mulai diterapkan sejak 2007. Model
Problem Based Learning (PBL) diharapkan lebih efektif dibandingkan dengan
metode konvensional (Amelia,2016).
Dalam dunia kedokteran, pendekatan PBL salah satunya dilaksanakan
melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi antar anggota
kelompok yang disebut tutorial. Dalam diskusi tutorial dikenal apa yang disebut
sebagai seven jumps step yaitu tahapan dalam melaksanakan diskusi meliputi
klarifikasi istilah dan konsep, merumuskan masalah, brainstorming, menetapkan
masalah, menetapkan tujuan pembelajaran, belajar mandiri dan mencari informasi
kembali serta mempresentasikan hasil belajar mandiri. Seven jumps step dianggap
1 Universitas Muhammadiyah Palembang
2

merupakan tahapan penting bagi mahasiswa dalam dikusi tutorial untuk dapat
memecahkan masalah secara tepat dan sistematis guna memperoleh pengetahuan
yang luas, mendapatkan memori jangka panjang mengenai suatu pengetahuan
(priorknowledge) dan juga proses recalling memori yang lebih cepat. Langkah
pertama sampai kelima dilakukan pada pertemuan pertama, langkah keenam dan
ketujuh dilakukan pada pertemuan kedua. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 8-13 mahasiwa dimana mereka diberikan masalah sebagai trigger
pembelajaran dan dibimbing oleh seoang tutor yang bertugas sebagai fasilitator
(Indrajanti,2015).
Sejak tahun 2008 hingga sekarang, FK Muhammadiyah Palembang
menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan memakai
metode pembelajaran Problem-Based Learning (PBL). Pendekatan metode
pembelajaran PBL di FK Muhammadiyah Palembang salah satunya dilakukan
melalui proses tutorial berdasarkan seven jumps step.
Dalam pelaksanaannya Mahasiswa FK Muhammadiyah Palembang telah
melaksanakan diskusi tutorial setiap blok, dimana mahasiswa FK Muhammadiyah
Palembang juga telah diberikan pengetahuan yang cukup mengenai tahapan dalam
diskusi tutorial yang pernah didapatkan pada blok Keterampilan Belajar dan
Pengantar metode Ilmiah. Sebagian besar mahasiswa juga dapat menyebutkan
urutan pelaksanaan seven jumps step dengan benar, namun terdapat perbedaan
persepsi mahasiswa dalam penerapan seven jumps step. Hal ini terlihat ketika
pelaksanaan tutorial hanya beberapa orang mahasiswa saja yang aktif dalam
mengemukakan pendapat. Hal ini juga dipengaruhi oleh dorongan mahasiswa untuk
belajar, konsentrasi dan mengerjakan tugas – tugas pembelajaran yang biasa disebut
sebagai motivasi belajar. Motivasi mempunyai hubungan yang kuat dengan
pencapaian minat belajar. Motivasi dianggap meningkatkan minat dan kompetesi
mahasiswa dalam belajar. Apabila mahasiswa tidak termotivasi maka pencapaian
hasil belajar tidak akan maksimal. Hal ini didukung oleh penelitan sebelumnya yang
dilakukan oleh Izzati (2017) Terdapat hubungan antara pengetahuan seven jumps
dengan penerapan proses pembelajaran tutorial. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Liliswati (2015) hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi positif
antara skor total motivasi dengan hasil belajar tutorial. Berdasarkan hasil uraian di
Universitas Muhammadiyah Palembang
3

atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi


mahasiwa dengan penerapan seven jumps step terhadap motivasi belajar mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step


terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis persepsi mahasiswa dengan penerapan seven jumps step terhadap


motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step di Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang pada angkatan 2014,2015 dan
2016.
2. Mengetahui motivasi belajar dalam tutorial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang pada angkatan 2014,2015 dan 2016.
Universitas Muhammadiyah Palembang
4

3. Menganalisis pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step


terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang pada angkatan 2014,2015,2016.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya


di bidang pendidikan kedokteran dan dapat memberikan data ilmiah mengenai
pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step terhadap motivasi
belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

1.4.2. Manfaat Praktisi

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya


mengenai seven jumps step dan motivasi belajar tutorial agar mampu berfikir
kritis dalam memecahkan masalah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi yang
relevan dan landasan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sebelumnya

Nama Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
Vina 2015 Evaluasi Diri Problem Kualitatif Hasil evaluasi
Latukonsina Based Learning (PBL) penilaian Problem
Pada Blok Biomedik 5 based learning (PBL)
Mahasiswa Semester 2 yang cukup baik dari
Fakultas Kedokteran mahasiswa yang
Universitas Pattimura ditunjukan dari hasil
evaluasi menunjukan
bahwa 58% menilai
diskusi tutorial
berjalan baik.

Virgin Pioh 2016 Efektivitas kelompok Kualitatif 1. Efektivitas


diskusi tutorial kelompok diskusi
problem based tutorial Problem
learning di Fakultas Based Learning di
Kedokteran Universitas Fakultas Kedokteran
Sam Ratulangi Universitas Sam
Ratulangi umumnya
baik.
2. Dilihat dari ketiga
aspek yaitu kognitif,
motivasi,
demotivational yang
memengaruhi
efektivitas kelompok

Universitas Muhammadiyah Palembang


6

diskusi tutorial
Problem Based
Learning, ketiganya
diperoleh penilaian
baik (Kognitif 87%,
motivasi 92%,
demotivational 70%).
Galuh Izzati 2017 Hubungan Pengetahuan Observasional Terdapat hubungan
Seven Jumps Dengan dengan antara pengetahuan
Penerapan Proses pendekatan seven jumps dengan
Pembelajaran Tutorial cross sectional penerapan proses
Pada Mahasiswa Div pembelajaran tutorial
Kebidanan Tahun Pengetahuan yang
Kedua Di Universitas baik dapat
Aisyiyah Yogyakarta mempengaruhi proses
Tahun 2017 jalannya
pembelajaran tutorial
yang benar dan tepat.
Ayub Anwar 2013 Motivasi dan Strategi Observasional 1. Ada perbedaan
Belajar Siswa dalam dengan motivasi dan strategi
Pendidikan pendekatan belajar pada
Pembelajaran Berbasis cross sectional mahasiswa dengan
Masalah dan strategi pendidikan
Collaborative Learning collaborative
di Fakultas Kedokteran learning dan problem
Gigi Universitas based learning,
Hasanuddin kecuali dalam
komponen organisasi
dan komponen
kecemasan.
2. Motivasi dan
strategi belajar pada
mahasiswa problem
Universitas Muhammadiyah Palembang
7

based learning lebih


besar nilai meannya
dari mahasiswa
collaborative
learning.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Muhammadiyah Palembang


8

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Problem-Based Learning (PBL)

2.1.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL)

PBL adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang berpusat pada


mahasiswa. PBL dirancang untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan menyelesaikan masalah. Mahasiswa dituntut
untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian mencari pengetahuan yang digunakan
untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah–masalah ini akan merangsang
mahasiswa untuk mengeksplorasi ilmu–ilmu dasar maupun klinis (Rustam, 2013).
Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran dalam bentuk
kelompok kecil, yang menggabungkan pengetahuan dengan perkembangan
keterampilan umum dan sikap. Dalam PBL mahasiswa menggunakan “pemicu” dari
kasus masalah atau skenario untuk menetapkan sasaran pembelajaran. Mahasiswa
melakukan pembelajaran secara mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk
mendiskusikan dan menyaring pengetahuan yang didapat. Jadi PBL bukan tentang
pemecahan masalah, tetapi lebih baik menggunakan masalah-masalah yang tepat
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian (Indrajanti, 2010).
Dalam PBL mahasiswa menggunakan masalah dari sebuah skenario sebagai
“pemicu” (trigger) untuk menentukan tujuan pembelajaran (learning objective), lalu
mahasiswa melakukan studi secara mandiri dan diarahkan sendiri, sebelum kembali
ke dalam kelompok untuk membahas dan menyempurnakan pengetahuan yang
diperoleh. Jadi terdapat perbedaan antara konsep PBL (problem-based learning) dan
pemecahan masalah (problem solving). Pemecahan masalah menempatkan masalah
sebagai target untuk dipecahkan. PBL menggunakan masalah yang tepat sebagai
pemicu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Meskipun demikian bisa

Universitas Muhammadiyah Palembang


9

saja masalah yang digunakan sebagai pemicu dalam PBL merupakan masalah yang
perlu dipecahkan oleh mahasiswa (Rustam, 2013).
Tujuan dari pendekatan PBL secara umum ada tiga, yaitu membantu
mahasiswa mengembangkan keterampilan–keterampilan analisis dan pemecahan
masalah, memberi kesempatan kepada mahasiswa mempelajari pengalaman–
pengalaman dan peranan orang dewasa dan yang ketiga mendorong mahasiswa
meningkatkan kemampuan berfikir dan menjadi mahasiswa mandiri (Rusman, 2013).

2.1.1.2 Karakteristik Problem-Based Learning (PBL)

Dalam penelitian Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu:


a. Lebih mengutamakan mahasiswa

Proses pembelajaran dalam PBL lebih mengutamakan kepada mahasiswa sebagai


orang yang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme
dimana mahasiswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b. Belajar dari masalah


Masalah yang disajikan kepada mahasiswa adalah masalah yang otentik sehingga
mahasiswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. Proses Belajar Mandiri
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja mahasiswa belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga mahasiswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Pertukaran pikiran melalui kelompok kecil
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborasi, maka PBL dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan
yang jelas.
e. Dosen sebagai Fasilitator
Universitas Muhammadiyah Palembang
10

Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun
begitu dosen harus selalu memantau perkembangan aktivitas mahasiswa dan
mendorong mahasiswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

2.1.2. Tutorial

2.1.2.1 Definisi Tutorial

Tutorial merupakan bagian yang sangat penting dari penerapan PBL. Tutorial
berbentuk diskusi kelompok kecil terdiri dari beberapa mahasiswa (10-12 orang) dan
seorang fasilitator yang memiliki perannya masing–masing. Fasilitator berfungsi
sebagai learning facilitator dan knowledge transmission. Mahasiswa dituntut untuk
berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu sama lain, memiliki minat terhadap
kelompok dan berpartisipasi secara aktif agar kegiatan tutorial menjadi efektif .
Tutorial dalam PBL merupakan suatu proses belajar aktif dimana mahasiswa
distimulasi oleh suatu problem (skenario) yang bertujuan untuk mengaktifkan prior
knowledge mahasiswa dan difasilitasi oleh seorang fasilitator. Mahasiswa dalam
tutorial dituntut untuk berpartisipasi aktif sehingga dapat memberikan konstribusi
yang merata serta saling melengkapi pengetahuan diantara mahasiswa mengenai
permasalahan yang sedang dipelajari. Kegiatan tutorial dalam prosesnya terjadi
komunikasi antar personal dan interaksi yang kompleks sehingga harus dikelola
dengan baik. Partisipasi mahasiswa berkaitan dengan efektivitas tutorial dan
menentukan keberhasilan belajar (Harsono, 2005).

2.1.2.2 Tujuh Langkah Dalam Tutorial (Seven Jumps Tutorial)

Universitas Muhammadiyah Palembang


11

Salah satu metode yang digunakan dalam melaksanakan PBL adalah seven
jumps tutorial. Menurut Harsono (2005) Metode ini terdiri dari tujuh langkah yang
disusun sistematis sehingga diskusi mahasiswa tentang suatu masalah dapat berjalan
dengan optimal dan mencapai tujuan baik sesuai karakteristik PBL. Tujuh langkah
tersebut adalah :
1. Klarifikasi istilah (Clarifyng unfamiliar terms)
Mahasiswa bekerja dalam kelompok, mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah-
istilah asing/ belum dikenal (unfamiliar terms) yang terdapat di dalam skenario;
sekretaris kelompok membuat daftar istilah yang oleh kelompok dinggap masih
belum jelas maknanya Pada langkah ini mahasiswa menggunakan pengetahuan awal
(prior knowledge) yang dimiliki atau dengan menggunakan kamus bahasa atau
kamus kedokteran. Mahasiswa perlu meyakinkan bahwa seluruh anggota dalam
diskusi memiliki pemahaman yang sama terhadap istilah- istilah yang dimaksud
dalam skenario.
2. Mendefinisikan masalah (define the problem)
Di antara mahasiswa mungkin ada berbagai macam perbedaan pendapat tentang
pokok bahasan yang didiskusikan, tapi semuanya harus dipertimbangkan oleh
kelompok; sekretaris kelompok membuat daftar masalah yang telah disetujui
kelompok. Pada langkah kedua ini, setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan di dalam
skenario yang perlu dibahas secara lebih mendalam. Dalam tahapan ini,
masingmasing mahasiswa berhak mengajukan pertanyaan tanpa interupsi dari
anggota kelompok lain atau tutor.
3. Curah pendapat (brainstorming)
Mahasiswa berdiskusi dengan menggunakan prior knowledge, setiap mahasiswa
menyumbangkan pendapat mereka dan kemudian mengidentifikasi area yang masih
belum jelas atau belum lengkap; sekretaris kelompok mencatat hasil diskusi mereka.
Pada langkah ini mahasiswa memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap
pertanyaanpertanyaan yang telah disepakati dalam langkah kedua. Setiap mahasiswa
dapat mengemukakan pendapat dan pengetahuannya mengenai topik yang sedang
dibahas (brainstorming). Selanjutnya jawaban-jawaban tersebut didiskusikan
Universitas Muhammadiyah Palembang
12

bersama untuk dicari kesepakatan kelompok atas hipotesis dari pertanyaan yang
sedang dibahas. Pada tahap ketiga ini, mahasiswa diharapkan mampu menjadi
menerapkan prinsip belajar secara aktif, mahasiswa harus mampu mendengarkan,
menulis dan berdiskusi dengan mahasiswa lain untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam skenario.
4. Mahasiswa membuat kesimpulan secara terstruktur (review step 2 and 3)
Mahasiswa membuat tinjauan terhadap hasil pada langkah kedua dan ketiga,
kemudian membuat penjelasan sementara; sekretaris kelompok mengorganisasikan
penjelasan tadi, bila perlu membuat restrukturisasi.
5. Mahasiswa membuat formulasi tujuan belajar (formulating learning objectives)
Kelompok mencapai konsensus tentang tujuan belajar mereka; tutor memastikan
bahwa tujuan belajar telah terfokus, tercapai, bersifat komprehensif dan tepat.
6. Mahasiswa bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran (private
study)
Setiap mahasiswa belajar secara mandiri untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan masing- masing tujuan belajar, mereka dapat menggunakan
berbagai sumber pembelajaran yang tersedia, baik berupa textbook, artikel dan jurnal
ilmiah maupun melalui konsultasi dengan pakar terkait topik yang sedang dibahas.
7. Pelaporan (reporting)
Pada langkah ini, Mahasiswa kembali bertemu untuk mendiskusikan informasi yang
telah didapat, masing- masing mahasiswa menyampaikan hasil belajar mandirinya
dan mendiskusikan dengan mahasiswa lain dalam kelompok.
Mahasiswa kemudian dapat membuat suatu kesimpulan atau sintesis berdasarkan
kesepakatan bersama. Pada langkah ini tutor memperhatikan diskusi dan hasil
temuan mahasiswa dan dapat membuat penilaian terhadap kinerja kelompok.

Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan seven jump step

Universitas Muhammadiyah Palembang


13

‘Jump’ Aktivitas Sesi


1 Klarifikasi terminologi dan konsep yang
belum difahami
2 Mendefinisikan Permasalahan
3 Menganalisis permasalahan dan menawarkan Sesi
penjelasan sementara Pertama:
4 Menginventarisir berbagai penjelasanan yang
Pertemuan
dibutuhkan
5 Menformulasi tujuan belajar Pertama
6 Mengumpulkan informasi melalui belajar Sesi Kedua:
mandiri Antar
pertemuan
7 Mensintesis informasi baru dan menguji serta Sesi ketiga:
mengevaluasinya untuk permasalahan yang Pertemuan
sedang dikemukakan. kedua

Melakukan refleksi penguatan hasil belajar.


(Gijselaers, 2005)

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa seven jump step memiliki tiga sesi
belajar, yaitu 1) pertemuan pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan kedua.
Pada pertemuan pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus
diselesaikan oleh mahasiswa sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang
terminologi atau konsep baru yang mungkin belum dipahami oleh mahasiswa.
Mahasiswa dengan difasilitasi dosen akan mendefinisikan permasalahan dan
menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk menjawab
permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahasiswa akan menentukan
tujuan belajarnya (Gijselaers, 2005).

Pada sesi kegiatan belajar pertama berlangsung tahap-tahap sebagai berikut:


1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami, 2) Mendefinisikan
permasalahan, 3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara,
4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan, dan 5) Menformulasi
tujuan belajar (Gijselaers, 2005).

Universitas Muhammadiyah Palembang


14

Pada awal sesi pertama, dosen menyampaikan permasalahan yang harus


dipecahkan oleh mahasiswa (hal ini sebagai ciri khas Problem Based Learning).
Setelah permasalahan dilontarkan, mahasiswa dengan bimbingan dosen akan
mendiskusikan terminologi atau konsep-konsep baru yang mungkin belum diketahui
oleh sebagian atau keseluruhan mahasiswa. Agar permasalahan lebih kongkrit, dosen
perlu untuk membawa permasalahan tersebut di dalam kelas, baik melalui
demonstrasi, pemutaran video, maupun penggunaan model dari suatu permasalahan.
Jalan ini ditempuh agar mahasiswa dapat mendefinisikan permasalahan secara utuh
(Gijselaers, 2005). Setelah masalah berhasil didefinisikan secara utuh oleh
mahasiswa, diskusi kelas dikembangkan untuk menganalisis permasalahan dan
sekaligus menawarkan solusi sementara. Solusi sementara ini dibangun berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan mahasiswa sebelumnya dan oleh karena itu harus diuji
kebenarannya. Untuk itu dilakukan kajian pustaka dalam rangka menginventarisir
berbagai penjelasan yang dibutuhkan dalam rangka menguji “solusi sementara” yang
telah dilontarkan. Sehingga diakhir sesi pertama ini, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan cara yang tepat untuk membuktikan kebenaran “solusi sementara”
melalui serangkaian kegiatan mandiri yang akan dikerjakan pada sesi kedua
pembelajaran (Gijselaers, 2005).

Sesi kedua kegiatan belajar pada seven jump step adalah kegiatan mandiri,
yaitu mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri yang merupakan langkah
keenam seven jump step. Sesi ketiga kegiatan belajar pada seven jump step adalah
mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan
yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi hasil belajar. Data dan atau
informasi yang telah dikumpulkan pada sesi belajar sebelumnya, pada tahap ini akan
dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Jika kesimpulan telah doformulasikan,
maka hal ini berarti permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran sudah terjawab.
Setelah itu akan dilakukan diskusi untuk merefleksikan keseluruhan proses dan hasil
belajar yang telah ditempuh (Gijselaers, 2005).

2.1.2.3 Proses Tutorial


Universitas Muhammadiyah Palembang
15

Dalam proses tutorial mahasiswa memilih ketua untuk masing – masing


skenario PBL dan notulen untuk mencatat diskusi. Peran ini digilirkan untuk setiap
skenario. Flip Chart yang sesuai atau dapat digunakan untuk catatan laporan diskusi.
Pada awal sesi, bergantung pada materi pemicu, salah satu mahasiswa ketua
kelompok membacakan skenario seluruhnya dan semua anggota kelompok
mempelajai materi. Mahasiswa mempelajari tentang riwayat klinis atau pengenalan
tanda fisik yang abormal (Harsno, 2005).
Peran tutor memfasilitasi diskusi adalah membantu ketua mempertahankan
kelompok dinamis dan memastikan bahwa kelompok meningkatkan sasaran
pembelajaran yang tepat. Tutor membutuhkan peran lebih aktif dalam proses seven
jumps step untik memastikan semua mahasiswa sudah melakukan pekerjaan yang
tepat dan membantu ketua untuk mengajukan sebuah format yang sesuai untuk
anggota kelompok yang digunakan untuk menunjukkan hasil studi mereka. Tutor
menganjurkan para mahasiswa untuk mengecek pengertian mahasiswa akan materi.
Tutor juga dapat menganjurkan pertanyaan terbuka dan bertanya topik –topik yang
terdapat dalam skenario sesuai kata – kata mahasiswa sendiri (Harsono, 2005).
Berikut adalah peran ketua kelompok, sekretaris kelompok, anggota kelompok dan
tutor dalam proses tutorial, yaitu :

Tabel 2.2 Peran Ketua Dalam Diskusi PBL

No Peran ketua kelompok


1. Memimpin proses diskusi kelompok.
2. Mendorong anggota kelompok untuk mengambil bagian dalam
diskusi.
3. Memelihara dinamika kelompok.
Universitas Muhammadiyah Palembang
16

4. Mengatur waktu.
5. Memastikan kelompok mencapai tujuan pembelajaran ( Learning
objective).
6. Memastikan notulen membat catatan yang akurat.
(Harsono, 2005)

Tabel 2.3 Peran Notulen Dalam Diskusi PBL

No Peran Notulen kelompok


1. Mencatat isis diskusi yang dikemukakan kelompok.
2. Membantu kelompok dalam mengurutkan pikiran dan gagasan.
3. Berpartisipasi dalam siskusi.
4. Mencatat buku atau sumber pembelajaran yang digunakan kelompok
(Harsono, 2005)

Tabel 2.4 Peran Peserta Dalam Diskusi PBL

No Peran peserta kelompok


1. Mengikuti urutan langkah proses.
2. Berpartisipasi dalam diskusi.
3. Mendengarkan dan menghargai kontribusi peserta lainnya
4. Mengajukan pertanyaan terbuka
5. Mencapai semua tujuan pembelajaran ( Learning objective).
6. Berbagi informasi dengan peserta lainnya.
(Harsono, 2005)

Universitas Muhammadiyah Palembang


17

Tabel 2.5 Peran Tutor dalam diskusi PBL

No Peran Tutor kelompok


1. Mendorong semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam
diskusi
2. Membantu ketua untuk memlihara dinamika kelompok dan mengatur
waktu.
3. Memastikan bahwa notulen membuat catatan dengan akurat.
4. Mencegah diskusi di luar skenario
5. Memastikan kelompok mencapai tujuan kompetensi (Learning
objective.
6. Memeriksa pemahaman peserta.
7. Menilai Kinerja peserta.
(Harsono, 2005

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tutorial

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas tutorial yaitu


sebagai berikut (Prihanti, 2010) :
a. Tutor/Fasilitator
Peran fasilitator bertanggung jawab untuk membimbing mahasiswa dalam kegiatan
diskusi untuk menemukan learning objective dan cara untuk mempelajari topik
masalah. Tutor yang efektif lebih menekankan proses pembelajaran dari pada isi
materi.
b. Skenario
Skenario atau problem digunakan sebagai pemicu pembelajaran mahasiswa dalam
diskusi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Skenario dapat mempengaruhi diskusi

Universitas Muhammadiyah Palembang


18

kelompok dan ketertarikan mahasiswa pada topik diskusi sehingga diharapkan


meningkatkan pencapaian belajar mahasiswa dalam hal kognitif maupun sosial.
c. Mahasiswa
Karakteristik pembelajar dapat mempengaruhi hasil belajar dalam PBL. Kesiapan
belajar mandiri yang dimiliki mahasiswa mempengaruhi usaha untuk meningkatkan
pengetahuan, keahlian, prestasi dan mengembangkan diri individu yang berdampak
pada hasil belajar .

2.1.3. Motivasi

2.1.3.1 Definisi Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam subjek
untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif (Sardiman, 1994). Menurut Uno, (2008) motivasi adalah
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Sedangkan menurut
Hamalik, (1992) Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
individu dalam berperilaku tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu ada hal yang
mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi
kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan.
Semakin tinggi dan berarti suatu tujuan, semakin besar motivasinya, dan semakin
besar motivasi akan semakin kuat kegiatan dilaksanakan (Sukianti, 2010).

Universitas Muhammadiyah Palembang


19

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan
(Sukianti,2010).
Adapun definisi belajar menurut pandangan beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a. Belajar menurut Slameto
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2002).
b. Belajar menurut Witting
Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman (Djamarah,2002).
c. Belajar menurut Gage
Belajar sebagai suatu proses dimana organisme merubah perilakunya diakibatkan
pengalaman belajar merupakan perubahan perilaku akibat pengalaman yang ia dapat
melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru (Djamarah,2002).
d. Belajar menurut Uno
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Uno, 2008).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan
dengan melalui usaha dan latihan seta pengalaman secara sadar dan sengaja yang
menimbulkan perubahan baru (Uno, 2008).
Jadi, yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada
diri individu untuk melakukan perubahan dalam diri seseorang untuk menuju ke arah
perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Motivasi belajar bersifat non-intelektual,
peraran yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang kuat
akan banyak mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar dengan lebih baik.
Oleh karena itu dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang

Universitas Muhammadiyah Palembang


20

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar (Uno, 2008).
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi.
Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil
dan dorongan kebutuhan belajar, harapanakan cita-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan belajar yang menarik. Keduan faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan
tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang
lebih giat dan semangat (Uno, 2008).

2.1.3.2 Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi menurut Sardiman (1994) dibagi menjadi dua tipe yaitu
intrinsik dan ekstrinsik:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah
ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh peseta didik mau belajar karena disuruh,
diberi tugas, hadiah, ganjaran, dan lain-lain.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Universitas Muhammadiyah Palembang


21

Menurut Dimyani dan Mujiono (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi


motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita atau aspirasi mahasiswa
Cita-cita yang sudah tertanam pada diri mahasiswa merupakan motivasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar.
b. Kemampuan mahasiswa
Menurut pembawaannya, mahasiswa yang satu berbeda dengan yang lain,
pembawaan ini berhubungan dengan kecakapan seseorang dalam memecahkan
persoalan. Oleh karena itu kemampuan ini perlu dimiliki oleh setiap orang, maka
orang menyebut pembawaan tersebut dengan nama kemampuan umum. Kemampuan
ini disebut kecerdasan atau intelegensi.

c. Kondisi siswa
Kondisi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kondisi psikis dan kondisi psifik.
Kondisi psikis seperti perhatian, minat, perasaan, dan ingatan yang semuanya dapat
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kondisi psifik seperti pendengaran,
penglihatan, dan anggota badan yang lain besar manfaatnya untuk meningkatkan
motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya, dan kehidupan masyarakat. Dengan lingkungan yang aman, tenteran, tertib,
dan indah maka semangat motivasi belajar mudah tercapai.
2.1.4. Hubungan Motivasi Belajar Dalam Persepsi Mahasiswa Dalam
Menerapkan Seven Jumps Step

Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan,proses belajar diartikan sebagai memasukkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dimana mendorong mahasiswa untuk mempunyai pengalaman. Dalam
kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar
Universitas Muhammadiyah Palembang
22

mahasiswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Motivasi yang ada pada
setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk
itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta
kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan
bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
individu lain/ organisasi. Mahasiswa dalam menempuh belajar harus memiliki suatu
konsep diri dan motivasi dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Apabila
tidak ada motivasi belajar dalam diri mahasiswa, maka akan menimbulkan rasa malas
untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan
tugas-tugas individu. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar
maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan
kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan
melaksanakannya dengan tekun sehingga dapat mencapai hasil yang optimal (Uno,
2008).
Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas
Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar
baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter. PBL memadukan sejumlah
teori dan prinsip pendidikan yang saling melengkapi ke dalam suatu desain sistem
pembelajaran. PBL mengandalkan strategi belajar yang berpusat kepada pelajar
(student-centered), kolaboratif, kontekstual, terpadu, diarahkan sendiri, dan reflektif.
Desain dan pelaksanaan pembelajaran meliputi belajar dalam kelompok-kelompok
kecil. Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk membangun
pengetahuan dengan menggunakan kasus masalah yang realistis untuk memicu
proses belajar.
Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran dengan
penggunaan skenario yang disusun secara seksama dengan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu berdasarkan suatu tema pembelajaran tertentu untuk
menginisiasi dan menstimulasi pembelajaran mahasiswa melalui diskusi dalam suatu
kelompok kecil yang difasilitasi oleh seorang tutor. Metode ini kemudian dikenal
dengan diskusi tutorial. Pada diskusi tutorial, mahasiswa diberi skenario tentang
berbagai permasalahan klinis yang sering dijumpai dalam masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat mengeksplorasi skenario tersebut dan membahas berbagai aspek
Universitas Muhammadiyah Palembang
23

yang terkait dengan skenario tersebut, mulai dari aspek pengetahuan dasar (basic
science) seperti anatomi, fisiologi, histologi dan ilmu biomolekular, aspek klinis
seperti gejala dan tanda dari suatu penyakit, patogenesis dan patofisiologi dari
berbagai gejala yang timbul serta pemeriksaan penunjang dan juga aspek sosial
seperti epidemiologi dari suatu penyakit. Dengan metode belajar seperti ini
diharapkan nantinya pada saat berhadapan dengan pasien yang sesungguhnya,
mereka telah memiliki keterampilan yang cukup dalam penanganan pasien termasuk
kemampuan interpersonal dan profesionalisme sebagai seorang dokter. Salah satu
metode yang digunakan dalam melaksanakan PBL adalah seven jumps tutorial.
Metode ini terdiri dari tujuh langkah yang disusun sistematis sehingga diskusi
mahasiswa tentang suatu masalah dapat berjalan dengan optimal dan mencapai
tujuan baik sesuai karakteristik PBL (Uno, 2008).
Melalui penerapan langkah seven jumps step tutorial diharapkan dapat
memacu rasa ingin tahu dan memotivasi mahasiswa untuk belajar mandiri.
Mahasiswa perlu mempersiapkan diri sebelum melakukan proses tutorial agar dapat
membahas tujuan belajar yang akan dicapai. Proses tutorial dibutuhkan interaksi
setiap mahasiswa dan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
setiap anggota kelompok harus berpartisipasi aktif agar terjadi proses tutorial yang
efektif (Mahardika, 2017).
Menurut Oktavany (2016) tutorial dianggap sebagai pemicu yang disusun
dalam format tulisan dimana melalui penerapan langkah seven jumps step harus
mampu membuka rasa keingintahuan mahasiswa dalam melihat gambaran besar atau
bentuk keseluruhan suatu masalah ditinjau dari berbagai sisi cabang ilmu kedokteran
yang berkaitan. Melalui langkah seven jumps step, tutorial memicu nilai-nilai moral
dan etika, serta kepemimpinan yang diambil oleh mahasiswa selama proses
pengambilan keputusan dalam suatu kasus kedokteran. Materi yang terdapat dalam
tutorial berkaitan dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah diperoleh sebelumnya,
artinya bisa sebagai pendalaman materi yang pernah didapat atau prior knowledge
dan bisa juga sebagai penerapan ilmu kedokteran dasar. Tutorial dapat juga
merupakan gambaran nyata masalah kesehatan yang dapat menimpa seorang pasien
yang dibuat menarik dengan cara mengangkat topik yang terbaru atau sedang hangat
dibicarakan, atau yang umum didapat, dan dikemas sedemikian rupa, bisa dengan
Universitas Muhammadiyah Palembang
24

bantuan gambar atau ilustrasi yang menarik, agar mahasiswa merasa tertarik untuk
mendiskusikannya. Tutorial melalui penerapan langkah seven jumps step harus
mampu mengarahkan mahasiswa kepada tujuan pembelajaran.

2.2. Kerangka Teori

Ciri Pembelajaran Pembelajaran Berdasarkan


berdasarkan masalah: Masalah
1.Lebih mengutamakan
mahasiswa Tutorial
2. Proses belajar mandiri

3. Belajar dari masalah Terdiri dari 10-12


orangMuhammadiyah
Universitas mahasiswa Palembang
4. Pertukaran pikiran dan dosen
melalui kelompok kecil fasilitator
5. Dosen sebagai
fasilitator
25

7 langkah proses:

1. klarifikasi istilah

2.Mendefinisikan masalah

3. Curah Pendapat

4. Mahasiswa membuat
Kesimpulan secara terstruktur

5.Formulasi Tujuan
Pembelajaran

6. Belajar Mandiri

7. Pelaporan

Motivasi Belajar

Motivasi Ekstrinsik Motivasi Intrinsik


Keterangan :

: diteliti

------------------------ : tidak diteliti

2.3. Hipotesis

2.3.1. Hipotesis Nol (Ho)

Universitas Muhammadiyah Palembang


26

Tidak terdapat pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step
terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

2.3.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps step terhadap
motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Universitas Muhammadiyah Palembang


27

Penelitian ini bersifat penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross


sectional untuk mencari hubungan persepsi mahasiwa dengan penerapan seven jumps
step terhadap motivasi belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Adapun variabel bebas dan variabel terikat dinilai satu kali saja dan diukur sesuai
dengan keadaan dan status saat melakukan observasi. (Notoatmodjo, 2010)

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah


Palembang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2017.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

a. Populasi Target

Universitas Muhammadiyah Palembang


28

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2014,
2015 dan 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan


2014, 2015 dan 2016 yang mengikuti semua sesi I dan sesi II tutorial di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan suatu bagian yang akan diteliti. (Sastroasmoro, 2011) Dalam
penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Menurut Sugiyono (2005) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Margono (2004) menyatakan bahwa simple random sampling adalah
teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan
demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang
yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen. Tujuan dari pertimbangan pengambilan sampel
dengan cara simple random sampling pada penelitian ini adalah populasi telah menguasai
langkah diskusi seven jumps step, sehingga dianggap homogen. Populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.

3.3.3. Kriteria Sampel

Universitas Muhammadiyah Palembang


29

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang hadir
dalam proses tutorial sesi I dan sesi II serta bersedia menjawab pertanyaan kuesioner
dengan lengkap.

2) Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa yang tidak bersedia untuk mengisi kuesioner.


b. Mahasiswa yang tidak hadir dalam proses tutorial.
c. Mahasiswa yang tidak memahami proses seven jumps step tutorial yang ditunjukkan
dengan menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan no 1 dan 2 dalam kuesioner
pendapat mahasiswa terhadap langkah seven jumps step tutorial.
3.3.4. Besar Sampel

Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin. Adapun penelitian ini
menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus
representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak
memerlukan tabel jumlah sampel,namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan
sederhana. (Sugiyono, 2005)

Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ N e 2
n = Jumlah sampel

Universitas Muhammadiyah Palembang


30

N = Jumlah total populasi


e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi (10%)

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 268 mahasiswa, sehingga
presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan
untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan
perhitungan sebgai berikut:

268
n=
1+268 ¿ ¿
268
n=
1+268 (0,01)
268
n=
1+2,68
268
n=
3,68
n=¿ 72,8 (dibulatkan menjadi 73).

Kemudian, untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dari masing-masing


angkatan, maka digunakan rumus yaitu:
jumlah mahasiswa angkatan
n= x besar sampel yang ditentukan
jumlah mahasiswa keseluruhan
Sehingga didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Setiap Angkatan

Jumlah Mahasiswa/mahasiswi
No Angkatan Sampel
aktif
1 2014 90 orang 25 orang

2 2015 88 orang 24 orang


Universitas Muhammadiyah Palembang

3 2016 90 orang 25 orang

268 orang 74 orang


Jumlah
31

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel bebas

Persepsi mahasiswa dengan penerapan seven jumps step tutorial.

3.4.2. Variabel terikat

Motivasi Belajar.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur


yang diukur Ukur Ukur
Persepsi Menurut Harsono kuesioner kuesioner Ordinal 33-40: sangat
mahasiwa (2005) Metode ini baik
dengan terdiri dari tujuh 25-32: baik
penerapan langkah yang 18-24:kurang
Seven Jumps disusun sistematis 10-17:buruk
Universitas Muhammadiyah Palembang
32

Step tutorial. sehingga diskusi


mahasiswa
tentang suatu
masalah dapat
berjalan dengan
optimal dan
mencapai tujuan
baik sesuai
karakteristik PBL
Motivasi Motivasi adalah Kuesioner kuesioner Ordinal 35-44: sangat
belajar suatu perubahan tinggi
energi didalam 27-34:tinggi
pribadi seseorang 19-26:sedang
yang ditandai 11-18:rendah
dengan timbulnya
afektif atau
perasaan dan
reaksi untuk
mencapai tujuan
(Hamalik, 2003)

3.6. Instrumen Penelitian

a. Penerapan seven jumps step Tutorial :


Kuesioner pertanyaan oleh Erdiani (2009) dimana terdapat 1 tabel yang berisi
10pertanyaan yang telah dimodifikasi sesuai tujuan penelitian ini. Responden diminta
merefleksikan persepsinya melalui kuesioner yang berisi pegetahuan dan persepsi
mahasiswa mengenai proses seven jumps steps dalam tutorial di FK UMP.
b. Motivasi belajar

Universitas Muhammadiyah Palembang


33

Kuesioner pertanyaan oleh Liliswati (2015) dimana responden diminta merefleksikan


persepsinya melalui kuesioner yang berisi 11 butir pertanyaan yang telah dimodifikasi
sesuai tujuan penelitian ini. Kuesioner ini menilai persepsi responden dalam seven jumps
step tutorial yang dapat memotivasi belajar melalui pendekatan motivasi ekstrinsik dan
intrinsik.

3.7. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer menggunakan
kuesioner pada mahasiswa angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang mengikuti proses tutorial
di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Kuesioner terdiri dari 3
bagian yaitu:
1. Identitas responden
Terdiri dari angkatan, nama dan jenis kelamin.

2. Kuesioner penerapan Seven jumps Step tutorial.

3. Kuesioner Motivasi belajar.

3.8. Cara Pengolahan Data dan Analisis Data

3.8.1. Cara Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai


berikut:
1. Editing adalah memeriksa setiap lembar kuesioner untuk memastikan bahwa
setiap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner telah terjawab seluruhnya.
2. Coding adalah memberikan kode pada setiap jawaban yang terkumpul pada
kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data.

Universitas Muhammadiyah Palembang


34

3. Processing adalah memindahkan atau memasukkan data dari kuesioner ke dalam


komputer untuk selanjutnya diproses menggunakan software statistik.
4. Cleaning adalah proses pemeriksaan data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer, apakah terdapat kesalahan pada data tersebut atau tidak.
5. Tabulating adalah mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang sama
dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan
dalam bentuk tabel.

3.8.2. Analisis Data

1. Skor Angket Motivasi Belajar

Angket digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap masyarakat. Angket


dilakukan dengan mengajukan lembaran yang berisi daftar pernyataan kepada
responden. Angket yang digunakan merupakan tes skala persepsi mahasiswa dalam
hal seven jumps step tutorial terhadap motivasi belajar yang mengacu pada skala
likert. Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis,
disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap
pertanyaan tersebut dapat diberikan angka (skor) dan kemudian dapat
diinterpretasikan. Skala Likert tidak terdiri dari hanya satu stimulus atau satu
pernyataan saja melainkan selalu berisi banyak item (multiple item measure).
(Risnita, 2012) Prosedur penskalaan Likert didasari oleh dua asumsi yaitu:

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai


termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable. (Risnita,
2012)

Universitas Muhammadiyah Palembang


35

2. Untuk pernyatataan positif, jawaban yang diberikan oleh individu yang


memiliki sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban
yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negative. Demikian
sebaliknya untuk pernyatataan negatif, jawaban yang diberikan oleh individu yang
memiliki sikap negatif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban
yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap positif. (Risnita, 2012)

Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dalam penerapan langkah


seven jumps step, penulis menggunakan instrument beberapa angket yang terdiri dari
18 item pertanyaan dan penulis berikan penilaian dengan pedoman penilaian sebagai
berikut:
a. Pilihan jawaban SS dengan nilai 4
b. Pilihan jawaban S dengan nilai 3
c. Pilihan jawaban TS dengan nilai 2
d. Pilihan jawaban STS dengan nilai 1
Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dalam penerapan langkah seven jumps
step terkategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah ditempuh dengan mencari
interval nilai dengan rumus sebagai berikut (Ghozali, 2001):
Skala Likert
i= (Xt – Xr)+1
n
Kategori

Keterangan:
Panjang interval : panjang interval kategori yang digunakan.
Xt : nilai tertinggi ideal.
Xr : nilai terendah ideal.
n
kategori : jumlah kategori yang digunakan.

Sebelum menggunakan rumus resebut untuk menentukan kategori yang


diinginkan, maka terlebih dahulu penulis akan memaparkan tentang nilai skor ideal
yang berlaku dalam penyusunan skripsi ini. Penetapan skor ideal baik skor tertinggi
maupun terendah diperoleh dari jumlah skor dan item penyekorannya. Dalam
penelitian ini jumlah soal angket motivasi belajar adalah 18, dengan empat item
Universitas Muhammadiyah Palembang
36

jawaban yaitu SS, S, TS, dan STS yang berskor masing-masing 4, 3, 2, 1, maka skor
ideal untuk angket motivasi belajar terkisar antara 18-72. Dimana angka 18 adalah
skor ideal terendah dan 72 adalah skor ideal tertinggi.
Setelah diketahui skor ideal terendah dan tertinggi, langkah selanjutnya adalah
penempatkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas:
i= (Xt – Xr)+1
n
Kategori
= (44 – 11)+1
4
=8
Dari perhitungan tersebut, kemudian ditentukan interval dan kategorinya
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.3 Interval Penilaian Motivasi Belajar

No Interval Kategori
1. 35 - 44 Sangat tinggi
2. 27 - 34 Tinggi
3. 19 - 26 Sedang
4. 11 - 18 Rendah

2. Skor Angket Seven Jumps Step

Angket digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap masyarakat. Angket


dilakukan dengan mengajukan lembaran yang berisi daftar pernyataan kepada
responden. Angket yang digunakan merupakan tes skala pengetahuan seven jumps
step terhadap motivasi belajar yang mengacu pada skala likert. Skala Likert berwujud
kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis
sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat

Universitas Muhammadiyah Palembang


37

diberikan angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan. Skala Likert tidak
terdiri dari hanya satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan selalu berisi
banyak item (multiple item measure). (Risnita, 2012)

Prosedur skala Likert didasari oleh dua asumsi yaitu:

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai


pernyataan yang setuju atau pernyataan yang tidak setuju. (Risnita, 2012)

2. Untuk pernyatataan positif, jawaban yang diberikan oleh individu yang


memiliki sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban
yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negative. Demikian
sebaliknya untuk pernyatataan negatif, jawaban yang diberikan oleh individu yang
memiliki sikap negatif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban
yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap positif. (Risnita, 2012)

Untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam seven jumps step tutorial di FK


Muhammadiyah Palembang, penulis menggunakan instrument beberapa angket yang
terdiri dari 17 item pertanyaan dan penulis berikan penilaian dengan pedoman
penilaian sebagai berikut:
a. Pilihan jawaban SS dengan nilai 4
b. Pilihan jawaban S dengan nilai 3
c. Pilihan jawaban TS dengan nilai 2
d. Pilihan jawaban STS dengan nilai 1
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam hal seven jumps step tutorial di FK
Muhammadiyah Palembang terkategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah
ditempuh dengan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut (Ghozali,
2001):
Skala Likert
i= (Xt – Xr)+1
n
Kategori
Keterangan:
Panjang interval : panjang interval kategori yang digunakan.
Xt : nilai tertinggi ideal.
Universitas Muhammadiyah Palembang
38

Xr : nilai terendah ideal.


n
kategori : jumlah kategori yang digunakan.

Sebelum menggunakan rumus resebut untuk menentukan kategori yang


diinginkan, maka terlebih dahulu penulis akan memaparkan tentang nilai skor ideal
yang berlaku dalam penyusunan skripsi ini. Penetapan skor ideal baik skor tertinggi
maupun terendah diperoleh dari jumlah skor dan item penyekorannya. Dalam
penelitian ini jumlah soal angket motivasi belajar adalah 18, dengan empat item
jawaban yaitu SS, S, TS, dan STS yang berskor masing-masing 4, 3, 2, 1, maka skor
ideal untuk angket motivasi belajar terkisar antara 18-72. Dimana angka 18 adalah
skor ideal terendah dan 72 adalah skor ideal tertinggi.
Setelah diketahui skor ideal terendah dan tertinggi, langkah selanjutnya adalah
penempatkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas:
i= (Xt – Xr)+1
n
Kategori
= ( 40 – 10)+1
4
= 7,75
Dari perhitungan tersebut, kemudian ditentukan interval dan kategorinya
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.4 Interval Angket Seven Jumps Step

No Interval Kategori
1. 33-40 Sangat baik
2. 25-32 baik
3. 18-24 kurang
4. 10-17 buruk

3. Uji Analisis Data

Universitas Muhammadiyah Palembang


39

Data penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan SPSS 16 (Statistical


Package for Social Science) dan analisis data statistik menggunakan uji chi
square.Uji Chi-Square dengan menggunakan program SPSS 16 (Statistical Product
and Service Solution). Bila nilai signifikansinya p<0,5 maka terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel dependent dan variabel independent. Bila p>0,5 maka tidak
terdapat hubungan yang bemakna antara variabel dependent dan variabel
independent. Menggunakan uji hipotesis Chi-Square karena hasil penelitian ini
merupakan variabel kategorik tidak berpasangan. Syarat dari uji Chi-Square, yaitu:
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count
(F0) sebesar 0 (Nol).
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang
memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.
c. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

3.9. Alur Penelitian


Populasi
Kriteria inklusi
Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran
 Mahasiswa angkatan Universitas Muhammadiyah Palembang
2014, 2015 dan 2016
FK UMP.
 Mahasiswa yang
bersedia mengisi
kuesioner. Mahasiswa/mahasiswi angkatan 2014, 2015 dan 2016
FK UMP

Universitas Muhammadiyah Palembang


40

Sampel

Kriteria eksklusi

 Mahasiswa yang Sosialisasi pengisian kuesioner


tidak bersedia
mengisi kuesioner.
 Mahasiswa yan
tidak hadir dalam Mengolah data penelitian
proses tutorial.
 Tidak memahami
Seven Jumps Step
yang ditujukan
dengan tidak setuju Hasil dan Pembahasan
dan sangat tidak
setuju pada
z kuisioner no 1 dan

Simpulan dan Saran

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai