PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gagasan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
maladaptive da mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagai rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup berbagai pengalaman.
Isolasi sosial adalah salah satu gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Maka dari itu perlu kita ketahui lebih dalam tentang apa itu
gangguan jiwa pada isolasi sosial, dan bagaimana penanganannya.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi isolasi sosial
2. Apa etiologi isolasi sosial
3. Apa itu faktor predisposisi isolasi sosial
4. Apa itu faktor presipitasi
5. Apa itu tanda dan gejala isolasi sosial
6. Bagaimana rentang respon isolasi sosial
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat et al, 2005).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian dari seorang individu dan diteriam sebagai
perlakuan dari orang lain serta kondisi yang negatif atau mengancam (Judith M Wilinson,
2007)
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan isolasi sosial dibedakan menjadi 2, yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1. Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
d. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Penurunan
aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan mood dan gangguan
kecemasan. Menurut Townsend (2003, hlm.59) neurotransmitter yang
mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga apabila
dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan mood dan motivasi.
Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan memori, menarik
diri dari masyarakat dan depresi
Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung menurun
sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah, lesu dan malas
melakukan aktivitas
Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan isolasi sosial
cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti malas, lemah dan lesu.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal
Stress sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit keluarga seperti
perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua
ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Faktor internal
Stress Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
d. Sumber Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) sumber koping yang berhubungan dengan respon
sosial maladaptif adalah sebagai berikut :
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
2) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian
pada hewan peliharaan.
3) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
Menurut Stuart & Laraia (2005, hlm. 432 ) terkadang ada beberapa orang
yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan
teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga
sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan
menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk
keluarga dan temannya
e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
yaitu sebagai berikut:
1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri( Rasmun, 2004, hlm.
35).
2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain (Rasmun, 2004, hlm. 32).
3) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk (Rasmun, 2001,
hlm. 36).
f. Rentang Respon
Menurut Stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan
sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan
maladaptif sebagai berikut :
(Stuart. 2006)
Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri termasuk dalam
transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung
berfikir kearah negatif.
1. Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
a. Menyendiri (Solitude)
Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengevaluasi diri dan menentukan langkah berikutnya
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Bekerjasama (Mutuality)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima, merupakan kemampuan
individu yang saling membutuhkan satu sama lain
d. Interdependen
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal
2. Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.
a. Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi apabila
seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk
mencari ketenangan sementara waktu
b. Ketergantungan (Dependen)
Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan tergantung
dengan orang lain
c. Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
d. Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi pada diri sendiri atau
pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam
e. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak
f. Narcissisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung
C. Manifestasi
1. Gejala Subjektif :
Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Respon verbal kurang dan sangat singkat
Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Klien merasa tidak berguna
Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya
Klien merasa ditolak
2. Gejala Objektif :
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Kurang spontan
Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Komunikasi verbal menurun/tidak ada
Tidak memiliki teman dekat
Mengisolasi diri
Aktivitas menurun
Kepribadian yang kurang sehat
Tidak ada kontak mata, sering menunduk
Asyik dengan pikirannya sendiri
Lebih senang menyendiri
Menyendiri/berdiam di kamar
Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim
Tidak ada rasa percaya diri
Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain
Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung
I. A. Pohon Masalah
Isolasi sosial
1. Isolasi Sosial
Data subyektif
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif
a. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,
Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
Data objektif
a. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar dirinya dan kurang
dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 30/11/2019
Nomor Register : 22.17.22
Ruangan Rawat : BELIMBING
Diagnosa Medis : F.20.03
Tanggal Dirawat : 29/11/2019
B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.A
Suku Bangsa : Jawa
Umur : 16th
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : ciganjur
Agama : Islam
Sumber informasi : Pasien, perawat,status
C.ALASAN MASUK
Mencubit ponakan dirumah
D.FAKTOR PREDISPOSISI
Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : Ya
Pengobatan sebelumnya : kurang berhasil
Aniaya Fisik : Ya pelaku 16 Tahun, Korban usia 8 Tahun
Aniaya seksual : Tidak ada
Penolakan : tidak ada
Kekerasan dalam Keluarga : tidak ada
Tindakan Kriminal : tidak ada
Jelaskan No. a, b, c :
- Saat pasien berusia 8th , pasien mengatakan sering di pukul abangnya
- Saat usia 16th pasien mencubit ponakannya karna kesal
Masalah Keperawatan :
Resiko Perilaku kekerasan
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak ada.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Saat usia 8 tahun, pasien sering si pukuli oleh abangnya
E.PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital : TD : 110/70mmHg
N : 82x/menit
S : 36,5˚c
P : 20x/menit
Ukur : TB : 165cm
BB : 60kg
Keluhan Fisik : di tubuh pasien terdapat banyak bekas luka
F. PSIKOSOSIAL
Genogram :
Konsep diri
Gambaran diri : Pasien menyukai bagian mata dan hidung dan tidak suka karna tubuhnya
pendek
Identitas : Pasien tau nama,umur, dan tempat tinggalnya dengan baik
Peran : Pasien sering membantu orangtua di rumah
Ideal diri : Pasien ingin cepat pulang dan beraktivitas kembali
Harga diri : Pasien tidak pede dan tidak ada kontak mata saat berbicara
Hubungan Sosial :
Orang yang berarti : Orang tua
Peran serta dalam kegiatan : Pasien membantu orang tua
dirumah
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien merasa malu dan tidak mau
memulai pembicaraan dengan orang lain.
Spiritual
Nilai dan keyakina : Baik
Kegitana Ibadah : Sholat 5x
G. STATUS MENTAL
a. Penampilan : Tidak rapih, pasien menggunakan pakaian seadanya dan berantakan
b. Pembicaraan : Apatis, tidak ada kontak mata saat perbincingan dan pasien lebih banyak
diam
c. Aktivitas Motorik : Lesu, Pasien lebi banyak diam dan tidur
d. Alam Perasaan : Sedih, pasien terlihat lebih banyak murung
e. Afek : Datar, Pasien tampak tidak memiliki perubahan ekspresi selama komunikasi
f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang, pasien lebih banyak diam dan
menunduk
g. Persepsi : Pendengaran, Pasien tampak seperti mendengar sesuatu, tapi pasien tidak tahu
apa yang dia dengar (menyangkal)
h. Proses pikir : Blocking, Pasien lebih banyak diam dan lebih banyak membicarakan ingin
pulang.
i. Isi Pikir : Pasien hanya memikirkan ingin pulang
j. Tingkat kesadaran : Cm, pasien dapat mengetahui waktu, tempat, dan orang
k. Memori : Gangguan daya ingat jangka panjang, Pasien sering lupa nama dan beberapa
hal yg baru ia pelajari
l. Tingkat Konsetrasi dan berhitung : mudah beralih, pasien saat ditanya atau diajak biacara
hanya membicarakan ingin pulang
m. Kemampuan penilaian : gangguan ringan, tiba bisa memilih dalam hal apapun
n. Daya Tilik diri : menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya, pasien selalu menyalahkan
kakaknya yang suka memukul pasien
GPS. Halusinasi
↑
ISOLASI SOSIAL
↑
Harga diri rendah
SP 2
1.Evaluasi kegiatan perkenalan (berapa orang) Beri pujian
2.Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 tetangga atau tamu,
berbicara saat melakukan kegiatan harian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) & bicara saat melakukan dua
kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat
melakukan 4 kegiatan harian
SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Beri
pujian
2. Latih bicara sosial : belanja ke warung, meminta sesuatu, menjawab pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan > 5 orang, orang baru,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi
STRATEGI PELAKSANAAN KEPEERAWATAN
(ISOLASI SOSIAL )
Pertemuan/SP : 1/1
Hari/tanggal/jam: sabtu/30 november 2019/10:00
Nama : Tn.A
Ruangan : belimbing
a. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien
Ds: pasien mengatakan ingin pulang
Do : - pasien tidak ada kontak mata
- pasien tidak banyak merespon pertanyaan
2. Diagnosa keperawatan
- Isolasi Sosial
3. Tujuan
- tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
- tujuan khusus
a.Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan orang lain
b.Pasien dapat mengidentifikasi masalah isolasi sosialnya
4. Tindakan keperawatan
1. identifikasi penyebab isolasi sosial
2. keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
3.kerugian tidak punya teman dan bercakap-cakap
4.latih cara berkenalan dengan orang lain / pasien lain
5. masukan jadwal kegiatan
b. Strategi Komunikasi
1. fase orientasi
a. salam terapetik
” selamat pagi pak , perkenalkan nama saya helen ferina , senang di panggil helen ,
saya mahasiswa dari UKI nama bapak siapa ? senang di panggil apa ?”
b. evaluasi
1. apa yang bapak rasakan saat ini ?
2. masih ingat kejadian sebelum bapak di bawa ke sini ?
3. apa keluhan bapak saat ini?dari tadi saya lihat bapak duduk menyendiri ?bapak
sudah mengenal teman-teman di sini ?
c. kontrak
1. topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman bapak A ?
juga tentang apa yang membuat bapak A tidak mau mengobrol dengan teman-
teman ?
d.fase kerja
a. ”siapa saja yang tinggal satu rumah dengan bapak ? siapa yang paling dekat
dengan bapak ? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak ? apa yang membuat
bapak jarang bercakap-cakap dengannya ?”
b. ”apa yang bapak rasakan selama dirawat disini ? siapa yang paling dekat
dengan bapak ? oh belum ada ? apa yang membuat bapak tidak mau bergabung dengan
teman-teman disini ?
c.bapak tau keuntungan mempunyai tbanyak temen ? coba sebutkan apa saja
pak ?
d.nah sekarang kerugian tidak mempunyai teman bapak tau tidak ? ternyata
banyak juga ya pak kerugian tidak mempunyai temen jadi kalau begini bapak mau tidak
belajar berekenalan dengan orang lain
e.bagus, bagaimana kalau hari ini kita belajar berkenalan dengan orang lain ?
f. nah, untuk berkenalan dengan orang lain caranya yang pertama, ”jabat tangan,
sebutkan nama lengkap, nama panggilan dan alamat”
contohnya :” selamat pagi, perkenalkan nama saya helen ferina senang dipanggil
helen, alamat saya diciracas”
nah, ayo bapak di coba ? ya bagus
g.selanjutnya bapak menanyakan kembali pada orang tersebut siapa namanya,
alamat dan hobinya.
Contohnya : ”nama bapak siapa ? senang di panggil apa ? asalnya dari mana dan
hobbynya apa ?”
Nah, ayo dicoba bapak ? ya bagus.
h.ayo bapak coba, misalnya saya belum kenal dengan bapak, coba berkenalan
dengan saya, ya bagus seperti itu
3. terminasi
a. evaluasi respon
1. evaluasi subjektif
”bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang
penyebab bapak tidak mau bergaul dan berlatih cara berkenal ?”
b.evaluasi objektif
”coba bapak sebutkan keuntungan dan kerugian bapak tidak mau bergaul
”coba praktikan lagi cara berkenalan dengan saya, ya bagus
PERTEMUAN / SP : 1 / 1
NAMA 6 : TN. A
RUANGAN : BELIMBING
TGL/ JAM : 30 NOV 2019 / JAM 10
Implementasi EVALUASI
DS : S: p/ mengatakan lupa apa yang dipelajari
p/mengatakan mencubit keponakannya O: p/ terlihat tidak semangat
karena merasa kesal p/ terlihat tidak ada kontak mata
p/ mengatakan merasa malu A: isolasi sosial belum teratasi
P: mengulang SP 1
DO :
P/ terlihat tidak ada kontak mata saat
berbicara
p/ terlihat tidak berbaur dengan orang lain
p/ terlihat lebih banyak diam saat di tanya
Tindakan keperatan : SP 1
1.BHSP
2.mengajarkan interaksi secara
bertahap
PERTEMUAN / SP :2/1
NAMA : TN. A
RUANGAN : BELIMBING
TGL/ JAM : 02 DES 2019 / JAM 10.00
Implementasi EVALUASI
DS : S: p/ mengatakan sudah punya beberapa
p/mengatakan belum berinteraksi dengan teman
siapapun O: p/ sudah bisa mengulang cara berkenalan
A: isolasi sosial teratasi sebagian
DO : P: Lanjutkan SP 2
P/ tidak bisa mengulangi cara berkenalan
p/ terlihat belum ada kontak mata
Tindakan keperatan : SP 1
1.BHSP
2.mengajarkan interaksi secara
bertahap
Implementasi EVALUASI
DS : S: p/ mengatakan lupa cara berinteraksi
p/mengatakan sudah berinteraksi dengan O: p/ terlihat gelisah
beberapa orang p/ terlihat tidak ada kontak mata
A: isolasi sosial belum teratasi
DO : P: mengulang SP 1
P/ sudah bisa menyebutkan nama temannya
p/ sudah bisa mengulangi cara berkenalan
dengan baik
Tindakan keperatan : SP 2
1. Mengajarkan cara berinteraksi
sehari hari.
PERTEMUAN / SP : 4 / 2
NAMA : TN. A
RUANGAN : BELIMBING
TGL/ JAM : 04 DES 2019 / JAM 10.00
Implementasi EVALUASI
DS : S: p/ mengatakan tidak mau berbincang
p/mengatakan tidak mau berkenalan dengan bincang
orang lain O: p/ terlihat menyendiri
p/ terlihat menjauh saat di ajak berbicara
DO : A: isolasi sosial belum teratasi
P/ tidak ada kontak mata P: mengulang SP 1
p/ terlihat menjauh saat di ajak bicara
Tindakan keperatan : SP 1
1. BHSP
2. Mengajarkan interaksi secara
bertahap
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan kontrol ke
RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya guna
memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapa membantu
proses penyembuhan