Anda di halaman 1dari 8

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman 72-79

EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN


Research & Learning in Education
https://edukatif.org/index.php/edukatif/index

HUBUNGAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN PERGAULAN BEBAS REMAJA


DI MTS SWASTA NURUL HASANAH TENGGAYUN

Rinda Fithriyana1
Program Studi DIII Kebidanan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
e-mail : rindaup@gmail.com1

Abstrak

Remaja merupakan suatu masa dimana seseorang individu mengalami pengalihan dari suatu tahap ketahap
berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola prilaku dan penuh juga dengan masalah-
masalah. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja adalah pergaulan bebas. Salah satu penyebab
pergaulan bebas pada remaja adalah fungsi afektif keluarga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antar fungsi afektif keluarga terhadap pergaulan bebas pada remaja. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di MTS
Nurul Hasanah Tanggayun dengan jumlah sampel 147 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji Chi
Square. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi Square dan diperoleh P value 0,006 < 0.05 dengan nilai
OR 2.826 yang artinya ada hubungan antara fungsi afektif keluarga dengan pergaulan bebas remaja. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan agar dapat memperhatikan pergaulan
remaja di lingkungan sekolahnya.
Kata Kunci: Remaja, Fungsi Afektif Keluarga, Pergaulan Bebas

Abstract
Adolescence is a time when an individual experiences transfer from one stage to the next and experiences
changes in both emotions, body, interests, behavior patterns and is also full of problems. The problem that
often occurs in adolescence is promiscuity. One of the causes of promiscuity in adolescents is the affective
function of the family. The purpose of this study was to determine the relationship between family affective
functions of promiscuity in adolescents. The research design used was descriptive analytic with cross
sectional approach. This research was conducted at MTS Nurul Hasanah Tanggayun with a sample of 147
people. The sampling technique used is total sampling. Analysis of the data used is Univariate Analysis and
Bivariate Analysis with Chi Square test. The results of the study were processed using the Chi Square test and
obtained P value 0.006 <0.05 with a value of OR 2,826, which means there is a relationship between the
affective function of the family and adolescent free association. The results of the study are expected to be an
input for educational institutions to be able to pay attention to adolescent relationships in their school
environment.
Keywords: Teenagers, Affective Functions of Families, Free Intercourse
@Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan FIP UPTT 2019

 Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang ISSN 2656-8063 (Media Cetak)
Email : rindaup@gmail.com ISSN 2656-8071 (Media Online)

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
73 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

PENDAHULUAN berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin


Remaja merupakan suatu masa dimana berani dan lebih terbuka yaitu; 1. Berpegangan
seseorang individu mengalami peralihan dari satu tangan, laki-laki 69% dan perempuan 68,3%, 2.
tahap ketahap berikutnya dan mengalami Berciuman laki-laki 41,2% dan perempuan 29,3%
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku 3. Meraba/merangsang, laki-laki 26,5% dan
dan juga penuh dengan masalah-masalah. perempuan 9,1%. Berdasarkan hasil survei di 33
Perubahan yang paling menonjol adalah perubahan provinsi di Indonesia pada tahun 2015
fisik, terutama pada organ-organ seksualnya. menunjukkan adanya peningkatan jumlah remaja
Remaja mulai menaruh minat pada lawan jenis dan yang mengaku pernah berhubungan seks diluar
hal-hal yang berbau seksualitas, terkadang diikuti nikah yaitu 62,7%, 20% dari 94.270 perempuan
dengan berbagai macam perilaku yang mengarah yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal
pada perilaku seksual (Hurlock, 2013). dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya
Menurut World Health Organitation pernah melakukan aborsi.
(WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang Pergaulan bebas merupakan salah satu
usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas”
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun yang ada. Baik di lingkungan maupun dari media
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga massa. Remaja begitu mudah mengikuti ajakan
Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah lawan jenis untuk melakukan hubungan seks
10-24 tahun dan belum menikah. Pada tahun 2010 sebelum menikah dengan alasan suka sama suka
jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar dan saling mencintai. Remaja tidak pernah berpikir
yaitu sekitar 64 juta jiwa, untuk remaja laki-laki akibat lanjut yang ditimbulkan. Kebanyakan
sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) sedangkan remaja ingin melakukan hubungan seks karena
perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) remaja sekarang dalam menjalani hubungan
dari jumlah penduduk Indonesia yaitu sebesar (berpacaran) yang sangat berani, misalnya
237,6 juta jiwa (Diana dalam InfoDATIN, 2014). berpegangan tangan, saling bersentuhan bibir atau
Remaja dengan rasa keingintahuannya dorongan untuk hasrat seksual (Sarwono, 2011).
yang sangat besar cenderung melakukan hal-hal Perilaku seks remaja yang tidak
yang baru, termasuk dalam kegiatan seksual. Para bertanggung jawab akan mengakibatkan masalah
remaja akan mencari informasi yang terkait yang mengganggu kehidupan remaja. Remaja yang
dengan hal berbau seksualitas dan akan melakukan sudah mencapai kematangan seksual memiliki
berbagai cara untuk memuaskan rasa ingin tahunya dorongan untuk memuaskan kebutuhan
tersebut, tanpa memikirkan dampak yang akan seksualnya, tetapi dari sisi kebudayaan dan norma-
terjadi padanya. Hal ini akan membuat remaja norma sosial yang ada dimasyarakat, melarang
akan mudah untuk melakukan tindakan yang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan,
menyimpang. Salah satu contoh tindakan sehingga remaja harus mampu mengontrol
menyimpang yang dilakukan remaja adalah pergaulannya (Hidayat, 2009).
banyaknya terjadi perilaku seksualitas (Hurlock, Menurut Purnawan dalam Yuliadi (2010),
2013). ada beberapa faktor yang mendorong remaja
Berdasarkan survei SKRRI dalam melakukan seks bebas yaitu dari faktor internal
BKKBN (2014) menunjukkan pengalaman dan eksternal. Faktor internal diantaranya adalah

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
74 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

tingkat perkembangan seksual, pengetahuan kekuatan keluarga. Fungsi afektif keluarga sangat
mengenai kesehatan reproduksi dan motivasi. penting bagi perkembangan remaja, karena
Untuk faktor eksternal adalah keluarga, pergaulan keluarga mempunyai kewajiban untuk
dan media massa. keluarga merupakan tahap awal memberikan rasa kasih sayang kepada setiap
dari proses perkembangan remaja. Di dalam anggota keluarganya. Keluarga yang harmonis
keluarga hubungan antara orang tua dan anak akan terjadi komunikasi antar anggota keluarga
sangat dipengaruhi oleh persepsi anak dengan dan remaja berkesempatan berkeluh kesah tentang
sistem pengasuhan dan interpretasinya terhadap apa yang dirasakannya sehingga remaja akan
motivasi dan hukuman dari orang tua. Hal ini merasa diperhatikan, dihargai serta dicintai. Jadi
sesuai dengan pendapat Hurlock (dalam Silalahi, apabila fungsi afektif terpenuhi maka remaja akan
2010) bahwa interaksi dalam keluarga akan mampu membatasi pergaulannya karena remaja
berlangsung tidak wajar jika sikap orang tua merasa diperhatikan orang tuanya dan merasa
dipersepsikan tidak baik oleh anak. Oleh karena diakui keberadaannya dalam suatu keluarga.
itu, keluarga memiliki fungsi dan peran yang Tetapi jika tidak terpenuhinya fungsi afektif
penting dalam pengasuhan dan pembinaan keluarga maka remaja akan terjerumus ke dalam
terhadap perilaku anak. hal-hal yang menyimpang seperti pergaulan bebas
Keluarga adalah perkumpulan dua atau (Harmoko dalam Rahmadita, E & Apriyatmoko, R,
lebih individu yang terikat oleh hubungan darah, 2012).
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota Berdasarkan studi pendahuluan serta data
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Bailon yang didapatkan dari staf bagian kesiswaan dan
dan Maglaya dalam Setyowati, 2008). Keluarga guru BK MTS Nurul Hasanah Tenggayun yang
adalah bagian dari masyarakat yang peranannya dilakukan dengan metode wawancara, terdapat
sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang beberapa orang siswa yang mempunyai masalah
sehat. Dari keluarga pendidikan kepada individu dengan keluarganya, seperti bertengkar dengan
dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan orang tua, tidak dipedulikan orang tua dan remaja
masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun sering dipukuli oleh orang tuanya. Melalui metode
suatu kebudayaan maka dimulai dari keluarga wawancara terhadap 10 orang remaja didapatkan
(Setiadi, 2008). bahwa 8 dari 10 remaja pernah berpacaran dan
Menurut Friedman (2010) terdapat 5 sering keluar malam untuk berkumpul dengan
fungsi dasar keluarga diantaranya adalah fungsi teman ataupun pacar, 2 dari 10 remaja mengatakan
afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi bahwa temannya pernah mengalami meried by
ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Di dalam accident serta 6 dari 10 remaja juga mengatakan
keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga bahwa pada saat mengalami masalah dalam
yang dapat dijalankan oleh anggota keluarga. keluarga remaja lebih cenderung cerita atau
Berdasarkan beberapa fungsi diatas salah satunya berbagi dengan teman sebaya, guru Bimbingan
adalah fungsi afektif keluarga. Konseling (BK) di sekolah atau memendamnya
Fungsi afektif merupakan sumber energi sendiri dibandingkan cerita atau berbagi dengan
yang menentukan kebahagiaan keluarga dan anggota keluarga.
berhubungan dengan fungsi internal keluarga, Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
perlindungan psikososial serta dukungan terhadap tertarik untuk melakukan penelitian tentang
anggota keluarganya, yang merupakan basis “Hubungan Antara Fungsi Afektif Keluarga

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
75 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Nurul pertanyaan yang berhubungan dengan masalah
Hasanah Tenggayun”. yang akan diteliti. Pada fungsi afektif alat yang
digunakan untuk mendapatkan fungsi afektif
METODE PENELITIAN
keluarga adalah dengan menggunakan kuesioner
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.
dalam bentuk pernyataan.
Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian
pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik Analisa yang digunakan adalah analisa
tertentu didalam kehidupan manusia yang univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat
dinamakan variabel (Nasir, 2011). Penelitian ini merupakan analisa yang bertujuan untuk
menggunakan desain korelasi dengan pendekatan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
cross sectional. Menurut Hidayat (2014), cross setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
sectional merupakan rancangan penelitian dengan analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada persentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2012).
saat bersamaan atau sekali waktu antara variabel Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
bebas (Fungsi Afektif) dengan variabel terikat hubungan satu variabel independen dengan satu
(Pergaulan Bebas Remaja). variabel dependen, bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen utama
Penelitian ini dilakukan di MTS Nurul
dengan variabel dependen dengan tanpa
Hasanah Tenggayun pada bulan November tahun
mempertimbangkan variabel independen atau
2016. Populasi merupakan seluruh objek
faktor risiko lainnya. Analisis bivariat
penelitian (Hidayat, 2014). Populasi dalam menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square).
penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas
VII, VIII dan IX MTS Nurul Hasanah HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Tenggayun. Jumlah siswa/siswi kelas VII, Setelah dilakukan penelitian, maka
VIII dan IX sebanyak 147 orang siswa/i. didapatkan hasil sebagai berikut: dari 147 remaja,
mayoritas remaja berumur 14-15 tahun sebanyak
Sampel adalah objek yang diteliti dan 109 orang (74,1%), mayoritas berjenis kelamin
dianggap mewakili seluruh populasi perempuan yaitu sebanyak 83 orang (56,5%),
(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, mayoritas fungsi afektif keluarga pada tidak
sampel diambil dengan menggunakan teknik total terpenuhi yaitu sebanyak 96 orang (65,3%),
sampling yaitu mengambil keseluruhan populasi mayoritas pergaulan bebas berada pada kelompok
siswa/siswi kelas VII, VIII dan IX yang berjumah beresiko yaitu sebanyak 82 orang (55,8%).
sebanyak 147 orang siswa/i.
Analisis bivariat dilakukan untuk
Instrumen penelitian adalah alat atau mengetahui hubungan antara variabel independen
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam (Fungsi Afektif) dan variabel dependen (Pergaulan
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih Bebas) dengan menggunakan uji statistic chi
mudah dan hasilnya lebih baik, lebih lengkap dan square. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada
lebih sistematis sehingga lebih mudah diolah tabel berikut:
(Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner
yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis dengan

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
76 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

Tabel 1. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga dengan 171 orang (50,1%) sedangkan fungsi afektif
Pergaulan Bebas Remaja di MTS Nurul Hasanah
Tenggayun keluarga terpenuhi yaitu 170 orang (49,9%).
Menurut peneliti dapat disimpulkan
Pergaulan Bebas
Fungsi Beresiko Tidak N P
Afektif Value
kebahagian keluarga dapat terpenuhi apabila
beresiko
f % f % komponen dalam fungsi afektif dapat dilaksanakan
Tidak 96
Terpenuhi
62 42.2 34 23.1
(100%)
dengan baik oleh keluarga. Sesuai dengan hakikat

51
masa remaja yang merupakan masa peralihan dari
Terpenuhi 20 13.6 31 21.1 0.00
(100%)
masa kanak-kanak ke dewasa yang mengalami
147
Total 82 55.8 65 44.2
(100%) perubahan baik fisik maupun psikologis, masa
remaja juga rentan terhadap pengaruh dari luar
Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil (lingkungan, teman sebaya, teknologi, dll). Jika
menggunakan uji statistik chi square, diperoleh fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi maka
nilai P velue 0,000 dengan nilai signifikansi 5% seluruh anggota keluarga termasuk remaja tidak
(<0,05) artinya Ho berhasil ditolak atau Ha dapat mengembangkan konsep diri yang positif
diterima dengan nilai OR 2.826. Dari hasil analisis (melakukan penyimpangan) karena fungsi afektif
didapatkan bahwa fungsi afektif keluarga yang merupakan hal yang mendasar dalam membentuk
tidak terpenuhi cenderung beresiko terhadap keperibadian, khususnya pada remaja.
pergaulan bebas dengan persentase 55,8% (82
Pergaulan Bebas
orang) sedangkan fungsi afektif keluarga yang
Berdasarkan hasil penelitian, dari 147
terpenuhi cenderung tidak beresiko terhadap
remaja, mayoritas pergaulan bebas berada pada
pergaulan bebas dengan persentase 44,2% (65
kelompok Ya mengalami Pergaulan Bebas yaitu
orang).
sebanyak 82 orang (55,8%) dan kelompok yang
Fungsi Afektif Keluarga tidak mengalami pergaulan bebas sebanyak 65
Berdasarkan hasil penelitian dapat orang (42,2%).
diketahui dari 147 remaja, mayoritas fungsi afektif Pergaulan bebas adalah suatu hubungan
keluarga pada tidak terpenuhi yaitu sebanyak 96 yang meliputi tingkah laku individu yang melewati
orang (65,3%) dan yang terpenuhi fungsi afektif batas-batas norma yang ada dalam perihal bergaul
keluarga yaitu sebanyak 51 orang (34,7%). Fungsi dengan orang lain dan hal ini merupakan salah satu
afektif keluarga berhubungan dengan fungsi bentuk perilaku menyimpang (Poedarminto dalam
internal keluarga, perlindungan psikososial dan Chusna, 2011).
dukungan terhadap anggota keluarga, yang Penelitian ini sejalan dengan penelitian
merupakan basis dari kekuatan keluarga. Keluarga yang dilakukan oleh Pradyanita (2013) dimana
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif yaitu dari hasil penelitian terhadap 120 responden
keluarga yang saling mengasuh, saling menghargai didapatkan 57,50% mempunyai perilaku negatif
atau menghormati, memiliki ikatan bahkan dan 42,50% responden mempunyai perilaku positif
keterpisahan yang mendasari kebahagiaan dari yang meliputi kenakalan remaja, dan perilaku
sebuah keluarga (Friedman 2010). penyimpangan sosial. Penyebab yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian mempengaruhi remaja melakukan perilaku
MursaFitri (2015), tentang hubungan fungsi afektif menyimpang dalam pergaulan bebas karena
keluarga dengan perilaku kenakalan remaja dengan pengaruh teman sebaya dan pengaruh lingkungan.
fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi yaitu

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
77 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan yang akan memenuhi kebutuhan psikis yang
bahwa perilaku pergaulan bebas dikalangan remaja meliputi saling mengasihi, saling menghargai
masih cukup tinggi sehingga sangat diperlukan sehingga akan menyebabkan pembentukan konsep
pengawasan dari sekolah dan peran orang tua diri pada remaja yang positif. Jika kebutuhan
untuk memberikan pendidikan kepada remaja. psikis tersebut tidak terpenuhi akan menyebabkan
Adapun perilaku menyimpang yang sering remaja melakukan perilaku menyimpang seperti
dilakukan oleh remaja seperti perkelahian antar pergaulan bebas (Friedman, 2010).
pelajar, membolos sekolah, berpacaran, dan Penelitian ini didukung oleh Christiyanti
tindakan kriminal. Hal ini disebabkan oleh cara (2010) yang mengatakan bahwa orang tua dengan
dari remaja itu bergaul. remaja yang melakukan perilaku kenakalan remaja
mempunyai kualitas hubungan komunikasi yang
Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan
buruk, tidak mempunyai kedekatan dan
Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul
keterbukaan yang mengakibatkan terjadinya
Hasanah Tenggayun
kesenjangan anatara orang tua dan anak.
Hasil uji statistik Chi square diperoleh
Penelitian yang dilakukan oleh Sawo
nilai P velue 0,005 lebih kecil dari 0,05, dengan
(2009) juga mengatakan bahwa keluarga–keluarga
demikian Ha gagal ditolak yang artinya ada
di kota besar sulit untuk melaksanakan peranya
hubungan fungsi afektif keluarga dengan
secara penuh, hal ini disebabkan karena
pergaulan bebas remaja di MTS Nurul Hasanah
kecenderungan adanya kesibukan orang tua dan
Tenggayun dengan nilai OR 2,8 didapatkan bahwa
kondisi kehidupan kota membatasi pelaksanaan
responden dengan fungsi afektif keluarga yang
fungsi dan peran.
tidak terpenuhi cenderung beresiko mengalami
Dari hasil penelitian diatas peneliti
pergaulan bebas 2,8 kali dibandingkan responden
berasumsi bahwa remaja yang fungsi afektif
yang fungsi afektif keluarga terpenuhi.
keluarganya tidak terpenuhi cenderung beresiko
Hasil analisis dari 147 responden yang
terhadap pergaulan bebas sedangkan remaja yang
tidak terpenuhi fungsi afektif keluarga didapatkan
fungsi afektif keluarganya terpenuhi cenderung
pergaulan bebas yang beresiko sebanyak 62 orang
tidak beresiko terhadap pegaulan bebas.
(42,2%) dan yang tidak beresiko sebanyak 34
orang (23,1%) sedangkan yang terpenuhi fungsi KESIMPULAN
afektif keluarga didapatkan pergaulan bebas Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
beresiko sebanyak 20 orang (13,6%) dan yang tentang hubungan fungsi afektif keluarga dengan
tidak beresiko ada 31 orang (21,1%). Jadi remaja pergaulan bebas remaja di MTS Nurul Hasanah
yang fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi Tenggayun dapat disimpulkan sebagai berikut :
termasuk dalam pergaulan bebas yang beresiko.
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 96
Remaja merupakan suatu masa dimana
remaja mayoritas fungsi afektif keluarga yang
inividu mengalami peralihan dari anak-anak ke
tidak terpenuhi
dewasa. Pada masa remaja akan terjadi perubahan
2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 82
baik fisik maupun psikologis (Hurlock, 2013).
remaja mayoritas mengalami pergaulan bebas
Dalam proses perubahan yang dialami remaja,
3. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p
keluarga merupakan tempat awal dimana remaja
value 0,005 dan nilai signifikan lebih kecil dari
melakukan proses sosialisasi dan mengenal segala
5% (<0,05) maka Ho berhasil ditolak atau Ha
sesuatu. Didalam keluarga memiliki fungsi afektif

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
78 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

diterima yang artinya ada hubungan fungsi dan Keperawatan. Jakarta : Salemba
afektif keluarga dengan pergaulan bebas remaja Medika

di MTS Nurul Hasanah Tenggayun 2016. Nasir (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Ali, M. & Asrori, M. (2011). Psikologi Remaja Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
(Perkembangan Peserta Didik). Pontianak :
Bumi Aksara. Notoatmodjo, S. (2012). Perilaku Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Salemba Nursalam (2009). Konsep dan Penerapan
Medika Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
BKKBN. (2014). Pengelolaan PIK Remaja.
Jakarta : BKKBN Potter, & Perry. (2010). Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Chusna, Y.N. (2011). Peranan Aktivitas “Qalbun
Salim” Sebagai Upaya Preventif Pergaulan Rahmadita, E & Apriyatmoko, R. (2013).
Bebas Bagi Siswa Smp. Kelas VII – VIII Di Hubungan Pelaksanaan Peran Dan Fungsi
Yayasan Lembaga Pendidikan Islam As Afektif Keluarga Terhadap Derajat Merokok
Sa’adah Benowo Surabaya. Pada Perokok Aktif Siswa Laki-Laki (13-15
http://eprints.uns.ac.id. Di akses tanggal 2 Tahun) Di SMP 3 Ungaran. Dari
Agustus 2016 http://perpusnwu.web.id.com. Di akses pada
tanggal 23 Agustus 2016
Christiyanti, D. (2010). Memahami komunikasi
antar pribadi orang tua-anak yang terlibat Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data
dalam kenakalan remaja. Diakses tanggal Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
27 Agustus 2016. Dari
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja.
http://eprints.undip.ac.id
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Fatimah,E. (2006). Psikologi Perkembangan
Sawo, I. (2009). Tesis:fungsi keluarga dalam
(Perkembangan Peserta didik). Bandung :
menanggulangi kenakalan remaja
CV. Pustaka Setia
(studi kasus kenakalan remaja di kota madya
Friedman, M.M. (2010) Buku Ajar Keperawatan
Jakarta Timur). Diperoleh tanggal 26
Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Agustus 2016 dari: http://lib.ui.ac.id.com
Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan
Setyowati, S & Murwani, A (2008). Asuhan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :
Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
Hidayat, A.A (2014). Riset Keperawatan dan
Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta :
Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta :
Graha Ilmu
Salemba Medika.
Santrock, J.W. 2002. Psikologi Pendidikan.
Hurlock, E.B. (2013). Psikologi Perkembangan ,
Jakarta : Prenada Media Group.
jakarta : Erlangga
Styaningrum, 2014 Kesehatan Reproduksi.
Diana, P. (2014). InfoDatin Pusat Data dan
Jakarta: TIM
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/downloa Suryanto & Susila. (2015). Metodologi Penelitian
d/pusdatin/infodatin/infodatin%20AIDS. Di Cross Sectional. Bosscript
peroleh 23 Desember 2015
Sulistianingsih, April. (2010). Hubungan
Kumalasari, I & Adhiyantoro, I. (2013). Kesehatan Lingkungan pergaulan dan Tingkat
Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
79 Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Pergaulan Bebas Remaja Di MTS Swasta Nurul Hasanah
Tenggayun–Rinda Fithriyana

Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi


dengan sikap seks bebas Pada

Remaja. Dari https://core.ac.uk.com di akses


tanggal 23 Agustus 2016

WHO. (2014). Global Health Observatory Data.


http://www.Who.int.gho.hiv/en. di peroleh
23 Agustus 2016

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 Juni 2019 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

Anda mungkin juga menyukai