Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Refaldi Prayitno 1606881613


Almer Zaidan Basyir Kiat 1906381142
Jefferson Baktiar 1906381054

KELOMPOK : L-12
TANGGAL PRAKTIKUM : 24 April 2021
JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio
ASISTEN : Chandra Dwi Anggoro
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 1883“Standard Test Methods for CBR (California
Bearing Ratio) of Laboratory-Compacted Soils”
AASHTO T 193 “Standard Method of Tests for The
California Bearing Ratio”
SNI 1744:1989 “Metode Pengujian CBR Laboratorium”
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah
pada kondisi air optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari
ujian pemadatan.
Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas
dan kekuatan dari lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada
perkerasan jalan berdasarkan uji laboratorium.
C. Alat – alat dan Bahan
a. Alat
1. Compaction Hammer (10 lbs)
2. Mould
3. Sendok pengaduk tanah
4. Wadah untuk mencampur tanah dengan air
5. Botol penyemprot air

1
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Pisau baja (straight edge)


7. Timbangan
8. Oven
9. Alumunium Can
10. Stopwatch
11. Beban logam berbentuk lingkaran ( ± 10 lbs )
12. Bak air
13. Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
14. Mesin uji CBR
15. Extruder

b. Bahan
1. Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 3
kantong @ 5 kg

Gambar 1 Peralatan praktikum CBR: a) mesin CBR; b) Piringan berlubang dengan


dial;c) Beban logam (2017)
D. Teori dan Rumus yang Digunakan
Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah
(dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap
kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material
dengan nilai CBR = 100. Untuk mencari nilai CBR, dipakai rumus:

Test Unit Load (psi)


(1) CBR = x 100%

2
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi: Tabel


1:Standard Unit Stress pada pengujian CBR
Tabel 1.1 Standard Unit Stress
PENETRATION STANDARD UNIT STRESS
Mm Inch MPa psi
2.5 0.10 6.9 1000
5.0 0.20 10.3 1500
7.5 0.30 13.0 1900
10.0 0.40 16.0 2300
12.7 0.50 18.0 2600
Sumber: AASHTO T 193 (2003)
Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang
kemudian dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
TEST UNIT LOAD (PSI) = TEGANGAN (Σ)
(2)

Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading LRC = faktor kalibrasi

Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi


sedalam 2.5 mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat
penetrasi 5.0 mm lebih besar, maka pengujian seharusnya diulang.
Jika pengujian kedua memiliki nilai CBR yang lebih besar pada
saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR tersebut dapat digunakan.

3
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera


(unsoaked condition) dan pengujian jenuh (soaked conditions).
Pengujian unsoaked dilakukan segera setelah sampel tanah
dipadatkan. Pengujian soaked, dilakukan setelah sampel tanah
dalam mould direndam/dijenuhkan selama 96 jam sambil dibeani
oleh beban sucharge sesuai dengan tekanan perkerasan jalan.
Dilakukan pula pembacaan pengembangan tanah (swell reading)
pada interval waktu tertentu.

Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat


berada dalam kondisi jenuh. Nilai CBR dalam kondisi jenuh ini
akan memberikan informasi terkait peristiwa pengembangan tanah
(soil expansion) di bawah perkerasan jalan ketika tanah menjadi
jenuh, serta memberikan indikasi adanya perlemahan kekuatan
tanah akibat penjenuhan yang terjadi.

Nilai CBR digunakan untuk mengetahui kualitas tanah terutama


yang digunakan sebagai lapisan base dan subgrade di bawah
perkerasan jalan atau lapangan terbang. Berikut merupakan
penilaian CBR dan klasifikasinya berdasarfkan The Asphalt
Handbook (1970).

Tabel 1.2 nilai CBR tanah, serta kualitas, kegunaan dan klasifikasinya
Nilai Kualitas Kegunaan Sistem klasifikasi
CBR Unified AASHTO
Sangat rendah Subgrade OH, CH, MH, OL A5. A6. A7
0-3
Rendah s/d cukup Subgrade OH, CH, MH, OL A4, A5, A6, A7
3-7 Baik
Cukup baik Subbase OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6, A7
7-20 SM, SP

4
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Baik Base/subbase GM, GC, SW, SM, A1b, A2-5, A-3,


20-50 SP, GP A2-6
base GW, GM A1a, A2-4, A3
>50 Sangat baik
Sumber: The Ashpalt Handbook (1988)
E. Teori Tambahan

Gambar 2 Alat mesin CBR


Sumber: geolabnemo.com (2017)

Jenis-jenis CBR berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya:


1. CBR Lapangan Rendaman
Mendapatkan nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air
dan tanah mengalami pengembangan/swelling maksimum
2. CBR lapangan
5
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Memperoleh nilai CBR sesuai dengan kondisi saat itu. Biasanya


digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lapisan jalan.
Pemeriksaan dilakukan saat kadar air tinggi/maksimum
3. CBR Laboratorium

Tanah dasar (Subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa


tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang telah dipadatkan
sampai menncapai kepadatan 95% kepadatan maksimum. Dengan
demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai
kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut
dipadatkan. CBR ini disebut CBR laboratoium , karena disiapkan
di Laboratorium. CBR Laboratorium dibedakan atas 2 macam,
yaitu CBR Laboratorium rendaman dan tanpa rendaman.
(Brawijaya, n.d.)
II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan no. 4 ASTM
seberat 5 kg
2. Merencanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar
air ini divariasikan -2,5% s/d 2,5% dari kadar air optimum pada
percobaan Compaction yaitu sebesar . Untuk membuat kadar
air yang diinginkan, cari kadar air awal terlebih dahulu.
Kemudian tambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk
mencapai kadar air yang diinginkan menggunakan persamaan
berikut ini:
Vadd = x w = ... ml (3)

3. Setelah sampel tanah dicampur dengan air hingga homogen,


diamkan/peram sampel tanah tersebut selama ± 24 jam sebelum
dilakukan proses pemadatan
B. Jalannya Praktikum
1. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan Compaction
2. Melakukan penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked
6
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Menimbang mould dan tanah, kemudian diletakkan pada


mesin CBR. Piston diletakkan di tengah-tengah beban ring
sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Memeriksa dan set coading dan dial sehingga menjadi nol
c. Melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05’’/menit,
d. Mencatat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut:
0.025’’, 0.05’’, 0.075’’, 0.1’’, 0.125’’, 0.15’’, 0.175’’, 0.2’’,
0,225”, 0,25”.
3. Melakukan penetrasi pada kondisi Soaked.
a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, redam sampel tanah
tadi ± 96 jam untuk mengetahui nilai CBR pada kondisi
swelling.
b. Melakukan pencatatan swelling pada jam pertama dan jam
kedua sejak mulai dimasukkan ke dalam bak air. Catat
pembacaan selanjutnya pada jam ke-24,48,72, dan 96.
c. Setelah ± 96 jam, angkat mould dan tanah, kemudian lakukan
penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun permukaan
yang digunakan adalah sebaliknya.
d. Setelah selesai, keluarkan sampel tanah dan kemudian ambil
sebagian tanah di lapisan atas, tengah dan bawah untuk dihitung
kadar airnya.

7
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Dimensi Mould
Tabel 3.1 Dimensi Mould

Tinggi Diameter
Mould
(cm) (cm)

1 11,427 15,225

Sumber: Data Praktikan (2021)


Data Sampel Soaked
Tabel 3.2 Berat tanah dan mould serta kadar air
W W
V tanah Mtanah
Mould mould total w (%)
(cm3) (g)
(g) (g)

1 2107,88416 3864 7754 3890 31,34 %

Sumber: Data Praktikan (2021)


Data Sampel Unsoaked
Tabel 3.3 Berat can, tanah basah ,dan kering
Mould W can (gr) Wwet (gr) Wdry (gr)
1 14,22 227,72 162,22

Sumber: Data Praktikan (2021)


Pembacaan Dial Tes CBR
Tabel 3.4 Pembacaan Dial Gauge Unsoaked dan Soaked
Dial Reading
Penetrasi
(Inch) Unsoaked Soaked

0,025 6 6

0,05 11,7 8,9

0,075 15,8 10,8

0,1 18,8 12,3

8
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

0,125 21,1 13,8

0,15 23,2 15

0,175 25 16

0,2 26,8 16,9

Sumber: Data Praktikan (2021)


Pembacaan Dial Swelling (Pada t=96 ) (div)= 121
LRC (Ibf/div)= 22,979

B. Perhitungan
Menentukan Volume Mould

V = Volume mould (cm3)


d = Diameter mould (cm)
h = Tinggi mould (cm)
π = 3,14
Tabel 3.5 Volume mould

Tinggi Diameter Volume


Mould
(cm) (cm) (cm3)

1 11,427 15,225 2107,88416

Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)


Menentukan W optimum

Woptimum = 31.34 %

Menghitung γwet dan γdry

9
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

wwet = berat tanah dalam mould (gr)


V = volume mould (cm3)
γwet = kerapatan tanah basah (gr/cm3)
Kerapatan kering Unsoaked
Tabel 3.6 Kerapatan basah dan kering
W W
Moul V tanah Mtana γwet
moul total w (%) γdry
d (cm3) h (g) (g/cm3)
d (g) (g) (g/cm3)

1 2107,8841 3864 775 3890 31,34 1,8454524 1,4050955


6 4 % 5 2

Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)


Kadar air setelah Soaked
Wcan = 14,22 gram
Wwet = 227,72 gram
Wdry = 162,22 gram
𝑊𝑐𝑎𝑛 + 𝑊𝑤𝑒𝑡 − 𝑊𝑑𝑟𝑦
𝑊= 𝑋100%
𝑊𝑑𝑟𝑦
= 49,143%
Menghitung tegangan terhadap penetrasi

A = Luas Piston = 3 in2


P = M x LRC
M = Pembacaan Dial
LRC = Faktor Kalibrasi = 2 lbs
Tabel 3.7 Tegangan pada masing-masing penetrasi kondisi Unsoaked
dan Soaked
Dial Reading Stress (Psi)
Penetrasi
(Inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

0,025 6 6 45,958 45,958

0,05 11,7 8,9 89,6181 68,17103333

10
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

0,075 15,8 10,8 121,0227333 82,7244

0,1 18,8 12,3 144,0017333 94,2139

0,125 21,1 13,8 161,6189667 105,7034

0,15 23,2 15 177,7042667 114,895

0,175 25 16 191,4916667 122,5546667

0,2 26,8 16,9 205,2790667 129,4483667

Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)

Grafik Tegangan dengan Penetrasi


225
200
175
150
Stress (Psi)

125
100
75
50
25
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
PENETRASI (INCH)

Unsoaked Soaked

Grafik 3.1 Tegangan terhadap penetrasi kondisi Unsoaked dan


Soaked
Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)

11
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Unsoaked
30

25

20

Dial
15

10

0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Penetrasi (inch)

Grafik 3.2 Pembacaan dial terhadap penetrasi Unsoaked (2021)


Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)

Soaked
18
16
14
12
Axis Title

10
8
6
4
2
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Penetrasi (Inch)

Grafik 3.3 Pembacaan dial terhadap penetrasi Soaked


Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)
Menghitung Nilai CBR
Nilai CBR yang praktikan peroleh didapat dari besar penetrasi
sebesar 0.1” dan 0.2”. Nilai CBR tersebut dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Untuk penetrasi 0.1” ➔ % CBR =
Untuk penetrasi 0.2” ➔ % CBR =

12
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kondisi Unsoaked
144,00173
𝐶𝐵𝑅 = 𝑋100%
1000
= 14,4%

205,279
𝐶𝐵𝑅 = 𝑋100%
1500
=12,3%

Kondisi Soaked

94,2139
𝐶𝐵𝑅 = 𝑋100%
1000
=9,42%

129,4483
𝐶𝐵𝑅 = 𝑋100%
1500
=8,63%

Tabel 3.8 Perhitungan CBR pada kondis Unsoaked dan Soaked

Penetrasi Dial Reading CBR (%)


Mould
(Inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

1 0.1 18,8 12,3 14,4 9,42

0.2 26,8 16,9 13,69 8,63

Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)


Swelling Test
Nilai swelling dari sampel tanah dapat dicari dengan menggunakan
rumus:

Dial Swelling (t=96 jam) = 121


121𝑥2,54𝑥0,001
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 = 𝑋100%
11,48
= 2,67 %

13
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan kali ini adalah California Bearing Ratio, CBR
merupakan kelanjutan dari percobaan Compaction yang bertujuan
untuk Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah
pada kondisi air optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari
ujian pemadatan.Percobaan dilakukan pada tanggal 24 April 2021
secara daring. Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi
kualitas dan kekuatan dari lapisan subgrade, subbase, dan base soils
pada perkerasan jalan berdasarkan uji laboratorium. Pada
praktikum California Bearing Ratio ini, digunakan sampel tanah
lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 3 kantong plastik, masing-
masing seberat 5 kilogram. Alat yang digunakan pada percobaan
CBR ini, yaitu; Compaction Hammer (10 lbs) untuk memadatkan
tanah, Mould (diameter 6”) untuk wadah sampel tanah, sendok
pengaduk tanah untuk mengaduk sampel tanah dengan air, wadah
untuk mencampur tanah dengan air, botol penyemprot air untuk
menyemprotkan air ke gelas ukur, Pisau baja untuk memotong sisa
tanah pada mould, timbangan untuk menimbang sampel, mould,
dan can, oven untuk mengeringkan sampel tanah, alumunium can
untuk wadah sampel tanah yang dimasukkan ke oven, stopwatch
untuk menghitung waktu saat swelling , beban logam berbentuk
lingkaran ( ± 10 lbs) untuk meratakan swelling pada tanah, bak air
untuk merendam sampel tanah dan mould, piringan berlubang
dengan dial pengukur swell untuk penunjuk dial pada pengukuran
swelling, mesin uji CBR untuk menguji tegangan pada sampel
tanah yang kemudian dicari nilai CBRnya.
Setelah itu mengambil sampel tanah untuk dicari kadar
airnya. Praktikan menimbang can terlebih dahulu kemudian
masukan tanah, catat berat can + tanah, masukan can + tanah
kedalam oven selama 24 jam, setelah itu timbang dan catat berat
keringnya .Untuk setiap masing-masing plastik sampel tanah

14
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dilakukan variasi kadar air dengan beda ± 2,5% dari kadar air
optimum pada percobaan Compaction awal. Untuk membuat kadar
air yang diinginkan, menentukan kadar air awal terlebih dahulu
untuk diketahui seberapa banyak air yang akan ditambahkan dalam
penentuan variasi masing-masing sampel tanah.. Setelah
mendapatkan kadar air awal dan banyak air yang harus
ditambahkan, prakitikan mencampur air dengan sampel tanah
hingga homogen, kemudian mendiamkan sampel tanah ± 24 jam
sebelum pemadatan agar air meresap dengan baik ke dalam pori-
pori tanah.
Setelah menjalankan tahap persiapan, variasi masing-masing
sampel tanah dengan kadar tersebut dilakukan pemadatan.
Pemadatan tetap dilakukan sampai 3 lapis tanah agar pemadatan
merata pada setiap lapisan tanah. Perbedaan yang dilakukan pada
praktikum Compaction dan CBR banyaknya tumbukan pada CBR
berbeda dengan Compaction. Jika pada Compaction dilakukan
tumbukan sebanyak 25 kali, pada CBR dilakukan sebanyak 56 kali
tumbukan. Untuk setiap lapis sampel tanah diberikan 56 tumbukan
dan dapat dilakukan tahapan 28-28. Yaitu setelah tanah dimasukan
dan diukur 1/3 dari tinggi mould ditumbuk 28 kali secara merata,
kemudian mengukur ketinggiannya jika masih sesuai lanjutkan
hingga 56 kali.Lakukan pada lapisan 2/3 dan 3/3. Setelah mencapai
tinggi 3/3 ,memasang collar untuk membantu proses pemadatan,
jika sudah selesai lepas collar kemudian memotong sisa tanah
menggunakan pelat besi.
Mould tetap diolesi dengan pelumas berupa oli sebelum
dimasukkan tanah agar tanah yang dipadatkan tidak menempel
pada hammer serta bertujuan untuk memudahkan praktikan saat
mengeluarkan tanah dari mould. Sebelum ditumbuk, dilakukan
terlebih dahulu pengukuran diameter dan tinggi pada mould.
Kemudian setelah ditumbuk, menimbang ketiga mould yang berisi
tanah tersebut. Lalu setelah ditimbang, masuk ke tahap Unsoaked.

15
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tahap Unsoaked adalah tahapan dimana tanah pada mould setelah


tumbukan langsung diuji dial-nya dengan mesin CBR. Mould
diletakkan pada mesin CBR. Usahakan agar mould berada di
tengah-tengah daerah uji, agar pegas yang ada di sisi salah satu
mould dapat tersentuh sehingga dapat diketahui perubahan
ketinggiannya. Piston ditelakkan di tengah-tengah sehingga
menyentuh permukaan tanah.
Usahakan piston menyentuh permukaan tanah dengan cara
memutar tuas yang ada pada mesin secara manual. Periksa dan set
coading dan dial menjadi nol (kalibrasi). Sebelum menyalakan
mesin pada mode otomatis, pastikan kembali semua telah berada
pada posisi yang benar. Nyalakan pada mode otomatis, lakukan
penetrasi dengan penurunan 0.025”/menit. Catat pembacaan dial
mesin CBR pada dial gauge pressure menyentuh angka: 63, 127,
190, 254, 317, 380, 444, dan 508 . Jika sudah, matikan mesin CBR
kemudian lepaskan mould dari mesin CBR dengan cara memutar
tuas berlawanan arah jarum jam untuk mengangkat piston,
kemudian mempersiapkan percobaan pada kondisi soaked.
Mould yang telah dilepas setelah percobaan unsoaked
kemudian dibalik terlebih dahulu dan beri tatakan. Setelah itu beri
beban ring diatas tanah untuk meratakan swelling pada tanah,
selanjutnya letakan dial gauge, pastikan agar menyentuh tapat
ditengah beban ring. Mengkalibrasikan dial gauge agar diangka
nol, kemudian memberi tanda menggunakan tipe-x. Selanjutnya
merendam mould pada bak air selama ± 96 jam untuk mengetahui
nilai CBR pada kondisi swelling. Pencatatan dilakukan pada jam
pertama dan kedua sejak mould dimasukkan ke dalam bak air. Lalu
dilakukan pencatatan kembali pada jam ke-24, 48, 72, dan 96.
Setelah 96 jam, angkat mould beserta tanahnya untuk kembali diuji
pada mesin CBR, namun permukaan yang digunakan adalah
sebaliknya dari unsoaked. Setelah selesai,kemudian mengeluarkan
tanah dengan ekstruder ,tanah yang sudah keluar diambil bagian

16
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

atas, tengah, dan bawah untuk merepresentasikan kadar airnya,


timbang sampel beserta can kemudian oven selama 24 jam untuk
mengetahui kadar airnya setelah perendaman.
B. Analisis Data dan Hasil
Setelah melakukan percobaan, praktikan mendapatkan hasil
praktikum kemudian mengolah data tersebut. Pertama, praktikan
menghitung volume tanah dengan cara mengukur dimensi mould
kemudian menghitung volumenya, hasil volume mould=volume
tanah. Setelah didapat volume tanah bisa dicari nilai kerapatan
tanah pada kondisi basah dan kering dengan cara membagi berat
tanah dengan volume tanah yang sudah diketahui.
Dengan nilai kadar air awal 31,34 %, semakin tinggi kadar
air yang akan divariasikan pada sampel tanah, maka banyaknya air
yang akan ditambahkan tersebut juga akan semakin banyak
Perhitungan kadar air soaked dilakukan ketika proses penetrasi hari
ke-4 telah selesai dilakukan. Hasilnya adalah kadar air menjadi
sebesar 49,143%,
Selanjutnya, tegangan dalam tanah dan nilai CBR dapat
dihitung melalui pembacaan dial sampel tanah beserta mould yang
diletakkan di dalam mesin CBR. Tegangan tanah dapat dicari
dengan mengkali pembacaan dial pada tiap penetrasi dengan nilai
LRC sebesar 22,979 dibagi dengan luas piston sebesar 3 inch2.
Nilai tegangan dalam satuan psi. Hasil perhitungan bisa dilihat
pada tabel 3.7.
Grafik 3.2 dan 3.3 adalah nilai penetrasi dengan mesin CBR
pada sampel tanah kondisi unsoaked dan soaked. Bisa dilihat dari
grafik kalau pembacaan dial pada kondisi unsoaked lebih besar
dibanding kondisi soaked dan nilai dial berbanding lurus dengan
penetrasi. hal ini terjadi karena tanah sudah cukup jenuh dengan air
sehingga kuat tekan tanah tersebut menjadi berkurang
Grafik 3.1 adalah perbandingan tegangan pada masing -masing
penetrasi pada kondisi unsoaked dan soaked. Pada kondisi

17
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

unsoaked nilai tegangan lebih besar daripada kondisi soaked. Hal


ini terjadi karena tanah sudah cukup jenuh dengan air sehingga kuat
tekan tanah tersebut menjadi berkurang. Nilai tegangan juga
berbanding lurus dengan nilai penetrasi.
Setelah didapat nilai tegangannya maka bisa dicari nilai
CBRnya.dengan cara membandingkan nilai penetrasi pada 0,1 inch
dan 0,2 inch. Untuk 0,1 inch nilai tegangan dibagi dengan 1000
sedangkan 0,2 inch dibagi dengan 1500 kemudian dikali dengan
100%. Hasilnya bisa dilihat pada tabel 3.8.
Pada hasil tabel 3.8 bisa diketahui bahwa sampel mengalami
perbedaan nilai CBR pada kondisi soaked dan unsoaked
mengalami penurunan terutama pada penetrasi 0,2 inchi.
Penurunan pada sampel sebesar 0,71 % pada unsoaked dan 0,79%
pada soaked. Penurunan nilai CBR hal ini terjadi karena kondisi
tanah yang tidak pada keadaan kadar air optimum untuk menahan
beban.
Setelah menentukan tegangan masing-masing kondisi tiap
sampel dan nilai CBR- nya, kemudian bisa dilakukan perhitungan
nilai swelling, yakni dengan mengkali nilai dial sebesar 121
dengan angka 2,54 dan 0,001 kemudian dibagi dengan tinggi
mould dalam cm setelah itu dikali dengan seratus persen maka
didapat nilai swelling pada percobaan ini sebesar 2,67%.
Nilai swelling merupakan nilai yang terjadi karena ada
pembengkakan pada tanah karena terendam oleh air,
menyebabkan kondisi tanah jenuh dan mengalami pembengkakan.
Nilai swelling pada percobaan ini senilai 2,67 % yang artinya
tanah mengalami pembengkakan sebesar 2,67 %.
Mengacu pada The Asphalt Handbook, nilai CBR yang
semakin tinggi mengindikasikan bahwa kualitas kekuatan tanah
yang diuji semakin besar pula. Klasifikasinya terdapat pada tabel
1.2.
Berdasarkan nilai CBR, sampel kondisi unsoaked adalah yang

18
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

terbaik (kualitas cukup baik), namun tidak pada kondisi soaked,


terjadi penurunan kekuatan. Pada percobaan ini sampel tanah
berada pada nilai CBR cukup baik yaiu 7-20.
C. Analisis Kesalahan
1. Pemberian banyaknya air pada sampel tanah dilakukan
tidak sesuai dengan hasil perhitungan bisa berakibat pada
hasil kadar air yang tidak sesuai bisa diatasi dengan
menggunakan gelas ukur yang lebih presisi
2. Pengadukan pada tiap sampel dilakukan tidak merata
sehingga kondisi sampel tidak homogen akibatnya kadar
air tidak merata dapat diantisipasi dengan cara melakukan
pengadukan berulang-ulang
3. Perhitungan sampel awal dan akhir tidak sama, terdapat
sebagian tanah yang keluar/tidak masuk ke perhitungan
akhir seperti di awal mengakibatkan nilai pengolahan data
tidak presisi bisa diantisipasi dengan cara lebih hati-hati
agar tanah tidak ada yang terbuang
4. Pengamatan nilai swelling tidak tepat pada waktu yang
telah ditentukan serta alat yang digunakan untuk swelling
tidak dapat digunakan secara maksimal mengakibatkan
nilai swelling kurang presisi bisa diantisipasi dengan cara
lebih tepat waktu dalam mengamati dial.
5. Praktikan melakukan pemadatan/compaction tidak merata
mengakibatkan kerapatan tidak merata bisa diantisipasi
dengan cara memastikan pemadatan dilakukan merata.
6. Pembacaan yang kurang presisi oleh praktikan sehingga
data yang diperoleh kurang akurat mengakibatkan hasil
yang kurang sesuai bisa diantisipasi dengan pembacaan
yang lebih akurat menggunakan kaca pembesar dll.

V. KESIMPULAN

19
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

▪ Pada percobaan kali ini didapatkan nilai CBR dengan nilai


cukup baik yaitu 7-20%, tanah yang paling baik yaitu pada
kondisi Unsokaed dengan nilai 14,4%.
▪ Nilai swelling yang didapat sebesar 2,67%. Artinya nilai
pembengkakn dari sampel tanah dalam kondisi terendam
adalah 2,67% selama 96 jam.
▪ Tegangan pada kondisi unsoaked lebih besar dibanding
kondisi soaked. Tanah dalam kondisi unsoked cenderung
lebih kuat dibanding soaked. Karena pada kondisi soaked
tegangan efektif berkurang akibat adanya tekanan air pori.
VI. APLIKASI
• Mengukur kapasitas daya dukung beban tanah yang digunakan
sebagai sebuah jalan/landasan pacu dari pesawat.
• Mengukur kapasitas daya dukung beban perkerasan jalan
seperti cuaca, beban yang melintas serta kemungkinan
fenomena-fenomena alam yang akan terjadi
• Mengetahui kualitas tanah pada kondisi kering, lembab,
ataupun basah
VII. REFERENSI
Brawijaya, U. (t.thn.). Diambil kembali dari
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id
Civil, A. (t.thn.). Diambil kembali dari
http://www.aboutcivil.com/soil-constituents-and-properties.html
Laboratorium Mekanika Tanah, D. T. (2017). Buku Panduan
Praktikum Mekanika Tanah. Depok: Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
Lecture UB. (t.thn.). Diambil kembali dari http://yulvi.lecture.ub.ac.id

20
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

VIII. LAMPIRAN

Gambar 8.1 Penetrasi menggunakan mesin CBR


Sumber: Dokumentasi Praktikan (2021)

Gambar 8.2 Proses pemadatan


Sumber: Dokumentasi Praktikan (2021)

Gambar 8.3 Pengambilan sampel yang sudah dipadatkan

21
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sumber: Dokumentasi Praktikan (2021)

22
California Bearing Ratio

Anda mungkin juga menyukai