Karakteristik Nyamuk Aedes Aegypti
Karakteristik Nyamuk Aedes Aegypti
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto (2006),
kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih
keperakan di atas dasar hitam. Panjang badan nyamuk ini sekitar 3-4 mm dengan
bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan juga terdapat ring putih pada
bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat bentuk bercak yang khas berupa
dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di tepinya. Bentuk abdomen
nyamuk betinanya lancip pada ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari
cerci pada nyamuk-nyamuk lainnya. Ukuran tubuh nyamuk betinanya lebih besar
Aedes aegypti dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk
2006).
1. Stadium Telur
Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau
oval memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat
pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada
permukaan air, biasanya pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih
dan sedikit di atas permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat
menghasilkan hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur
pada tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini
kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air
(Herms, 2006).
Menurut Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas
memiliki siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya
langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu
istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Larva
menuju ke permukaan air dalam waktu kira-kira setiap ½-1 menit, guna
2. Instar II : 2,5-3,8 mm
3. Stadium Pupa
bentuk tubuh bengkok, dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar
bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca
‘koma’. Tahap pupa pada nyamuk Aedes aegypti umumnya berlangsung selama
cangkang pupa, pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan
4. Nyamuk dewasa
beristirahat untuk periode singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan
badan mereka kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk
jantan dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk jantan
perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk
makan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan
(Achmadi, 2011).
atau di sekitar rumah, berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau
bejana seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung, dan barang-barang
bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan akan terisi air. Nyamuk
ini tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan
sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya,
(2) Tempat Penampungan Air (TPA) bukan untuk keperluan sehari-hari seperti
tempat minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap semut,
dan sebagainya, dan (3) Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah yang terdiri
dari lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
protein untuk memproduksi telurnya. Oleh karena itu, setelah kawin nyamuk
betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap
darah pada pagi dan sore hari dan biasanya pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00
WIB. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit
lebih dari satu orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes aegypti sejajar
dengan permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar
3. Perilaku Istirahat
nyamuk betina akan beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya.
Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam
rumah daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang disenangi nyamuk ini
adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar mandi, dapur,
dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang digantung,
kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada
4. Penyebaran
tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah
maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak
sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian
1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian
5. Variasi Musim
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi
air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan
menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air
alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi
pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus terus meningkat baik dalam
jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi KLB
setiap tahun. KLB yang terbesar terjadi pada tahun 1998 di mana dilaporkan dari 16
propinsi diperoleh IR = 35,19 per 100.000 penduduk dengan CFR 2,0%. Pada tahun
cenderung meningkat, yaitu 15,99% tahun 2000, 21,66% tahun 2001, 19,24% tahun
2002, dan 23,87% pada tahun 2003. Penyebab meningkatnya jumlah kasus dan
masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk yang masih kurang, vektor nyamuk
yang terdapat di seluruh pelosok tanah air (kecuali di ketinggian >1000m dari
permukaan air laut) dan adanya empat serotipe virus yang bersirkulasi sepanjang
(DBD) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue adalah virus penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue. (Kementrian Kesehatan
RI, 2010).
yaitu virus dengue mempunyai ukuran virion virus 40 nm dan terbungkus oleh
kapsid. Virus ini dapat berkembang biak pada berbagai macam kultur jaringan,
misalnya sel mamalia dan sel artropoda seperti Aedes aegypti cell (Soedarto, 2009).
Menurut Sembel (2009), vektor utama penularan DBD adalah nyamuk Aedes
aegypti, yang biasanya aktif pada pagi dan sore hari dan lebih suka menghisap darah
manusia daripada darah hewan. Nyamuk ini berkembang biak dalam air bersih pada
penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis disebabkan oleh rata-rata suhu
(Sembel, 2009).
1. Demam
terus-menerus yang berlangsung selama 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari
ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak
turun.
2. Manifestasi Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada semua organ tubuh dan umumnya terjadi
pada 2-3 hari setelah demam. Bentuk-bentuk perdarahan yang terjadi dapat
berupa:
- purpura
- perdarahan konjungtiva
- perdarahan gusi
- nyeri saat ditekan dan pembesaran hati tidak sejajar beratnya penyakit
Shock dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari ke- 3-7
- perasaan gelisah
5. Komplikasi
(Sembel, 2009).
daerah perkotaan vektor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti sedangkan
di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun sering terjadi bahwa
kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-sama pada satu daerah, misalnya di
Menurut Yatim (2007), penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih
banyak terjadi di tempat yang padat penduduknya seperti di perkotaan dan pedesaan
di pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah dengue (DBD) ini lebih
DBD yang setiap tahunnya berkembang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di
Indonesia terdapat dua vektor yang menularkan dengue, yaitu Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Akan tetapi, saat ini, Aedes aegypti adalah vektor yang mendapat
terdiri dari:
6. virus bereplikasi atau melipatgandakan diri dalam tubuh nyamuk, lalu menginfeksi
kelenjar saliva
7. virus bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti untuk kemudian
penyebaran virus dengue. Selain itu, repellen dapat digunakan untuk mencegah
- carbamat
Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin Fog atau mesin
dapat membatasi penularan virus dengue, akan tetapi tindakan ini harus diikuti
a. Fisik
mandi, bak WC, dan lain-lain seminggu sekali secara teratur untuk
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
tanah
i. Menggunakan kelambu
b. Kimia
pembasmi jentik ini dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa
granules (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram
(±1 sendok makan rata) temephos untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan
c. Biologi
adalah dengan menggunakan ikan pemangsa sebagai musuh alami bagi jentik.
Aedes aegypti pada kumpulan air yang banyak seperti kolam atau di kontainer
air yang besar. Sedangkan untuk kontainer air yang lebih kecil dapat
(Gandahusada, 2008).
populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei di
orang di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan
1. Biting/Landing Rate:
a. semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya
jentik.
b. untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti: bak
mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya, jika pandangan atau
penglihatan pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira ½-1 menit untuk
d. untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh biasanya
digunakan senter.
a. Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap genangan air yang
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik di setiap tempat
memasang ovitrap yaitu berupa bejana, seperti potongan bambu, kaleng, atau gelas
plastik, yang bagian dalam dindingnya dicat warna hitam, kemudian diberi air
yang berwarna gelap sebagai tempat untuk meletakkan telur bagi nyamuk. Kemudian
ovitrap diletakkan di tempat gelap di dalam dan luar rumah. Setelah 1 minggu
Untuk mengetahui gambaran kepadatan populasi nyamuk penular secara lebih tepat,
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
=∙∙∙∙∙∙∙ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑣𝑖𝑡𝑟𝑎𝑝
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑖𝑡𝑟𝑎𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Tempat-tempat Survei
Penampungan Jentik
Air Kasus
DBD +
Kasus
DBD -
Pelaksanaan
3M Plus