Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TIMUR (JEPANG)
“ MAKANAN ASIA“
Dosen Pengampu
5193142020
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang makanan
dan bumbu dari asia timur (Jepang dan Korea) ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dra.Nikmat Akmal, M.Pd dan Ajeng Inggit
Anugerah, S,Pd. M.Pd selaku Dosen mata kuliah makanan asia telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap Makalah Resep ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai makanan dan bumbu dari asia asia timur (Jepang).
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Medan,Oktober 2020
Penyusun
Food Japanese
Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang sudah sangat maju di
Asia. Mereka memiliki taraf kehidupan yang tinggi, teknologi
modern, dan pola kehidupan rakyatnya yang sejahtera. Hal itu erat
hubungannya dengan makanan yang mereka makan setiap hari.
Bahan makanan yang dipilih berasal dari bahan makanan yang
berkualitas tinggi.
Makanan Pokok
Seperti bangsa Asia lainnya, makanan pokok yang digunakan adalah beras. Disamping
itu sebagai pengganti nasi biasa digunakan mie. Nasi disebut juga come dalam pengolahannya
sering dicampur dengan bahan makanan lain misalnya dengan jamur hioko, kampyo (labu
kering), telur dadar. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai isi nasi, kemudian dibungkus
dengan nori (semacam agar-agar laut, warna hitam kecoklat-coklatan).
- Nori: semacam rumput laut, digunakan untuk membungkus nasi, bisa juga untuk isi soup.
- Aburage: tahu yang berbentuk kubus, dapat disimpan lama 1 bulan.
biasa dibuat menjadi tahu goreng.
- Takenoko: rebung
- Ginnan: ginkga nut.
- Gomasio: wijen hitam
- Kuri Yohan: Semacam jelly yang dibuat dari kacang
- Renkon: Akar bunga teratai
- Matsutake: jamur
- Goma: wijen
- Tofu: tahu dari kacang kedelai
- Niboshi: ikan kering
- Masakan Jepang mengenal 5 bumbu utama yang harus dimasukkan secara berurutan sesuai
dengan urutan sa-shi-su-se-so yang merupakan singkatan dari gula pasir (sato) garam
(shio) cuka (su) kecap (seuyu: ejaan lama untuk shoyu) tauco merah (miso)
- Basho: merica
- Fusi shoga: jahe yang diberi warna merah, maksudnya diberi warna merah agar hidangan
menjadi lebih menarik (jahe digunakan juga untuk menghias makanan) misalnya pada
soup, maki sushi dsb.
- Mirin/sake: semacam anggur yang dibuat dari air beras, sering digunakan untuk memarinir
bahan makanan lain misalnya, ikan, udang, daging, selain digunakan sebagai bumbu, sake
sering diminum seperti arak lainnya.
- Tansho: cabe merah
- Tomairi tongorashi: campuran dari cabe merah, daun peterselli dan wijen yang dibuat
sambal.
- Tongarasi: cabai kering dihaluskan
Penyajian Makanan:
Makanan utama di Jepang terdiri dari nasi (kadang-kadang dicampur palawija), sup dan lauk.
Perbedaaan masakan Cina atau masakan Eropa, masakan Jepang tidak mengenal tahapan
(course) dalam penyajian. Dalam budaya makan Eropa atau Cina, makanan disajikan secara
bertahap, mulai dari hidangan pembuka, sup, hidangan utama, dan diakhiri dengan hidangan
penutup, sedangkan masakan jepang dihidangkan semuanya sekaligus.
Dalam hal menikmati makanan, masakan Jepang bisa dengan mudah dibedakan dari
masakan Eropa atau masakan Cina. Rasa dicampur sewaktu makanan Jepang berada di dalam
mulut. Asinan sayur-sayuran mungkin terasa terlalu asin kalau dimakan begitu saja, namun
asinan terasa lebih enak ketika dimakan dengan nasi putih. Dalam masakan Jepang, bahan
makanan tidak diolah secara berlebihan. Makanan harus mempunyai rasa asli bahan makanan
tersebut. Cara memasak atau penyiapan makanan hanya bertujuan menampilkan rasa asli dari
bahan makanan. Masakan Jepang memiliki aturan yang sangat longgar menyangkut bentuk
alat makan dari keramik. Piring bisa saja berwarna gelap atau berbentuk persegi empat. Alat
makan untuk makanan Jepang terlihat sangat berbeda dengan alat makan untuk masakan Cina
atau Korea. Masakan Cina menggunakan piring bundar dari porselen dengan hiasan sederhana,
sementara masakan Korea memakai porselen putih tanpa hiasan.
Perbedaan sumpit Jepang dengan Cina terletak pada bentuknya. Sumpit Jepang ujungnya
cenderung lebih tajam dan mengecil, sedangkan sumpit Cina ujungnya lebih tebal dan
persegi.
Letakkan sebuah sumpit di antara pangkal ibu jari dan jari tengah. Letakkan sumpit
lainnya di antara jari tengah dan telunjuk seperti memegang sebuah pensil. Tekan dan jepit
dengan bantuan ibu jari.
Di bawah ini bahan makanan dan bumbu yang digunakan untuk masakan Negara Jepang.
Susyi atau
sushi ( 鮨 , 鮓 , atau
biasanya す し , 寿
司) adalah makanan
Jepang yang terdiri
dari nasi yang
dibentuk bersama
lauk (neta) berupa
makanan laut,
daging, sayuran
mentah atau sudah
dimasak. Nasi susyi
mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸
し). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu
jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk
ragi (麹 koji) atau ampas sake (糟 kasu). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang
dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan
huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari
daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang
tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa)
masam",suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di
balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari
fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima
rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.
Lukisan susyi oleh Ichiyusai Hiroshige dari Zaman Edo.
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar
susyi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (susyi yang dibentuk dengan cara ditekan-
tekan di dalam wadah kayu persegi). Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan
karena susyi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Susyi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan
9 kan (9 porsi) susyi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal susyi (360 gram).
Satu porsi susyi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis
makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi.
Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli susyi bernama
Hanaya Yohei menciptakan susyi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi. Namun ukuran
susyi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum
maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak
rusak bila dijadikan susyi.
Sampai tahun 1970-an susyi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang
hanya makan susyi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada susyi pesan-antar.
Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam
keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah
susyi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka,
penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan susyi sebagai
acara seluruh anggota keluarga terwujud pada tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya
kaitenzushi.
2. Udon
Di zaman kuno, udon
dilafalkan sebagai "undon".
Konon orang Jepang
mengenalnya pada abad
pertengahan sebagai
makanan asal Tiongkok.
Sampai sekarang, pangsit
(wonton) dalam dialek Wu
ditulis sebagai 餛 飩 dan
dibaca sebagai undon.
Dalam kitab Engishiki,
"undon" diperkenalkan
sebagai salah satu jenis makanan dari dinasti Tang. Tapi "undon" zaman itu mungkin lebih dekat
dengan pangsit, karena berupa daging dibungkus lembaran tepung yang digilas tipis. Udon yang
dikenal sekarang ini dulunya disebut Kirimugi, dan baru disebut "udon" sejak zaman Edo. Pada
waktu itu, "udon" adalah nama untuk sejenis masakan berupa kirimugi yang dimakan dengan
kuah hangat, atau didinginkan dengan air es setelah direbus.
Udon (饂 飩, biasanya ditulis sebagai う ど ん) adalah sejenis mie tepung terigu kental yang
sering digunakan dalam masakan Jepang . Ini sering disajikan panas sebagai sup mie dalam
bentuk yang paling sederhana, seperti kake udon , dalam kaldu dengan rasa ringan yang disebut
kakejiru , yang terbuat dari dashi , kecap , dan mirin . Biasanya atasnya dengan daun bawang
cincang tipis. Taburan umum lainnya termasuk tempura , biasanya udang atau kakiage ( sejenis
keripik tempura campuran), atau aburaage , sejenis kantong tahu goreng yang dibumbui dengan
gula, mirin, dan kecap. Irisan tipis kamaboko , kue ikan berbentuk setengah bulan, sering
ditambahkan. Shichimi bisa ditambahkan sesuai selera.
Rasa kaldu dan topping bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Biasanya, kaldu cokelat
tua, terbuat dari kecap hitam ( koikuchi shōyu ), digunakan di Jepang bagian timur, dan kaldu
cokelat muda, yang dibuat dari kecap muda ( usukuchi shōyu ), digunakan di Jepang bagian
barat. Ini terlihat pada mie instan kemasan, yang sering dijual dalam dua versi berbeda untuk
timur dan barat. Currynanban adalah variasi populer lainnya, disajikan dalam kaldu kari .
Salah satu hal yang menarik dari udon adalah mi ini bisa divariasikan dengan banyak bahan
lainnya. Secara sederhana, udon sudah bisa disajikan dengan kuah bening dari kaldu dashi,
shoyu, atau miso. Selain berkuah, udon juga bisa diolah dengan cara digoreng, biasa disebut yaki
udon. Udon bisa ditambahkan beragam bahan makanan, seperti ayam, seafood, bakso, nori, dan
sayuran. Udon juga bisa dicampur dengan keju dan telur. Semuanya bisa dibuat sesuai selera. Mi
kenyal dari Jepang ini sebaiknya dikonsumsi pada saat hangat terutama agar rasa kuahnya lebih
sedap, walaupun terkadang ada yang memang sengaja menyajikannya dalam bentuk dingin.
3. Sashimi
Sashimi ( 刺 身 ) adalah
makanan Jepang berupa
makanan laut dengan
kesegaran prima yang
langsung dimakan dalam
keadaan mentah. Sashimi
sudah ada sejak berabad-abad
silam, konon kebiasaan
memakan makanan mentah
bagi orang Jepang sudah ada
semenjak nenek moyang
mereka pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Jepang. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan zaman, kebiasaan makan ikan mentah di Jepang mulai berkurang karena telah
ditemukan jenis makanan lainya.
Namun demikian, Sashimi tetap digemari oleh warga Jepang hingga sampai artikel ini kami
tulis. Sementara itu, kata Sashimi berasal kata Sashi yang berarti ditusuk dan Mi yang berarti
daging, jadi secara harafiah Sashimi berarti daging tusuk. Pendapat lain mengatakan bahwa
Sashimi diambil dari kata Namashishi yang artinya daging mentah dan Namasuki yang berarti
potongan segar. Secara umum, Sashimi adalah daging ikan laut yang diiris tipis menjadi
beberapa bagian. Kebiasaan makan Sashimi di Jepang juga didukung oleh hasil laut yang sangat
banyak sehingga bisa dinikmati setiap hari.
Sebagian besar jenis Sashimi diberi bumbu kecap dengan mencelupkan masing-masing
potongan ke dalam piring kecil yang berisi kecap. Selain diberi kecap, kadang ada yang diberi
sedikit wasabi atau jahe yang ditambahkan ke potongan sashimi. Beberapa orang juga seringkali
menambahkan daikon dan bawang.
Tradisi mengonsumsi ikan mentah ini diketahui telah dimulai masyarakat Jepang sejak
zaman nenek moyang. Bagaimanapun, sashimi kemudian menjadi lebih popular sejak abad ke-17
seiring popularitas dari kecap shoyu meningkat. Selain itu, alasannya juga karena kondisi
geografis Jepang yang memang mendukung masyarakatnya untuk mengonsumsi ikan secara
mentah. Secara geografis, Jepang berada diantara pertemuan arus hangat dan dingin yang
memberikan sumber daya laut yang melimpah. Kondisi ini membuat masyarakat Jepang gemar
bereksplorasi dengan cara mengolah ikan. Masyarakat Jepang menilai hidangan ikan memiliki
status sosial yang lebih tinggi ketimbang dengan hidangan sayuran, terutama sebagai sajian pada
acara pesta-pesta besar.
Ada beberapa cara untuk menikmati sashimi diantaranya adalah namasu yakni cara memakan
ikan mentah yang dipotong tipis dan dicelupkan ke dalam kecap asin. Namun adapula yang
menambahkannya dengan sedikit wasabi dan sambal yang berasal dari tumbuhan yang mirip
dengan lobak. Tak semua jenis ikan bisa dijadikan sashimi yang lezat. Seperti diketahui bahwa
ada beberapa jenis ikan yang populer untuk dibuat sashimi yaitu ikan salmon, ikan tuna, kerang,
gurita, dan tobiko.
4. Ramen
Ramen ( ラ ー メ ン —
rāmen) adalah masakan
Jepang yang terdiri dari mie
yang disajikan dengan kuah
kaldu daging atau ikan,
dibumbui dengan kecap atau
miso, dan disajikan dengan
topping seperti irisan daging
babi (叉 焼—chāshū), rumput
laut kering (nori), menma, dan daun bawang). Ramen adalah salah satu olahan makanan khas
negara Jepang yang terbuat dari bahan dasar berupa mie yang berkuah. Ciri khas dari ramen
adalah bentuk mienya yang tipis dan juga berwana kuning. Mie tersebut kemudian dimasukan
kedalam sebuah mangkuk yang berisi kuah yang terbuat dari berbagai jenis kaldu. Kaldu asli
Jepang sendiri memang berasal dari kaldu tulang dan lemak babi. Tapi seiring perkembangan
kandungan nutrisi dan kebijakan pemerintahan Jepang yang menginginkan Ramen sebagai
makanan pariwisata di negaranya, kuah Ramen bergeser menjadi olahan tulang ayam dan
seafood terutama tulang dan kulit udang.
Sejarah awal ramen ini bermula ketika pada tahun 1910, saat itu ada dua orang koki yang
berasal dari Cina di restoran Rairaken, Tokyo yang memperkenalkan makanan baru yang berupa
mie dengan kuah kaldu yang mereka beri nama Shina Shoba (Mie China).
Masakan mie kuah ala Cina pertama kali dihidangkan untuk Tokugawa Mitsukuni.
Pembuatnya adalah seorang ilmuwan Konghucu dalam pengasingan dari Dinasti Ming yang
diundang untuk datang ke Domain Mito. Konon ramen baru bisa dinikmati rakyat banyak pada
zaman Meiji setelah ramen masuk dalam menu restoran - restoran di kawasan permukiman
penduduk Tionghoa kota Kobe dan Yokohama. Penjelasan lain mengatakan bahwa ramen yang
dikenal di Jepang sekarang ini berasal dari Shio Ramen yang diperkenalkan di Hokkaido pada
zaman Taisho.