Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PROSEDUR KHUSUS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI

IGD RSUD GONDO SUWARNO UNGARAN

Disusun Oleh :

Alifa Nur Fitriyani

P1337420617052

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
Laporan Prosedur Khusus Titrasi
1. Pengertian
Titrasi merupakan pemberian obat secara terus menerus dan bertahap sesuai dengan
respon yang dikehendai (dapat berubah dalam hitungan jam, menit atau detik).
Kasus: Ny. S datang ke RSUD Gondo Suwarno tanggal 5 April 2021 dengn keluhan
nyeri dada sebelah kiri dan jantung berdebar-debar, dilaukan EKG dan Ny. S
mengalami aritmia jantung/ takikardi
2. Indikasi Prosedur
a. Obat yang diberikan dosisnya besifat dinamis
b. Obat bersifat aktif
c. Obat bersifat individual
d. Obat berosmolalitas tinggi
3. Alat dan Bahan
a. Syringe pump
b. Spuit 50cc
c. Three way stopcock
d. Extention tube
e. Jalur infus
f. Selang perfusor
g. Obat yang dibutuhkan (fargoxin 1 amp)
h. Handscoon
i. Label
4. Sistematika Prosedur
a. Cek program terapi dan advice dokter
b. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir/ handsanitizer
c. Mempersiapkan alat
d. Jaga privasi klien
e. Pakai handscoon
f. Lihat sediaan obat
g. Ambil spuit sesuai dengan kebutuhan kemudian diisi dengan cairan pelarut
sesuai dengan yang dikehendaki
h. Ambil obat yang akan dititrasi sehingga obat bercampur dengan cairan pelarut
10 cc = ml pelarut + ml obat
i. Hubungkan spuit dengan selang perfusor dan extention tube three way stopcock
j. Tempelkan label/etiket yang berisi identitas pasien dan nama obat serta
pengenceran dan tanggal pengoplosan
k. Pasang spuit pada syringe pump
l. Setting sesuai program
m. Observasi respon yang muncul
n. Rapikan alat
o. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Hasil Pelaksanaan Prosedur
a. Syringe pump lancar dan obat masuk sesuai dengan dosis dan waktu yang
diharapkan
b. Respon pasien
c. Tekanan darah pasien turun
d. Nadi pasien turun yang semula menjadi 96x/menit
e. Rencana tindak lanjut
Ketika kondisi stabil, pemberian titrasi melalui syrige pump dihentikan dan
segera transfer ke ruangan setelah melalui prosedur screening Covid-19.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Pelarut/pengencer yang dianjurkan adalah Dextrose 5%, akan tetapi dapat
menggunakan jenis pelarut seperti Nacl 0,9% atau Aquabides injeksi dan tidak
boleh dilarutkan dengan cairan Ringer Laktat
b. Konsentrasi obat disesuaikan dengan kandungan obat
c. Dosis obat (mikro) disesuaikan dengan program dan advice dokter
Laporan Prosedur Khusus Hecting
1. Pengertian
Hecting atau penjahitan luka merupakan prosedur menghubungkan kembali jaringan
yang lepas atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan
benang. Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan
dengan kondisi luka itu sendiri.
Kasus: Tn. M datang ke IGD pada 10 April 2021 pukul 05.00 WIB dengan keluhan
luka pada jari tengah tangan kiri akibat terkena mesin giling ketika menggiling
daging. Kondisi luka panjang  2 cm dan kedalaman luka 0,5 cm.
2. Indikasi Prosedur
Hecting dilakukan [ada luka yang kedalamannya lebih dari 6 mm dan lebar luka
lebih dari 0,5 cm atau:
a. Luka lebih dari 1 cm
b. Luka temba
c. Frost bite
d. Luka bakar
e. Luka kontaminasi
f. Luka yang sudah lebih dari 6 jam belum tertangani
g. Crush injury
h. Terdapat jaringan nekrotik
i. Luka dengan tepi irreguler
3. Alat dan Bahan
a. NaCl 0,9%
b. Lidocain
c. Gentamicine sulfate 0,1%
d. Povidone iodine
e. Spuit 3 cc
f. ATS (Anti Tetanus Serum)
g. Kasa Steril
h. Hypafix
i. Hecting set
- Bengkok
- Bak instrumen
- Needle holder
- Pinset anatomi
- Pinset chirugis
- Gunting benang
- Gunting nekrotomi
- Klem
j. Silk black 2.0 + needle
4. Sistematika Prosedur
a. Menentukan jenis luka, bentuk luka, luas luka. Jenis luka Tn. M adalah sayatan
dengan panjang  2 cm dan kedalaman luka 0,5 cm
b. Memberikan penjelasan mengenai prosedur dan meminta informed consent
c. Menyiapkan alat dan bahan
d. Menentukan jenis benang dan jarum yang aan digunaan
e. Memilih antiseptik dan desinfektan yang digunakan
f. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
g. Memaai handscoon steril
h. Melakukan anestesi lokal, dengan memasukkan anestei secara intrakutan
menyusuri tepi luka. Pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
i. Irigasi menggunaan NaCl
j. Eksplorsi luka, untuk melihat adanya perdarahan aktif dan jaringan yang mati/
rusak. Bila perdarahan pada vena cukup ditekan dengan kasa steril, bila terdapat
perdarahan pada arteri maa harus dijahit dengan jahitan ligasi, bila terdapat
jaringan yang mati maka harus digunting menggunaan gunting jaringan/ gunting
nekrotomi dan merapikan tepi luka yang tda teratur.
k. Menjahit luka
- Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung
pemegang jarum pada pertengahan atau sepertiga ekor jarum.
- Masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka  1 cm dengan
sudut 90o
- Dorong jarum sesuai dengan kelengkungan jarum
- Jarak tiap jahitan 1 cm. Jahitan yang terlalu renggang aan memperlambat
proses penyembuhan luka dan resiko terjadi infeksi
- Berikan salep gentamicine kemudian tutup menggunaan kasa steril dan
hypafix
l. Rapikan alat
m. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
n. Siapkan alat untuk injeksi ATS
o. Gunakan sarung tangan
p. Lakukan desinfeksi pada area yang aan ditusuk
q. Masukkan jarum sedalam 1/3 dengan sudut 90o secara intramuskular pada area
deltoid
r. Masukkan obat dan tarik jarum keluar
s. Rapikan alat
t. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Hasil Pelaksanaan Prosedur
- Klien mengatakan setelah dijahit lebih mendingan
- Luka klien dijahit 3 jahitan
- Advis dokter suntik TT untuk menghindari tetanus
- Kontrol setelah 3 hari
6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Cara memegang kulit pada tepi luka harus dilaukan secara halus untuk
mencegah trauma lebih lanjut
b. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi luka
c. Pertahankan kondisi steril dan cegah infeksi silang
Laporan Prosedur Khusus Resusitasi Jantung Paru
1. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan keadaan henti nafas dan atau henti jantung ke fungsi optimal untuk
mencegah kematian biologis.
Kasus: Tn. P masuk ke IGD pada tanggal 9 April 2021 pukul 22.00 dengan keluhan
sesak napas. Kemudian klien di sarankan untuk skrining covid terlebih dahulu. Dari
hasil rongten terjadi timbunan cairan pada paru/ edema paru sebelah kiri.
2. Indikasi Prosedur
Indikasi resusitasi jantung paru (RJP) untuk dilakukan segera pada seseorang yang
dalam keadaan henti napas dan henti jantung. Berhentinya aktivitas jantung pada
umumnya disebabkan oleh nonperfusing arrhythmia atau aritmia maligna. Jenis
aritmia maligna pada umumnya adalah fibrilasi ventrikel,  ventricular
tachychardia, pulseless electrical activity, asistole, dan pulseless bradycardia.
3. Alat dan Bahan
a. Alat pelindung diri
b. Ambu bag
4. Sistematika Prosedur
1) Circulation support
a. Proteksi diri
b. Periksa respon dan kesadaran klien
c. Memperbaiki posisi klien menjadi supinasi
d. Penolong mengatur posisi disamping dan diatas klien
e. Kaji nagi karotis selama 10-15 detik
f. Bila nadi ada tapi pernapasan tida ada maka lakukan bantuan napas awal 2x
(1,5-2 detik setiap pompaan)
g. Bila napas tidak ada maka lakukan kompresi dada
h. Saat kompresi posisi tangan pada ½ dibawah mid sternum dengan posisi tangan
“rib margin”
i. Kecepatan kompresi 100-120 dengan kedalaman 2 inchi/5 cm, ratio kompresi
30:2
2) Airway control
a. Pada pasien tidak sadar dilaukan pembukaan jalan napas
b. Kaji adanya sumbatan jalan napas dengan teknik cross finger
c. Jika terdapat benda asing maka harus dikeluarkan dengan teknik finger swab
d. Teknik membuka jalan napas dengan chin lift head tilt, bila dicurigai adanya
cidera spinal maa menggunaan teknik jaw thrust
3) Breathing support
a. Evaluasi pernapasan setiap 5 detik masimal 10 detik
b. Setelah pemberian 5 siklus kompresi dan ventilasi evaluasi keadaan klien,
jika belum teraba lakukan RJP kembali, bila sudah ada maka posisikan klien
dengan posisi pemulihan atau miring stabil.
5. Hasil Pelaksanaan Prosedur
a. Setelah dilakukan 6x siklus klien tida ditemukan tanda kehidupan
b. Klien dinyatakan meninggal secara biologis oleh dokter
c. Dilaukan perawatan jenazah
6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Adanya instruksi do not resusitation (DNR)
b. Bila RJP dilaukan hanya akan sia-sia secara medis seperti ditemukannya tanda
kematian yang irreversibel (kaku mayat, lebam, dekapitasi, transeksi dan
dekomposisi)
c. Bila dilakukan RJP akan membahyakan penolong

Anda mungkin juga menyukai