Anda di halaman 1dari 36

LAMPIRAN MATERI PRAKTIKUM AKUNTANSI LEMBAGA/INSTANSI

PEMERINTAHAN

Kompetensi Dasar: 3.4 Menerapkan system akuntansi keuangan, dan struktur


akuntansi keuangan desa/kelurahan
4.4 Melakukan pencatatan system akuntansi keuangan, dan
struktur akuntansi keuangan desa/kelurahan

1. PENGERTIAN DESA
Desa atau disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU No 6 Th 2014).

2. PENGERTIAN KELURAHAN
Kelurahan adalah suatu wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan
atau Daerah kota dibawah kecamatan (UU No 22 Th 1999)

3. PERBEDAAN DESA DAN KELURAHAN


Satuan pemerintahan terkecil NKRI sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat adalah
pemerintah desa dan kelurahan. Wilayah Indonesia akan terbagi habis dalam bentuk desa atau
kelurahan. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Berikut beberapa rincian
perbedaan antara desa dan kelurahan:

ASPEK DESA KELURAHAN

Mayoritas mata pencaharian di


Mata pencaharian Mayoritas mata pencaharian
sektor jasa/industri dan lebih
penduduk agraris, lebih homogen
heterogen

Desa bukan bagian


Kelurahan bagian dari Pemerintah
Kedudukan Pemerintah Daerah (Bukan
Daerah (Unit Kerja/SKPD)
SKPD/Unit Kerja)

Kepala desa dipilih langsung Lurah ditunjuk/dipilih oleh kepala


Pemilihan pemimpin
oleh masyarakat daerah

Pengawasan Dibawah pengawasan BPD Tidak memiliki BPD, pengawasan


(Perwakilan dari masyarakat) langsung oleh Pemda.

Seluruh aparatnya merupakan


Status kepegawaian Apartnya bukan PNS/ASN
PNS/ASN

Sumber pendapatan terdiri Sumber pendapatan untuk


Pembiayaan dari PA Desa, Dana Desa, pengeluaran/belanja berasal dari
ADD, Bantuan Keuangan Pemda

Rencana Keuangan Tahunan Rencana keuangan tahunan (DPA


Anggaran Keuangan
(APBDesa) bagian dari APBD)

Pengelolaan keuangan Pengelolaan keuangan mengacu


Regulasi Keuangan mengacu Pemendagri 113 Pemendagri 13 Tahun 2006 dan
Tahun 2014 perubahannya

Pengadaan B/J merujuk pada


Pengadaan B/J merujuk pada
perka LKPP No 13 tahun
Regulasi PBJ Perpes 54 Tahun 2010 beserta
2013 jo perka LKPP No 22
perubahannya.
tahun 2015

4. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA


Keuangan desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan,
belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik. siklus
pengelolaan keuangan desa meliputi perancanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggung jawaban dengan periodisasi 1 tahun anggarah terhitung mulai tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember. Gambaran rincian proses siklus pengelolaan keuangan
desa adalah sebagai berikut:
Perencanaan

Pertanggung
Penganggaran
jawaban

pelaporan Pelaksanaan

Penatausahaa
n

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. asas-asas


pengelolaan keuangan desa sebagaimana tertuang dalam Pemendagri Nomor 113 Tahun 2014
adalah sebagai berikut:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.
Asas yang membuka diri terhadap masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan
pengelolaan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Asas
akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu
pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

Struktur Pengelolaan Keuangan Desa

Kekuasaan pengelolaan keuangan desa dipegang oleh kepala desa namun demikian
dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada perangkat desa
sehingga pelaksanaan penelolaan keuangan dilaksanakan secara bersama-sama oleh kepala
desa dan pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa yang terdiri dari sekretaris desa, kepala
seksi dan bendahara desa.
1) Kepala Desa
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 tahun terhitung tanggal pelantikan dan
dapat menjabat paling lama 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak
secara berturut-turut. Kewenangan kepala desa adalah sebagai berikut:
- Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa
- Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
- Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa
- Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa
- Melaksanakan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB
Desa
2) Sekretaris Desa
Sekretaris desa membantu kepala desa dalam mengkordinir pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa dengan tugas sebagai berikut:
- mengoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APB Desa;
- mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa dan rancangan perubahan
APB Desa;
- mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan Desa tentang APB Desa,
perubahan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa;
- mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan kepala Desa tentang
Penjabaran APB Desa dan Perubahan Penjabaran APB Desa;
- mengoordinasikan tugas perangkat Desa lain yang menjalankan tugas PPKD;
dan
- mengoordinasikan penyusunan laporan keuangan Desa dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.
3) Kepala Seksi
Kepala seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya
dengan tugas sebagai berikut:
- Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggung jawabanya
- Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa
yang telah ditetapkan dalam APBDesa
- Melaukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran
belanja kegiatan
- Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam Buku
Pembantu Kas Kegiatan
- Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa
- Mengajukan
4) Bendahara Desa /Kaur Keuangan
Bendahara desa dijabat oleh kepala urusan keuangan yang memiliki tugas untuk
membantu sekreais desa meliputi penerimaan pendapatan desa dan
pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Selain itu
bendahara desa juga bertanggung jawab dalam penatausahaan keuangan yang
dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak dan
Buku Kas. Penatausahaan yang dilakukan meiputi:
- Menerima, menyimpan dan menyetorkan/membayar uang desa
- Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya
- Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan
tutup buku setiap akhir bulan secara trtib
- Mempertanggung jawabkan uang melalui laporan pertanggung jawaban.
Struktur Pemerintahan Desa:

Keterangan:
PKPKD : Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
PPKD : Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa
KAUR : Kepala Urusan
KASI : Kepala Seksi

PERENCANAAN DESA

Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu proses pengalokasian segala


sumber daya desa yang melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur-unsur
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Sumber daya desa
dialokasikan kedalam beberapa bidang yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat
desa. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka dalam musyawarah desa
yang meliputi:
1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM) untuk jangka waktu 6
Tahun
2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa yang disebut RKP Desa (Rencana Kerja
Pemerintah Desa)

PENGANGGARAN KEUANGAN DESA

Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan dengan proses penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), yang merupakan rencana anggaran
keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan
kegiatan yang menjadi kewenangan desa. APB Desa terdiri dari pendapatan desa, belanja
desa dan pembiayaan desa. Nerikut merupakan format dari APB Desa:

Anggaran Pendapatan dan Belanja


Desa (APBDesa)
APBDesa pada dasarnya adalah
rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa. APBDesa terdiri
atas :
1. Pendapatan Desa
Meliputi semua penerimaan uang
melalui rekening desa yang merupakan
hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa diklasifikasikan
menurut kelompok dan jenis.
2. Belanja Desa
Meliputi semua pengeluaran dari
rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka
mendanai penyelenggaraan kewenangan desa dan diklasifikasikan menurut kelompok,
kegiatan, dan jenis.
3. Pembiayaan Desa
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan desa terdiri atas Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan yang diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.
Kompetensi Dasar: 3.5 Menerapkan standar pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan/disclosur akuntansi pemerintah daerah
3.6 Menganalisis elemen basis akuntansi, pelaksanaan
akuntansi, struktur lengkap kode rekening untuk
kelompok akun ast, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja dan pembiayaan desa/kelurahan.
4.5 Melakukan pencatatan standar pengakuan, pengukuran
dan pengungkapan/disclosur akuntansi pemerintah
daerah
4.6 Melakukan pencatatan Menganalisis elemen basis
akuntansi, pelaksanaan akuntansi, struktur lengkap kode
rekening untuk kelompok akun ast, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan
desa/kelurahan.

1. Basis Akuntansi Lembaga


a. Basis Akrual: suatu basis akuntansi dimana transaksi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.
Trasaksi yang dicatat adalah semua transaksi yang berupa pelaksanaan anggaran.
b. Basis Kas: suatu basis akuntansi dimana transaksi atau peristiwa akuntansi diakui,
dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat kas/setara kas diterima
atau diterima atau dibayarkan. Trasaksi yang dicatat adalah semua transaksi yang
berupa pelaksanaan anggaran, pendapatan yang masih harus diterima, pendapatan
diterima dimuka, beban yang masih harus dibayar, beban dibayar dimuka dan
beban penyusutan aktiva tetap.
2. Persamaan Dasar Akuntansi Lembaga
Persamaan dalam akuntansi merupakan gambaran antara elemen-elemen dalam
sebuah laporan keuangan yang saling berhubungan. Terdapat 5 (lima) elemen pokok dalam
laporan keuangan Desa, yaitu Aset, Kewajiban, Pendapatan, Belanja, dan Kekayaan Bersih.
Akan mudah melakukan pencatatan transaksi jika kita memahami persamaan akuntansi yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Persamaan akuntansi dasar ini sangat sederhana dengan mengambil 3 (tiga) elemen
pokok dalam laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban, dan kekayaan bersih, maka didapat
rumusan persamaan akuntansinya sebagai berikut :
Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih
Persamaan akuntansi yang diperluas dari persamaan akuntansi dasar ini memiliki 2
(dua) rumus yaitu :
Aset + Belanja = Kewajiban + Kekayaan Bersih + Pendapatan +/- Pembiayaan
Netto
Atau
Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih + (Pendapatan – Belanja) +/- Pembiayaan
Netto
Unsur-unsur yang ada pada laporan keuangan desa dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aset
Merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan
dapat diperoleh serta dapat diukur dengan satuan uang. Aset dapat dikelompokkan
dalam :
1) Aset Lancar, yaitu aset yang dalam periode waktu tertentu (tidak lebih dari satu
tahun) dapat dicairkan menjadi uang kas atau menjadi bentuk aset
lainnya.Misalnya Kas, Piutang, Persediaan.
2) Aset Tidak Lancar, yaitu aset yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu
tahun. Misalnya Investasi Permanen, Aset Tetap, Dana Cadangan, Aset Tidak
Lancar Lainnya.
b. Kewajiban
Merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaian-nya
mengakibatkan aliran keluar sumber dayaekonomi yang dimiliki. Kewajiban ini bisa
berupa Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Misalnya Utang
Kepada Pihak Ketiga, Utang Pemotongan Pajak, Utang Cicilan Pinjaman, Pinjaman
Jangka Panjang,
c. Kekayaan Bersih
Merupakan selisih antara aset yang dimiliki desa dengan kewajiban.yang harus
dipenuhi desa sampai dengan tanggal 31 Desember suatu tahun.
d. Pendapatan
Merupakan penerimaaan yang akan menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah Desa, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah Desa.
e. Belanja
Merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah Desa.
f. Pembiayaan
Merupakan setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan
bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.

3. Siklus Akuntansi Lembaga


A. Definisi Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi
pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan yang dimulai saat terjadi
sebuah transaksi.
B. Tahapan Siklus Akuntansi
a. Tahap Pencatatan
Tahap ini merupakan langkah awal dari siklus akuntansi. Berawal dari buktibukti
transaksi selanjutnya dilakukan pencatatan ke dalam buku yang sesuai.
b. Tahap Penggolongan
Tahap selanjutnya setelah dilakukan pencatatan berdasarkan bukti transaksi adalah
tahap penggolongan. Tahap penggolongan merupakan tahap mengelompokkan catatan
bukti transaksi ke dalam kelompok buku besar sesuai dengan nama akun dan saldo-
saldo yang telah dicatat dan dinilai kedalam kelompok debit dan kredit.
c. Tahap Pengikhtisaran
Pada tahap ini dilakukan pembuatan neraca saldo dan kertas kerja. Laporan Kekayaan
Milik Desa berisi saldo akhir akun-akun yang telah dicatat di buku besar utama dan
buku besar pembantu. Laporan Kekayaan Milik Desa dapat berfungsi untuk
mengecek keakuratan dalam memposting akun ke dalam debit dan kredit. Di dalam
Laporan Kekayaan Milik Desa jumlah kolom debit dan kredit harus sama atau
seimbang. Sehingga perlunya pemeriksaan saldo debit dan kredit di dalam Laporan
Kekayaan Milik Desa dari waktu ke waktu untuk menghindari salah pencatatan.
Dengan demikian, pembuktian ini bukan merupakan salah satu indikasi bahwa
pencatatan telah dilakukan dengan benar.
d. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini :
1) Membuat Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Laporan ini berisi jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dari pemerintah desa yang bersangkutan untuk tahun anggaran
tertentu
2) Laporan Kekayaan Milik Desa
Laporan yang berisi posisi aset lancar, aset tidak lancar, dan kewajiban
pemerintah desa per 31 Desember tahun tertentu.

4. Bukti Transaksi pada Lembaga Pemerintahan


a. Penerimaan pendapatan
Setiap pencatatan penerimaan harus disertai dengan bukti yang lengka dan sah.
Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan penerimaan pendapatan oleh
bendahara desa antara lain:
- Bukti transfer deviden
- Kuitansi penerimaah
- Tanda terima retribusi
- Tanda terima pungutan
- Tanda terima swadaya tunai
- Tanda terima barang
- Daftar hadir
- Nota transfer
b. Belanja
Dokumen atau formulir yang terkait dengan penatausahaa belanja desa terdiri dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) dan bukti kuitansi.
1. Rencana Anggaran Biaya
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pelaksana kegiatan setelah APBDesa
disahkan adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan
tersebut harus disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB. Format RAB
adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH DESA.............
RENCANA ANGGARAN BIAYA
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bidang:
Kegiatan:
Waktu Pelaksanaan:
Sumber Dana:
Output/Keluaran:

Kode Uraian Anggaran


Volume Harga Satuan Jumlah

Jumlah
........,20xx ........,20xx ........,20xx
Mengesahkan, telah diverifikasi pelaksana kegiatan
Kepala desa sekretaris desa

....................... .......................

Setelah RAB disetujui, maka langkah selanjutnya berupa permintaan


pembayaran/uang dari pelaksana kegiatan kepada bendahara desa melalui surat
permintaan pembayaran (SPP) baik yang bersifat panjar maupun definitif.
2. Surat Permintaan Pembayaran (Definitif)
SPP definitif berfungs sebagai dasar permintaan dana.uang oleh pelaksana
kegiatan setelah mendapat persetujuan dari kepala desa. Bagi sekretaris desa, SPP
berfungsi sebagai alat kontrol untuk menguji kebenaran perhitungan dan
ketersediaan dana. Format SPP disajikan sebagai berikut:

3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)


Pengajuan SPP oeh pelaksana kegiatan harus dilampirai dengan surat pernyataan
tanggung jawab belanja yang merupakan rekapotulasi SPJ yang telah dilakukan
oleh pelaksana kegiata dalam SPTB ini ditambahkan kolom “nama” dan “nomor
rekening pihak ketiga” untuk memfasilitasi pembayaran yang dilakukan melalui
transfer bank. Formatnya adalah sebagai berikut:

4. Bukti kuitansi
Selain STPB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti
transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah adanya transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti transaksi
minimal memuat data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti
transaksi yang baik adalah didalamnya teulis nama beserta jabatan dari pihak yang
membuat, nama beserta jabatan yang mmverifikasi, nama jabatan yang
menyetujui dan nama dari pihak yang menerima. Contoh bkti transaksi antara lain
yaitu berupa kuitansi, faktur, surat perjanjan, surat penerimaan barang, nota kotan,
nota debet, nota kredit dan memo internal.
5. Surat Permintaan Pembayaran (Panjar Kegiatan)
SPP Panjar adalah permintaan dana/uang muka kepada pelaksana kegiatan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Berbeda dengan SPP definitif yang melampirkan
bukti transaksi yang telah dilaksanakan, lampiran SPP Panjar kegiatan berupa
rencana pembelian/pengeluaran yang akan dilakukan. Format SPP Panjar adalah
sebagai berikut:
5. Dokumen Pencatatan pada Akuntansi Lembaga

Dokumen Penatausahaan Keuangan Desa

1. Buku Kas Umum


Tidak seperti akuntansi pada umumnya, pembukuan keuangan desa dilakukan secara
lebih sederhana. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan buku kas umum desa uang hanya
digunakan untuk mencatat transaksi yang dilakukan secara tunai (baik penerimaan
pendapatan maupun pengeluaran belanja) dan dilakukan secara kronologis. Jadi penerimaan
pendapatan dan pengeluaran belanja kegiatan yang dilakukan secara tunai oleh Bendahara
Desa akan dicatat dalam Buku Kas Umum Desa.
Pencatatan semua transaksi baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja
desa pada buku kas umum desa dan buku pembantu lainnya dilakukan berdasarkan bukti
transaksi yang lengkap dan sah, misalnya dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan
pengeluaran belanja oleh Bendahara Desa antara lain yaitu kuitansi pengeluaran, Faktur
pembelian atau nota pembelian.
Khusus transaksi pemotongan dan penyetoran pajak oleh Bendahara Desa selain
dicatat pada Buku Kas Umum Desa juga dicatat dalam Buku Kas pembantu Pajak. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan memperoleh informasi mengenai kewajiban perpajakan
Bendahara Desa. Format Buku Kas Umum adalah sebagai berikut:

BUKU KAS UMUM TUNAI


PEMERINTAH DESA.......
TAHUN ANGGARAN 20XX

Pengeluar
Kode Nom
N Tangg Urai Penerima Pengeluar an Sald
Rekenin or
o al an an (Rp) an (Rp) Kumulati o
g Bukti
f

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Dalam buku kas umum desa, terdapat kolom “Kode Rekening” yang diisi dengan
kode rekening, namun digunakan hanya untuk pecatatan transaksi keuangan yang
mempengaruhi akun pendapatan, belanja dan pembiayaan sebagaimana tertuang dalam
APBDesa. Sedangkan transaksi yang tidak mempengaruhi akun tersebut, misalnya
pengambilan uang tunai di bank, pemberian panjar dan transfer kepada pihak ketiga, tidak
perlu diisi dengan kode rekening.
Kolom “Nomor Bukti” agar iisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
Kolom “Pengeluaran Kumulatif” diisi dengan jumlah sebesar akumulasi pengeluaran
saja(tidak termasuk penerimaan). Jadi jika pada baris berikutnya adalah transaksi penerimaan
tunai, maka besaran jumlah kolom pada baris tersebut adalah sama dengan besaran jumlah
pada baris sebelumnya.
Kolom “saldo” menunjukan jumlah akumulasi uang dari transaksi penerimaan
maupun pengeluaran kas. Pada setiap akhir bulan buku kas umum desa aris ditutup secara
tertib serta ditandatangani oleh Bedahara desa dan kepala desa.

2. Buku Bank
Berbeda dengan buku kas umum desa, buku bank desa hanya digunakan untuk
pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan melalui transfer bank baik penerimaan
maupun pengeluaran termasuk mutasi kas. Pencatatan dalam buku bank desa juga dilakukam
secara kronologis. Format buku bank adalah sebagai berikut:

BUKU BANK DESA


PEMERINTAH DESA......
TAHUN ANGGARAN 20XX

Bulan :
Nama Bank :
No. Rekening :

Pemasukan Pengeluaran
Uraian No
Tg Setora Bung Biaya
No Transaks Bukt Penarika Paja Saldo
l n a Admi
i i n k
n

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Kolom “nomor bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
Kolom “Bunga”, “Pajak” dn “Biaya Administrasi” diisi dengan jumlah nilainya
diperoleh dari rekening koran bank yang bersangkutan.
Kolom “saldo” menunjukan jumlah akumulasi uang dari transaksi pemasukan
maupun pengeluaran melalui bank, atas saldo ini harus dilakukan rekonsiliasi dengan
rekening koran bank yang bersangkutan. Pada setiap akhir bulan buku bank desa harus
ditutup secara tertib, serta ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.

3. Buku kas pembantu panjak


Buku kas pembantu pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran
pajak yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Transaksi pemotongan dan penyetoran pajak ini
dicatata pada Buku Ks Umum Desa dan Buku Pajak.

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


PEMERINTAH DESA
TAHUN ANGGARAN 20XX

No Tangga Uraian Pemotongan Penyetoran Saldo


l

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa
................... ..........................

Buku kas pembantu pajak merupakan alat pengendalian terhadap kewajiban


perpajakan yang dilakukan bendahara desa. Dengan buku ini dapat diketahui pemotongan dan
penyetoran pajak yang telah dilakukan oleh Bendahara Desa.

4. Buku Pembantu Rincian Pendapatan


Buku pembantu rincian pendapatan merupakan buku sebagai alat pengendalian
pencatatan penerimaan pendapatan untuk tiap jenisnya agar pada saat penyusunan laporan
realisasi APBDesa khususnya pendapatan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini
meruakan tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh permendagri 113/2014. Format buku
pembantu rincian pendapatan adalah sebagai berikut:

BUKU PEMBANTU RINCIAN PENDAPATAN


PEMERINTAH DESA....
TAHUN ANGGARAN 20XX

Jenis Pendapatan Jumlah


No Uraian
PADesa Transfer Lain-lain Pendapatan

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Dengan buku pembantu rincian pendapatan ini maka setap jenis pendapatan seperti
pendapatan hasil usaha, dana desa ataupun alokasi dana desa dapat diketahui dengan mudah.
Hal ini diperlukan dalam penyusunan laporan realisasi APBDesa.

5. Register Surat Perintah Pembayaan (Register SPP)


Register SPP adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol SPP yang telah
diterbitkan baik SPP definitif maupun SPP Panjar kegiatan. Pada akhir periode, register ini
dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara
Desa. Format Register SPP disajikan sebagian berikut:

PEMERINTAH DESA.......
REGISTER SURAT PERINTAH PEMBAYAARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

No Tgl No SPP Uraian Pembayaran Jumlah

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Sebagai alat pengendalian, Register SPP ini digunakan sebagai acuan dalam memberi
nomor SPP yang diajukan pelaksana kegiatan.

6. Register kuitansi pembayaran (Register Kuitansi)


Register kuitansi pembayaran adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol
kuitansi. Pada akhir periode, register ini dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan
Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Format register kuitansi pembayaran disajikan
sebagai berikut:

PEMERINTAH DESA.......
REGISTER KUITANSI PEMBAYAARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

No Tgl No Bukti Uraian Pembayaran Jumlah

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................
Dengan adanya register kuitansi pembayaran ini maka penomoran atas kuitansi ada
dapat terstandarisasi sehingga memudahkan untuk penelusuran dan pencarian kuitansi yang
dimaksud.

7. Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan


Daftar rekapitulasi Pajar kegiatan merupakan suatu daftar yang dibuat oleh Bendahara
Desa untuk mengetahui rincian panjar yang telah dikeluarkan kepada Pelaksana kegiatan.
Format daftar rekapitulasi panjar kegiatan adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH DESA.......
DAFTAR REKAPITULASI PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

Nama Jumlah Sisa Pengembalia Sisa


No Jumlah SPJ
Kegiatan Panjar Panjar n Sisa Panjar Dana

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Dengan daftar ini maka akan diketahui panjar mana saja yang sudah
dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan dan panjar yang masih terbuka belum di SPJ
kan.

8. Buku Pembantu Rincian Pembiayaan


Buku pembantu rincian pembiayaan merupakan buku sebagai alat pengendalian
pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Buku ini mencatat transaksi untuk tiap
jenis pembiayaan agar pada saat penyusunan lapran realisasi APBDesa khususnya yang
terkait pembiayaan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini merupakan tambahan diluar
yang dipersyaratkan oleh pemendagri 113/2014. Format Buku Pembantu Rincian Pembiayaan
adalah sebagai berikut:

BUKU PEMBANTU RINCIAN PEMBIAYAAN


PEMERINTAH DESA.......
TAHUN ANGGARAN 20xx

Jenis Pembiayaan
Uraia Jumlah
No Penerimaan Pengeluaran
n Pembiayaan
Pembiayaan Pembiayaan

Jumlah

Mengetahui, .............,...........20xx
Kepala Desa Bendahara Desa

................... ..........................

Dengan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan ini maka setiap jenis pembiayaan dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi APBDesa.

9. Buku Kas Pembantu Kegiatan


Selain Bendahara Desa, pelaksana kegiatan juga melakukan pecatatan pengeluaran
belanja. Namun pengeluaran yang dicatat oleh pelaksana kegiatan adalah berupa pengeluaran
belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja barang dan jasa
maupun belanja modal, serta transaksi penerimaan panjar dari Bendahara Desa.
Pelaksana kegiatan melakukan pencatatan pada buku kas pembantu kegiatan
berdasarkan SPP yang telah disetujui dan didukung dengan bukti transaksi yang lengkap dan
sah. Selain itu pelaksanaan kegiatan juga harus menyusun laporan kegiatan setelah kegiatan
selesai dilaksanakan. Berikut merupakan format dari buku kas pembantu kegiatan

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN


PEMERINTAH DESA..........
TAHUN ANGGARAN 20XX

1. Bidang :
2. Kegiatan :
N T Urai No.Bu Jml Sal
Penerimaan Pengeluaran
o gl an kti pengemba do
Dari Swaday Bela Bela lian ke Kas
Bendah a nja nja bendahara
ara Masyara Bara Mod
kat ng al
dan
Jasa

Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran

.......,......20xx
Pelaksana Kegiatan

...................

Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan transaksi oleh pelaksana kegiatan
dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan antara lain:
- Kuitansi pengeluaran
- Tanda terima panjar
- Tanda terima barangv(swadaya berupa barang)
- Daftar hadir (swadaya berupa tenaga)

Jika pada akhir pelaksanan kegiatan masih terdapat saldo di pelaksana kegiatan maka
dilakukan penyetoran sisa panjar kepada bendahara desa.

Kolom nomor bukti agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan
sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Pada setiap akhir bulan buku kas pembantu kegiatan harus ditutup secara tertib dan
ditanda tangani oleh pelaksana kegiatan

6. Kode Rekening
Kode akun adalah suatu penamaan/penomoran yang dipergunakan untuk
mengklasifikasikan pos atau rekening transaksi. Setiap jenis pos dalam satusistem
akuntansi harus memiliki kode atau nomor yang dapat dibedakan sesuai dengan
kelompoknya. Kode akun mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Luwes, mudah disisipkan jika terdapat penambahan akun baru.
- Sederhana, sesuai dengan tujuan akun, namun mudah dimengerti
- Unik, setiap akun mempunyai kode masing-masing dan unik
- Sistematik, penempatan atau urutan akun sesuai dengan akun utama
Kompetensi Dasar: 3.7 Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan
akuntansi pendapatan desa/kelurahan
4.7 Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan
akuntansi pendapatan desa/kelurahan

Transaksi pendapatan akan melibatkan pencatatan di tingkat Satuan Kerja, selanjutnya


disebut satker dan di tingkat Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah selanjutnya disebut
SKPKD. Satker adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran.
Dalam uraian berikutnya menyangkut akuntansi di satker, satker dapat terdiri dai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satker Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Sedangkan yang dimaksud dengan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daeah
(SKPKD) adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran yang
jga melaksaakan pengelolaan keuangan daerah. Khusus yang menyangkut peran akuntansi di
SKPKD, ada dua fungsi yang dilakukan oleh SKPKD, yaitu:
a. SKPKD sebagai satuan kerja yang dalam hal ini bertindak sebagai entitas akuntansi
yang mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di Satker tersebut.
b. SKPKD sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), selanjutnya disebut
PPKD yang dalam hal ini bertindak sebagai entitas pelaporan yang mewakili
transaksi pemda secara keseluruhan. Jenis transaksinya meliputi: pendapatan dana
perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanj bagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga. Termasuk transaksi-transaksi pembiayaan,
pencatatan invstasi dan utang jangka panjang.

Struktur akuntansi untuk pemda menggunakan struktur akuntansi pusat-cabang.


Dalam hal ini akuntansi yang berlaku di satker adalah sebagai akuntansi cabang. Sedangkan
SKPKD sebagai PPKD adalah sebagai akuntansi pusat yang mewakili pemda. Konsekuensi
dari akuntansi pusat-cabang ini adalah adanya akun resiprokal yaitu RK-PPKD (yang ada di
satker) dikelompok ekuitas dana dan RK-Satker (yang ada di PPKD) di kelompok aset.

Dalam Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:

“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang


menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan sebagai


hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah
yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah, kelompok pendapatan adalah sebagai
berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


b. Dana perimbangan (pendapatan transfer)
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah diterima
dan wewenang pengelolaannya ada di Satker, sedangkan dua kelompok pendapatan lainnya
yaitu dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah diterima dan wewenang
pengelolaannya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD menurut kedua peraturan
pemerintah tersebut yaitu:

a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain PAD yang sah

AKUNTANSI PENDAPATAN SATKER (SKPD)


A. PROSEDUR PENCATATAN
a. Transaksi pendapatan di satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan
Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh
bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas
pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan
koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai
pengurang SiLPA.
c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan
periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.
d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan atas asas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
B. DOKUMEN SUMBER YANG DIGUNAKAN
a. Surat ketetapan pajak daerah
b. Surat ketetapan retribusi daerah
c. Surat tanda bukti pembayaran
d. Bukti penerimaan lainnya yang sah
C. STANDAR JURNAL TRANSKSI PENDAPATAN

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Penerimaan pendapatan Kas di bendahara penerimaan xxx
pajak daerah Pendapatan pajak daerah xxx
Penerimaan pendapatan Kas di bendahara penerimaan xxx
retribusi daerah Pendapatan retribusi daerah xxx
Penerimaan hasil Kas di bendahara penerimaan xxx
pengelolan kekayaan Hasil pengelolaan kekayaan xxx
daerah yang dipisahkan daerah yang dipisahkan
Penerimaan lain-lain Kas di bendahara penerimaan xxx
PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah xxx

Berikut adalah jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke kas daerah:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Penyetoran pendapatan RK-PPKD xxx
ke kas daerah Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan


yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian pendapatan sifatnya
berulang baik yang terjadi diperiode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga
berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode
berjalan, PPK-Satker berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi
pengembalian kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kelebihan Pendapatan xxx
pendapatan RK-PPKD xxx

Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui rekening


kas darah, akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan
pendapatan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kelebihan RK-Satker xxx
pendapatan satker yang Kas di kas daerah xxx
dicatat oleh PPK-PPKD

Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang dan terkait
dengan pendapatan periode sebelumnya, satker tidak melakukan pencatatan.
Pencatatan dilakukan oleh akuntansi PPKD dengan jurnal seperti berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kelebihan SiLPA xxx
pendapaan bersifat tidak Kas di kas daerah xxx
berulang

AKUNTANSI PENDAPATAN PPKD


A. PROSEDUR PENCATATAN
a. Transaksi pendapatan di PPKD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan
PPKD. Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh kas daerah atau
pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
b. Koreksi atas pengembalian pendapatan yang tidak berulang, yang terjadi atas
pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan
koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai
pengurang SiLPA.
c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan
periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.
d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto.
B. DOKUMEN SUMBER YANG DIGUNAKAN
Peneriman dana perimbangan
a. Surat tanda bukti transfer pembayaran
b. Bukti penerimaan lainnya yang sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


a. Surat tanda bukti penerimaan
b. Bukti penerimaan lainnya yang sah (Berita acara penerimaan)
C. STANDAR JURNAL TRANSAKSI PENDAPATAN
Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi pendapatan di PPKD

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Penerimaan pendapatan Kas di Kasda xxx
dana perimbangan sesuai Pendapatan dana perimbangan xxx
jenisnya
Penerimaan pendapatan Kas di Kasda xxx
lain-lain yang sah sesuai Lain-lain pendapatan daerah xxx
jenisnya yang sah
Kompetensi Dasar: 3.8 Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi
belanja desa/kelurahan
4.8 Melakukan pencatatan akuntansi belanja satker, dan
akuntansi belanja desa/kelurahan
Pengertian belanja berdasarkan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 adalah
semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun anggaran bersangkuan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006, belanja


diartikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.

Kedua definisi diatas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas
dana pemerintah daerah.

Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja meliputi:

a. Belanja tidak langsung, yaitu belanja pegawai


b. Belanja langsung, yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja
modal

Kedua peraturan yang mengatur penatausahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan


belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan imaksud semata-mata karena ada hal lain
yang ingin dicakup dalam Pemendagri No 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui
Pemendagri No 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang
mencakup mengenai perencanaan, penganggaran penatausahaan, akuntansi dan pertanggung
jawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan diantaranya
informasi pengendalian yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis kinerja.

Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output dari
suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan
input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program
ataupun kegiatan. Oleh karena itu, untuk tujuan dimaksud dalam Pemendagri o 13 Tahun
2006 terdapat pengelompokan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja
Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan
kegiatan. Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan.

Selanjutnya untuk keperluan penyajian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD yang strukturnya didasarkan pada Pemendagri No 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah
dengan Pemendagri No 59 Tahun 2007, disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
yang tercantum dalam PP No 24 Tahun 2005. Penyajian laporan keuangan berdasarkan SAP
tersebut disusun melalui konversi. Untuk lebih jelasnya perbedaan klasifikasi ini dapat dilihat
dari tabel sebagai berikut:

NO PP No 24 Tahun 2005 Pemendagri No 13 Tahun 2006


1 BELANJA OPERASI BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja pegawai Belanja pegawai
Belanja barang Belanja bunga
Bunga Belanja subsidi
Subsidi Belanja hibah
Hibah Belanja bantuan sosial
Bantuan sosial Belanja bagi hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja bantuan keuangan keuangan
kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja tidak terduga
2 BELANJA MODAL BELANJA LANGSUNG
Belanja tanah Belanja pegawai
Belanja peralatan dan mesin Belanja barang dan jasa
Belanja gedung dan bangunan Belanja modal
Belanja jalan, irigasi dan jaringan
Belanja aset tetap lainnya
Belanja aset lainnya
BELANJA TIDAK TERDUGA
Belanja tidak terduga
TRANSFER
Transfer bagi hasil ke
Kabupaten/Kota/Desa
Bagi hasil pajak
Bagi hasil retribusi
Bagi hasil pendapatan lainnya

I. AKUNTANSI BELANJA SATKER


A. PROSEDUR PENCATATAN
a. Transaksi belanja di satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan Satker
(PPK-Satker). Transaksi ini dicatat pada saat pengesahan SPJ bila menggunakan
SP2D-UP/GU/TU atau pada saat menerima tembusan SP2D-LS bila
menggunakan LS.
b. Koreksi atau penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran
belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain.
c. Akuntans belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto
d. Untuk transaksi belanja modal, penctatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat
dengan 2 (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja modal, dan yang lainnya
untuk mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.
e. Transaksi belanja di Satker dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- Pembayaran dengan SP2D-UP/GU/TU
- Pembayaran dengan SP2D-LS
f. Transaksi penerimaan pihak ketika (PPK) merupakan transaksi transitoris berupa
penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai
utang.
B. DOKUMEN SUMBER YANG DIGUNAKAN

No Transaksi Belanja Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber
1 Belanja dengan - SP2D - SPM
mekanisme LS - Nota debit bank - SPD
- Bukti pengeluaran - Berita acara serah
lainnya yang sah terima barang/jasa
2 Belanja dengan Bukti pengesahan SPJ - SPM
mekanisme - SPD
UP/GU/TU - Bukti transaksi
lainnya
3 Penerimaan PPK - SP2D SPM
- Bukti potongan
4 Pelunasan PPK - Surat setoran SPM
- Nota kredit
- Bukti potongan
- Bukti pengeluaran
lainnya

C. STANDAR JURNAL TRANSAKSI BELANJA SATKER

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Penerimaan SP2d- Kas dibendahara pengeluaran xxx
UP/GU/TU RK-PPKD xxx
Pelaksanaan belanja Belanja xxx
dengan menggunakan Kas di Bendahara pengeluaran xxx
uang persediaan yang
sebelumnya dicairkan
melalui SP2d-
UP/GU/TU
Penerimaan hasil Kas di bendahara penerimaan xxx
pengelolan kekayaan Hasil pengelolaan kekayaan xxx
daerah yang dipisahkan daerah yang dipisahkan
Penerimaan lain-lain Kas di bendahara penerimaan xxx
PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah xxx

Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persedian dari SP2D-UP/TU dari satker
ke BUD, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kas SP2d- RK-PPKD xxx
UP/GU/TU di satker Kas di bendahara pengeluaran xxx
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga
mengakui penambahan aset sesuai dengan jenis asetnya dengan jurnal:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Belanja modal dengan Belanja modal xxx
menggunakan SP2D-LS RK-PPKD xxx
Pengakuan aset tetap Aset tetap xxx
dari belanja modal satker Ekuitas dana investasi- xxx
diinvestasikan dalam aset tetap
Keterangan:
Pengakuan belanja modal pada butir No 5 disesuaikan dengan kebijakan akuntansi
tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara
kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset
tetap.

Dalam kasus LS gaji dan tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai
adalah jumlah neti (Setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap
mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu
mencatat potongan tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh Bendahara
Umum Daerah (BUD) dalam subsistem akuntansi PPKD. Jurnalnya adalah
sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Belanja LS gaji Satker Belanja Gaji dan tunjangan xxx
Tunjangan keluarga
Tunjangan fungsional umum
Tunjangan...
RK-PPKD xxx

Dalam kasus belanja barang dan jasa, seringkali terdapat potongan paja sehingga
dana yang diterina oleh pihak ketiga adalah jumlah neta (sudah dikurangi
potongan pajak), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah
bruto. Selanjutnya potongan tersebut dicatat sebagai utang pajak dan akan dicatat
oleh yang memotong pajak tersebut dengan jurnal:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Penerimaan potongan Kas xxx
pajak oleh pemotong Utang pajak xxx
pajak
Pelunasan pajak Utang pajak xxx
Kas xxx
Catatan:
Bila dipotong oleh satker maka mengurangi kas di bendahara pengeluaran. Namun
apabila dipotong di BUD, maka akan dicatat oleh PPK-PPKD sebagai pengurang
kas di kasda.
Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran
belanja dicatat sebagai pengurang belanja. PPK-Satker mencatat transaksi
pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kelebihan Kas di bendahara pengeluaran xxx
belanja Belanja xxx

Jika terjadi pengembalian belanja atas transaksi belanja yang terjadi pada tahun
sebelumnya, maka satker mencata jurnal sebagai berikut:

KETERANGAN JURNAL DEBET KREDIT


Pengembalian kelebihan Kas di bendahara pengeluaran xxx
belanja, diterima pada Pendapatan lain-lain xxx
periode berikutnya

II. AKUNTANSI BELANJA PPKD


A. PROSEDUR PENCATATAN
a. transaksi belanja d PPKD dicatat oleh petugas penatausahaan keuangan PPKD
(Fungsi akuntansi PPKD). Transaksi ini dicatat pada saat pengesahan SPJ bila
menggunakan SP2D-UP/GU/TU atau pada saat menerima SP2D-LS bila
menggunakan LS.
b. koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran
belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain.
c. akuntansi belanja dilakukan berdasarkas asas bruto.
d. untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara collary, yaitu dicatat
dengan 2 jurnal. Satu urnal untuk mencatat belanja modal dan yang lainnya untuk
mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.
e. transaksi belanja di PPKD dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- pembayaran dengan SP2D UP/GU/TU
- pembayarannya dengan SP2D LS
f. transaksi penerimaan pihak ketiga merupakan transaksi transitoris berupa
penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai
utang.
B. DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN

N TRANSAK DOKUMEN SUMBER LAMPIRAN DOKUMEN


O SI SUMBER
1 Belanja - SP2D-LS - SPM
bunga - Nota debit - SPD
bank
- Bukti
pengeluaran
lainnya yang
sah
2 Belanja - SP2D-LS - SPM
subsidi - Nota debit - SPD
bank - Berita acara
- Bukti - Keputusan
pengeluaran kepala daerah
lainnya yang
sah
3 Belanja - SP2D-LS - SPM
hibah - Nota debit - SPD
bank - Berita acara
- Bukti - Keputusan
pengeluaran kepala daerah
lainnya yang
sah
4 Belanja - SP2D-LS - SPM
bantuan - Bukti - SPD
sosial pengeluaran - Berita acara
lainnya yang - Keputusan
sah kepala daerah
5 Belanja - SP2D-LS - SPM
bagi hasil - Bukti - SPD
pengeluaran - Berita acara
lainnya yang - Keputusan
sah kepala daerah
6 Belanja - SP2D-LS - SPM
bantuan - Bukti - SPD
keuangan pengeluaran - Berita acara
lainnya yang - Keputusan
sah kepala daerah
7 Belanja - SP2D-LS - SPM
tidak - Bukti - SPD
terduga pengeluaran - Berita acara
lainnya yang - Keputusan
sah kepala daerah

C. STANDAR JURNAL TRANSAKSI BELANJA PPKD

TRANSAKSI KETERANGAN DEBET KREDIT


Belanja bunga Belanja bunga xxx
Kas dikasda xxx
Belanja subsidi Belanja subsidi xxx
Kas dikasda xxx
Belanja hibah Belanja hibah xxx
Kas dikasda xxx
Belanja bantuan Belanja bantuan sosial xxx
sosial Kas dikasda xxx
Belanja bagi hasil Belanja bagi hasil xxx
Kas dikasda xxx
Belanja bantuan Belanja bantuan xxx
keuangan keuangan
Kas dikasda xxx
Belanja tidak terduga Belanja tidak terduga xxx
Kas dikasda xxx

Dalam kasus LS Gaji dan tunjangan, fungsi akuntansi PPKD mencatat potongan
pajak/taperum/IWP untuk seluruh satker yang pemotongannya dilakukan oleh
PPKD. Jurnalnya adalah sebagai berikut:

TRANSAKSI KETERANGAN DEBET KREDIT


potongan Kas dikasda xxx
pajak/taperum/IWP Utang pajak PFK Xxx
untuk seluruh satker Utang taperum PFK Xxx
yang pemotongannya Utang IWP PFK xxx
dilakukan oleh
PPKD.

Dalam kasus LS barang dan jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga
dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (Setelah dikurangi
potongan pajak), namun fungsi akuntansi PPKD tetap mencatat belanja tersebut
dalam jumlah bruto. Fungsi akuntansi PPKD kemudian mencatat potongan
tersebut sebagai utang dengan jurnal sebagai berikut:

TRANSAKSI KETERANGAN DEBET KREDIT


Mencatat penerimaan Kas dikasda xxx
potongan pajak di Utang pajak Xxx
PPKD

Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran
belanja dicatat sebagai pengurang belanja. Fungsi akuntansi PPKD mencatat
transaksi pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

TRANSAKSI KETERANGAN DEBET KREDIT


Mencatat Kas dikasda xxx
pengembalian Belanja Xxx
kelebihan belanja

Koreksi atas penerimaan kembali belanja apabila diterima pada periode


berikutnya, maka PPKD mencatat jurnal sebagai berikut:

TRANSAKSI KETERANGAN DEBET KREDIT


Mencatat Kas dikasda xxx
pengembalian Pendapatan lain-lain Xxx
kelebihan belanja
diterima pada periode
berikutnya
Kompetensi Dasar: 3.9 Menganalisis transaksi Akuntansi penerimaan pembiayaan, dan
akuntansi pengeluaran pembiayaan di desa/kelurahan
4.9 Melakukan pencatatan Akuntansi penerimaan pembiayaan,
dan akuntansi pengeluaran pembiayaan di desa/kelurahan

Pembiayaan didefinisikan sebagai berikut:

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya.

Definisi pembiayaan dari sumber akuntansi pemerintah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan(financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan


maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggara
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan memanfaatkan surplus anggaran.

Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa pembiayaan merupakan transaksi keuangan
pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutupi defisit anggaran atau
memanfaatkan surplus anggaran.

Transaksi pembiayaan terbagi atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.


Selisih dari kedua transaksi tersebut merupakan pembiayaan neto. Transaksi penerimaan
pembiayaan berasal dari:

- Penggunaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya


- Pencairan dana cadangan
- Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
- Penerimaan pinjaman daerah
- Penerimaan kembali pemberia pinjaman
- Penerimaan piutang daerah

Transaksi pengeluaran pembiayaan berasal dari:

- Pembentukan dana cadangan


- Penyertaan modal pemerintah daerah
- Pembayaran pokok pinjaman
- Pemberian pinjaman daerah

Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD/BUD sebagai pemda.


Hal ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk
memanfaatkan surplus atau menutupi defisit anggaran daerah. Selain itu, dalam transaksi
pembiayaan, didalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di
dalam neraca pemda. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA
PPKD/BUD sebagai pemda (kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan
LRA SKPD lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah Daerah.

I. PELAKSANA AKUNTANSI DI SKPD


Akuntansi di SKPKD terbagi atas dua fungsi, yaitu:
a) Fungsi akuntansi yang mencatat dan melaporkan transaksi SKPKD selaku
satker oleh sekretariat
b) Fungsi akutansi yang mencatat dan melaporkan transaksi pemda yang
dilaksanakan PPKD/BUD; serta fungsi akuntansi yang melakukan
penggabungan atau konsolidasi laporan keuangan satker atau SKPD dan
PPKD menjadi Laporan Pemerintah Daerah
II. AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN
a) Transaksi penerimaan pembiayaan dicatat dengan menggunakan asas bruto,
yaitu penerimaan pembiayaan dicatat sebesar nilai brutonya(tidak
dikompensasikan dengan pengeluaran)
b) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening kas daerah
A. DOKUMEN SUMBER TRANSAKSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Dokumen sumber yang digunakan sebagia dasar untuk mencatat transaksi
penerimaan pembiayaan ini adalah seperti berikut:

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


SUmber
1 Penggunaan Perda pertanggung Nota kredit bank
SiLPA tahun jawaban pelaksanaan
anggaran APBD
sebelumnya
2 Pencairan dana Nota kredit bank Copy surat perintah
cadangan Perda dana cadangan pemindah bukuan
3 Hasil penjualan Bukti penerimaan Berita acara
kekayaan daerah pembayaran
yang dipisahkan
4 Penerimaan Surat tanda bukti Nota kredit bank
pinjaman daerah penerimaan/bukti
transfer
5 Penerimaan Surat tanda bukti Nota kredit bank
kembali pemberian penerimaan/bukti
pinjaman transfer
6 Penerimaan Surat tanda bukti Nota kredit bank
piutang daerah penerimaan/bukti
transfer

B. STANDAR JURNAL TRANSAKSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN


Penjurnalan transaksi penerimaan pembiayaan dilakukan oleh fungsi akuntansi
PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.
Jurnal untuk transaksi penerimaan pembiayaan merupakan jurnal corollary,
dimana satu jurnal akan berpengaruh terhadap laporan realisasi anggaran dan
jurnal lainnya akan mempengaruhi neraca.
Standar jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:

No Transaksi Keterangan Debet Kredit


1 Mencatat Tidak ada jurnal
penggunaan
SiLPA
2 Pencairan dana Kas dikasda xxx
cadangan Penerimaan pembiayaan-dana xxx
cadangan
Ekuitas dana cadangan- xxx
diinvestasikan dalam dana cadangan
Dana cadangan Xxx
3 Hasil penjualan Kas dikasda xxx
kekayaan daerah Penerimaan pembiayaan- Hasil xxx
yang dipisahkan penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan
Ekuitas dana investasi-diinvestasikan xxx
dalam investasi jangka panjang
Penyertaan modal pemerintah xxx
daerah/investasi
4 Penerimaan Kas dikasda xxx
pinjaman daerah Penerimaan pembiayaan- Xxx
Penerimaan pinjaman daerah
Dana yg harus disediakan untuk xxx
pembayaran utang jangka panjang
Utang dalam negeri xxx
5 Penerimaan Kas dikasda xxx
kembali pemberian Penerimaan pembiayaan- xxx
pinjaman Penerimaan kembali pemberian
pinjaman
Ekuitas dana lancar-cadangan xxx
piutang xxx
Pemberian pinjaman(piutang)
6 Penerimaan Kas dikasda xxx
piutang daerah Penerimaan pembiayaan- xxx
penerimaan piutang daerah
Ekuitas dana lancar-cadangan xxx
piutang xxx
Piutang

III. AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN


Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Daerah.
A. Dokumen Sumber Transaksi Pengeluaran Pembiayaan
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi
pengeluaran pembiayaan ini adalah sebagai berikut:
No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen
SUmber
1 Pengisian dana Surat perintah pencairan SPD
cadangan dana(SP2D) SPM
Perda tentang dana
cadangan
2 Penyertaan modal Surat perintah pencairan SPD
pemerintah daerah dana(SP2D) SPM
3 Pembayaran pokok Surat perintah pencairan SPD
pinjaman dana(SP2D) SPM
4 Pemberian Surat perintah pencairan SPD
pinjaman daerah dana(SP2D) SPM
Perjanjian pinjaman

B. Standar Jurnal Transaksi Pengeluaran Pembiayaan


a. Penjurnalan transaksi pengeluaran pembiayaan dilaukan oleh fungsi
akuntansi PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.
b. Jurnal untuk transaksi pengeluaran pembiayaan merupakan jurnal collary
dimana satu jurnal akan berpengaruh terhadap Laporan Realisasi Aggaran
dan jurnal lainnya yang mempengaruhi neraca,

Standar jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:

No Transaksi Keterangan Debet Kredit


1 Pengisian dana Pengeluaran pembiayaan-pengisian xxx
cadangan dana cadangan
Kas di kasda xxx
Dana cadangan xxx
Ekuitas dana cadangan- xxx
diinvestasikan dalam dana
cafdangan
2 Penyertaan modal Pengeluaran pembiayaan- xxx
pemerintah daerah Penyertaan modal daerah xxx
Pembayaran pokok Kas di kasda
pinjaman Penyertaan modal pemerintah daerah xxx
Ekuitas dana cadangan-
diinvestasikan dalam investasi Xxx
jangka panjang
3 Pemberian Pengeluaran pembiayaan- xxx
pinjaman daerah pembayaran pokok pinjaman xxx
Pengisian dana Kas di kasda
cadangan Utang angka panjang dalam negeri xxx
Dana yang harus disediakan
untuk pembayaran utang jangka xxx
panjang
4 Penyertaan modal Pengeluaran pembiayaan-pemberian xxx
pemerintah daerah pinjaman Xxx
Kas di kasda
Pinjaman kepada perusahaan daerah xxx
Ekuitas dana lancar-cadangan
piutang xxx

Anda mungkin juga menyukai