Anda di halaman 1dari 74

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN BATU


SALURAN KEMIH DI LANTAI 5 BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO

KARYA ILMIAH AKHIR

NOVA INDRAWATI B., S. Kep


0806334180

FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN BATU


SALURAN KEMIH DI LANTAI 5 BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NOVA INDRAWATI B., S. Kep


0806334180

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISIN ALITA S

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatah an dengan benar

Nama : Nova Indrawati B., S.Kep

NPM : G806334180

Tanda Tangan

Tanggal 5 Juli 2013

ii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


HALAMAN PENGESAHAN

Kai ya ilniiali akhir ini dial ukan oleh

Nama . Nova Indrawati B. S. Kep


NPM 0806334180
Programs Studi Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilniiali Akhir Asuhan Keperawatan pada Tn.I dengan
Batu Saluran Kemili di Lantai S Bedah
RSPAD Gatot Soebroto

Telah berliasil d1 eTtahan1‹an di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Sarjana Ilmu
Keperawatan pada Program Studi S1 Reguler, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Masfuri, S.Kp, MN

Penguj i : Ns. Merri Silaban.. S.Kep

Ditetapl‹an di : .Jakarta

Tanggal 5 Juli 2013

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners. Karya ilmiah
akhir Ners ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk untuk untuk memperoleh
gelar Ners Sarjana Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
karya ilmiah akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya
ilmiah akhir Ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ibu Prof. Dr. Budi Anna Keliat, SKp., M. App.Sc selaku Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2) Ibu Kuntarti, S.Kp.., M. Biomed, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Ilmu Keperawatan;
3) Bapak Masfuri, Skp, MN selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan
masukan berharga dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
4) Ibu Hening Pujasari S.Kp., M.Biomed., MANP selaku pembimbing
akademik;
5) Orangtua, adik-adik, orang-orang terkasih serta para sahabat yang telah
memberikan dukungan selama profesi dan penyusunan karya ilmiah ini;
6) Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah
akhir Ners ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok,5 Juli 2012

Penulis
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Nova Indrawati B., S.Kep
NPM :0806 34180
Program Studi: S1 Reguler
Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan pada Tn. I dengan Batu Saluran Kemih di
Lantai S Bedah RSPAD Gatot Soebroto”
berserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database ), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada Tanggal: S Juli

2012

Yang menyatakan

(Nova Indrawati B., S. Kep)

V Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Nova Indrawati B. S.Kep

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan pada Tn. I dengan Batu Saluran Kemih di


Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto

nsi yang diberikan adalah edukasi kesehatan mengenai peningkatan hidrasi air putih 2,5 liter perhari dan perubahan pola diit untuk me

Kata kunci: Batu saluran kemih, edukasi kesehatan, gaya hidup perkotaan

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Nova Indrawati B. S.Kep

Major : Nursing

Tittle : Nursing Care for Mr.I with Urinary Tract Stones at 5th Floor of
Surgical Departement RSPAD Gatot Soebroto

ntervention was giving education about rising hydration with intake water 2,5 litres per day and changing of diet pattern. Education wa

Key words: Urinary tract stones, health education, urban lifestyle

vii Universitas Indonesia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS..............................................................................6


2.1 Batu Saluran Kemih...............................................................................6
2.1.1 Definisi................................................................................6
2.1.2 Etiologi................................................................................7
2.1.3 Patofisiologi........................................................................9
2.1.4 Manifestasi Klinis..............................................................10
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................11
2.1.6 Penatalaksanaan................................................................13
2.2 Batu Saluran Kemih pada Masyarakat Perkotaan.................................15
2.3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Batu Saluran Kemih.....................21
2.4 Peran Perawat dalam Perawatan Pasien dengan Batu Saluran
Kemih....................................................................................................25

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA........................................27


3.1 Pengkajian.............................................................................................27
3.2 Data Fokus Klien dan Analisa Data......................................................36
3.3 Penetapan Diagnosa Keperawatan........................................................41
3.4 Rencana Keperawatan...........................................................................42
3.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan..............................................................45

BAB 4 ANALISIS SITUASI...............................................................................50


4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................50
4.2 Analisis Masalah Keperawatan pada Batu Saluran Kemih.................52

viii Universitas Indonesia


4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait.56
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah.............................................................57

BAB 5 PENUTUP................................................................................................59
5.1 Kesimpulan............................................................................................59
5.2 Saran.......................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61

ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keseimbangan Air.........................................................................18


Tabel 2.2 Jumlah Air Minum dan Risiko Relatif (RR) Timbul Batu...........18
Tabel 2.3 Macam Minuman dan Risiko Terbentuknya Batu Saluran Kemih
(%).................................................................................................19
Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium Tn. I dengan Batu Saluran Kemih
Tahun 2013...................................................................................34

Analisa Data Masalah


Tabel Keperawatan
3.2 Tn. I dengan Batu Saluran Kemih ...........................................................................
Evaluasi Asuhan Keperawatan ................................................... 38
Tabel 3.3
45

x Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
mfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif). D

kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008). Batu sa

asyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan statis karena masyarakat kota cenderung kurang aktivita
gan mesin seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup

dikatakan praktis karena masyarakat kota memiliki tuntutan untuk bekerja


efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga membutuhkan hal-hal yang
praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses makanan dan
minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang
gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami
batu saluran kemih (Muslim, 2007). Faktor pola minum yang memicu
timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang meminum air putih, banyak
mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara
banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan
terbentuknya batu saluran kemih antara lain terlau banyak protein hewan,
lemak, kurang sayur, kurang buah, dan tingginya konsumsi fastfood/junkfood.
Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga dapat
. Sering menahan BAK dan kegemukan juga dapat menaikkan kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2007). Ga
batu saluran kemih.

adian batu saluran kemih yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun (Muslim, 2007). Dari d

Peningkatan jumlah penderita batu saluran kemih berhubungan langsung


dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor instrinsik seperti
genetik, penyakit, jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar
25%, sedangkan sebesar 75 lebih dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti
iklim tempat tinggal, geografis, dan gaya hidup (Muslim, 2007). Gaya hidup
yang menjadi penyebab pembentukan batu adalah pekerjaan, diet,
aktivitas/olahraga, pola makan dan minum, serta kebiasaan menahan buang air
kecil. Gaya hidup ini merupakan salah satu faktor yang bersifat modifiable.
Batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh masyarakat Indonesia yang
tinggal di lingkungan perkotaan karena memiliki gaya hidup yang cenderung
statis.

Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam
kal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang

emih, tindakan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic Litotripsy), PCNL (Percutaneous Litot

Penananganan pembedahan selama di rumah sakit menjadi salah satu fokus


dan perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa

resiko perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri, perubahan jumlah urin,


dan perforasi ureter adalah hal yang muncul dan memerlukan perhatian
khusus. Selama perawatan, pasien dengan batu saluran kemih terutama pasca
pembedahan memiliki banyak resiko sehingga perawat perlu melakukan
pemantauan khusus terutama hidrasi dan perdarahan sampai kondisi pasien
stabil.
Dalam proses penyembuhan pasien, perawat juga memerlukan tindakan
mandiri keperawatan untuk mencegah kekambuhan berulang dengan
melakukan edukasi keperawatan termasuk didalamnya discharge planning.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat tingginya angka kekambuhan pasca
pengobatan batu saluran kemih. Berbagai penelitian melaporkan bahwa
kekambuhan di tahun pertama berkisar 15-27%, 4-5 tahun selanjutnya 40-
67,5%, dan 10 tahun lebih sekitar 70-100%. Edukasi yang tepat adalah
engurangi faktor resiko batu saluran kemih di kemudian hari. Sebagai contoh perawat dapat melakukan tindakan pengence
nceran kemih.

tidak mendapat perhatian khusus. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi p

Fokus dan perhatian perawat terhadap upaya-upaya untuk melakukan edukasi


dan perubahan gaya hidup pasien dengan batu saluran kemihmerupakan

salah satu tindakan mandiri perawat untuk membantu perawatan pasien-pasien


dengan penyakit batu saluran kemih. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
kasus batu saluran kemih dan gaya hidup yang mempengaruhinya melalui
setting keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan masyarakat perkotaan pada klien dengan
batu saluran kemih di lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menganalisis masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa dengan
penyakit batu saluran kemih
Menganalisi kasus kelolaan pasien dengan batu saluran kemih
Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan batu saluran kemih

pelayanan kepada pasien, khususnya peran perawat sebagai edukator dalam mengubah perilaku dan gaya hidup serta men

agi Pendidikan
enulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
engembangkan ilmu yang berkaitan dengan upaya edukasi untuk mengubah faktor gaya hidup pada pasien dengan batu sa
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Batu Saluran Kemih

2.1.1 Definisi
alah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal men

anjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Ba

ummi (Muslim, 2007). Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum

karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi
(Brunner dan Suddarth, 2003).
2.1.2.Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar
80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari
magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya
2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimete
kalises renalis.

er dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran k
ktor Endogen
rgenetik,familial,padahypersistinuria,hiperkalsiuriadan hiperoksalouria.

b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan saluran kemih antara lain:
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine
menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).

c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3:1

dRas
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

eturunan
ng dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih
miliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu salur

si adekuat yang didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungk
urine meningkat.

g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak du

h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas
sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh
hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium, natrium
klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko
pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi urine.

2.1.3 Patofisiologi

a batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan m

. Teori Supersaturasi
ja’bani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalamurinesepertisistin,santin,asamurat,kalsiumo
mempermudah terbentuknya batu.

urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan ga

d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat


(Muslim, 2007)Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat,

pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan


mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
2.1.4 Manifestasi Klinis

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam
(Brunner dan Suddarth, 2003).

yebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terk

Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang

Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa,
akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa
ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki
nyeri khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa
menyebar di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth
(2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai
dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya
harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan
saluran urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).

2.1.5. Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih

ne menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal u

2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu
di sekitar saluran kemih.

4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

o Rontgen
njukanadanyabatudidalamkandungkemihyangabnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada are
ang ureter.

kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat

9. Pielogram retrograd

Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.


Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung
kemih pada klien.

2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta
mengurangi obstruksi akibat
pemecahan batu, dan operas

Terapi konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter yang besar
Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
α - blocker
NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi kon
apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan

dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien
seperti ini harus segera dilakukan intervensi (American Urological
Association, 2005).

b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )

ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani


(2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar
tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat
difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu,
gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali
gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil,
selanjutnya keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.

Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter


hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras
(misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali tindakan, dan sulit
pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter
distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius
karena ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.

c. Ureterorenoskopic (URS)

Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara


dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu
ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu
ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu
ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu,
tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat
tersebut.

d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)

PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan
sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan
pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter
proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan
PCNL (Al-Kohlany, 2005).

Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke


kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut
dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya
batu ureter diambil secara utuh atau dipecah. Keuntungan dari PCNL adalah
apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses
PCNL berlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya dengan segera.
Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.

e. Operasi Terbuka

Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi


terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung
pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang
lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan
kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

2.2 Batu Saluran Kemih pada Masyarakat Perkotaan

Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan


penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan
yang materialistik Dalam suatu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non
agraris dan yang berpendidikan, yang bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka
(Prof. Drs. R. Bintarto). Keperawatan kesehatan masyrakat khususnya perkotaan
mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat
(resosialitatif). Perkembangan era globalisasi yang meningkat dengan
didukungnya teknologi serta informasi yang canggih, meningkatkan kebutuhan
hidup dan merubah gaya hidup masyarakat perkotaan.
Nurlina (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor resiko kejadian
batu saluran kemih” mengatakan bahwa faktor gaya hidup sangat mempengaruhi
resiko batu saluran kemih. Nurlina mengadakan penelitian untuk membuktikan
bahwa faktor resiko batu saluran kemih lebih banyak didapat dari faktor ekstrinsik
(eksogen). Dalam penelitian tersebut, sampel yang digunakan berjumlah 44 kasus
dan 44 kontrol. Hasil dari penelitian berupa data bahwa faktor-faktor risiko
kejadian batu saluran kemih yang terbukti signifikan adalah kurang minum,
litas untuk mengalami kejadian batu saluran kemih sebesar 97,05%. Dalam penelitian tersebut, Nurlina menyarankan adany

k masalah batu saluran kemih. Pada penelitian diketahui orang- orang yang lebih banyak duduk dalam pekerjaannya dan ku

Kebiasaan menahan kemih akan meningkatkan stasis urine yang menimbulkan


infeksi saluran kemih. Pada infeksi saluran kemih bakteri pemecah urea (urea
splitting bacteria) sangat mudah menghasilkan jenis batu struvit. Selain itu,
dengan adanya stasis urine maka dapat terjadi pengendapan kristal di saluran
kemih (Menon, 2002 ).
Stres, olahraga, dan kegemukan dapat menjadi faktor resiko yang mempengrauhi
pembentukan batu saluran kemih. Penelitian yang dilakukan Najem pada 200
penderita batu saluran kemih dengan 200 orang sebagai kontrol ternyata
membuktikan batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki
stress dibandingkan dengan yang tidak. Batu saluran kemih lebih banyak dialami
oleh orang yang jarang berolahraga dan lebih banyak duduk (Menon, 2002). Pada
penelitian batu oksalat idiopatik didaptkan 59,2 % terkena kegemukan. Pada
erkena batu saluran kemih yaitu 1,39. Pada wanita yang berat badannya mengalami kenaikan 15,9 kg dari berat badan saat

Makan banyak bahan yang mengandung asam urat, oksalat, kalsium, dan fosfat dapat meningkatkan kadar substansi terseb

menyebutkan bahwa air sangat penting dalam proses pembentukan


sebab bila kekurangan air minum terjadi supersaturasi bahan pembentuk batu dalam air kemih yang terjadi akibat

Dianjurkan minum air 2-2,5 liter perhari atau 250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air
tiap kali makan untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih. Terdapat ahli
yang mengatakan air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam ( Resnick,
1990 dan Parivar, 1996). Diusahakan agar keseimbangan air dalam tubuh seperti
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1. Keseimbangan Air
Masukan air Keluaran
(ml/hari) (ml/hari)
Air minum 1900 Air kemih 2000
Air dalam makanan dan buah 850 Keringat 500
Air hasil oksidasi 350 Nafas 400
Tinja 200
Jumlah 3100 Jumlah 3100
Sumber: Rose (1997) dalam Nurlina (2008)

Jumlah air yang diminum berpengrauh terhadap pembentukan batu saluran kemih
yang ditunjukkan dengan risiko relatif (RR) seperti pada penelitian Assimos
dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Jumlah Air Minum dan Risiko Relatif (RR) Timbul Batu
Jumlah air minum RR timbulnya batu
(ml/hari)
< 1275 1,07
1275-1669 1,05
1670-2537 0,82
2050-2537 0,72
>2537 0,52
Sumber: Assimos (2000) dalam Nurlina (2008)

Berbagai jenis minuman juga berpengaruh dalam pembentukan batu saluran


kemih. Ada beberapa minuman yang meningkatkan proses pemebentukan batu
saluran kemih, namun adapula minuman yang menurunkan resiko pembentukan
batu aluan kemih. Berikut data mengenai macam minuman dan resiko
terbentuknya batu saluran kemih.
Tabel 2.3 Macam Minuman dan Resiko Terbentuknya Batu Saluran Kemih
(%)
Jenis minuman Laki-laki Wanita
Teh -14 -8
Kopi -10 -10
Susu -13 -10
Jus Jeruk -6 -6
Coca cola +6 +6
Jus Apel +35 +33
Jus Anggur +37 +44
Jus Tomat +41 +28
Sumber: Towsend (1983) dalam Muslim (2007)
Keterangan: (+) = kenaikan (-) = penurunan

Jenis makanan tertentu berpengaruh pada pembentukan saluran kemih. Berikut


adalah pengaruh dari setiap komponen makanan.
a. Protein
Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg berat badan, bila
berlebihan maka resiko pembentukan batu saluran kemih akan naik. Protein
hewan akan menurunkan keasaman (pH) air. Akibatnya reabsorpsi kalsium
dalam tubulus berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Keasaman
(pH) air penting sekali karena batu kalsium oksalat yang merupakan jenis
batu terbanyak terbentuk pada pH air kemih 5,2 (Menon, 2002 dan Trinchieri,
2003). Protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak menurunkan pH dan
menaikkan kalsium air kemih (Menon, 2002 dan Parivar, 1996). Berdasarkan
hal tersebut maka mengkonsumsi protein hewani berlebihan tidak baik karena
memudahkan timbul batu saluran kemih.
b. Lemak
Konsumsi lemak berlebihan akan menaikkan kadar oksalat air kemih,
sehingga memudahkan timbulnya batu kalsium oksalat ginjal. Lemak
mengikat kalsium bebas di lumen usus dan mengandung asam arakidonat.
Hal ini menyebabkan penyerapan oksalat meningkat sehingga menimbulkan
kenaikan kadar oksalat air kemih. Selain itu konsumsi lemak berlebihan dapat
menaikkan kadar kolesterol yang juga dapat menimbulkan batu saluran kemih
(Rose, 1997).

c. Sayuran
Sebagian besar sayuran menyebabkan pH air kemih naik sehingga
menguntungkan karena tidak memicu terjadinya batu kalsium oksalat.
n juga mengandung banyak serat yang mengurangi penyerapan
m dalam usus sehingga mengurangi kadar kalsium air kemih yang berakibat menurunkan resiko terjadinya batu saluran kemi

aman golongan jeruk yang penting sekali untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih karena sitrat merupakan inhibitor

uh pada pembentukan batu saluran kemih. Suplemen yang mengandung vitamin C dosis tinggi bila dikonsumsi jangka lama

meningkatkan batu kalsium oksalat. Suplemen yang mengandung kalsium


dosis tinggi yang disebutkan dapat mencegah osteoporosis dapat berbahaya
karena menimbulkan batu kalsium jika dikonsumsi di luar waktu makan, dan
tidak berbahaya bila dikonsumsi di waktu sebelum atau sesudah makan.
f. Junk-food
Istilah junk-food diberikan kepada kelompok makanan ayam goreng, burger,
pizza yang menggunakan jenis dan cara masak tertentu. Kelompok makanan
ini dipandang dari segi kesehatan bermutu rendah karena mengandung lemak
dan protein hewan terlalu banyak dan serat atau sayuran yang terlalu sedikit.
Konsumsi berlebihan lemak dan protein hewani serta kurangnya serat/sayuran
dapat memicu terjadinya batu saluran kemih (Resnick, 1990).

cid (EPA) yang penting untuk mecegah sekresi kalsium ke adalam air kemih. Pada penelitian lebih lanjut, minyak ikan yang m

apat berupa bubuk atau rebusan tanaman dan dosisnya berdasarkan perkiraan. Zat sisa dari bahan jamu dan obat herbal di

2.3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Batu Saluran Kemih


Brunner dan Sudarth (2003) menyebutkan asuhan keperawatan pada batu saluran kemih meliputi seperti berikut ini:

2.3.1. Riwayat atau adanya faktor resiko:


a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing (ISK) sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
2.3.2. Pemeriksaan fisik pada survei umum dapat menunjukkan :

a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan


konstan.Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang
timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh
, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstru

Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik


Pengkajian
Aktivitas / Istirahat

: * Pekerjaan
Gejala
monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi
* Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh peny
tak sembuh, cedera medulla spinalis.

Sirkulasi
Tanda: PeningkatanTD/nadi(nyeri,ansietas,gagal Ginjal)
Kulit kemerahan dan hanga; pucat.
Eliminasi
Gejala: ● RiwayatadanyaISKkronis,obstruksi

sebelumnya (kalukulus)
● Penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh.
● Rasa terbakar, dorongan berkemih
● Diare
Tanda : ● Olisuria, hematuria, piuria
● Perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : ● Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
● Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau
fosfat
● Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak
minum air dengan cukup
Tanda : ● Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus
Muntah

e.Nyeri / Kenyamanan
a lokasi batu, contoh pada panggul di region
Gejala
sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lip
an posisi atau tindakan lain

Ronda

Keamanan
Gejala: ● Penggunaan alcohol
Demam, menggigil

g. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : ● Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
● Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatinoklisme
● Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium atau vitamin.

2.3.4. Diagnosa Keperawatan


Menurut Brunner dan Sudarth (2003) dan NANDA (2012) pada pasien
dengan batu saluran kemih sebelum penatalaksanaan operasi dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan seperti berikut ini:

Diagnosa Pra Operasi


Nyeri
berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskem
Gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.
Resti kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual / muntah (iritasi sarah abdominal dan pelvic umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pasc
Defisiensi pengetahuan
kebutuhanbelajartentangkondisi,prognosisdankebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat;
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Diagnosa Post Operasai


1. Nyeri

berhubungan dengan adanya insisi bedah


2. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih sering. Trauma jaringan, insisi
bedah.
2.4 Peran Perawat dalam Perawatan Pasien dengan Batu Saluran Kemih
Perawat memiliki peran sebagai caregiver dan educator. Edukasi adalah
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik
belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,
dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam
Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhioranglain,mulaidariindividu,kelompok,keluargadan
masyarakat agar terlaksa nanya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).

satu tugas perawat dalam setting pencegahan (preventing) dan pemulihan (rehabilitating) serta membantu mempersiapka

m jumlah air kemih antara 2-2,5 liter. Hal ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan aktivitas fisik. Untuk mendapatkan jumla

kalorinya sebagai berikut (Nurlina, 2008):


1. Jumlah yang diminum 2,5-3 liter perhari dengan air kemih 2,5 liter perhari
2. Air yang diminum haus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkit
setiap 2 jam dan minum sebelum tidur dan seduah buang air kecil.
3. Jenis minuman yang sesuai yaitu fruit tea, herba tea, dan air mineral
bergaram rendah
4. Minuman yang kurang sesuai yaitu kopi, teh pahit, dan jus buah yang
pekat
5. Minuman yang tidak sesuai yaitu minuman yang beralcohol, cola, dan
lemon .

Perubahan pola makan dilakukan dengar mengatur pola diet. Diet yang baik dan
sesuai dengan penderita saluran kemih adalah diet yang terdiri atas buah segar,
dah lemak. Diet yang dibatasi adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr/hari, sedangkan yang dihindari adalah lemak dan gu
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. I.M.P.
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir Jenis Kelamin Suku Bangsa Pekerjaan: 12-06-1982
Tanggal Masuk Waktu
Dari : laki-laki
Sumber Informasi Diagnosa medis : Indonesia
: TNI
: 29-05-2013
: 12.30 WIB
: Poli bedah
: klien, keluarga, dan rekam medik
: batu ureter distal dextra

anan sejak akhir tahun 2011. Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas. Ada keluhan BAK menetes di akhir. Tahun 2

3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Klien memiliki riwayat Asma sejak masih SD dan memiliki riwayat

malaria. Klien pernah dirawat karena malaria pada tahun 2006. Klien
mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau infeksi
saluran kemih. Tahun 2012 kemih berdarah sakala nyeri 5 dari qo.
Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau batu
saluran kemih.
3.1.4 Aktifitas/Istirahat
 Gejala ( Subyektif )
Klien bekerja sebagai TNI dengan pangkat Kapten. Klien mengatakan
sedikit bergerak dan akhir-akhir ini lebih sering duduk di meja di
dalam ruangan ber-AC. Aktivitas/hobi yang disukai adalah membaca
dan menonton tv. Klien mengatakan keterbatasan karena nyeri di
pinggang saat melakukan aktivitas. Klien mengatakan tidak
ah tidur siang. Klien mengatakan terkadang mengalami insomnia karena nyeri yang dirasakan atau karena rangsangan ingin

gerak karena takut luka operasi berdarah/sakit. Hasil pengkajian neuromuskular massa/tonus otot sebanding/ tegap secara

Sirkulasi
Gejala ( Subyektif )
Klienmengatakanterkadangjantungterasaberdebar.Klien

mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit gula ataupun hipertensi.


Klien mengatakan mulai jarang berolahraga dan tidak suka minum air
putih terlalu banyak. Terdapat perubahan frekuensi berkemih yaitu
menjadi lebih sering namun sedikit dan BAK terasa sakit.
 Tanda ( Obyektif )
Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 110/70 mmHg, frekuensi
nadi radialis 80 x/menit, kuat dan teratur. Hasil auskultasi paru tidak
ada ronkhii. Pada ekstremitas teraba hangat. Suhu tubuh 360C. Warna
kulit klien sawo matang, tidak pucat, pengisian kapiler: ± 2 detik.
Kuku jari bersih dan normal. Penyebaran rambut merata, rambut
kasar sampai mata kaki, ada bulu pada ibu jari. Warna wajah dan
lengan kemerahan sehat, mukosa bibir berwarna pink , punggung kuku
melengkung baik, kongjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.

ngan banyak berdoa dan berdzikir. Klien tidak memikirkan masalah finansial karena ditanggung oleh dinas. Klien sudah men

dijalankan muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah eskpresi wajah menahan nyeri dan sedikit cemas. Ansietas k

3.1.7 Eliminasi
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada
gangguan. BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi lembek warna
kuning tua. Tidak ada perdarahan. Klien mengatakan tidak memiliki
riwayat hemoroid dan konstipasi. Penggunaan laksatif harian tidak
pernah.
Pola BAK klien sekitar 4-6 x/hari. Karakter urin: kuning jernih,
namun pernah berdarah sekali lalu tidak muncul lagi.

Sebelum tindakan URS Litotripsi klien mengatakan ada sensari nyeri


seperti terbakar saat BAK. BAK menetes di akhir sering tidak tuntas.
Sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kandung kemih atau
ginjal. Tidak ada penggunaan diuretik.

di keempat kuadran. Tahun 2012 riwayat hematuria dan sejak saat itu terasa perubahan pola BAK. BAK menjadi lebih sering

gatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda. Klien makan 3 kali sehari. Saat dirumah sakit pola diit mengikuti atura

buah. Klien mengatakan selalu nafsu makan, tidak ada mual dan
muntah ataupun keluhan nyeri ulu hati. Klien tidak memiliki alergi
makanan. Klien tidak memiliki kesulitan mengunyah dan menelan.
Gigi masih utuh dan bersih.
 Tanda ( Obyektif )
Berat badan klien 68 kg dan tinggi badan 166 cm. IMT 24,67 dalam
batas normal. Postur tubuh tegap berisi. Turgor kulit baik dan elastis.
Penampilan lidah pink. Membran mukosa pink utuh. Kondisi gigi dan
gusi utuh dan baik, tidak ada perdarahan gusi. Bising usus: aktif pada
keempat kuadran.

3.1.9 Higiene
 Gejala ( Subyektif )
Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan setelah
menjalani operasi dibantu oleh istri.

 Tanda ( Obyektif )
Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara
berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku dan
kepala bersih. Tidak ditemukan kutu.

3.1.10 Neurosensori
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas pada
ekstremitas.Penglihatan baik, pendengaran baik, indera pembau baik.

 Tanda ( Obyektif )
Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak bermasalah,
status mental sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang. Afek
bicara jelas dan koheren. Reaksi pupil mata positif, tidak
menggunakan kacamata. Tidak menggunakan alat pendengaran.
Kekuatan genggaman sama antara kiri dan kanan dan sensitif terhadap
sentuhan.
3.1.11 Nyeri
 Gejala ( Subyektif )
Sebelum URS Litotripsi klien merasakan nyeri pada pinggang kanan
dan nyeri saat ingin dan sedang berkemih. Nyeri seperti terbakar, skala
5 dan hilang saat beristirahat. Muncul saat ingin berkemih. Setelah
operasi nyeri muncul di alat genitalia (testis), namun bila menarik
napas nyeri dapat hilang.

 Tanda ( Obyektif)
Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri
menyebar, skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan muncul saat
ingin berkemih. Klien tampak menjaga area yang sakit, berhati-hati
saat tidur dan bangun tidur, berhati-hati saat menoleh dan beraktivitas
serta ekspresi wajah terlihat kesakitan dan menjaga area yang sakit.
Respon emosi masih terkendali dan sabar.

3.1.12 Pernapasan
 Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan riwayat
TB ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat bantu
pernapasan.

 Tanda ( Obyektif)
Frekuensi pernapasan: 12 x/menit. Kedalaman baik, pengembangan
dada simentris, auskultasi tidak ada ronkhii, tidak ada wheezing, tidak
ada sianosis, tidak ada jari tabuh. Fungsi mental/kegelisahan: Sadar
terorientasi dan tegang, wajah terlihat gelisah.
3.1.13 Keamanan
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Tidak ada riwayat
fraktur dan dislokasi. Tidak ada masalah penglihatan dan
pendengaran.
 Tanda ( Obyektif )
Suhu: 36º C. Integritas kulit baik dan tidak ada jaringan parut di
ekstremitas kulit. Kekuatan sama pada semua ekstremitas. Tonus otot
baik, rentang gerak maksimal.

3.1.14 Interaksi Sosial


 Gejala ( Subyektif )
Klien sudah menikah kurang lebih 6 tahun, memiliki satu anak.
Perilaku koping klien dengan membicarakan masalah pada istri.

 Tanda ( Obyektif )
Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/non-verbal
dengan istri dan keluarga.

3.1.15 Penyuluhan/Pembelajaran
 Gejala ( Subyektif )
Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien melek
huruf dengan pendidikan terakhir strata satu. Klien mengatakan tidak
tahu apa saja yang bisa dimakan dan minum untuk mencegah batu
ginjal. Klien menanyakan teknik dan situasi dari prosedur
pembedahan atau operasi yang akan dialami.

Riwayat keluhan terakhir:


Sejak akhir tahun 2011 klien mengalami nyeri saat BAK, pinggang
dan testis terasa sakit. Akhirnya klien berobat ke RS. Klien berobat
jalan dimana diberikan obat untuk menghancurkan batu ginjal, tetapi
tidak berhasil. Direncanakan akan dilakukan pengobatan namun
peralatan di tempat tinggal klien terbatas sehingga mendatangi
RSPAD Gatot Soebroto dan selanjutnya direncanakan operasi.

3.1.16. Data Penunjang

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium Tn. I dengan Batu Saluran


Kemih Tahun 2013
14/05/2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin 15,5 13-18 g/dL Normal
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta/mL Normal
Leukosit 11010 4.800-10.800 Meningkat
Trombosit 217000 150.000-400.000 Normal
PT Kontrol 12,6 Detik Normal
PT Pasien 10,8 9,8-12,8 Normal
APTT Kontrol 34,0 Detik Normal
APTT Pasien 44,6 27-29 detik Meningkat
SGOT 40 0-40 Meningkat
SGPT 91 0-41 Meningkat
Ureum 26 0-5- mg/dL Normal
Kreatinin 1,1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 6,4 3,4-7,0 Normal
GDS Sewaktu 86 < 140 mg/dL Normal
Natrium 144 125-147 mmoL Normal
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmoL Normal
Klorida 93 95-105 mmoL Menurun
pH urine 6,0 4,6-8,0 Normal
Berat Jenis urine 1,015 1,010-1030 Normal
Protein urine (negatif) (negatif) Normal
21/05/2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
SGOT 24 0-40 Normal
SGPT 54 0-41 Meningkat
HbsAg (rapid) Nonreaktif Nonreaktif Normal
Sumber: Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto (2013)

an Thorax Dada 13/05/2013 Hasil : Cardio dan Pulmo Normal


an USG Abdomen tanggal 15/05/2013
al kanan: Besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit melebar, tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2 x 10 cm
ronefrosis kanan grade 2-3
an BNO IVP tanggal 29/05/2013
u Ureter Distal Dextra pro URS Litotripsi
ng diberikan :
0 tpm IV
e : 1 x 2 gr IV
gr IV
x 1 Supp
cin 1 x 500 mg PO
1x 500 mg PO
sien
ng ke RSPAD Gatot Soebrototanggal 29 Mei 2013 dengan keluhan nyeri pinggang kanan dan nyeri saat berkemih menj

genitalia. Skala nyeri 4-5. Riwayat hematuria dan disuria. Dari hasil USG
terlihat ada batu pada ginjal sebelah kanan. Hasil BNO IVP terlihat batu
ureter distal dextra. Hasil observasi TTV tanggal 29 Mei 2013 : TD : 110/70
mmHg, N : 80x/menit, S : 36 0C dan RR : 12x/menit. Klien dilakukan operasi
URS Litotripsi pada tanggal 30 Mei 2013.
3.1.17 Pertimbangan Rencana Pulang
Lama di rawat rata-rata : 3 hari
Tanggal informasi didapatkan : 29 Mei 2013

1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 31 Mei 2013


2. Sumber-sumber yang tersedia : orang : istri
3. Keuangan : dari dinas
4. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan
setelah pulang : tingkatkan minum air putih, olahraga dan pengaturan
diit
5. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/ bantuan :
Penyiapan makanan : mandiri Berbelanja : mandiri
Transportasi : mandiri Ambulasi :mandiri
Obat/ terapi IV : bantuan Pengobatan : bantuan
Perawatan luka : mandiri Peralatan : mandiri

3.2 DATA FOKUS KLIEN DAN ANALISA DATA


3.2.1 DATA FOKUS
DATA SUBYEKTIF:
 Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan sejak akhir tahun 2011
 Klien mengatakan skala nyeri sedang (4-5)
 Klien mengatakan ketika berkemih seperti terbakar
 Klien mengatakan berkemih sering namun tidak tuntas dan menetes
diakhir
 Klien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum teh dan
minuman bersoda
 Klien mengatakan lebih sering berada di meja dalam ruangan ber AC
 Klien mengatakan mulai jarang berolahraga
 Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget.
 Klien mengatakan tahun 2012 pernah berkemih dan berdarah, saat itu
skala nyeri 5 dari 10.
 Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dijalankan
 Klien mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan agar tidak
terkena batu ginjal
 Klien mengatakan mengantuk setelah operasi, pusing bila mengangkat
kepala

DATA OBYEKTIF

Klien terlihat kesakitan, ekspresi menahan nyeri, setelah operasi masih merasakan nyeri disekitar genitalia
Klien terlihat cemas Skala nyeri 4-5 dari 10
Perubahan pola  berkemih: disuria Riwayat hematuria tahun 2012

Klien terlihat melindungi area yang sakit Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm

Klien terlihat gelisah dan wajah tegang




Kecemasan skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu,


tempat, dan orang.
Hasil Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg, S=36 0C
N = 80x/menit, RR = 12 x/menit
Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 Mei 2013
Leukosit = 11.010 / ul
SGOT/SGPT = 40/91
Hasil pemeriksaan BNO IVP dan USG Abdomen: Batu ureter distal

dextra
 Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 30 Mei 2013
 Anestesi spinal
 Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi
 Perencanaan pulang post op tanggal 31 Mei 2013
 Terpasang kateter urine 18 Fr produksi kuning
3.2.2 ANALISA DATA
Tabel 3.2 Analisa Data Masalah Keperawatan Tn. I dengan Batu Saluran
Kemih Tahun 2013

Data Subjektif Data Objektif Masalah


Keperawatan

Pre-Op

Klien
Klien mengatakan nyeri pada pinggang terlihat
kanan sejak  ekspresi
kesakitan,
akhir tahun 2011menahan
Klien mengatakan  opera
nyeri, setelah
skala nye
Skala nyeri 4-5
Klien mengatakan ketika berkemih seperti terbakar dari 10 Klien terlihat melindungi area yang saki
Klien mengatakan sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri menyebar, skal/
Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 MEI 2013 Leukosit = 11.010
saat ingin berkemih. Penatalaksanaan URS


 

Litotripsi tanggal 30
Mei 2013
Data Subjektif Data Objektif Masalah
Keperawatan

 Klien mengatakan nyeri  Skala nyeri 4-5 dari 10


pada pinggang kanan  Perubahan pola
sejak akhir tahun 2011 berkemih: disuria
 Klien mengatakan skala produksi kuning,
nyeri sedang  4-5 sedikit-sedikit
 Klien mengatakan ketika  Riwayat hematuria Gangguan eliminasi
berkemih seperti terbakar  Hasil pemeriksaan urine
 Klien mengatakan BNO IVP dan USG
berkemih sering namun Abdomen: Batu ureter
tidak tuntas dan distal dextra
menetes diakhir

 Klien mengatakan cemas  Penatalaksanaan URS


akan tindakan operasi Litotripsi tanggal 30
yang akan dijalankan Mei 2013 Ansietas
 Terlihat gelisah
 Wajah tegang
 Kecemasan skala
ringan karena masih
terorientasi dengan
waktu, tempat, dan
orang.
Data Subjektif Data Objektif Masalah
Keperawatan

 Klien mengatakan tidak  Penatalaksanaan URS


tahu apa saja yang bisa Litotripsi tanggal 30
dilakukan agar tidak Mei 2013 Defisiensi
terkena batu ginjal  Perencanaan pulang pengetahuan
 Klien mengatakan post op tanggal 31 Mei terkait kondisi dan
jarang minum air putih, 2013 pengobatan batu
gemar minum teh dan saluran kemih
minuman bersoda
 Klien mengatakan lebih
sering berada di meja
dalam ruangan ber AC
 Klien mengatakan mulai
jarang berolahraga
 Klien mengatakan
makanan kesukaan
adalah ikan dan
nugget.

Post-Op
 Klien mengatakan  Hasil pemeriksaan lab
mengantuk setelah tanggal 14 MeI 2013
operasi, pusing bila Leukosit = 11.010 / ul, Resiko Cedera
mengangkat kepala  Penatalaksanaan URS
Litotripsi 30 Mei 2013
 Anastesi spinal
 Terpasang kateter urine
18 Fr produksi kuning,
sedikit tertampung
dalam urine bag.
3.3 PENETAPAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi urine
3. Ansietas
4. Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu saluran kemih
5. Resiko Cedera

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang, Skala nyeri menurun, klien dapat beristirahat dan tampak rileks
Intervensi Keperawatan:
Kaji intensitas, lokasi, frekuensi dan penyebaran nyeri
Rasional: Peningkatan nyeri adalah indikasi dari obstruksi, bila nyeri hilang kemungkinan batu sedang bergerak
Observasi abdominal pain
Rasional: Kemungkinan ada komplikasi lain
Kaji tanda keringat dingin, tidak dapat beristirahat, dan ekspresi wajah Rasional: Mengobservasi tanda-tanda shock
Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan ke mukosa kandung kemih.
Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan posisi,

pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik


relaksasi, termasuk latihan napas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
Rasional: : menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian,
dan dapat meningkatkan kemampuan koping
f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional: analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
3.4.2 Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi urine
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam gangguan
eliminasi urine teratasi
Kriteria Hasil: Nyeri saat berkemih berkurang, berkemih tidak menetes,
pola berkemih kembali normal
Intervensi Keperawatan:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan dan karakteristik urine
Rasional: hasil pengawasan memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi
Rasional: Hidrasi yang cukup meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu.
Observasi perubahan status mental
Rasional: akumulasi uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
Periksa urine
Rasional: membantu mengidentifikasi tipe batu dan pilihan terapi
Awasi pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit, BUN, dan kreatinin Rasional: indikasi disfungsi ginjal/komplikas
Kolaborasi pemberian acstazolamid/alupurinol, dan antibiotik
Rasional: alupurinol untuk meningkatkan pH urine, antibiotil untuk mengatasi infeksi.

iagnosa Keperawatan: Ansietas


: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam ansietas teratasi Kriteria Hasil: ungkapan cemas berkurang, gelisah ber

beraktivitas dengan normal, wajah tidak tegang


Intervensi Keperawatan:
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan klien menentukan terapi
b. Motivasi klien untuk mengungkapkan kecemasan yang dirasakan.
Rasional: Perawat mengetahui apa yang diraskan klien
c. .Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi kecemasan.
Rasional: Teknik relaksasi napas dalam meningkatkan vasodilatasi dan
sirkulasi sehingga membuat tubuh rileks
d. Jawab setiap pertanyaan klien dengan penuh perhatian dan berikan
informasi yang benar
Rasional: Informasi yang tepat mengurangi kecemasan klien.

etahuan terkait kondisi dan pengobatan batu ginjal


awatan 2x 24 jam pengetahuan klien meningkat
at,mampumenjawab pertanyaan validasi, berdiskusi aktif

kondisinya
entukan sejauh mana informasi yang perlu diberikan.
hadapi klien
an pengetahuan bagi klien
perhari untuk pencegahan Rasional: Hidrasi yang cukup meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewa
kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
n oksalat dan protein sehingga aka

menurunkan resiko pembentukan batu saluran kemih


3.4.5 Diagnosa Keperawatan: Resiko Cedera
Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak
terjadi cedera
Kriteria Hasil: tidak ada keluhan pusing, tidak ada cedera fisik
Intervensi Keperawatan:
a. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Penurunan TD dan peningkatan nadi menunjukkan kehilangan volume cairan
Pantau tingkat kesadaran klien
Rasional: Efek anestesi dan kondisi fisik mempengaruhi tingkat kesadaran
Berikan lingkungan yang aman pada klien, pasang handrail, jauhkan dari benda-benda berbahaya.
Rasional: Mencegah resiko jatuh dan cedera pada klien
3.5 EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.3 Evaluasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Nyeri
29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op) 31 Mei 2013 (Post-Op)
Implementasi: (14.00-14.30) Implementasi: (16.00-16.15) Implementasi (16.00-16.15)
- Mengkaji intensitas, lokasi, frekuensi - Mengkaji intensitas, lokasi, frekuensi
dan penyebaran nyeri dan penyebaran nyeri - Mengkaji intensitas, lokasi, frekuensi
- Mengobservasi abdominal pain - Mengobservasi abdominal pain dan penyebaran nyeri
- Memotivasi untuk minum sebanyak 2,5 - Memotivasi untuk minum sebanyak 2,5 - Mengobservasi abdominal pain
L per hari L per hari - Kolaborasi pemberian profenid supp
- Mengajarkan teknik relaksasi napas - Mengajarkan teknik relaksasi napas 3x 1
dalam dalam
- Kolaborasi: profenid supp 3x 1 - Kolaborasi: profenid supp 3x 1 Evaluasi:

S: klien mengatakan nyeri setelah operasi


Evaluasi: Evaluasi: mulai berkurang
S: klien mengatakan nyeri pinggang masih S: klien mengatakan nyeri tidak muncul O: Nyeri di kemaluan, skala 2, hilang
terasa saat tidur setelah diberi obat dan tarik napas
O: Nyeri di pinggang dan di kemaluan saat O: Nyeri di kemaluan saat berkemih, skala A: masalah nyeri teratasi
berkemih, skala 4, hilang setelah diberi 4, hilang setelah diberi obat, minum 2 P: motivasi minum air putih sesuai
obat, minum 1,5 Liter air Liter air kebutuhan saat sudah bisa minum.
A: masalah nyeri teratasi sebagian A: masalah nyeri teratasi sebagian Motivasi teknik relaksasi napas dalam.
P: kaji kembali skala nyeri dan motivasi P: kaji kembali skala nyeri dan motivasi Kolaborasi profenid supp, Kolaborasi
minum air putih sesuai kebutuhan. minum air putih sesuai kebutuhan. BNO IVP post op. Pasien direncanakan
Motivasi teknik relaksasi napas dalam. Motivasi teknik relaksasi napas dalam. pulang

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi urine
29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op)
Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.15)
- Mengobservasi karakteristik urine dan berkemih - Mengobservasi karakteristik urine dan berkemih
- Memotivasi klien untuk minum 2,5 Liter air per hari - Memotivasi klien untuk minum 2,5 Liter air per hari
- Mengobservasi tingkat kesadaran klien - Mengobservasi tingkat kesadaran klien
- Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone 1x 2 gr - Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone 1x 2 gr

Evaluasi: Evaluasi:
S: klien mengatakan masih mengalami nyeri di akhir kemih seperti S: klien mengatakan masih anyang-anyangan
anyang-anyangan O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi darah, urine
O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi darah, urine sekitar 500 sekitar 300 cc berwarna kuning keruh, klien minum 2 L air
cc berwarna kuning keruh, klien minum 1,5 L air putih, kesadaran CM putih, kesadaran CM
A: gangguan eliminasi urine belum teratasi A: gangguan eliminasi urine belum teratasi
P: observasi karakteristik urine dan berkemih, motivasi minum air P: observasi karakteristik urine dan berkemih, motivasi
putih, kolaborasi rencana URS Litotripsi minum air putih, kolaborasi rencana URS Litotripsi
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op)
Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.20)
- Mengkaji tingkat kecemasan klien - Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Mendengarkan klien mengungkapkan kecemasan yang - Mendengarkan klien mengungkapkan kecemasan yang
dirasakan dirasakan
- Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas dalam - Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas dalam
- Memberikan informasi sesuai kebutuhan klien - Memberikan informasi sesuai kebutuhan klien

Evaluasi: Evaluasi:
S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan operasi besok. S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan operasi hari ini,
Klien mengatakan lebih lega setelah tarik napas dalam dan siap klien mengatakan belum pernah operasi dan menyerahkan pada
untuk operasi. Tuhan dan berharap sukses. Klien mengatakan lebih lega
O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik napas dalam setelah tarik napas dalam dan siap untuk operasi.
dilakukan 4 kali, klien dapat melanjutkan aktivitas O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik napas dalam
A: Ansietas teratasi sebagian dilakukan 7 kali, klien dapat melanjutkan aktivitas
P: Observasi kecemasan klien, berikan dukungan psikososial, A: Ansietas teratasi
memotivasi untuk berdoa P: Observasi kecemasan klien, berikan dukungan psikososial,
memotivasi untuk berdoa
Diagnosa Keperawatan: Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu saluran kemih

29 Mei 2013 (Pre-Op) 31 Mei 2013 (Post-Op)

Implementasi (10.00-10.20) Implementasi (09.00-09.20)


- Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai kondisi batu - Memvalidasi tingkat pengetahuan klien mengenai kondisi
ginjal batu ginjal
- Menjelaskan penyebab, tanda-tanda dan komplikasi batu ginjal - Menjelaskan kembali penyebab, tanda-tanda dan
- Menjelaskan jenis tindakan yang akan dihadapi klien komplikasi batu ginjal
- Memotivasi untuk minum air putih 2,5 L perhari untuk - Menjelaskan pentingnya minum air putih untuk
pencegahan pencegahan kekambuhan. Memotivasi untuk minum air
- Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan protein putih 2,5 L perhari.
hewani untuk pencegahan - Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan
Evaluasi: protein hewani untuk pencegahan
S: klien mengatakan selama ini jarang minum air putih dan sering - Memotivasi untuk berolahraga
berada di ruangan ber AC sehingga tidak nafsu minum, klien Evaluasi:
mengatakan akan berusaha banyak minum dan mengurangi S: klien mengatakan senang akan pulang, klien mengatakan
makanan berlemak dan tinggi protein untuk mencegah sakit lagi. akan berusaha banyak minum dan mengurangi makanan
O: klien mendengarkan penjelasan perawat, berdiskusi dengan berlemak dan tinggi protein untuk mencegah sakit lagi.
antusias dan mampu menjawab pertanyaan ulang perawat. O: klien mendengarkan penjelasan perawat, berdiskusi dengan
A: pengetahuan klien tentang kondisi dan pengobatan yang dijalani antusias dan mampu menjawab pertanyaan ulang perawat.
meningkat. A: pengetahuan klien tentang kondisi dan pengobatan yang
P: Kaji ulang motivasi klien untuk banyak minum dan perubahan dijalani meningkat.
gaya hidup untuk pencegahan kambuh saat pasien persiapan pulang P: intervensi selesai.
(discharge planning)
Diagnosa Keperawatan: Resiko Cedera
30 Mei 2013 (Op) 31 Mei 2013 (Post-Op)
Implementasi (16.00-16.15) Implementasi (08.00-08.20)
- Memonitor TTV klien
- Memonitor TTV klien - Memonitor tingkat kesadaran klien apakah masih dalam
- Memonitor tingkat kesadaran klien apakah masih dalam efek anastesi
efek anastesi - Meningkatkan keamanan klien dengan memasang handrail,
- Meningkatkan keamanan klien dengan memasang handrail, menjauhkan benda-benda berbahaya.
menjauhkan benda-benda berbahaya. - Memotivasi kelurga untuk membantu ADL klien
- Memotivasi kelurga untuk membantu ADL klien dan
membiarkan klien tidur dengan posisi telentang dengan 1
bantal

Evaluasi:

S: Klien mengatakan masih mengantuk dan pusing bila Evaluasi:


mengangkat kepala S: Klien mengatakan sudah tidak pusing
O: Kesadaran CM, klien tampak mengantuk, TTV: TD: 110/60 O: Kesadaran CM, TTV: TD: 110/70 mmHg, Nadi: 82 x/menit,
mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 20 x/menit. Suhu: 360C. Masih RR: 20 x/menit. Suhu: 361C. Masih dalam pengaruh anastesi
dalam pengaruh anastesi spinal. Terpasang handrail d sisi kanan spinal. Terpasang handrail d sisi kanan kiri tempat tidur. Klien
kiri tempat tidur. Klien tidur supine dengan 1 bantal. Terpasang tidur supine dengan 1 bantal. Terpasang kateter 18 Fr.
kateter 18 Fr. A: cedera tidak terjadi
A: cedera tidak terjadi P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat kesadaran klien,
P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat kesadaran klien, membantu ADL. Instruksi dokter kateter akan dilepas dan boleh
membantu ADL rawat jalan
BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik

4.1.1 Sejarah singkat RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Dalam webstite resmi RSPAD Gatot Soebroto yang diakses bulan Juli 2013
pital welterveden. Kemudian pada tanggal 8 maret 1942 pernah menjadi rumah sakit militer angkatan darat Jepang dengan

ai hari jadi RSPAD Gatos Soebroto. Mengingat jasa-jasa Letnan Jenderal Gatot Soebroto yang memberikan segala-galanya b

roto Ditkesad ditunjuk menjadi salah satu tempat pemeriksaan dan perawatan pejabat tinggi sampai sekarang. Mengingat
an kesehatan masyarakat maka sejak tahun 1989, RSPAD Gatot

Soebroto mulai membuka diri untuk pelayanan swasta sampai sekarang, dikenal
sebagai paviliun dr. R. Darmawan, PS untuk rawat inap. Kemudian tahun 1991
didirikan bangunan 6 lantai di paviliun Kartika untuk rawat jalan dan rawat inap.
Selanjutnya diresmiakn paviliun dr Iman Sudjudi melayani kesehatan ibu dan
bayi, pavilion anak untuk perawatan anak serta non peviliun untuk perawatan
kelas tiga.

Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013


4.1.2 Visi dan Misi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Visi :
Menjadi RS berstandar Internasional, rujukan utama dan RS Pendidikan
serta merupakan kebanggaan prajurit dan masyarakat
Misi :
- Menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan
tertinggi bagi rumah sakit TNI AD dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD.
Menyelenggarakan dukungan pelayanan kesehatan yang bermutu secara menyeluruh untuk prajurit PNS TNI AD serta ma
Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan.
Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan berkelanjutan.
Memberikan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran dan
penelitian bagi tenaga kesehatan.

pasitas tempat tidur untuk perawatan kemoterapi. Penyakit yang paling sering muncul di ruang lantai bedah adalah penyak
4.2 Analisis Masalah Keperawatan pada Batu Saluran Kemih
4.2.1 Analisis Masalah Keperawatan pada Batu Saluran Kemih dengan Konsep
terkait KKMP
Batu saluran kemih adalah penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di daerah
perkotaan. Penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari
jumlah pasien di klinik urologi (Nurlina, 2008). Batu saluran kemih menjadi
problema gaya hidup dan pola makan masyarakat kota. Problema gaya hidup
sumsi makanan tinggi protein hewani, tinggi lemak seperti junkfood, pekerjaan yang monoton dan sedikit melakukan aktivit

babkan mayoritas masyarakat kota menjadi sedikit bergerak dan berolahraga, meningkatkan resiko pembentukan batu salu

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan


konsentrasi air kemih (Nurlina, 2007). Konsentrasi air kemih yang meningkat
akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai
kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih.
Lingkungan kota Jakarta yang beriklim panas menjadi faktor resiko pemberat
pembentukan batu saluraan kemih pada masyarakat kota. Selain itu, iklim yang
panas membuat mayoritas gedung-gedung menggunakan pendingin ruangan.
Terlalu lama berada dalam ruangan berpendingin menurunkan sensasi rasa haus
sehingga menurunkan intake air putih atau cairan untuk tubuh. Hal ini pun
meningkatkan faktor resiko batu saluran kemih.

Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan


an BAK, kegemukan, pekerjaan yang monoton, sedikit berolahraga dan aktivitas serta mengalami stress. Nurlina (2008) men

nostik, klien mengalami batu ureter pada bagian dextra (kanan) lokasi distal. Melalui pengkajian mendalam diketahui bahwa

serta menyukai ikan dan nugget. Ikan dan nugget merupakan salah satu sumber
protein hewani. Batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh laki-laki. Laki-laki
lebih sering mengalami bantu saluran kemih dibanding wanita (kira-kira 3:1)
dengan puncak insidensi antara dekade keempat dan kelima (Raharjo, 2002). Hal
ini juga sesuai dengan kondisi Tn. I.M.P. Jenis kelamin menjadi faktor resiko
dalam kemungkinan terjadi batu saluran kemih. Faktor-faktor resiko yang dimiliki
oleh klien menyebabkan klien menjadi beresiko untuk mengalami batu saluran
kemih. Faktor-faktor resiko ini merupakan masalah khas yang dialami oleh
sebagian besar masyarakat perkotaan.

4.2.2 Analisis Masalah Keperawatan pada Batu Saluran Kemih


Masalah keperawatan yang muncul pada klien kelolaan Tn. I.M.P adalah nyeri,
gangguan eliminasi urine, ansietas, defisiensi pengetahuan, resiko cedera, dan
defisiensi pengetahuan karena erat kaitannya dengan peran perawat sebagai edukator dan edukasi itu sendiri merupakan b

ngobatan batu ginjal. Data-data penunjang untuk menegakkan masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan tidak me

berada di meja dalam ruangan ber AC,mulai jarang berolahraga, dan makanan
kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien menunjukkan perilaku yang beresiko
terhadap pembentukan saluran kemih namun tidak mengetahui dampaknya.

NANDA Internasional (2012) mendefinisikan defisiensi pengetahuan sebagai


keadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristiknya berupa perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti
perintah, ketidakakuratan mengikuti tes, perilaku tidak tepat (misalnya hysteria),
dan pengungkapan masalah. Faktor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan ini adalah keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan tidak familier
dengan sumber informasi.

u saluran kemih adalah untuk mengoptimalkan kontrol pengenceran kemih, mencegah kekambuhan, meningkatkan kualitas

rilaku yang mendukung terbentuknya batu saluran kemih. Perilaku tersebut muncul karena klien belum memiliki informasi
rja yang kegiatan sehari-

harinya bersifat rutin dan monoton. Selain itu kurangnya intake cairan dan
tingginya konsumsi makanan dengan kadar protein dan okalat tinggi yang sehari-
hari dilakukan Tn. I.M.P menunjukkan tingginya resiko pembentukan batu saluran
kemih. Dengan dilakukan edukasi kepada pasien mengenai perubahan intake
cairan pola diit klien diharapkan pengetahuan klien bertambah sehingga terbentuk
perilaku hidup sehat yang dapat mencegah kekambuhan dan meningkatkan
kualitas hidup klien.

4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah
air yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum
tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang
hidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena
n kemih (Parrivar, 2003). Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan

a intake air putih dan perubahan pola diit. Melalui tindakan tersebut, diharapkan terjadi peningkatan volume urine dan pen

batu saluran kemih adalah dengan peningkatan intake cairan (air putih). Dalam jurnal yang sama, Flagg juga menyebutkan b

makan tinggi protein hewani dan tinggi oksalat seperti suplemen Vitamin C, soft
drink, junk food,ikan yang berlebihan dan meningkatkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan (Muslim, 2007).

Borghi (1996) melakukan prospective randomized study untuk membuktikan


peran intake cairan dalam pencegahan pembentukan batu saluran kemih. Borghi
membagi dua kelompok, 101 orang yang dilakukan diet ketat terapi intake cairan
minimal 2L air perhari dan 199 orang yang tidak diberikan treatment apapun.
Kedua kelompok tersebut diamati selama 5 tahun dengan pemeriksaan urine,
laboratorium, dan radiologi setiap tahun. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
kelompok pertama memiliki volume urine yang tinggi sehingga resiko untuk
mengalami pembentukan batu saluran kemih lebih kecil dibandingkan kelompok
kedua. Jangka waktu untuk mengalami kekambuhan juga menjadi lebih panjang 3
diberikan intervensi. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor resiko dari batu saluran kemih adalah volume urin
emih.

terjadi supersaturasi bahan pembentuk batu dalam air kemih yang terjadi akibat adanya kristalisasi. Dianjurkan minum air 2

untuk mengkonsumsi minimal 2,5 L perhari selama proses perawatan dan saat kembali pulang kerumah. Didapatkan produ

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan


Penanganan klien dengan batu saluran kemih difokuskan pada peningkatan intake
cairan dan perubahan pola diet. Perubahan perilaku tersebut dapat terbentuk
setelah klien mendapatkan edukasi kesehatan yang lengkap. Edukasi diberikan
selama perawatan dan saat mempersiapkan pasien pulang. Oleh karena itu,
edukasi kesehatan menjadi bagian yang terintegrasi dalam discharge planning
pasien dengan batu saluran kemih.
Peningkatan intake cairan dengan menganjurkan minum air 2-2,5 liter perhari atau
250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air tiap kali makan untuk mencegah terjadinya
batu saluran kemih. Selain itu klien juga diedukasi untuk menghindari minuman
berkarbornasi karena kandungan karbonat dalam minuman dapat menurunkan pH.
pH yang turun memicu pembentukan batu saluran kemih.

Perubahan pola diit mencakup mengurangi intake makanan tinggi lemak, tinggi
tinggi seperti suplemen Vitamin C, suplemen kalsium yang berlebihan. Peningkatan jumlah konsumsi sayuran dan buah-bu
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien
dengan batu saluran kemih, dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai
berikut :
mbentukan batu saluran kemih yang dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air putih
guan eliminasi urine, ansietas, defisiensi pengetahuan, resiko cedera, dan resiko perdarahan.
prevensi kekambuhan ulang batu saluran kemih adalah edukasi psien terkait peningkatan intake cairan dan perubahan pol
ah salah satu metoda yang terbukti melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga mengurangi re
asien pulang setelah melalui 3 hari perawatan dengan fungsi eliminasi sudah

5.2 Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
batu saluran kemih.
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru
(inovatif) dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab batu saluran kemih
b. Meningkatkan kebiasaan intake air putih minimal 2-2,5 L perhari.
3. Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
bagi pasien batu aluran kemih
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi
kasus batu saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock


wave lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and
bladder stone presenting with acute urinary retention. Journal Urology;
66(6):1169-1171.
Al-Kohlany, KM., Shokeir,AA., Mosbah,A., Mohsen, T., Shoma,AM., Eraky,I, et
t of complete staghorn stones : a prospective randomized comparison of open surgery versus percutaneous nephrolithotom
Association. (2005). AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations.
d Holmes Ross. 2000. Role of diet in the therapy of urolithiasis.Vol 27. 2:255-268. The Urologic Clinic of North America.
Campbell’s urology. In : Walsh PC.,eds. Saunders.
2005. Obesity and weight gain may increase the risk of kidney stone. 293: 455-462 . JAMA
2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC Borghi L, Meschi T, Amato F, Briganti A, Novarini A & Giannini (1
er and recurrences in idiopathic calcium nephrolithiasis: a 5-year randomized prospective study. J. Urol. 155, 839– 843.
las. 2000. Urological nursing. Tokyo: Bailliere Tindall Flagg, Laura. 2007. Dietary and Holistic Treatment of Recurrent Calcium
w of Literature toGuide Patient Education. Vol 7.(2).
rnal.

Ganong, W. 1992. Review of Medical Physiology. Fisiologi Kedokteran. . Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Hesse, Alrecht, Goran, Tiselius. 2002. Urinary Stone Diagnosis, Treatment and
Prevention of Recurrence: 2nd edition.
Iguchi, M., Umekawa, T., Ishikawa . 1990. Dietary intake and Habits of
Japanese Renal Stone Patiens. J. Urol.; 1093-1095.
Males, J. 1969. External factor in the genesis of urolithiasis. 59-60. London
Churchill: Renal Stone Reserach Symposium.
Menon, M., Martin I. 2002. Urinary lithiasis: etiology and endourolgy in
Campbell’s Urology. 8th Edition. Vol.4: 3230-3292. Philadelphia: WB.
Saunders Company.
Muslim, Rifki. 2004. Pengaruh hifroklorotiazid dan natrium bikarbonat terhadap
risiko kambuhan batu kalsium oksalat saluran kemih bagian atas. Disertasi

Urologi Indonesia.
akan serta Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Pidato Pengukuhan. Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru B
symptomatic kidney stone. 26: 1017-1023. Int. J. Epidemiol

udi kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi.
e diseases. 155: 432-440. Jurnal Urologi.
n 1997-2002. J I Bedah Indones 2004; 32(2):58-63.

Rose, B.D. 1997. Water and electrolyte phsyology. 34-35. Tokyo: Mc. Graw-Hill
Kokagusha.
Sja’bani. (2006). Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sherwood, Lauralee. 2001. Human Physiology:From Cells to System.
Penerbit buku Kedokteran EGC. Cetakan I. Jakarta.
Siener, H. And Hesse. A. 2003. Fluid intake and epidemiology of urolthiasis.
Vol.57. European Journal of Clinical Nutrition.
Siener R., Glatz., Nicolay C., Hesse A. 2004. The role of over weight and obesity
in calsium oxalate stone formation. 12 (1): 106-113. Obesity Research.
Soepriatno,AT dan Muslim, Rifki. 1999. Pola Penderita Batu Saluran Kencing di
P Dr.Kariadi Tahun 1996-1998 Naskah lengkap MABI XII . Jakarta.
send, CE. 1983. Diet for renal diseases.299-301. Delman Publisher.
chieri, A., Curhan G., Karlsen S., Wu K.J. 2003. Epidemiology of kidney stone in stone diseases. Page 13-29. Paris: Health Pub
fil RSPAD Gatot Soebroto. Diakses Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai