Anda di halaman 1dari 3

Nama : Laila Hilma

Nim : 190154603263

Matkul : Speech Therapy

TUGAS
PERTEMUAN SEBELAS

SOAL:

Bayangkan bila ini terjadi di kelas inklusif. Berikan analisis dan komentar:

1. Bagaimana cara anda melakukan identifikasi dan diagnosis untuk pertama kalinya
anda bertemu dengan anak sejenis?
2. Bagaimana Rencana program intervensi atau terapinya?
3. Bagaimana cara mengimplementasi program yg telah anda susun?
4. Siapa saja yg dilibatkan serta apa peran masing-masing pihak utk mempercepat
perbaikan?.

JAWABAN :

Menurut saya dalam film Taare zaamen pare terlihat bahwa anak mengalami hambatan yaitu
disleksia, Disleksia merupakan suatu kondisi dimana indiviu menunjukan kesulitan yang bermakna di
area berbahasa termasuk mengeja, membaca, dan menulis. Disleksia didefinisikan sebagai bentuk
kesulitan dalam belajar membaca, ketidaksesuaian antara hasil membaca dengan potensi umum atau
intelektualnya. Saat ini disleksia juga didefinisikan sebagai kesulitan dalam memecahkan suatu
simbol atau kode, termasuk proses fonologi atau pengucapan (Lylon dalam Elbro, 2010).

Identifikasi dan diagnosis pada anak yang mengalami disleksia dapat dilihat dari gejala yang
tampak , seperti pada usia dini anak mengalami keterlambatan bicara dan kemampuan artikulasi yang
tidak tepat contohnya melafalkaan “taksi” menjadi “tasik”. Dari gejala yang tampat dapat dilakukan
asesmen terhadap anak untuk melihat bagaiaman karakteristik , hambatan , dan kebutuhan yang
diperlukan anak tersebut.

Hasil asesmen dapat digunakan untuk menentukan jenis intervensi . Jenis intervensi yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Membuat profil kesulitan belajar anak disleksia.
Berdasarkan hasil asesmen pendahuluan, dapat disusun profil peserta didik dengan
gangguan kesulitan belajar. Profil tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel yang berisi
identititas peserta didik, jenis gaya belajar peserta didik, serta profil kategori kesulitan
belajar peserta didik. Kategori kesulitan belajar peserta didik dapat menggambarkan
kondisi peserta didik secara umum apakah termasuk ke dalam kategori rendah, sedang,
tinggi.
2. Membuat profil indikator pencapaian kompetensi yang menjadi permasalahan utama
peserta didik.
3. Membuat profil faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.
4. Membuat rancangan intervensi.
Rancangan intervensi dapat disusun dengan mempertimbangkan karakteristik maupun
gaya belajar peserta didik

Pelaksanaan intervensi terhadap gangguan belajar didasarkan kepada kebutuhan peserta didik.
Kegiatannya mencakup intervensi langsung, intervensi melalui media pembelajaran, intervensi
melalui metode pembelajaran, intervensi melalui pelibatan orang tua, remidial, dan pengayaan.

Jenis terapi yang dapat dilakukan :

1. Orton-Gilingham
Terapi ini mengaplikasikan teknik untuk mengajarkan membaca pada penderita disleksia,
secara bertahap. Pada metode ini, penderita disleksia untuk mencocokkan huruf dengan
suara dan mengenali cara pengucapan huruf tersebut.
2. Instruksi multisensory
Metode ini mengajarkan anak menggunakan seluruh inderanya seperti sentuhan,
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan gerakan untuk membantunya belajar.
Penderita disleksia akan belajar dengan lebih efektif, apabila informasi yang diberikan,
diterima beberapa sensor secara berkesinambungan.
3. Terapi dengan metode fonik
Terapi dengan metode fonik merupakan metode yang memanfaatkan kemampuan visual
dan auditori anak dengan cara menamakan huruf sesuai dengan bunyi
bacaannya. Misalnya, huruf B yang dibunyikan "be", huruf C dibunyikan "ce", dan lain
sebagainya.
4. Terapi visual dan auditori
Anak dengan disleksia umumnya tidak terlepas dari masalah pendengaran dan
penglihatan. Terapi visual dan auditori bisa Anda berikan untuk membantu anak
mengenali huruf dan membaca huruf tersebut dalam suatu kata ataupun kalimat.
Orang tua berperan penting dalam menangani anak disleksia dengan cara 1). Membantu anak
saat belajar membaca. 2) Monitr performa belajar anak. 3) Berikan dukungan emosional. Selain itu,
keterampilan guru kelas maupun guru pendamping khusus dalam memberikan pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuan siswa di dalam kelas juga menjadi poin penting agar
keberhasilan intervensi terjamin dengan baik.

Sumber :

Kristiantini Dewi, K. A. D. I. (2015). DISLEKSIA.

Anda mungkin juga menyukai