Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”Penelitian Agama dan Keagamaan serta Kontruksi Teori Penelitian
Keagamaan”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas UAS metode
studi Islam.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................. 1
B. Rumusan Masala................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................. 1
D. Batasan Masalah................................................ 2
E. Metode Penulisan............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................... 8
B. Saran.......................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian penelitian agama.
2. Agar dapat mengetahui pengertian penelitian keagamaan.
1
2
E. Metode Penulisan
Adapun metode yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah
ini adalah berdasarkan metode telaah perpustakaan dengan
menggunakan buku perpustakaan sebagai bahan referensi, metode
pencarian melalui internet dan kemudian penyusun mengelola kembali
menjadi satu kesatuan materi yang valid sehingga menghasilkan
komponen pembahasan yang lebih sederhana untuk di pelajari lebih
lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam,... h. 61.
4
DedenRidwan, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekia, 2001, h. 80.
5
Muhammad Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002, h. 7-8.
5
6
Zakiyuddin Baidhawy, Ruang Lingkup Objek Kajian Studi Islam,
Yogyakarta: Insan Madani, 2011, h. 28.
7
Mircea Alidea dkk, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000, h. 182.
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pandangan Juhaya S. Praja, penelitian agama adalah
penelitian tentang asal-usul agama, dan pemikiran serta
pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap ajaran
yang terkandung di dalamnya.manusia secara individual dan
kolektif.
2. Penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah penelitian
hidup keagamaan, yaitu penelitian terhadap praktik-
praktik ajaran agama yang dilakukan oleh penelitian agama
adalah sebuah usaha untuk mengkaji pokok ajaran, sejarah
perkembangan, dan tingkah laku orang yang beragama
menurut pandangan agama itu sendiri. Sehingga tidak
mungkin penelitian agama terhadap suatu agama tertentu
itu, dilakukan oleh orang yang tidak mengerti agama itu
sendiri.
3. Seorang guru besar antropologi di New York bernama
Middleton berkata: “Penelitian agama (research on
religion) berbeda dengan penelitian keagamaan (religious
research), karena penelitian agama lebih menekankan
kepada materi agama, sehingga sasarannya adalah tiga
elemen pusat, yakni ritus, mitos, dan magik sedangkan
penelitian keagamaan lebih menekankan agama sebagai
sistem keagamaan”.
4. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun)
bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat
pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di
kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat, cara-
cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
9
B. Saran
Makalah ini hanyalah tulisan sederhana yang memerlukan
pembaharuan atau perbaikan serta kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini dapat menjadi landasan untuk kita semua
agar dapat memperdalam pengetahuan kita semua tentang penelitian agama
dan keagamaan serta konstruksi teori penelitian keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Alidea, Mircea dkk, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
B. Internet
Anonim, http://www.wordpress.com/2009/05/22/penelitian-agama-dan-
penelitian-keagamaan.
11
Jadi, tafkir bisa jadi terbatas pada pemecahan masalah hidup kita saat ini yang
tak melibatkan emosi, namun, tafakkur melampaui hidup ini ke wilayah lebih
luas, akhirat, dan melampaui kedangkalan materialisme menuju horizon lebih
dalam, “ruh”, dan dengan demikian tafakkur memotivasi seluruh aktivitas
eksternal dan internal kaum muslim
Sebagai orang yang beriman dengan memahami pengertian taffakur dan
pendidikan Islam di atas dalam menghadapi Coronavirus Covid-19, yang
merupakan virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan Cina pada Desember
2019. Kita semua dapat bertafakkur juga dengan kisah yang pernah terjadi saat
zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, dimana pada zaman pemerintahan beliau
ini pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas, sebuah kota sebelah
barat Yerussalem, Palestina, sehingga dinamakan demikian.
Kedua, bersabar.
Di dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari diceritakan, suatu kali Aisyah
bertanya kepada Nabi SAW tentang wabah penyakit. Rasulullah SAW bersabda,
“Wabah penyakit itu adalah orang-orang yang DIA kehendaki. Allah
12
menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Jika terjadi suatu
wabah penyakit, ada orang yang menetap di negerinya, ia bersabar, hanya
berharap balasan dari Allah Swt. Ia yakin tidak ada peristiwa yang terjadi kecuali
sudah ditetapkan Allah. Maka, ia mendapat balasan seperti mati syahid.”
Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang
menurunkan penawarnya. (HR. Bukhari).
Dalam kisah Umar bin Khattab berikhtiar menghindarinya, serta Amr bin Ash
berikhtiar menghapusnya. Istilah saat ini dan sedang kita lakukan adalah
melakukan “social distancing”, dilansir dari The Atlantic, tindakan yang bertujuan
untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak dekat dengan orang
lain untuk mengurangi peluang penularan virus. Artinya juga sementara waktu
menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menajga jarak
antar manusia.
Artinya:
“Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan
13
Terkait dengan wabah coronavirus covid 19 ini, sebagai seorang mu’min, maka
sebaiknya selain melakukan juga ikhtiar karantina atau “social distancing” ini,
maka tingkatkan juga spiritual kita. Jika dapat bertafakkur lebih jauh, sebagai
muslim semua wabah ini adalah sebuah rahmatNYA, sebuah peringgatan bagi
yang berpikir, untuk terus menjadikannya sebagai wasilah atau jalan untuk terus
banyak mendekatkan diri kepada Allah Swt, sehingga ketika tingkat kepasrahan
tinggi maka akan dirasakan ketenangan dan dengan segala usaha dan do’a
keselamatan juga kepada Allah Swt, dengan selalu melibatkanNYA, dan berharap
semua wabah ini akan berakhir, dan dapat pula segera ditemukan penyebabnya,
InShaAllah